Download - CONTOH REFERAT STASE ANASTES
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu aspek pengelolaan yang penting untuk proses perneliharaan
dan penyembuhan penyakit adalah nutrisi pasien. Tubuh manusia membutuhkan
makanan untuk hidup dan aktivitas. Zat kirnia yang menyusun makanan manusia
dalam jumlah besar adalah karbohidrat, lemak, dan protein, dikenal dengan istilah
makronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi
dan pembentukan serta perbaikan struktur tubuh hingga dapat berfungsi
semestinya. Kebutuhan energi tubuh dapat dibagi menjadi kebutuhan untuk
memenuhi metabolisme basal, aktivitas dan specific dvnamic effect.1
Kebutuhan nutrisi untuk orang sakit sering lebih besar, karena pada
saat sakit terdapat peningkatan hormon stres yang memerlukan tambahan energi,
rnisalnya pada keadaan infeksi atau keadaan yang memerlukan penguturun
makanan secara khusus. Di lain pihak, banyak kendala dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi karena pasien tidak mau makan (selera makan kurang) atau
tidak mampu rnakan akibat penyakitnya.1
Pada keadaan-keadaan tersebut, untuk dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi, pasien harus tetap mendapat makanan baik secara nutrisi enteral (NE)
yaitu melalui selang nasogastrik atau secara nutrisi parenteral (NPE). Walaupun
manfaat klinik yang didapat baik rnelalui NPE maupun NE boleh dikatakan
setara, tetapi mengingat teknik NE kurang invasive dan lebih murah. maka bila
masih memungkinkan teknik yang dipilih adalah NE. Tetapi dalam kondisi
tertentu, dimana teknik NE tidak memungkinkan, NPE menjadi pilihan.1
Pemberian nutrisi dengan cara parenteral tidak dapat menggantikan
fungsi alamiah usus, karena hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus
dapat berfungsi normal kembali. Disadari bahwa harga NPE relatifmahal, tetapi
jika digunakan dengan benar pada pasien yang tepat, pada akhimya akan dapat
dihemat banyak biaya yang semestinya keluar untuk obat-obatan dan waktu
tinggal di rurnah sakit.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi nutrisi parenteral
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan.
Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti
pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang
lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai
istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan
melalui pembuluh darah1,5.
Terapi nutrisi parenteral ialah semua upaya pemberian zat nutrien
melalui infus. Tujuan NPE tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal
dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga menarnbah konsurnsi nutrisi untuk
kondisi tertentu, sepefti keadaan stres (sakit berat, trauma), untuk perkembangan
dan pertumbuhan1,6. Dengan pengertian tersebut, maka terapi nutrisi parenteral
dapat dibagi rnenjadi 2 kategori. yaitu1,6,7:
a. Terapi nutrisi parenteral parsial (suportif atau suplemen), diberikan bila:
- Dalam waktu 5-7 hari pasien diharapkan rnampu tnenerima nutrisi
enteral kembali.
- Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien.
- NPE parsial ini diberikan dengan indikasi relatif.
b. Terapi nutrisi parenteral total, diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun
batasan waktu tidak terpenuhi. NPE total ini diberikan atas indikasi
absolut.
2
2.2. Indikasi
Pada terapi NPE, yang perlu ditentukan terlebih dahulu ialah apakah
memang ada indikasi atau tidak. Secara umum, NPE diindikasikan pada pasien
yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.
Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata-rata 25
kkal/kgBB/hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya proteolisis
125- 150 g,4rari. Puasa lebih dari 24 jarn menghabiskan glukosa darah (20 g),
cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g) Sedangkan cadangan energi
lainnya, lemak (12.000 g), dan protein (6000 g) habis dalam waktu kira-kira 60
hari1,8. Keadaan-keadaan yang memerlukan NPE adalah sebagai berikut1,2:
a. Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti striktur atau
keganasan esofagus atau gangguan absorbsi makanan)
b. Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pankreatitis)
c. Pasien tidak mau makan (seperli akibat pemberian kemoterapi)
Meskipun terdapat ketiga hal tersebut, NPE tidak langsung diberikan
pada keadaan1,2:
a. Pasien 24 jam pascabedah yang masih dalam Ebb phase, masa di mana kadar
hormon stres masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar gula
darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan dekstrosa
5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal napas
sudah dapat diatasi, krisis metabolisme sudah lewat, rnaka NPE dapat
diberikan dengan lancer dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, semakin
lambat dosis NPE total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum keadaan tenang
(flow phase) tercapai, NPE total hanya menambah stres bagi tubuh pasien. Fase
3
tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol, katekolamin, dan
glukagon.
b. Pasien gagal napas (PO2 <80 dan PCO2 >50) kecuali dengan respirator. Pada
pemberian NPE penuh, metabolisme karbohidrat akan meningkatkan produksi
CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
c. Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraselular
d. Pasien penyakit terinal, dengan perlimbangan cost-benefit
2.3. Cara Pemberian
Sebelum memulai NPE, tahapan yang perlu dilakukan ialah1:
1). Identifikasi status gizi.
