Download - Blanded Learning
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu
unsur penting dalam perkembangan suatu
bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki. Oleh karena itu dalam usaha
peningkatan kualitas sumber daya manusia
berbagai upaya telah dilakukan demi
meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan, baik melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kompetensi
guru, pengadaan buku dan alat pelajaran,
perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, peningkatan mutu manajemen
sekolah, maupun pengubahan kurikulum
pendidikan. Upaya-upaya tersebut
bertujuan membawa pengaruh positif
terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Page 1
Perubahan dalam sistem pendidikan
menjadi tuntutan suatu bangsa untuk
memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang
siap menghadapi segala situasi dan kondisi
dalam menghadapi perkembangan zaman,
yang secara tidak langsung muncul seiring
dengan perkembangan zaman tersebut,
konsep pendidikan pun akan mengalami
perubahan. Setiap perubahan konsep
pendidikan akan berpengaruh terhadap
cara dan sistem penyampaian
pembelajaran terutama pendidikan di
sekolah.
Perkembangan pada sektor teknologi
informasi dan komunikasi sebagai salah
satu produk perubahan zaman menawarkan
hal-hal baru bagi dunia pendidikan. Hal-
hal tersebut belum terpikirkan sebelumnya.
Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan, yang secara
Page 2
umum disebut sebagai e-learning. Diyakini
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di sisi lain, perkembangan teknologi
tersebut juga memperlihatkan hal menarik.
Pertama adalah keterbukaan dan
kemampuan siswa dalam menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi .
Bentuk-bentuk komunikasi berbasis
internet seperti blog, forum diskusi
(bulletin board), social networking, instant
messaging dan e-mail telah menjadi
media/alat komunikasi sehari-hari yang
lazim. Hal kedua adalah semakin
murahnya biaya teknologi informasi dan
komunikasi sehingga teknologi informasi
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi juga
ditemukan bahwa pembelajaran masih
terpusat pada guru (teacher centered
learning). Hal ini terlihat dari proses
pembelajaran yang didominasi oleh
Page 3
metode ceramah, yang menyebabkan
penguasaan konsep siswa masih kurang.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan
harian siswa yang masih di bawah standar
KKM sekolah yaitu 55,33.
Salah satu alternatif yang diajukan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran yaitu dengan
implementasi blended learning. Blended
learning adalah pembelajaran yang
memadukan pembelajaran berbasis
teknologi dan informasi dengan
pembelajaran berbasis kelas/tatap muka.
Blended learning memiliki beberapa
keunggulan antara lain, pendekatan belajar
yang beragam, lebih mudah dalam
mengakses pengetahuan, terjadi interaksi
sosial, bersifat pribadi, menghemat biaya,
dan memudahkan dalam revisi.
Blended learning berpeluang
menggeser paradigma pembelajaran dari
Page 4
pembelajaran yang berpusat pada pengajar,
menuju paradigma baru yang berpusat
pada siswa. Memungkinkan Berpeluang
meningkatan interaksi antara siswa dengan
pengajar, siswa dengan siswa,
siswa/pengajar dengan konten,
siswa/pengajar dengan sumber belajar
lainnya, serta berpeluang terjadi
konvergensi antar berbagai metode, media
sumber belajar, serta lingkungan belajar
lain yang relevan.
Manfaat blended learning antara lain
proses belajar mengajar tidak hanya tatap
muka saja, tetapi ada penambahan waktu
pembelajaran dengan memanfaatkan media
online, mempermudah dan mempercepat
proses komunikasi antara guru dan siswa
(mitra belajar), serta membantu proses
percepatan pengajaran. Membantu
memotivasi keaktifan siswa untuk ikut
terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini
Page 5
akan membentuk sikap kemandirian
belajar pada siswa. Siswa tidak hanya
mengandalkan materi yang diberikan oleh
guru, tetapi dapat mencari materi dalam
berbagai cara, antara lain, mencari ke
perpustakaan, menanyakan kepada teman
kelas atau teman saat online, membuka
website, mencari materi belajar melalui
search engine, portal, maupun blog, atau
bisa juga dengan media media lain berupa
software pembelajaran dan juga tutorial
pembelajaran.
Blended (campuran, kombinasi
yang baik) Learning merupakan proses
pembelajaran yang memanfaatkan
berbagai macam aktivitas dan media baik
secara fisik maupun maya. Aktivitas
pada Blended Learning:
1. Pembelajaran Face to Face
(pembelajaran tatap muka di
ruang kelas)
Page 6
2. Video Conference (face to face
secara online)
3. ELearning
(aktivitas yang dilakukan dengan
pemanfaatan software pengelolaan
konten pembelajaran)
Dunia Pendidikan di era globalisasi
saat ini dituntut untuk mempersiapkan
peserta didik menampilkan keunggulan
dirinya yang cerdas, kreatif serta
mandiri. Pendidikan yang bermutu harus
mencakup 2 dimensi yakni orientasi
akademis dan orientasi ketrampilan
hidup yang esensial. Orientasi akademis
menitik beratkan pada peserta didik,
sedangkan orientasi ketrampilan hidup
memberi bekal kepada peserta didik
untuk dapat survive di kehidupan nyata.
