Download - Budidaya Alga Merah
BUDIDAYA ALGA MERAH (Rhodhopyta) Gracillaria sp
SEBAGAI PRODUK PERTANIAN YANG KAYA PROTEIN
Makalah Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah MikrobiologiTentang Peran Eukaria di Bidang Pertanian
Oleh :Kelompok
Offering C / 2010
Cucu Dika Ratnasari (100331404578) Oktaviani Harlita (100331404581)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
September 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara maritim dengan beranekaragam kekayaan lautnya.
Berbagai terumbu karang dan biota laut hidup di perairan indonesia. Kekayaan
biota laut ini telah dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber mata pencaharian.
Sejak beberapa tahun terakhir banyak kawasan sudah mengembangkan pertanian
pantai ini berupa budidaya rumput laut. Nama lain dari rumput laut adalah
ganggang laut. Ada yang berwarna hijau, kemerahan, kecoklatan, biru kehijauan
dan sebagainya, dan yang berharga tinggi untuk industri adalah ganggang coklat
dan merah.
Rumput laut Indonesia mempunyai harga sangat tinggi di pasaran dunia
karena masih memenuhi persyaratan pasar seperti kandungan air raksa (Hg) yang
disyaratkan oleh konsumen di Eropa, Amerika dan Jepang (pengguna rumput laut
terbesar di dunia). Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia setiap
tahun terus meningkat, khususnya untuk jenis-jenis Laminaria, Gelidiella,
Gracillaria dan Euchema. Tapi karena pengadaan rumput laut sebagian besar
masih tergantung kepada alam, sedang pengadaan melalui budidaya masih sangat
terbatas maka banyak dari permintaan tersebut belum dapat terpenuhi.
Berbagai jenis alga antara lain dapat digunakan sebagai biofuel "ramah
lingkungan" (Winberg, 2009; Lardon, 2009) dan bahan baku industri, termasuk
pengganti pulp kayu pada industri kertas (Seoa dkk., 2009). Jenis alga yang
dikembangkan di beberapa negara sebagai sumber biofuel maupun kertas
termasuk beberapa jenis alga merah yang umumnya dianggap sebagai anggota
dari Famili Gelidiaceae, meskipun taksonomi alga merah saat ini dalam proses
revisi (Brodie dan Lewis, 2007; Yoon dkk., 2010), dan mencakup antara lain
Genus Gelidium, Ptilophora dan Gelidiella (Gerung dan You, 2008 & 2010; Seoa
dkk).
Seiring dengan pertumbuhan penduduk global dan kemajuan teknologi,
kebutuhan produk pertanian budidaya semakin meningkat, termasuk khususnya
produksi global alga merah (Rhodophyta). Selain rumput laut yang telah umum
dikembangkan seperti dari Genus Gracilaria, Euchema atau Kappaphyccus,
masih banyak jenis yang memiliki nilai ekonomis sebagai bahan baku industri
pangan dan pakan, farmasi, energi, cat, tekstil, kertas dan lainnya, namun belum
dimanfaatkan sebagai komoditas ekonomi penting di Indonesia. Salah satu spesies
alga merah dengan penyebaran asli di Indonesia yang dapat menghasilkan
berbagai produk bernilai ekonomis tinggi adalah Gelidiella acerosa.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui bagaimanakah morfologi dari alga merah (Rhodphyta)
Glacillaria sp.
1.2.2 Mengetahui bagaimanakah cara budidaya alga merah (Rhodphyta)
Glacillaria sp.
1.2.3 Mengetahui apakah manfaat dari dari alga merah (Rhodphyta) Glacillaria
sp.
1.3 RUMUSAN MASALAH
1.3.1 Bagaimanakah morfologi dari alga merah jenis Glacillaria sp.?
1.3.2 Bagaimanakah cara membudidayakan alga merah jenis Glacillaria sp.?
1.3.3 Apakah manfaat dari alga merah jenis Glacillaria sp.?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Alga Merah (Rhodophyta) Jenis Glacillaria sp.