2). menentukan problem nutrisi.
3). menghubungkan tujuan NPE dengan penyakit primemya.
4). menghitung kebutuhan nutrien per hari.
5). menyusun kebutuhan nutrien dengan preparat cairan yang tersedia.
6). menentukan cara pemasangan infuse.
1. ldentifikasi Status Gizi
Identifikasi status gizi harus dilakukan sebelum memulai terapi NPE.
Dengan mengetahui status gizi pasien, lebih-cukup atau kurang, dapat diputuskan
saat mulai dan komposisi nutrisi yang akan diberikan. Pada pasien dengan gizi
cukup, NPE baru dimulai pada hari ketiga, setelah fase Ebb dilewati. Bila gizi
pasien kurang, NPE bisa dimulai lebih awal yaitu setelah 24-48 jam1.
2. Menentukan Masalah Nutrisi
Pada tahap ini ditentukan sif-at dukungan NPE yang akan diberikan,
apakah untuk suportif (parsial) dan berapa lama, atau NPE total Keputusan ini
bergantung pada kondisi pasien1:
a. apakah bisa menerirna makanan per oral penuh, sebagian atau sama sekali
tidak bisa/tidak diperbolehkan,
b. berapa lama kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung.
3. Menghubungkan Tuiuan Nutrisi Parenteral dengan Penyakit Primer
4
Keadaan-keadaan seperti status gizi, proses katabolisme dan penyakit
pasien mernpengaruhi tujuan, saat mulai, dosis, jenis dan susunan nutrisi yang
akan digunakan. Pasien dengan masalah khusus (gizi kurang, diabetes melitus,
gangguan ginjal dan hati), maka NPE dapat diberikan lebih dini, yaitu setelah 24-
48 jam.3,8 Juga, jenis penyakit, seperti gangguan hati atau ginjal rnisalnya, akan
menentukan pilihan jenis formula maupun dosis yang akan dipakai.l,8 Beberapa
pertimbangan NPE pada pasien dengan gangguan khusus, seperli tersebut di
bawah ini1:
a. Gangguan Hati.
Pasien dengan gangguan hati akut atau kronik mengalami penumnan
kadar asam amino rantai cabang (AARC) dan peningkatan asam amino aromatik
(AAA) di plasrna dan otak. Laporan penelitian rnenyebutkan bahwa nutrisi
parenteral dengan formula tinggi AARC dan rendah AAA memberikan imbangan
nitrogen yang lebih baik, mengurangi risiko ensefalopati dan rremperbaiki angka
kelangsungan hidup pasien1.
Peradangan hati akut dengan sebab apapun, akan didahului stadium
preikterik yang ditandai dengan rasa mual yang sangat, nafsu makan menurun dan
nyeri daerah epigastriurn, sehingga memerlukan nutrisi parenteral. Pada saat awal
di mana pasien menampakkan tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya diberikan infus
kristaloid, selanjutnya diberikan infuse dekstrose 5-10%. Bila perlu dapat diselingi
dengan cairbn infus yang mengandung asam amino esensial yang cukup1.
Pada gangguan hati kronik, seperti sirosis hati, umumnya nutrisi
parenteral baru diberikan bila disertai komplikasi, misalnya asites masif,
hematemesis melena, ensefalopati, dan formula cairan yang diberikan disesuaikan
dengan masalah klinik yang dihadapi. Pada ensefalopati hepatik misalnya,
langkah pertama yang penting ialah pemberian dekstrosa l0% atau maltosa 10%
sebagai sumber kalori, koreksi gangguan keseimbangan elektrolit, dan langkah
berikutnya ialah pemberian cairan kaya AARC. Tujuan pemberian AARC ialah
mencegah rnasuknya AAA ke dalam jaringan otak, di samping untuk menurunkan
katabolisme protein dan mengurangi konsentrasi amonia darah1.
b. Gangguan Ginjal.
5
Pada pasien gagal ginjal, kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan
garam adalah 2 kelainan yang sering ditemukan. Kelainan ini bersifat reversibel
dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan, akan merupakan tahap pertama dari
rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Di samping itu, pada pasien
gagal ginjal terdapat gangguan ekskresi nitrogen, sehingga pengurangan masukan
protein akan memperbaiki keadaan. Yang harus diperhatikan ialah bagaimana
caranya memberikan kalori yang cukup dengan diet rendah protein tanpa
membuat pasien mengalami mainutrisi kalori-protein. Pemberian nutrisi
parenteral yang mengandung asam amino esensial dan glukosa pada gagal ginjal
akut memberikan angka kelangsungan hidup lebih baik dibanding glukosa saja1.
c. Diabetes Melitus.
Pada orang normal, NPE biasanya diberikan pada hari ketiga. Sedang
pada pasien DM, karena umumnya mudah jatuh dalam keadaan hipokalorik, maka
NPE pada pasien DM dimulai lebih dini. Syarat NPE pada DM ialah setelah kadar
glukosa darah kurang dari 250 mg/dl. Bila kadar glukosa darah masih di atas
angka tersebut dan harus segera mulai NPE, untuk menurunkan kadar glukosa
dapat dilakukan regulasi cepat dengan insulin1.
