Download - Chapter Iwr
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pencapaian kesejahteraan masyarakat dilalui dengan jalan
perubahan-perubahan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan tersebut
dilakukan melalui pembangunan, tujuan pembangunan masyarakat ialah perbaikan
kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat, sehingga kemiskinan dan
lingkungan hidup masyarakat mengalami perubahan.
Pembangunan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu Negara atau bangsa
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, misalnya pembangunan dibidang
ekonomi, apabila pembangunan ekonokmi telah berjalan dengan baik maka pembangunan
dibidang lain akan berjalan dengan baik. (Siagian, 2000:4)
Suatu skema baru otonomi daerah yang didalamnya termuat semangat melibatkan
masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh
sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus adanya seluruh
aspirasi masyarakat semenjak dini (Abe, 2005)
Lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintah, melalui
otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif
masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah juga harus ada sebab
masyarakat adalah pemilik kedaulatan, masyarakat adalah membayar pajak dan
masyarakat adalah subjek dalam pembangunan. Selain itu, program-program yang di
rumuskan dan dilaksanakan secara partisipasi turut memberikan kesempatan secara
langsung kepada masyarakat dalam perencanaan yang menyangkut kesejahteraan mereka
dan melaksanakan sendiri serta memetik hasil program yang dicapai.
Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu elemen proses
pembangunan desa, oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu
dibangkitkan terlebih dahulu oleh pihak lain seperti pemerintah desa, sehingga dengan
adanya keterlibatan pemerintah desa besar kemungkinan masyarakat akan merasa diberi
peluang atau kesempatan ikut serta dalam pembangunan, karena pada dasarnya
menggerakkan partisipasi masyarakat desa merupakan salah satu sasaran pembangunan
desa itu sendiri.
Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas
kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu ikut masyarakat dilibatkan
baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah
yang dianggap lebih tahu kondisi lingkungannya.
Dimana dominasi Negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran serta
langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan
demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan
secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya
partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek
semata. Salah satu kritik adalah masyarakat merasa “tidak memiliki” dan “acuh tak acuh”
Universitas Sumatera Utara
terhadap program pembangunan yang ada. Penempatan masyarakat sebagai subjek
pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara
aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi pembangunan,
terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat
kualitas.
Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu
akan memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan
serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan
pembangunan. Masyarakat lokallah yang mengetahui apa permasalahan yang di hadapi
serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya, bahkan pola mereka akan mempunyai
“pengetahuan lokal” untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut.
Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa
keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya
tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam
pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian ragam dan kadar partisipasi
seringkali ditentukan secara massa yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan.
Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat
untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum
menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khsususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh
ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-
program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan
pada saat pelaksanaan tapi juga mulai tahapan perencanaan bahkan pengambilan
keputusan.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari
partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk pemerintah desa yaitu Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai
lembaga legislatif desa.
Secara historis desa merupakan embrio bagi terbentuknya masyarakat politik dan
pemerintahan di Indonesia. Jauh sebelum Negara dan pemerintahan ini terbentuk,
etensitas sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan lain sebagainya, telah menjadi
institusi sosial yang mempunyai posisi sangat penting. Mereka ini merupakan institusi
yang otonom dengan tradisi, adat sitiadat dan hukumnya sendiri yang mengakar kuat,
secara relatif mandiri dari campur tangan etensitas kekuasaan dari luar. (Santoso, 2003:2)
Adanya kebijakan otonomi daerah telah memberikan kewenangan kepada daerah
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi yang berkembang pada masyarakat. Kebijakan tersebut memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk turut serta berpartisipasi dalam seluruh proses kebijakan
pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan.
Untuk mewujudkan kegiatan pembangunan yang lebih demokratis sebagai upaya
dalam mendukung berjalannya roda pemerintahan, pemerintah pusat telah memberikan
wewenang kepada daerah untuk lebih menentukan nasib pembangunan daerah itu sendiri
melalui UU No. 32 Tahun 2004 tetang pemerintah daerah. Maksud dan tujuan Undang-
Undang tersebut adalah menciptakan pemerataan pembangunan nasional dalam mengatasi
kesenjangan antar daerah, karena dengan pembangunan daerah itulah yang akan dapat
menjangkau pelosok negeri.
