Download - CA Mammae (Kasus)
LAPORAN KASUSBAGIAN ILMU BEDAH
CA MAMMAE SINISTRA
KONSULEN
dr. H. Pudjana Basuki Pandji, Sp.B
Disusun Oleh :
Aga Haris, S.Ked
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
SMF BEDAH RSUD TASIKMALAYA
2013
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Uum
Usia : 62 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tasikmalaya
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Dikirim oleh : Datang sendiri
Masuk rumah sakit : 6 Maret 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan di payudara kiri sejak 1th lalu
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke Poli RSUD Tasikmalaya dengan keluhan terdapat
benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun lalu sebesar buah kelapa yang telah
dibuka kulitnya, awalnya benjolan muncul sebesar kelereng semakin lama
terus membesar hingga sekarang. Permukaan kulit muncul borok keluar
nanah dan darah yang merembes terus menerus, borok muncul ± 3-4 bulan
lalu semenjak munculnya borok pasien sering merasa nyeri pada
payudaranya tersebut.
Pasien juga mengeluhkan adanya 1 benjolan diketiak kiri sebesar
kelereng dan tidak nyeri ± 2 bulan lalu. Sekitar 1 bulan ini pasien sering
batuk-batuk berdahak, dahak berwarna kuning namun jumlahnya sedikit,
tidak ada darah, terkadang merasakan sesak ringan yang hilang timbul.
Dalam kurun waktu beberapa bulan ini pasien makan dengan porsi
sedikit karena nafsu makan berkurang, anak kandung pasien mengatakan
ibunya tampak semakin kurus tidak seperti sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung maupun
pengobatan TB.
Riwayat habituasi :
-
Riwayat operasi :
Pasien belum pernah operasi.
Riwayat pengobatan :
Pasien sering minum obat-obat tradisional
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Riwayat alergi :
Tidak ada alergi makanan dan obat.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 130 /70 mmHg
Rr : 24 x/menit
Hr : 82 x/menit
T : 37,0 0c
Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut
Mata : SI -/-, CA +/+, pupil isokor, R.cahaya +/+
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -
Gigi : terdapat ada caries
b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP
c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Depan:
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Tampak massa di mammae sinitra (lihat status
Lokalis)
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada massa, tidak
ada krepitasi.
Perkusi : pekak di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler normal +/+. Rh -, wh -.
Belakang :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler normal +/+, suara tambahan -/-
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -
Perkusi : batas jantung : normal, tidak ada pembesaran
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal
dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikularis
sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Soepel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan-
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen
e. Pemeriksaan anogenital:
Pemeriksaan ekstremitas :
Kekuatan otot : 5555 5555Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainanRefleks fisiologis : (+/+)Refleks patologis : (-/-)Edema : (-/-)
STATUS LOKALIS :
Pemeriksaan mammae sinistra :
Inspeksi : Tampak massa sebesar buah kelapa yang telah dikupas
kulitnya a/r mammae sinitra, retraksi +, peau d’orange +, abses +,
darah+. Tidak tampak benjolan a/r axila sinistra
Palpasi : Teraba massa 10x10, terfiksir, konsistensi keras,
permukaan tidak rata, batas tegas a/r mammae sinistra. Teraba
massa ukuran 3x3, mobile, konsistensi keras, permukaan licin,
batas tegas, a/r axilla anterior sinistra.
Auskultasi : -
Perkusi : -
IV. RESUME
Terdapat benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun lalu sebesar buah
kelapa yang telah dibuka kulitnya, semakin membesar, Permukaan kulit
muncul borok keluar nanah dan darah yang merembes terus menerus.
Adanya 1 benjolan diketiak kiri sebesar kelereng dan tidak nyeri ± 2
bulan lalu. Sekitar 1 bulan ini pasien sering batuk-batuk berdahak,
dahak berwarna kuning namun jumlahnya sedikit, tidak ada darah,
terkadang merasakan sesak ringan yang hilang timbul.
Terdapat penurunan berat badan.
Pemeriksaan mammae sinistra :
Inspeksi : Tampak massa sebesar buah kelapa yang telah dikupas
kulitnya a/r mammae sinitra, retraksi +, peau d’orange +,
abses +, darah+. Tidak tampak benjolan a/r axila sinistra
Palpasi : Teraba massa 10x10, terfiksir, konsistensi keras,
permukaan tidak rata, batas tegas a/r mammae sinistra.
Teraba massa ukuran 3x3, mobile, konsistensi keras,
permukaan licin, batas tegas, a/r axilla anterior sinistra.
Auskultasi : -
Perkusi : -
V. DIAGNOSA KERJA
Ca mammae sinitra dengan ekstensi ke kulit mammae sinistra, KGB axilla
sinistra, dan pulmo.
VI. PENATALAKSANAAN
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad funtional : ad bonam
PEMBAHASAN
A. Hernia Secara Umum
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.
Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional
(sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi
kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan.
Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang
disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus. Bila
terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka
disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan
gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan
didapat (acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus
vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi
sehingga isi perut tidak dapa masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui kantong dan isi hernia
Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang
kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan
mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus
Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi.
B. Hernia Inguinalis
Anatomi Regio Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus
yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m.
transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini
dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis
m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan
dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal ini berisi funiculus spermaticus
pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.
Gbr 2. Kanalis Inguinalis
Gbr 1. Dinding Abdomen
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong
hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam funiculus spermaticus.
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol
langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi
ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot
rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial
transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang
kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena
hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi
karena cincinnya cenderung longgar.
Etiologi
Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau
sebab lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena
annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu
juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga
abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna
setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi
hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya
hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia
transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah
tersebut. Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului
hernia inguinalis.
Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi
dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis
tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat
membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut.
Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang
waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul
kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau
mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai
turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi
inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat
dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan
asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan
yang asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan
dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu
jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari
menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari
yang menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong
kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung
tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan
klinis yang teliti.
Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis
inguinalis dan tidak ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach.
Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis
memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan.
Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata
(hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,
secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis
biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia indirek
ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila
tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi
pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga
seringkali turun ke dalam skrotum. Pada anak sering akibat belum
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis.
Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas
lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Yang penting diperhatikan
untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan
tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis,
prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti
seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus
internus abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke
ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa,
m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
menurut McVay.
Gbr 4. Herniotomi dan Hernioplasti
Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan metode
penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi
dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama
dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah
vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.
Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat
terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada
gejala klinis.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi
parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin
bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis
dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah
usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga
peritonitis.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan
asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan
gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat
hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses
local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh
penanganan segera.
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3.
2006. Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.
Last Updated December 2008. (Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May
12th 2011)