4. Menghitung Kebutuhan Nutrien Per hari
Dalam menghitung kebutuhan nutrien, di samping kebutuhan untuk
keadaan sehat, juga perlu diperhitungkan kondisi penyakit yang mendasarinya.
Kalori adalah unsur yang mutlak harus diberikan cukup. Sumber kalori yang
utama dan harus selalu ada adalah glukosa. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan
glukosa ini setiap saat. Jika tidak tersedia cukup, tubuh melakukan
glukoneogenesis dari substrat lain. Selain karbohidrat, sumber kalori yang lain
ialah lipid. Untuk keperluan regenerasi sel, sintesis enzim dan protein diperlukan
sumber protein, yaitu asam amino. Komponen nutrisi penting lainnya ialah
vitamin yang larut lemak dan larut air, elektrolit, trace element. Albumin, insulin,
dan obat-obatan lain mungkin diperlukan sesuai kondisi tertentu1,8.
a. Cairan.
6
Pemenuhan kebutuhan cairan dipengaruhi oleh adanya penyakit yang
mendasarinya, seperti gagaljantung, gangguan respirasi, ginjal dan hati.
Kebutuhan cairan pasien dewasa pada umumnya berkisar l-2,2 ml/kkal atau 20-50
ml/KgBB/hari, atau rata-rata 35 ml/kgBB. Bila terdapat kehilangan cairan yang
abnormal, seperti diare atau muntah, cairan perlu ditambahkan sejumlah yang
hilang tersebut. Bila terdapat demam, cairan ditambah sebanyak 150
ml/peningkatan l°C.(l) Dalam hal hilangnya cairan lambung, berarti juga
hilangnya kornponen mineral/elektrolit, maka perlu diperhitungkan dalam
menentukan formula NPE1,9.
b. Kalori.
Kebutuhan kalori secara sederhana dapat diperkirakan dari berat
badan. Untuk rnenghitung Resting Metabolic Expenditure (RME), rumus yang
biasa digunakan ialah rumus Harris-Benedict1,3,8:
Pria: RME (kkal/hari) : 66,5+l 3,8xBB(kg)+5xTB(cm)-6,8xUmur(th)
Perempuan:RME (kkal/hari) : 655+9,6xBB(kg)+1,8xTB(cm)-4,7xUmur(th)
Di samping kebutuhan basal tersebut, tambahan kalori diperhitungkan
bila menghadapi stres atau aktivitas, sebagai berikut1: .
- 1,2 x RME, untuk kondisi tanpa stres .
- 1,5 x RME, untuk kondisi stres sedang sepefii trauma dan operasi
- 2,0 x RME, untuk kondisi stres berat seperti sepsis dan luka bakar
>40% permukaan tubuh
Dalam pemberian NPE, tambahan kalori yang diperlukan untuk
aktivitas (Energy Expenditure Of Activity/EEA) tidak perlu lagi, karena dalarn
RME kebutuhan untuk spesifik dinamik action sudah diperhitungkan. Untuk
kepentingan praktis, mengingat rumus Haris Benedict rumit Howard Lyn
menyederhanakan perhitungan menjadi1:
- 25 kkal/kgBB, untuk kondisi tanpa stres .
- l0 kkal kgBB. unruk stres ringan .
- 35 kkallkgBB, untuk stres sedang .
7
- 40 kkal/kgBB, untuk stres berat
Program nutrisi parenteral parsial untuk jangka pendek dapat
diberikan melalui vena perifer, karena sebagian besar larutannya bersifat isotonis
(osmolaritas <800 mOsm/kgBB). Vena perifer dapat menerima osmolaritas cairan
sampai maksimal 900 mOsm. Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) makin
mudah terjadi kerusakan dinding vena perifer seperti tromboflebitis atau
tromboemboli. Sedangkan NPE total yang diprogram untuk jangka panjang, harus
diberikan melalui vena sentral karena larutannya bersifat hipertonis dengan
osmolaritas >900 mOsm. Melalui vena sentral, aliran darah menjadi lebih cepat
sehingga tidak sampai merusak dinding vena1,3.
Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi
bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya
penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya
pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi
yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-
orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi. Pasien-pasien dengan
kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka dan fistula juga sangat rentan
terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.
Secara umum, pasien-pasien dewasa yang stabil harus mendapatkan dukungan
nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat
sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian dukungan nutrisi harus dilakukan
dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10 hari5,6.
Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak diberikan lebih awal
dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari setelah lahir pada
neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan antara 5 sampai 7
hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat mencukupi kebutuhan
nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral5,7.
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-
bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan
8
pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl. pada penderita non
diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai8,10.
Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap
untuk mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan adalah
melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral
dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat
(2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat
dihentikan3,7,10,11.
Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti
pedoman diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap
perubahan mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi
beban yang berlebihan: “ Start Slow, Go Slow, Observe Carefully, Treat
Immediately” 1,3,11.