Teknologi Informatika yang telah
menjadi mata pelajaran di
Page 7
TK/SD/SMP/SMA menuntut sekolah
agar memfasilitasi media
pembelajarannya. Dan ini harus dikelola
dengan manajemen sekolah yang baik,
dengan ditunjang sistem, metode, sarana
dan prasarana yang baik dan memadai,
Sistem pembelajaranpun harus dapat
memberikan kesempatan pada peserta
didik yang memiliki potensi lebih untuk
dapat mengembangkan dan
meningkatkan potensinya. Serta metode
yang digunakan harus dapat menstimulan
potensi dan bakat peserta didik agar lebih
maksimal. sehingga dapat mengcover
kebutuhan siswa dan tantangan
perkembangan teknologi.
Situasi seperti saat ini mendorong
berbagai lembaga pendidikan
memanfaatkan berbagai macam sistem
pendekatan dalam strategi pembelajaran.
Page 8
Pendekatan yang dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai macam media
dan teknologi untuk meningkatkan
efektivitas dan fleksibilitas
pembelajaran. Sistem ini dikenal dengan
istilah blended learning. Melalui blended
learning sistem pembelajaran menjadi
lebih luwes dan tidak kaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Blended learning?
2. Apa saja karakterisktik Blended
learning?
3. Kapan diperlukannya Blended
learning?
4. Apa tujuan dari Blended learning?
5. Apa saja yang termasuk dalam
katergori Blended learning?
6. Apa kekurangan dan kelebihan
Blended learning?
Page 9
7. Bagaimana cara mengembangkan
Blended learning?
8. Bagaimana hubungan antara
Blended learning dan e-Learning ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Blended
learning
2. Untuk memahami karakterisktik
Blended learning
3. Untuk memahami kapan
diperlukannya Blended learning
4. Untuk memahami tujuan dari Blended
learning
5. Untuk memahami katergori Blended
learning
6. Untuk memahami Blended learning
7. Untuk memahami cara
mengembangkan Blended learning
8. Untuk memahami hubungan antara
Blended learning dan e-Learning
Page 10
D. Manfaat
Page 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Internet
Menurut Afuah dan Tucci (2003, p6),
Internet merupakan suatu standar dengan
biaya yang rendah dengan interaktivitas
cepat yang menunjukkan network
externalities, waktu yang cukup, memiliki
jangkauan universal, bertindak seperti
suatu channel distribusi, dan mengurangi
asimetris informasi dalam transaksi.
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran (learning) adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
Page 12
pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Menurut Rosenberg (2001,
p4), pembelajaran (learning) adalah suatu
proses dimana orang-orang memperoleh ilmu
atau keahlian baru
C. Blended Learning
Blended learning adalah kombinasi
dari beberapa pendekatan untuk
pembelajaran. Blended learning dapat
dilakukan dengan kombinasi antara sumber
daya virtual dan fisik. Contoh dari
blended learning dapat berupa kombinasi
antara material-material berbasis teknologi
dan pertemuan-pertemuan tatap muka yang
digunakan secara bersamaan untuk
menyampaikan pelajaran.
D. Pengertian E-Learning
Page 13
Menurut Effendi dan Zhuang (2005,
p6), e-learning adalah semua kegiatan
pendidikan yang menggunakan media
komputer dan atau Internet. E-learning
merupakan suatu cara baru dalam proses
belajar mengajar dimana yang merupakan
dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Dengan e-learning, pelajar
tidak perlu duduk di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang
pengajar secara langsung. E-learning juga
dapat mempersingkat jadwal target waktu
pembelajaran, dan menghemat biaya yang
harus dikeluarkan oleh sebuah program studi
atau program pendidikan.
Page 14
Page 15
BAB II
PEMBAHASAN
A. Blanded Learning
Adalah sebuah metode pembelajaran
yang mengkombinasikan antara kegiatan
belajar-mengajar di kelas (face-to-face)
dengan kegiatan belajar-mengajar
menggunakan media internet (e-
learning).
Page 16
Gambar 2.1. Pendekatan model blended
learning
Blended learning merupakan sistem
pembelajaran yang memanfaatkan
tegnologi multimedia, kelas yang tidak
terlalu besar, pengajar yang native yaitu
pengajar yang sadar akan fungsinya
sebagai pengajar dan mengerti
perkembangan tegnologi serta
pemanfaatannya. Blended learning juga
mengikuti lifestyle karena metode ini
adalah metode yang sangat efektif di
Page 17
jaman sekarang di mana perkembangan
tegnologi semakin baik dan maju.