Universitas Sumatera Utara
Konsekuensi implementasi otonomi daerah yang diamanatkan dalam UU No. 32
Tahun 2004 mengenai pemerintah desa, terdapat dalam pasal 206 yaitu mengenai urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup sebagai berikut:
1. Urusan pemerintah desa yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
2. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah/kabupaten/kota.
4. Urusan pemerintah lainya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan
kepada desa.
Kemudian dalam pasal 208 terdapat tugas dan kewajiban kepala desa dalam
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Makna utama dari undang-undang ini bagi desa adalah kedudukan desa yang tidak
lagi dibawah kecamatan. Desa adalah entitas politik yang otonom. Fungsi kecamatan
dalam konteks ini adalah sekedar menjalankan fungsi administratif dan koordinatif di
wilayah kecamatan, sesuai dengan status kecamatan yang tidak lagi menjadi sebuah
wilayah kekuasaan melainkan sekedar sebagai perpanjangan dari kabupaten.
Pemerintah daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Pemerintah daerah yang dimaksud adalah termasuk didalamnya pemerintah
desa. Pemerintah desa diharapkan mampu membentuk daerah baik kemampuan ekonomi,
potensi daerah, kependudukan, sosial politik maupun pertahanan dan keamanan. Disini
jelas bahwa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelenggaraan
Universitas Sumatera Utara
otonomi daerah perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar
Pemerintahan Daerah.
Hakikat otonomi daerah adalah efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yang ada pada akhirnya bernuansa pada pemberian pelayanan kepada
masyarakat yang hakikatnya semakin lama semakin baik, disamping untuk memberi
peluang peran serta masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan secara
luas dalam konteks demokrasi, dan bila dikaitkan dengan pemerintah desa yang
keberadaanya adalah berhadapan langsung dengan masyarakat, maka sejalan dengan
otonomi daerah yang dimaskud, upaya untuk memberdayakan pemerintah desa harus
dilaksanakan, karena posisi pemerintah yang paling dekat masyarakat adalah pemerintah
desa
Peran serta masyarakat dan partisipasinya dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan desa dari seluruh aspeknya, tidak akan dapat berjalan
secara maksimal, bilamana pemerintah desa (Kepala Desa) sebagai orang yang terdepan
dengan memiliki kewenangan untuk menggerakkan masyarakat sebagai administrator
pembangunan besifat apatis atau acuh tak acuh terhadap kondisi masyarakatnya dan
pemerintahannya, maka yang terjadi adalah kefakuman.
Dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004 yaitu pada pasal 208 “Tugas dan
kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintah desa diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Peraturan
Pemerintah tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang
pemerintah desa yaitu pasal 8 yang isinya “Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan
Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa sebagaimana dimaksud
Universitas Sumatera Utara
dalam pasal 7 huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat
meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.
Dari ketentuan diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa yaitu
kepala desa adalah sebagai administrator pembangunan pada bidang pemerintahan,
administrator pada bidang kemasyarakatan, administrator pada bidang ekonomi,
administrator pada bidang keamanan dan ketertiban, dan administrator pada bidang-
bidang hukum dan adat
Konsekuensi dari kenyataan tersebut, pemerintah desa (Kepala Desa) harus
mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin masyarakat dalam berbagai bidang
pembangunan dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Keadaan inilah
yang terkadang kurang dipahami oleh pemerintah desa sehingga antara harapan
masyarakat dengan kenyataan yang dihadapi tidak pernah bersentuhan, dengan kata lain
antara ketentuan dengan rasa ego yang saling berhadapan.