2.4. Akses Nutrisi Parenteral
9
Nutrisi parenteral diberikan melalui pembuluh vena, yang secara
umum dibagi menjadi dua jalur, yaitu melalui vena sentral (Central Vein
Nutrition / CPN) dan vena perifer (Peripheral Parenteral Nutrition / PPN). PPN
memiliki resiko komplikasi lebih jarang dan biaya lebih murah. Sedangkan pada
pemberian melalui jalur sentral (central line), nutrisi parenteral dimasukkan mulai
vena subklavian menuju vena cava superior melalui operasi. Pertimbangan
pemilihan jalur pemberiannya adalah5,9:
1. Vena perifer9,13
a. Asupan enteral terputus dan diharapkan dapat dilanjutkan kembali dalam
5-7 hari.
b. Sebagai tambahan pada nutrisi enteral atau pada fase transisional hingga
nutrisi enteral dapat memenuhi kebutuhan.
c. Malnutrisi ringan hingga sedang, ketetntuan intervensi untuk mencegah
deplesi
d. Keadaan metabolic normal atau sedikit meningkat.
e. Tidak ada kegagalan organ yang memerlukan restriksi cairan
f. Osmolalitas cairan yang dapat diberikan < 900 mOsm.
Kondisi yang menjadi kontraindikasi pemasangan vena perifer
yaitu9,11:
a. Penderita hiperkatabolisme seperti luka bakar dan trauma berat
b. penderita dengan kebutuhan cairan substansial tertentu, misalnya pada
pasien fistula enterokutaneus dengan output tinggi
c. penderita yang telah memakai akses vena sentral untuk tujuan lain dimana
nutrisi parenteral dapat menggunakan kateter yang telah ada
d. akses vena perifer tidak dapat dilakukan
e. pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral jangka lama (>1 bulan).
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena
pemberian melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena dalam
lebih besar10.
10
Terdapat jalur khusus perifer yang dimasukkan melalui vena median
basilika atau vena sefalis dan berujung di vena subklavian. Jalur ini dapat
digunakan sebagai regimen CPN dengan keamanan menyamai PPN. Jalur ini
disebut Peripherally Inserted Central Catheters (PICC). Jalur PICC dapat
digunakan untuk berbagai suplai makanan dan dapat diaplikasikan pada bagian
manapun yang memungkinkan9,11.
2. Vena sentral9.12
a. Tidak dapat mentoleransi asupan enteral> 7 hari
b. Keadaan metabolic sedang atau sangat singkat.
c. Malnutrisi sedang hingga berat dan tidak dapat diatasi dengan nutrisi
enteral.
d. Gagal jantung, ginjal, hati, atau kondisi lain yang memerlukan restriksi
cairan
e. Akses vena perifer terbatas.
f. Memiliki akses vena sentral
g. Osmolalitas cairan dapat > 900 mOsm
Kondisi yang menjadi kontarindikasi pemasangan vena sentral yaitu9:
a. Riwatar trombosis pada vena sentral
b. telah mengalami komplikasi akibat kateterisasi vena sentral.
c. Secara teknis, kanulasi pada vena sentral diperkirakan sulit atau
berbahaya.
Berbagai teknik insersi vena sentral mengalami perkembangan seperti
metode kanulasi subclavia melalui supraclavicula, vena subclavia, vena jugularis
interna dan eksterna, vena basilica, vena femoralis dan kateterisasi atrium
kanan9,10,11.
11
2.5. Sumber Nutrisi
Dua sumber utama kalori adalah karbohidrat dan lemak. Tetapi bila
kebutuhan NPE hanya dipenuhi oleh karbohidrat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, terutama bila cairan dekstrosenya bersifat hipertonis, yaitu1:
a. Thrombosis
b. meningkatkan kebutuhan insulin
c. bahaya hipoglikemia bila infus dekstrose hipertonis dihentikan
mendadak.
d. meningkatkan BMR.
e. meningkatkan produksi CO2
Untuk mengatasi keadaan ini, setengah sumber kalori nonprotein
dapat digantikan dengan emulsi lemak karena produksi CO2 akan ditekan. Jangan
menggunakan protein sebagai sumber energi. karena protein penting untuk
regenerasi sel dan sintesis protein viseral seperti enzim, albumin, imunoglobulin1.
1. Karbohidrat
a. Glukosa.
Glukosa adalah karbohidrat pilihan untuk nutrisi parenteral, karena
glukosa merupakan substrat paling fisiologis, secara natural ada dalam darah,
banyak persediaan, murah, dapat diberikan dalam berbagai konsentrasi, dengan
nilai kalori 4 kkal/g. Untuk dapat memberikan pengaruh maksimum terhadap
keseimbangan nitrogen, minimal diperlukan 100-150g glukosa. Kebutuhan
tersebut juga digunakan untuk memenuhi energi yang diperlukan oleh susunan
saraf pusat dan perifer, eritrosit, leukosit, fibroblas yang aktif dan fagosit tertentu
12
yang menggunakan glukosa sebagai satu-satunya sumber energi. Untuk
menghindari hiperglikemi yang tiba-tiba, peningkatan konsentrasi glukosa,
rnisalnya dari 5% menuju 20% harus berlahap, (starslow; go slow). Kecepatan
infus yang dianjurkan ialah 6-7 mg/kgBB/menit. Beban glukosa akan merangsang
pankreas mengeluarkan insulin1.