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya, dan berdomain eukariota. Warna
merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak
dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya
bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1
meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung
atau kemerah – merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan
mengandung klorofil a, klorofil b, serta karortenoid. Akan tetapi, warna lain
tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yang mengadakan
fluoresensi. Jenis Rhodophyta tertentu memiliki fikosianin yang memberi warna
biru.
1. Ciri – ciri alga merah
a). Talus berupa helain atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang
tubuhnya dilapisi kalsium karbonat
b). Tidak memilik flagela
c). Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah
dalam tersusun tersusun dari mikrofibril, sedangkan sel sisi luar tersusun dari
lendir. Komponen kimia mikrofibril terutama adalah xilan, sedangkan komponen
kimia dinding mikrofibril luarnya adalah manan. Dinding sel alga merah
mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.
d). Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di
dalam kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau
hasil asimilasi. Hasil asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam
bentuk tepung fluorid, fluoridosid (senyawa gliserin dan galaktosa), dan tetes
minyak. Tepung fluorid jika ditambah iodium menunjukkan warna kemerah –
merahan.
2. Cara hidup
Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof,
yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga
lain.
3. Habitat
Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat
hidup alga cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup
diperairan tawar dan ada juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini
merupakan penuysun terumbu karang laut dalam.
Alga merah berperan penting dalam pembentukan endapan berkapur, baik di
lautan maupun di perairan tawar.
4. Reproduksi
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung – ujung cabang talus.
Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium
betina disebut Karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.
Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar
seperti botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan
dinamakan trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti
botol.
Rumput laut marga gracilaria banyak jenisnya, masing-masing memiliki
sifat-sifat morfologi dan anatomi yang berbeda serta dengan nama ilmiah yang
berbeda pula, seperti: Gracilaria confervoides, Gracilaria gigas, Gracilaria
verucosa, Gracilaria lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii,
Gracilaria arcuata, Gracilaria taenioides, Gracilaria eucheumoides, dan banyak
lagi. Beberapa ahli menduga bahwa rumput laut marga Gracilaria sp. memiliki
jenis yang paling banyak dibandingkan dengan marga lainnya.
Klasifikasi Gracillaria sp.
Domain : Eukariota
Kingdom :
Divisio : Rhodophyta
Classis : Florideophyceae
Ordo : Gracillariales
Familia : Gracillariaceae
Genus : Gracillaria
Species : Gracilaria sp.
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika.
Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak
oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak
ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema
spinosum menyukai laut dangkal.
2.2 Teknik Budidaya Alga Merah jenis Glacillaria sp.
Budidaya gracilaria sudah sejak lama dikembangkan di beberapa negara
seperti Taiwan dan Chile. Di Indonesia pengembangan budidaya gracilaria baru
dimulai sejak tahun 1985, melalui kegiatan pengkajian yang dilakukan Tim
Rumput Laut BPPT yang bekerjasama dengan instansi terkait dan pihak swasta.
Berdasarkan hasil kajian, gracilaria dapat dibudidayakan dengan beberapa
metoda, yaitu Metoda dasar (bottom method), Metode ini dilakukan dengan
membudidayakan di dalam tambak dengan menebarkan bibit pada dasar tambak
dan metoda lepas dasar (off bottom method) seperti budidaya Echeuma sp., yaitu
dengan cara mengikat bibit pada tali ris (ropeline) kemudian diikatkan pada patok-
patok atau pada rakit. Metoda lain yang bisa digunakan adalah metoda rakit
(floating rack method) dan metoda rawai (longline method).
Dalam tulisan ini diuraikan salah satu metoda budidaya gracilaria yang
paling banyak digunakan, yaitu metoda dasar di dalam tambak, yang didasarkan
pada hasil-hasil pengkajian dan ujicoba oleh Tim Rumput Laut BPPT di beberapa
daerah. Teknik budidaya Gracilaria dalam tambak ini sudah diterapkan dan
dikembangkan di Kabupaten Sinjai, Takalar, Maros, Pangkep (Sulsel); Kabupaten
Lamongan (Jatim); Kabupaten Sumbawa Besar (NTB).
Persyaratan umum
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan budidaya
gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan
digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak
dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a. Keadaan Tambak
Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung
lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu
diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur
(ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat
dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat
dilihat pada lampiran.
Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama
yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH)
dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,8
sampai 8,2. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu
"penebaran kapur".
Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu
banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2
(dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan
air keluar.
Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan
sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula
sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
b. Kualitas Air
1. Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar
15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C
sampai 250 C.
3. pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar
6,8 sampai 8,2.
4. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih
cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari
c. Bibit
Tanaman yang dipilih untuk bibit adalah gracilaria yang pada usia
panennya memiliki "kandungan agar-agar" yang cukup tinggi dan memiliki
"kekuatan gel" yang tinggi pula. Pemeriksaan di laboratorium oleh pakar sebelum
tanaman dijadikan bibit dapat membantu memilih bibit yang baik dan dapat
mencegah menyebarnya bibit yang berkualitas rendah. Bagian tanaman yang
dipilih untuk bibit adalah thallus yang relatif masih muda dan sehat, yang
diperoleh dengan cara memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan
panjang sekitar 5 sampai 10 cm. Dalam memilih bibit perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : 1) thallus yang dipilih masih cukup elastis; 2) thallus memiliki
banyak cabang dan pangkalnya lebih besar dari cabangnya; 3) ujung thallus
berbentuk lurus dan segar; 4) bila thallus digigit/dipotong akan terasa getas
(britel); 5) bebas dari tanaman lain (epipit) dan kotoran lainnya.
d. Cara Tanam
Tambak yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat
dibersihkan dari kotoran.
Tambak dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut pada saat
pasang- surut sehingga air yang ada dalam tambak merupakan air segar
(baru).
Bibit ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam tambak
pada saat keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Kepadatan bibit untuk 1 (satu) hektar (ha):
Pada penanaman pertama ditebar sekitar 1 ton bibit per ha
Apabila pada panen pertama laju pertumbuhan perhari (DGR) tidak
kurang dari 3%, atau hasil panen basah sekitar 4 kali berat bibit yang
ditanam, maka pada penanaman kedua dapat ditebar dengan kepadatan
menjadi 2 ton per hektar.
Apabila DGR dapat mencapai di atas 4%, atau hasil panen basah sekitar 6
kali berat bibit yang ditanam, maka pada penanaman berikutnya dapat
ditebar bibit sehingga kepadatan mencapai sekitar 3 sampai 4 ton bibit per
hektar.
Kedalaman air dalam tambak harus diatur, sehingga dapat menunjang
pertumbuhan tanaman dan juga meningkatkan isi kandungan dari tanaman. Untuk
itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pada 4 minggu pertama, air dalam tambak supaya dipertahankan pada ke-
dalaman sekitar 30 sampai 50 cm, dengan tujuan agar pertumbuhan cabang
lebih cepat
Pada minggu kelima sampai minggu keenam atau ketujuh air
dipertahankan pada kedalaman sekitar 50 sampai 80 cm dengan tujuan
memperlambat pertumbuhan cabang sehingga tanaman dapat
meningkatkan isi kandungan.
Pada musim kemarau suhu air di dasar tambak diusahakan supaya tidak
terlalu tinggi dan apabila suhu air di atas normal maka kedalaman air di
dalam tambak perlu ditambah, sehingga suhu di dasar tambak dapat
dipertahankan pada kondisi normal.
Pemupukan
Seperti pada tanaman lain, rumput laut gracilaria juga memerlukan nutrisi
pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen.
Penggunaan pupuk dalam budidaya ini akan tergantung kepada kualitas nutrisi di
dalam air tambak. Untuk itu dianjurkan dilakukan analisis kualitas air tambak
untuk mengetahui kandungan nitrogen, phosphat dan kalium. Hasil analisa
tersebut dapat digunakan untuk menetapkan jumlah pupuk yang perlu digunakan.
Pada prinsipnya, pada empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih
banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman
memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat. Kendala yang dihadapi dalam
pemupukan adalah seringnya perggantian air di dalam tambak, karena itu pupuk
dalam bentuk pelet relatif lebih efektif karena dapat melepas nutrisi secara
bertahap. Apabila di dalam tambak mudah tumbuh alga hijau, maka hal ini
menunjukkan bahwa kandungan nitrogennya sudah cukup. Dari hasil pengamatan
maka dianjurkan bahwa pada 4 minggu pertama diperlukan sekitar 10 kg/ha
pupuk yang banyak mengandung nitrogen, dan ditebar secara bertahap.