Hal yang menarik dan sejauh pengamatan penulis di Desa Pulau Kumpai terlihat
bahwa pemerintah desa (Kepala Desa) belum maksimal dalam melakukan fungsi
motivator sebagai pemerintah desa. Dan keadaan yang terjadi di Desa Pulau Kumpai
pemerintah desa yakni kepala desa sebagai motivator pemerintahan tidak terwujud di
tengah-tengah masyarakat. Pelayanan akan kebutuhan masyarakat dalam bidang tidak
terpusatkan kepada salah satu tempat strategis yang secara khusus sebagai tempat
pelayanan.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan” (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai
Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting agar di ketahui arah jalannya suatu penelitian.
Batasan masalah bukan batasan pengertian. Tidak jarang mahasiswa yang
mencampuradukkan kedua jenis batasan tersebut. Ada yang menganggap sebagai dua hal
tetapi sama. Ada yang mengunakan secara tebalik. Batasan masalah merupakan sejumlah
masalah yang merupakan pertayaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui
penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan
permasalahan. (Arikunto, 2005:14)
Berpangkal tolak dari latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Pulau Kumpai?
2. Bagaimana peran pemerintah desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di Desa Pulau Kumpai?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai
atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Adapun
yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di
Desa Pulau Kumpai.
2. Untuk mengetahui peranan pemerintah desa dalam mendorong partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui faktor-fakor penghambat dan pendorong yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di Desa Pulau Kumpai.
D. Manfaat Penelitian
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
bagi kami sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan dalam penelitian ini. Adapun
manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik dalam menambah bahan kajian perbandingan
bagi yang mengunakannya.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai
permasalahan dan juga masukan bagi pemerintah desa dan masyarakat di Kecamatan
Pangean dalam melaksanakan pembangunan.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan terutama pemerintah desa
dan masyarakat dalam pembangunan desa.
4. Bagi penulis, berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan brfikir
dan melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama masa
perkuliahan
Universitas Sumatera Utara
E. Kerangka Teori
Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh,
dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya
landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2003:55)
Menurut Hoy dan Miskel (dalam Sugiyono, 2003:55), teori adalah seperangkat
konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan
menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan
teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Peranan Pemerintah Desa
1.1 Peranan
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat
tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan
peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989)
Menurut Soekanto (1990:268) peranan meliputi norma yang dihubungkan
dengan posisi seseorang dalam masyarakat sebagai rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan sosial. Artinya adalah posisi yang dimiliki
seseorang tersebut seperti kepala desa yang merupakan pemerintahan desa, dengan
posisi tersebut pemerintah desa akan lebih memiliki wewenang untuk menegakkan
peraturan-peraturan dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204)
meliputi:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian
peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai
struktur sosial masyarakat.
Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2004:148) peranan diartikan sebagai
perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya
menurut Ali (2000: 304) peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang
memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali
tersebut mangandung maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang
yang lebih memiliki tanggungan dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran dan
tanggung jawabnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat yang dipimpinnya.
1.2 Pemerintah Desa
Dalam pemerintah daerah Kabupaten/Kota di bentuk pemerintahan desa yang
terdiri dari kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perangkat desa
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Perangkat desa terdiri dari
Sekretaris Desa (SEKDES) dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
Universitas Sumatera Utara
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. pembentukan, penghapusan, dan
penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa
di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi
kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah (PERDA).
Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga Negara Republik
Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh Peraturan
Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang
memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala
desa. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan,
hukum adat istiadat setempat yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan
sebaga unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari
penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan
dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga,
pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh dan pemuka masyarakat
lainya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Badan Permusyarawatan Desa (BPD) berfungsi menetapkan peraturan desa
bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Adapun
wewenang BPD yaitu membahas rancangan peraturan desa dan peraturan kepala desa,
mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, membentuk panitia
Universitas Sumatera Utara
pemilihan kepala desa, menggali menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, dan menyusun tata tertib BPD
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai hak, meminta keterangan
kepada pemerintah desa, menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai kewajiban
mangamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan,
melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
mempertahankan dan memilihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat, memproses pemilihan kepala desa, mendahulukan kepentingan
umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, menghormati nilai-nilai
sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat, dan menjaga norma dan etika
dalam hubungan kerja dengan lembaga masyarakat.
Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintah desa, menurut
Nurcholis (2005:138) pemerintah mempunyai tugas pokok:
1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum,
membangun dan membina masyarakat
2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten
Dari tugas pokok tersebut lahirlah fungsi pemerintah desa yang berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi pemerintah
desa merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu
didalam situasi sosial suatu kelompok masyarakat (Rivai, 2004:53)
Universitas Sumatera Utara
Adapun fungsi pemerintah desa secara operasional dapat dibedakan dalam
fungsi pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemerintah sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
pemerintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini digunakan sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai
usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan
mungkin perlu konsultasi dengan masayarakat-masyarakat yang di pimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemerintah desa berusaha mengaktifkan
masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi
dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak
mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau
menetapkan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pemerintah.
Fungsi delegasi ini pada dasarnya berarti kepercayaan.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengantar aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam. Koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksankan fungsi pengendalian pemimpin dapat mewujudkannya
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.
Berdasarkan pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa
pemerintah desa mempunyai tugas penyelenggaraan urusan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud
adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti
pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan
Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang
dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana
fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa. Ketiga,
urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan
kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat
istiadat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas kepala desa mempunyai
wewenang:
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD
b. Mengajukan rancangan pengaturan desa
c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD
d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mangenai APB Desa untuk
dibahas dan ditetapkan bersama BPD
e. Membina kehidupan masyarakat desa
f. Membina preekonomian desa
Universitas Sumatera Utara
g. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif
h. Mewakili desanya didalam dan diluar pengendalian dan dapat menunjukan kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Seluruh fungsi pemerintah desa tersebut dilaksanakan atau diselenggarakan dalam
aktivitas pemerintah desa secara integral.
Pelaksanaan berlangsung sebagai berikut:
1. Pemerintah desa berkewajiban manjabarkan program kerja
2. Pemerintah desa harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan
mengeluarkan pendapat
3. Pemerintah desa harus berusaha memberikan petunjuk yang jelas
4. Pemerintah desa harus mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan masalah sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing
5. Pemerintah desa harus mampu mengembangkan kerjasama yang harmonis
6. Pemerintah desa harus mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan
memiliki tanggung jawab
7. Pemerintah desa harus mampu mendayagunakan pengawasan sebagai alat
pengendali
Dari ketentuan diatas telah dijelaskan fungsi dan tugas pemerintah desa akan
tetapi perlu diketahui bahwa pentingnya kerjasama dengan orang lain dalam rangka
pencapaian tujuan, apakah itu tujuan individu atau kelompok. Berangkat dari
Universitas Sumatera Utara
kenyataan bahwa secara interen dalam diri setiap manusia terdapat keterbatasan-
keterbatasan, baik dalam arti fisik maupun intelektual. Dalam berbagai keterbatasan
tersebut tidak memungkinkan seseorang manusia memuaskan segala keinginan,
harapan, cita-cita dan kebutuhannya apabila bekerja sendirian tanpa bantuan oleh
orang lain.
Dalam suatu masyarakat yang sederhana sekalipun, dalam keadaan mana
tujuan yang hendak dicapai masih sederhana dan kebutuhan yang hendak dicapai
tidak rumit, kerjasama dengan orang lain sudah dirasakan pentingnya.
Dalam hubungan ini perlu ditekankan bahwa masyarakat terdiri dari individu-
individu yang mempunyai jati diri yang khas dengan cita-cita, harapan, keinginan dan
kebutuhan yang berbeda, perbedaan tersebut harus diterima dan diakui sebagai
kenyataan. Mengakui dan menerima kenyataan secara implisit juga berarti bahwa
manusia merupakan makhluk yang dinamis. Salah satu implikasi dinamika itu ialah
bahwa makin maju seseorang dan suatu masyarakat maka kebutuhannya pada
giliranya menjadikan upaya pencapaiannya semakin sulit (Siagian, 2000:132).