Pada keadaan produksi insulin menurun, seperli pada sepsis, infus
glukosa yang berlebihan atau kecepatan infus lebih dari yang dianjurkan berakibat
meningkatnya konsumsi oksigen, produksi dan konsumsi energi akibat
lipogenesis, yang akan memperburuk keadaan. Bila terjadi hiperglikemia, untuk
selanjutnya lebih baik mengurangi kecepatan infus glukosa dibanding dengan
pemberian insulin. Jika larutan glukosa diselingi cairan lain, besar kemungkinan
kadar glukosa darah berfluktuasi karena oyers/loor insulin dari waktu ke waktu.
Agar fluktuasi seminimal mungkin, larutan karbohidrat dibagi rata sepanjang 24
jam1.
b. Fruktosa.
Fruktosa merupakan sumber kalori yang potensial karena tidak
memerlukan insulin untuk masuk ke dalam sel, lebih sedikit iritasi vena,
dimetabolisasi lebih cepat di hati dan mempunyai efek hemat nitrogen lebih baik.
Tetapi kebanyakanjaringan tidak menggunakan fiuktosa secara langsung.
Perubahan menjadi glukosa terutama terjadi dalam hati, dan jaringan hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Kerugian lain penggunaan fruktosa ialah bila infus terlalu cepat atau
berlebihan dapat menyebabkan asidosis laktat, hipoposfatemia, penurunan
nukleotida adenin hati, peningkatan bilirubin dan asam urat. Gula Alkohol
(sorbitol dan xylitol). Jenis karbohidrat ini juga tidak memerlukan insulin untuk
menembus dinding sel. Keduanya tidak dapat digunakan langsung sebelum diubah
menjadi glukosa di hati. Mengingat adanya risiko asidosis laktat, peningkatan
asam urat darah dan dieresis osmotik, gula alkohol ini tidak mempunyai
keunggulan dibanding glukosa1,3.
13
Untuk mendapatkan efek positif, xylitol diberikan dalam kemasan
kombinasi dengan glukosa dan fruktosa (GFX:Glukosa-Fruktosa-Xylitol) dengan
perbandingan 4:2:1 yang dianggap ideal secara metabolik1.
c. Maltosa
Maltosa memiliki beberapa keuntungan sebagai karbohidrat altematif,
terutama pada pasien DM, karena:
- mengandung 2 molekul glukosa tidak memerlukan insulin saat
menembus dinding sel
- Isotonis, sehingga dapat diberikan melalui vena perifer, dan dapat
dicampur dengan cairan lain yang hipertonis (untuk menurunkan
osmolaritas)
Meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel, tetapi proses
intraselular mutlak masih memerlukannya. Pemberian dosis yang aman dan
eltsien adalah 1,5 g/kgBB4rari. Infus yang berlebihan menyebabkan pemborosan
melalui urin, bisa sampai ekskresi melebihi 25% dari maltose yang diinfuskan1,8.
2. Lemak
Selain karbohidrat, lemak juga berfungsi sebagai sumber energi
dengan nilai 9 kkal/g, lebih tinggl nilai energinya perunit volume dibanding
karbohidrat. Hati merupakan organ terpenting dalam metabolisme lemak karena
hati dapat menggunakan asam lemak sebagai sumber energi, sekaligrs mensintesis
asam lemak untuk penyimpanan energi. Lemak penting lultuk integritas dinding
sel, sintesis prostaglandin dan sebagai pelarut vitamin yang larut lemak. Nutrisi
parenteral dengan kemasan bebas lemak untuk jangka lama menyebabkan
defisiensi asam lemak esensial yang terlihat sebagai alopesia, dermatitis,
perlemakan hati dan gangguan flmgsi imunitas. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa pemberian emulsi lemak sebesar 30-40% dari kalori total merupakan
jumlah yang optimal. Untuk mencegah defisiensi asam lemak esensial, perlu
diberikan asam lemak esensial sebanyak 4-8% dari kalori total sehari. Emulsi
lemak 10% dan 20% tidak hipertonis, dapat diberikan melalui vena perifer.
14
Kecepatan infus emulsi lemak tidak melebihi 0,5 g/kgBB/1am, sesuai dengan
batas maksimal kemampuan ambilan lemak1,3,8.
Tiap 500 mL diberikan dalam waktu 6-8 jam, dapat diteteskan
bersama karbohidrat dan asam amino. Sebagai sumberkalori, lemakperlu
dikombinasi dengan kalori karbohidrat dalam perbandingan 1 : l. Misalnya untuk
1200 kkal, diberikan 150 g glukosa dan 70 g 1emak.5,8 Keuntungan kombinasi
sumber kalori ini adalah dihindarkannya penyulit hiperosmolar dan hiperglikemia.