Sedangkan untuk 2 sampai 3 minggu berikutnya diperlukan sekitar 5 kg/ha pupuk
yang lebih banyak mengandung phosphat yang ditebar secara bertahap. Penebaran
lebih tepat dilakukan pada saat setelah dilakukan penggantian air tambak.
Pemeliharaan/Perawatan
Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan
pergantian air minimal setiap tiga hari sekali pada saat surut dan pasang. Pada
musim kemarau pergantian air supaya dilakukan lebih sering untuk menghindari
salinitas terlalu tinggi sebagai akibat dari penguapan air. Sedangkan pada musim
hujan pergantian air harus diatur untuk menjaga salinitas dalam tambak tidak
terlalu rendah. Karena itu pada saat pergantian air perlu diperhatikan salinitas air
pada saluran pembagi/induk.
Perlu dilakukan perawatan/ pemeliharaan pada tambak dan tananan
dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. membuang tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta kotoran
lainnya dari dalam tambak supaya tidak nengganggu pertumbuhan glacillaria
2. perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.
Panen dan Pascapanen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berusia sekitar 45 sampai 60 hari
(akan sangat tergantung pada kesuburan lokasi penanaman) atau dengan memilih
tanaman yang dianggap sudah cukup matang untuk dikeringkan. Sedangkan
tanaman yang masih belum matang atau bagian tanaman yang masih muda dipetik
untuk kemudian ditanam kembali sebagai bibit baru. Sebelum dikeringkan hasil
panen dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tambak untuk
menghilangkan lumpur dan kotoran lainnya. Apabila tidak ada permintaan lain
dari pembeli maka keringkan langsung dengan sinar matahari dengan dialasi
gedek, krey bambu, daun kelapa atau dengan menggunakan bahan lainnya.
2.3 Manfaat Glacillaria sebagai sumber protein
Aplikasi alga dalam industri akuakultur adalah sebagai sumber pakan
alami yang kaya akan nutrisi dan bersifat aman bagi lingkungan akuatik.
Fitoplankton atau mikroalgae mempunyai peran mensintesa bahan organik dalam
lingkungan perairan. Alga melakukan aktifitas fotosintesa untuk membentuk
molekul-molekul karbon komplek melalui larutan nutrien dari beberapa sumber
yang diasumsi dengan bantuan pencahayaan sinar matahari/ energi lampu neon
untuk membentuk sel-sel baru menajdi produk biomassa. Di perairan alami
mikroalgae dominan memberikan konstribusi untuk memproduksi biomassa
dalam sistim perairan laut, estuarin dan sungai. Walaupun sedikit pengaruh
kombinasi dari sejumlah sel-sel fitoplankton akan dikonsumsi oleh hewan baik
tingkat rendah maupun tingkat tinggi didalam ekosistem perairan yang
digambarkan melalui jaring-jaring makanan (food web). Alur daripada jaring
makanan menerima energinya dari hasil sintesa biomonukuler melalui tumbuhan
mikroskopis, sebagai contoh produksi pada permukaan perairan laut kira-kira 50
gr C/m²/tahun dimana diasumsikan semua fitoplankton yang ada di dalam sistim
perairan melakukan proses fotosintesa. Dengan demikian peran fitoplankton
didalam sistim perrairan mempunyai kontribusi terhadap sistim produksi
biomassa.
Di dalam proses metabolisme perairan fitoplankton juga mempunyai peran
sebagai pendaur ulang nutrien. Sel mikroalgae mengabsorbsi nutrien-nutrien
primer seperti ; amoniak , urea, nitrat, phospat, potassium dan metal seperti Fe,
Cu, Mg, Zn, Mo, dan Fanadium. Selain itu beberapa vitamin seperti vitamin B12,
vitamin B6 dan vitamin B1 merupakan unsur esensial yang mendukung
pertumbuhan beberapa species atau kebanyakan species mikroalgae.
http://wimasseaweed.com/2009/07/gracilaria/lang-pref/id/
http://en.wikipedia.org/wiki/Gracilaria