Dua manisfestasi yang menonjol dari dinamika tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Semakin maju suatu masyarakat, mereka semakin sadar bahwa pemuasan
kebutuhan yang bersifat fisik saja seperti sandang, pangan dan papan tidak lagi
memadahi seperti kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan sosial, pengakuan
akan harkat dan martabat, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat
azasi.
2. Berkat keberhasilan suatu Negara menyelenggarakan pembangunan dibidang
sosial budaya khususnya pendidikan, para warga Negara dan masyarakat semakin
Universitas Sumatera Utara
cerdas sehingga membuat mereka semakin sadar akan hak dan kewajiban,
meskipun harus diakui bahwa tidak sedikit diantara mereka yang cenderung lebih
mengutamakan perolehan haknya dibandingkan dari kewajiban
Dari dua hal diatas terlihat bahwa dinamika masyarakat baik secara individu
sebagai masyarakat dan akhirnya sebagai bangsa menuntut peningkatan peranan
pemerintah desa dengan seluruh jajarannya untuk memainkan peranan secara proaktif
dan menyelenggarakan fungsinya secara efisiensi dan efektif.
Untuk mewujudkan peranan pemerintah desa tersebut maka perlu dan harus
melakukan komunikasi dengan masyarakat supaya mereka mengerti tentang ide
pembangunan sehingga dapat dan mau berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang akan dan sedang
dilakukan.
2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
2.1 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan maupun secara berkelompok maupun masyarakat untuk menyatukan
kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan masyarakat tersebut. Partisipasi dapat di definisikan sebagai
keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok
yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisipasi
merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk
mambantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua,
partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai
pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi perolehan keahlian, pengetahuan dan
pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk
membangun.
Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut
mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurut Juliantara (2004:84)
partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga Negara yang mempunyai hak
dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi
institusi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan
berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.
Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi
masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari
kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa
tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat menyetujui
suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan
sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.
Menurut Adisasmita (2006:38) partisipasi masyarakat dapat di definisikan
sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.
Peningkatan partisipasi masyarakat tersebut merupakan salah satu bentuk
pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorientasi pada
Universitas Sumatera Utara
pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan).
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai
berikut:
a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, data, rencana, dan
teknologi)
b. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan)
c. Aspek keluar atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efesiensi)
Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengarkan
dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau
sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna
meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha
pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian
“pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
Menurut Dwipayana (2003:81), partisipasi menyangkut dua dimensi yakni
keluar dan kedalam. Yang pertama, menyangkut partisipasi yang melibatkan
pemerintahan itu sendiri dan kedua, menyangkut partisipasi warga desa terhadap
jalannya pemerintahan. Partisipasi yang melibatkan pemerintahan itu sendiri adalah
menyangkut seberapa besar keikutsertaan aparatur desa dalam pembangunan desa, hal
ini dapat tercermin dari penegakkan demokrasi, manjalin hubungan yang harmonis
dengan lembaga adat ataupun agama yang ada, pengelolaan konflik dan menciptakan
masyarakat yang mandiri serta menjalankan pemerintahan yang baik dan benar sesuai
dengan koridor hukum dan peraturan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam suatu masyarakat yang sudah berkembang, maka tingkat partisipasi
masyarakat tersebutpun boleh dikatakan cukup baik, tingkat ini tergantung dari
kesadaran masyarakat adalah tanggung jawabnya terhadap pembangunan, rasa
tanggung jawab dan kesadaran ini harus muncul apabila mereka dapat mensetujui
suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Muncul apabila mereka dapat mensetujui
suatu hal atau dapat menyerap suatu nilai. Untuk itulah diperlukan adanya perubahan
sikap mental kearah yang lebih baik yang dapat mendukung pembangunan.
Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi akan memunculkan kemandirian
masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya, yang secara
bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat tersebut secara
maksimal.