Mengingat harga emulsi lemak mahal untuk digunakan secara rutin, emulsi cukup
diberikan sekali tiap minggu1,7.
3. Protein
Asam amino yang menyusun protein hampir seluruhnya tergolong
asam amino-a. Asam amino yang tidak disintesis tubuh disebut asam amino
esensial. Asam amino diperlukan untuk regenerasi sel, pembentukan enzim dan
sintesis protein somatik dan viseral, hormon peptida (insulin dan glukagon).
Pemberiannya harus dilindungi kalori agar asam amino tersebut tidak dibakar
menjadi energi (glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino bila
kebutuhan energi dasar belum dipenuhi1,12.
Untuk melindungi tiap gram nitrogen diperlukan 80-150 kkal
karbohidrat (25 kkal per gram asam amino). Kalori yang berasal dari asam amino
tidak ikut diperhitungkan sebagai sumber protein untuk kalori. Kebutuhan
nitrogen berkisar 0,2 g/kgBB/hari, setara dengan protein 1,25 g/kgBB/hari, atau
1,5 glkgBB,trari asam amino. Kebutuhan ini akan berkurang pada keadaan
gangguan fungsi ginjal dan hati dan meningkat pada keadaan katabolik1.
Kebutuhan protein pada keadaan katabolik bisa sampai
1,5g/kgBB/hari untuk menginduksi keseimbangan nitrogen positif dan
membangun kembali massa tubuh yang normal3.
Kebutuhan asam amino pada keadaan sepsis lebih tinggi lagi 2-3
g/kgBB/hari. Jika pasien sepsis tidak mendapat kalori eksogen, akan teradi
destruksi jaringan otot 750-1000 gram sehari. Namun pemberian protein yang
dianjurkan cukup l-1,5 g/kgBB/hari. Proteolisis akan mengganggu dan menghabat
sintesis protein viseral waktu paruh pendek, terutama enzim-enzim di hati1.
15
4. Elektrolit
Elektrolit merupakan komponen esensial pada NPE. Kebutuhan
elektrolit pada NPE bervariasi tergantung keadaan klinik. Umumnya kebutuhan
dasar elektrolit per kgBB/hari pada dewasa adalah1,15,16,17:
a. natrium (Na) 1,0-2,0 mmol atau 100-200 mEq/hari
b. kalium (K) 0,7-1 mmol atau 50-100 mEq/hari
c. kalsium (Ca) 0,1 mmol atau 7,5-10 mEq/hari
d. magnesium(Mg) 0,1 mmol ataul}-l2mEq/hari.
e. fosfor (P) 0,4 mmol atau72-16 mEq/hari
Kalium merupakan elektrolit esensial untuk sintesis protein.
Kebutuhan K biasanya lebih banyakpada awal-awal NPE(Total), diduga karena
disimpan dalam hati dan masuk ke dalam sel. Kebutuhan K meningkat pada saat
terjadi masukan glukosa17.
Kalsium diperlukan pada NPE jangka lama, di mana biasanya terdapat
kehilangan Ca endogen akibat imobilisasi. Kalsium juga diperlukan lebih banyak
pada pankeatitis. Fosfor diperlukan untuk metabolisme tulang, sintesis jaringan
dan fosforilasi AIP. Hipopospatemia dapat te{adi segera pada kemasan NPE tanpa
P. Akibat yang berbahaya ialah menurunnya kadar eritrosit yang berakibat
berkurangnya suplai 02 kejaringan, otot menjadi lemah dan berpengaruh pada
respirasi1,16.
Magnesium penting dalam anabolisme dan pada sistem enzim,
khususnya enzim yang berkaitan dengan aktivitas metabolik di otak dan hati.
Kebutuhan meningkat pada keadaan diare, poliuria, pancreatitis dan keadaan
hiperkatabolik. Kehilangan Mg paling banyak melalui cairan gastrointestinal1,17.
5. Vitamin
Vitamin diperlukan untuk penggunaan komponen-komponen nutrisi.
Defisiensi vitamin yang sering dilaporkan pada NPE Total 1-2 minggu sampai 3
bulan ialah defisiensi asam folat dengan gambaranpansitopenia, defisiensi tiamin
dengan gambaran ensefalopati, defisiensi vitamin K dengan gambaran
hipoprotrombinemi. Kebutuhan vitamin yang diberikan melalui intravena lebih
besar dibanding melalui oral, diduga akibat ekskresi melalui ginjal yang lebih
16
besar. Sedangkan kelebihan vitamin A dan D dapat menyebabkan berturut-turut
dermatitis eksfoliativa dan hiperkalsemia1,16.