Blended learning akan sangat
bermanfaat bagi banyak orang karena
informasi serta pengetahuan dapat
dilakukan/diakses lebih mudah dimana
dan kapan saja. Blended learning juga
akan mengubah sistem pengajaran yang
sifatnya kaku menjadi lebih terbuka, hal
ini karena pengajar dan pelajar dapat
berinteraksi dengan limit waktu yang
panjang dan tidak seperti sistem
Page 18
pembelajaran di kelas yang memiliki
limit waktu tertentu yang menyebabkan
interaksi antar pelajar dan pengajar
sifatnya terbatas.
Koneksi jaringan internet saat ini
akan sangat mendukung proses blended
learning karena hal ini merupakan bagian
dasar yang dibutuhkan. Pembelajaran
akan menjadi jauh lebih efektif karena
hal-hal yang belum dapat dijelaskan di
kelas dapat dibahas melalui dunia online.
Proses pengiriman tugas serta penjelasan
bagaimana tugas itu dikerjakan juga
dapat dilaksanakan dengan mudah
sehingga dengan cara seperti ini kita juga
memanfaatkan waktu dengan baik.
Namun, blended learning ini bukan
berarti tidak memiliki kekurangan. Untuk
menjadikan ini sebagai proses
pembelajaran yang wajib tentu akan
Page 19
sangat rumit karena proses ini
membutuhkan biaya yang sangat besar.
Orang-orang (pelajar) harus memiliki
perangkat-perangkat untuk
melakukannya seperti dimana pelajar
harus memiliki laptop, komputer pc, hp,
smartphone, koneksi internet (modem)
yang biayanya tidak murah.
Page 20
Walaupun blended learning dapat
mempermudah dan mempercepat proses
pertukaran informasi, tetapi hal ini dapat
menghambat proses sosialisasi. Kita
tidak akan memahami orang lain hanya
melalui kata-kata/ketikan tanpa kita
bertemu langsung dengan orang tersebut.
Untuk itulah walaupun blended learning
akan menjadi bagian dari metode
pembelajaran, bukan berarti proses
pengajaran tatap muka menjadi terhenti.
Blended learning sebaiknya menjadi
penunjang pembelajaran sehingga kita
dapat mempelajari dan memahami
sesuatu dengan lebih sempurna. Lagipula
akan menjadi sangat mubajir
pembangunan gedung-gedung akademik
untuk belajar (sekolah, kampus, dll) jika
tidak dimanfaatkan hanya karena kita
Page 21
dapat belajar dimana saja melalui
blended learning.
B. Sejarah Blended Learning
Pembelajaran berbasis blended
learning dimulai sejak ditemukan
komputer, walaupun sebelum itu juga
sudah terjadi adanya kombinasi
(blended). Terjadinya pembelajaran
awalnya karena adanya tatap muka dan
interaksi antara pengajar dan pebelajar,
setelah ditemukan mesin cetak maka
guru memanfaatkan media cetak. Pada
saat ditemukan media audio visual,
sumber belajar dalam pembelajaran
mengkombinasi antara pengajar, media
cetak, dan audio visual. Namun
terminologi blended learning muncul
setelah berkembangkanya teknologi
informasi sehingga sumber dapat diakses
oleh pebelajar secara offline maupun
Page 22
online. Saat ini, pembelajaran berbasis
blended learning dilakukan dengan
menggabungkan pembelajaran tatap
muka, teknologi cetak, teknologi audio,
teknologi audio visual, teknologi
komputer, dan teknologi m-learning
(mobile learning).
Bersin (2004) menggambarkan
sejarah blended learning yang
berkembang di dunia pada awalnya juga
seperti yang dilakukan pada lembaga
pendidikan yaitu sumber belajar utama
adalah pelatih/fasilitator. Dengan
ditemukannya teknologi komputer,
pelatihan dilakukan menggunakan
mainframe based yang dapat melakukan
kegiatan pelatihan secara individual tidak
bergantung pada waktu dan materi yang
sama (tidak sinkron). Perkembangan
berikutnya pembelajaran yang tetap
Page 23
menggunakan basis komputer tetapi daya
jangkaunya menjadi lebih luas melintasi
pulau dan benua karena perkembangan
teknologi satelit. Demikian pula, isi
pelatihan dilakukan pengebarannya
melalui CD ROM dan internet. Saat ini
pelatihan menggabungkan semua itu agar
pembelajaran menjadi lebih efektif,
efisien dengan konsep kombinasi
(blended).