Menurut Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:
a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan
pembangunan yang dilakukan pemerintah.
b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan.
c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang
harus ditumbuhkembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki
(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sense of responbility) dari masyarakat
secara sadar, bergairah dan tanggung jawab (Tjokromidjojo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Taliziduha Ndraha ada beberapa wadah bagi terwujudnya partisipasi
masyarakat, sebagai berikut:
1. Wadah partisipasi buah pikiran (yang diberikan dalam rapat), rapat yang
dimaksud seperti rapat mingguan di desa, seminar, penataran-penataran.
2. Wadah partisipasi tenaga.
Yang diberikan dalam perbaikan pembangunan agar partisipasi tenaga merupakan
pendorong, perlu di usahakan penertiban, penjelasan-penjelasan tentang manfaat.
Dari partisipasi ini banyak hal yang didapat antara lain bangkitnya rasa berlomba,
rasa tanggung jawab.
3. Wadah partisipasi benda.
Dikalangan masyarakat masih hidup kesediaan memberikan harta benda terhadap
usaha yang dirasakan meringankan beban hidup mereka seperti perbaikan kondisi
jalan, sumbangan, ronda malam.
4. Wadah partisipasi keterampilan.
Di desa banyak yang memiliki keterampilan, tetapi belakang ini mangalami skill
drain, karena mereka telah mengalir ke kota.
Dilihat dari pengamatan penulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut
dapat bersifat positif maupun negatif. Faktor-faktor yang bisa menjadi daya
pendorong agar masyarakat ikut berpartisipasi yaitu:
a. Partisipasi dilakukan melalui usaha penerapan demokrasi artinya masyarakat desa
diberikan kesempatan memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya baik
diantara alternatif pemerintah maupun dari alternatif masyarakat itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
b. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah
ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.
c. Partisipasi dilakukan melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa.
d. Setiap keputusan masyarakat, sepanjang mengenai kepentingan mereka harus
dihormati dan diakui.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat masyarakat tidak ikut berpartisipasi
adalah:
a. Faktor ekonomi
Lapisan masyarakat setempat lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari. Pada
umumnya sebagian besar masyarakat memiliki mata pencharian bertani, dengan
bertani mereka merasa kebutuhan masih belum mencukupi sehingga, masyarakat
menilai bahwa pembangunan merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintahan
daerah.
b. Pendidikan yang relatif rendah
Dengan adanya tingkat pendidikan yang relatif rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keahlian dan keterampilan tertentu sehingga, seseorang
kurang memahami permasalahan yang dihadapi.
c. Terdapatnya kecederungan kaum elit komunitas atas saja yang mampu dan
berkesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
d. Dewasa ini pembangunan masyarakat lebih berbaur politik artinya pembangunan
masyarakat dijadikan alat komunikasi politik atau simbol politik.
Partisipasi yang dilibatkan warga desa adalah menyangkut keikutsertaan yang
bertalian dengan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan yang dapat terlihat
dari bentuk partisipasi masyarakat baik dari segi moral ataupun material. Ikut
menyumbang ide-ide, peduli terhadap pembuatan keputusan dan hasil keputusan,
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan desa dan senantiasa menunaikan
kewajibannya selaku warga Negara yang baik yaitu dengan membayar pajak yang
berguna pendanaan pembangunan di desa itu sendiri pada khususnya maupun untuk
pembangunan Negara ada umumnya merupakan sedikit contoh bagaimana bentuk dari
partisipasi masyarakat yang harus dilakukan. Selanjutnya partisipasi masyarakat desa
dalam pembangunan yang sering di abaikan dan hampir tidak kelihatan adalah
partisipasi dalam hal pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan bahwa selama ini
kebijakan-kebijakan yang ada adalah kebijakan yang diambil secara sepihak yaitu
pemerintahan itu sendiri baik dari level yang paling atas (pemerintah pusat) sampai
pada akhirnya jatuh kepada kepala desa. Pengambilan keputusan ini seringkali tidak
melibatkan masyarakat desa sehingga pada tiap-tiap desa untuk wilayah tertentu akan
sulit menterjemahkan kebijakan yang ada karena tidak sesuai dengan kondisi maupun
keinginan masyarakat setempat.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat akan sangat tergantung kepada siapa yang menentukannya,
bagaimana proses penentuannya serta bagaimana diimplementasikanya agar
masyarakat dapat membangun opini dan menentukan berpihakan publik, maka
diperlukan suatu mekanisme yang memberikan ruang kepada masyarakat untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. Untuk itu harus ada
Universitas Sumatera Utara
rumusan ataupun strategi yang di ciptakan guna melibatkan masyarakat dalam
pengambilaan keputusan mengenai kebijakan yang bersifat langsung melibatkan
kepentingan desa dan masyarakat desa itu sendiri.