Kebutuhan vitamin yang direkomendasikan1:
a. VitaminAmg(IU) 1 (3300)
b. VitaminDug5 (200) IU
c. MtaminEug0U) l0 (10)
d. VitaminC 100mg
e. Asam Folat 400 ug
f. Riboflavin 3,6 mg
g. Piridoksin 4 mg
h. Asam Pantotenat 15 mg
i. Nikotinamid40 mg
j. Tiamin 3 mg
k. Sianokobalamin5 ug
l. Biotin 60 ug
6. Trace Element
Seng (Zn) merupakan unsur esensial dari berbagai enzim. Defisiensi
Zn menyebabkan dermatitis dan penyembuhan luka lambat yang dapat terjadi
dalam beberapa minggu. Defisiensi ini dapat dicegah dengan pemberian 3mg Zn
perhari, dan ada diare perlu tambahan 12 mg per hari setiap 1 liter cairan yang
keluar.l,2,1 Besi (Fe) penting untuk sintesis hemoglobin (Hb) sedang cadangan
dalam tubuh sedikit. Tembaga (Cu) diperlukan untuk maturasi eritrosit dan
metabolisme lipid. Mangan (Mg) penting untuk metabolisme Kalsium,{Fosfor,
proses reproduksi dan pertumbuhan. Kobalt (Co) merupakan unsur penting
vitaminB-121.
Trace element yang direkomendasikan (mcg/hari) 1:
a. Seng 2500-6000
b. Tembaga 500-1500
c. Iodine 130-910
d. Mangan 150-800
17
e. Florid 950
f. Kromium 10-15
g. Selenium 200
h. Molibdenum 20
Setelah berhasil menentukan kebutuhan nutrien per-hari, kita dapat
memilih kemasan infus yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Nutrisi parenteral
komersial yang dapat dipakai antara lain1:
a. mengandung kalori karbohidrat saja,
Dekstrose 5%; Dekstrose 10%; Dekstrose 40%
b. mengandung karbohidrat dan elektrolit
Triparen 1; Triparen 2;.KA-EN 1B; KA-EN 3A/B .
c. mengandung asam amino
Aminovel 600; Aminofusin 1000; Pan Amin G
d. mengandung lemak
Intralipid l0%; Intralipid 20%
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat diperlukan sebagai
sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu keharusan dan multak ada
dekstrose, sehingga mengurangi proses glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori
lain adalah emulsi lemak. Jika akan diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi
sama banyak dalam hal jumlah kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200
maka perhitungannya sebagai berikut3:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan hiperglikemia.
Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya diberikan seminggu sekali.
Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi hepar secara teratur3.
Contoh:
18
Hari I : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer Asetat)
Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
Cairan : 2000 cc
Asam amino : 17,5 gram
Energi : 870 kcal
Na+ : 30,8 mEq
K+ : 15 mEq
Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu dapat
ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data laboratorium, sedangkan
natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc yang mengandung 105 mEq Na+.
NaCl 3%=513 mEq Na+/L.
Hari III : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000 cc +
Ivelip 10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan. Perlu
diingat larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-menerus. Dengan
demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan lain yang daat diberikan
selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian nutrisi ini perlu disertai dengan
komposisi berbagai jenis cairan yang ada dipasaran termasuk osmolaritasnya3.
2.6. Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral
1. ASERING3
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
19
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000
ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil
risiko memperburuk edema serebral
2. KA-EN 1B3
Indikasi:
1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada
kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan
sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam
20
3. KA-EN 3A & KA-EN 3B3
Indikasi:
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan
elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4. KA-EN MG33
Indikasi :
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5. KA-EN 4A3
Indikasi :
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
21
Glukosa 40 gr/L
6. KA-EN 4B3
Indikasi:
1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L
7. Otsu-NS3
Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
8. Otsu-RL3
Indikasi:
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolic
9. MARTOS-103
Indikasi:
22
1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres berat dan defisiensi protein
3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4. Mengandung 400 kcal/L
10. AMIPAREN3
Indikasi:
1. Stres metabolik berat
2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
11. AMINOVEL-6003
Indikasi:
1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
4. Stres metabolik sedang
5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
12. PAN-AMIN G3
Indikasi:
1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
23
2. Nitrisi dini pasca operasi
3. Tifoid
2.7. Monitoring
Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap
harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya. Pemberian terapi
intravena menghadapkan pasien dengan berbagai risiko komplikasi lokal atau
sistemik. Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan penyumbatan kanula
terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang mencakup hiperglikemia,
septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh karena itu, monitoring
merupakan komponen penting dalam pemberian nutrisi parenteral7,13,14.
1. PEMANTAUAN LOKASI PERIFER
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus,
laju pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat
insersi. Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang
diresepkan, kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau
setiap 1 sampai 2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih
sering3.
a. Wadah Larutan Infus
Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang
infus sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis larutan dan
obat yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter dan informasi yang
tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label tanggal dan jam infus
dipasang. Banyak cara bisa digunakan untuk memberi label jam infus digantung
dan laju infus. Stiker tidak boleh ditempel menutupi informasi yang tercetak pada
wadah. Wadah tidak boleh diberi label dengan menulis dengan pena atau spidol,
24
karena tinta bisa menembus plastik dan bocor ke larutan intravena. Selanjutnya
perhatikan sisa larutan dalam wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan
seharusnya tinggal dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan
dan waktu yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai
pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml (bisa 15 atau 20 tetes per ml).
Jika anda berikan larutan infus dengan laju 20 tetes /menit menggunakan infus set
15 tetes/ml, maka ini sesuai dengan 80 ml per jam. Tampilan juga diperhatikan;
harus jernih dan bebas dari kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca
membutuhkan infus set dengan ventilasi atau perlu jarum udara3,13,14.
b. Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus.
Bila digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai 36
inci(76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran akan
bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi pasien. Jika
tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien menekuk lengan atau
pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga menyebabkan hantaran cairan
dan obat tidak tepat3.
Beberapa faktor lain bisa mengubah laju aliran, sebagai berikut3,7:
Viskositas cairan : darah, emulsi lemak, atau larutan koloid (misal albumin dan
dekstran). Mungkin perlu kanula lebih besar dan hindari vena kecil (misal vena
punggung tangan)
Temperatur larutan: larutan dingin bisa menginduksi spasme vena dan
memperlambat aliran
Infiltrasi, flebitis atau trombus
c. Dressing infus
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.
Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing lembab
atau integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa ini ada dressing
transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi tanda dini flebitis dan
infiltrasi3.
25
d. Tempat insersi
- Blanching
Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini
merupakan petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan. Jika ada
kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang. Pembahasan
terpisah mengenai infiltrasi dan flebitis telah diunggah pada situs ini dan bisa
diakses3,10.
2. PEMANTAUAN KOMPLIKASI METABOLIK
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius,
tetapi bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut
mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan
kalsium. Defisiensi elektrolit ini lazim dijumpai namun bisa dicegah dengan
pemantauan adekuat terhadap kadar plasma. Begitupula halnya dengan defisiensi
trace element dan vitamin, khususnya tiamin3.
Kelebihan glukosa bisa memperburuk hiperglikemia, yang diikuti
dengan prognosis buruk setelah operasi jantung, infark miokard dan stroke.
Hiperglikemia juga bisa mengganggu fungsi leukosit sehingga meningkatkan
angka infeksi nosokomial. Hipertriglieridemia bisa meningkatkan risiko steatosis
hepatis (perlemakan hati). Pemberian infus lipid selama kurun 4-8 jam bisa
mengakibatkan hipertensi pulmoner. Trigliserida serum harus diukur sebelum
memulai nutrisi parenteral dan sekali seminggu sesudahnya. Sebelum pemberian
nutrisi parenteral, pasien dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap uremia dan
pada mereka dengan deplesi volume rentan terhadap asidosis metabolik3,12.
2.8. Komplikasi
Dari berbagai komplikasi yang ada, dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu:
a. Mekanik
Komplikasi mekanik yang sering terjadi ialah akibat pemasangan kateter
vena sentral, yaitu pneumototaks, hidrotoraks, tromboflebitis, dan emboli
26
udara. Oleh karena itu pemaqangan vena sentral harus dikerjakan oleh
dokter yang terampil untuk itu10,11.
b. Metabolik
Komplikasi metabolik yang terjadi antara lain gagal jantung akibat
kelebihan cairan, hiperglikemia, hipoglikemia, hiperosmolar
ketidakseimbangan elektrolit, defisiensi asam lemak esensial. Untuk
mengatasi masalah ini, terapi NPE harus dimulai dengan dosis rendah
(start low) dan dinaikkan secara perlahan (go slow), dengan pemantauan
yang ketat1,2,3.
c. Infeksi
lnfeksi melalui kateter pada NPE jarang terjadi pada 72 jam pertama. Bila
ada panas selama T2 jam pertama, harus dicari kemungkinan penyebab
dari sumber lain. Untuk memastikan adanya infeksi melalui kateter harus
dilakukan kultur mikroorganisme ujung kateter10,11.
27
BAB III
KESIMPULAN
1. Definisi nutrisi parenteral adalah semua upaya pemberian zat nutrient langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan
2. Indikasi nutrisi parenteral yaitu pasien yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.
3. Cara pemberian nutrisi parenteral meliputi beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu:
a. Identifikasi status gizi.
b. menentukan problem nutrisi.
c. menghubungkan tujuan NPE dengan penyakit primemya.
d. menghitung kebutuhan nutrien per hari.
e. menyusun kebutuhan nutrien dengan preparat cairan yang tersedia.
f. menentukan cara pemasangan infuse.
4. akses nutrisi parenteral diberikan melalui pembuluh vena, yang secara umum
dibagi menjadi dua jalur, yaitu melalui vena sentral (Central Vein Nutrition /
CPN) dan vena perifer (Peripheral Parenteral Nutrition / PPN).
5. Sumber nutrisi parenteral yaitu karbohidrat, lemak, protein, elektrolit, vitamin,
dan trace element.
6. jenis-jenis nutrisi parenteral yaitu asering, Ka-en 1b, Ka-en 3a & ka-en 3b, Ka-
en mg3, Ka-en 4a, Ka-en 4b, Otsu-ns, Otsu-rl, Martos-10, Amiparen,
Aminovel-600, dan Pan-amin g.
7. Monitoring nutrisi parenteral meliputi pemantauan lokasi perifer dan
pemantauan komplikasi metabolic.
28