Hidayat (2004:74) membuat strategi perencanaan bersama masyarakat yaitu
melalui serangkaian aktivitas perencanaan bersama masyarakat berusaha menguatkan
kapasitas masyarakat sekaligus mengupayakan kerjasama/kemitraan yang lebih erat
antar berbagai pelaku pembangunan (Pemerintah Daerah, DPRD dan Masyarakat)
dalam menghasilkan kebijakan yang benar-benar dibutuhkan daerah.
Strategi perencanaan masyarakat yang dilakukan adalah untuk menjadikan
partisipasi masyarakat bukan sebagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah
daerah dengan alasan kebaikan hati melainkan dimaksudkan sebagai suatu pelayanan
dasar yang tersedia dan bagian yang menyatu dalam pengelolaan pembangunan
daerah di era ini. Adapun tujuan dari serangkaian aktivitas perencanaan bersama
masyarakat meliputi antara lain mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan
antara masyarakat dengan pemerintahannya, mendorong masyarakat dan aparat
pemerintah secara bersama-sama untuk mencapai jalan keluar dari berbagai masalah
umum yang mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan
demokratisasi, membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan
pembangunan daerah secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang
diupayakan. Untuk itu keterlibatan antara kedua belah pihak ini (Aparat pemerintah
dan masyarakat) dalam pembangunan sangatlah di butuhkan guna kemajuan bersama
sebagai bentuk orientasi dari pembangunan.
Dengan demikian selanjutnya penulis akan menekan penulisan ini pada sejauh
mana partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kebijakan
Universitas Sumatera Utara
yang ada di desa tersebut, pertisipasi yang berbentuk materi yang merupakan bentuk
parstisipasi paling konkret dalam pembangunan, partisipasi dalam tenaga yang
tercermin dari keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangatlah dibutuhkan
guna kemajuan bersama sebagai motivasi guna pembangunan yang berkelanjutan.
2.2 Pembangunan
dalam Agus Suryono memberikan definisi pembangunan bahwa
pembangunan seharusnya merupakan suatu proses yang saling terkait antara proses
pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial, dan demokrasi politik yang terjadi dalam
lingkaran sebab akibat kumulatif (circular cumulative caution). Pembangunan sudah
menjadi kata kunci bagi segala hal. Secara umum, kata pembangunan diartikan
sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warga negaranya
(Budiman, 1995:1).
Menurut Suroto, pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat. Guna penetapan tujuan dan sasaran pembangunan pada
tiap tahap, untuk alokasi sumber-sumber serta untuk mengatasi rintangan
keterbatasan dan pertentangan ini dan untuk melakukan koordinasi kegiatan, di
perlukan kebijaksanaan yang memuat program dan cara-cara yang relevan dan efektif
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata lain,
kebijaksanaan berisi tujuan keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai
pada tiap tahap pembangunan, cara yang perlukan dilakukan untuk mengatasi semua
atau berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan dan pertentangan yang ada atau di
perkirakan akan terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber pembangunan yang
Universitas Sumatera Utara
optimal, serta cara melakukan koordinasi semua kegiatan yang efektif. (Suroto,
1983:78).
Pembangunan sebagai suatu peningkatan kapasitas untuk mempengaruhi
masa depan mempunyai beberapa implikasi tertentu. Pertama, berarti memberikan
perhatian terhadap kapasitas, terhadap apa yang diperlukan dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan. Kedua, ia
mencakup keadilan (equity), perhatian yang berat sebelah kepada kelompok tertentu
akan memecah belah masyarakat dan mengurangi kapasitasnya. Ketiga, penumbuhan
kuasa dan wewenang, dalam pengertian bahwa hanya jika masyarakat mempunyai
kuasa dan wewenang manfaat tertentu maka mereka akan menerima manfaat
pembangunan. Dan pada akhirnya pembangunan berarti perhatian yang sungguh-
sungguh terhadap saling ketergantungan di dunia serta perlunya menjamin bahwa
masa depan dapat ditunjang kelangsungannya. (Ketaren, 2008:37)
Randy dan Riant memberikan definisi pembangunan secara sederhana, yaitu
pembangunan secara sederhana diartikan sebagai suatu perubahan tingkat
kesejahteraan secara terukur dan alami. Dalam menyelenggarakan tindakan
pembangunan, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatanya. Dana
tersebut dihimpun dari warga Negara dalam bentuk: pajak, pungutan, serta yang di
peroleh secara internal dari pendapatan bukan pajak dan laba perusahaan publik.
Kesejahteraan manusia merupakan fokus dari tujuan pembangunan, motivasi pelaku
pembangunan, dan perioritas pembiayaan pembangunan. (Randy dan Nugroho,
2006:10)
Universitas Sumatera Utara
F. Definisi Konsep
Definisi konsep dalam penelitian digunakan untuk menggambarkan secara tepat
fenomena yang hendak diteliti. Menurut Irawan (Dalam Bagong Suryanto, 2005:49)
konsep adalah makna yang berada di alam fikiran atau di dunia kepahaman manusia yang
dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Konsep adalah
istilah dan definisi yang gunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian,
keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian dalam ilmu sosial
(Singarimbun, 1995:33).
Dalam penelitian ini yang menjadi definisi konsep adalah:
a. Peranan merupakan perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan jabatan atau
fungsinya.
b. Pemerintah desa merupakan Kepala Desa, BPD dan perangkat desa sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintah desa.
c. Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk uang
(benda), pikiran (ide), tenaga (gotong royong).
d. Pembangunan merupakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang merupakan suatu proses yang saling terkait antara ekonomi, perubahan
sosial, dan demokrasi politik.
G. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (1995:46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional berisi tentang indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
variabel. Maka yang menjadi operasionalisasi dalam penelitian adalah pemerintah desa
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Indikator dari pemerintah desa dilihat dari fungsi kepemimpinan kepala desa:
a. Fungsi instruktif, menentukan perintah, mengerjakan perintah, bagaimna cara
mengerjakan.
b. Fungsi konsultatif, cara menetapkan keputusan.
c. Fungsi partisipasi, mengaktifkan orang-orang dalam pengambilan keputusan
maupun dalam melaksanakannya.
d. Fungsi delegasi, melimpahkan wewenang sementara kepada bawahan.
Dan indikator dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan:
a. Wujud atau demensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam
Musrenbang, misalnya berupa ide, gagasan, materi maupun sumbangan.
b. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah.
Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat diibatkan dalam proses
penyusunan program-program pembangunan, sperti penyusunan program
pembuatan jalan, jembatan, sumur bersih, rumah layak huni, Mandi Cuci Kakus
(MCK) dan lain-lain.
c. Kesesuaian pembangunan derah yang akan dilakukan dengan kebutuhan
masyarakat. Artinya apakah program yang ditetapkan sesuai dengan hasil
musrenbang yang telah dilaksanakan.
d. Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses pelaksanaan
pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
H. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, definisi operasional dan
sistematika penulisan
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik analisa data
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana
penelitian dilakukan
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang akan dianalisis
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisis data yang diperoleh dari penelitian dan
memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran-saran yang disajikan
sebagai bahan pertimbangan objek penelitian
Universitas Sumatera Utara