Page 24
C. Kelebihan Dan Kekurangan Blended
Learning
1. Kelebihan blended learning :
• Pembelajaran terjadi secara
mandiri dan konvensional,
yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling
melengkapi.
• Pembelajaran lebih efektif dan
efisien
• Meningkatkan aksesbiltas.
Dengan adanya blended
learning maka peserta belajar
Page 25
semakin mudah dalam
mengakses materi
pembelajaran.
2. Kekurangan blended learning :
• Media yang dibutuhkan sangat
beragam, sehingga sulit
diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.
• Tidak meratanya fasilitas yang
dimiliki pelajar, seperti
komputer dan akses internet.
Padahal dalam blended
learning diperlukan akses
internet yang memadai,
apabila jaringan kurang
memadai akan menyulitkan
peserta dalam mengikuti
pembelajaran mandiri via
online.
Page 26
• Kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap
penggunaan teknologi
• Tidak meratanya fasilitas yang
dimiliki pelajar, seperti
komputer dan akses internet
D. Tujuan Blended Learning :
• Membantu pemelajar untuk
berkembang lebih baik di dalam
proses belajar, sesuai dengan gaya
belajar dan preferensi dalam
belajar.
• Menyediakan peluang yang praktis
realistis bagi guru dan pemelajar
untuk pembelajaran secara mandiri,
bermanfaat, dan terus berkembang.
• Peningkatan penjadwalan
fleksibilitas bagi pemelajar, dengan
menggabungkan aspek terbaik dari
tatap muka dan instruksi online.
Page 27
Kelas tatap muka dapat digunakan
untuk melibatkan para siswa dalam
pengalaman interaktif. Sedangkan
kelas online memeberikan
pemelajar. Sedangkan porsi online
memberikan para siswa dengan
konten multimedia yang kaya akan
pengetahuan pada setiap saat, dan
di mana saja selama pemelajar
memiliki akses internet.
Blended Learning ialah metode
pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka dengan materi
online secara harmonis. Metode
pembelajaran ini memanfaatkan
berbagai macam pendekatan.
Pendekatan yang dilakukan dapat
memanfaatkan berbagai macam media
dan teknologi. Ilustrasinya begini,
metode belajar yang konvensional
Page 28
(tatap muka) dilaksanakan
menggunakan media online (diakses
dengan internet). Sedikit berbagi
pengalaman, kemarin kami melakukan
metode ini di kelas. Kami
mendiskusikan suatu topik dengan
gtalk. Gtalk ini seperti chat room, bisa
berdiskusi secara personal, bisa juga
berdiskusi dengan group besar. Jadi,
dengan metode Blended Learning ini,
pembelajaran konvensional bisa tetap
dilakukan meskipun kita berada di
tempat yang sangat jauh sekalipun
dengan orang yang memberi materi.
Tapi, metode ini membutuhkan media
untuk mendukung pelaksanaannya.
Dengan metode Blended Learning,
pembelajaran dilakukan dengan saling
memberi feedback (dengan kata lain :
Page 29
dua arah), sedangkan e-learning,
pembelajaran dilakukan satu arah saja.
metode Blended Learning ini dibagi
menjadi 2 jenis :
1. Blended Learning dengan tetap
mengadakan tatap muka dalam perkuliahan,
namun menggunakan media-media teknologi
yang ada seperti internet, laptop, ipad, hp
android, hp smartphones, untuk mendukung
pemahaman mahasiswa akan materi
pembelajaran.
2. Blended Learning dengan
menggunakan sistem Hybrid Learning yaitu
dimana memang dilakukan kuliah secara
online, tidak ada tatap muka di kelas, namun
mahasiswa saling terhubung dengan dosen
melalui media konferensi di internet.
Page 30
Menurut kelompok kami, metode-metode
diatas tidak lebih baik satu sama lain dalam
membantu pemahaman mahasiswa akan
materi pembelajaran, tetapi kedua metode
diatas apabila dikombinasikan akan menjadi
sangat efektif dalam membantu pemahaman
mahasiswa akan materi dalam perkuliahan.
Adapun keuntungan dan kekurangan
sistem Blended Learning ini menurut
kelompok kami ialah:
* Plus:
- meningkatkan semangat belajar dan
keaktifan mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan.
- mengembangkan pengetahuan
mahasiswa mengenai pemanfaatan teknologi
di dalam pendidikan.
- adanya fleksibilitas dalam
menjalankan proses perkuliahan sehingga
Page 31
kelas tidak jenuh dengan pembelajaran yang
konvensional (Metode ini alternatif yang baik
untuk mengatasi kelas yang jenuh).
* Minus:
- Media menjadi hal yang penting,
maka dari itu, bagi mahasiswa yang "gaptek"
dan malas untuk mengikuti perkembangan,
akan kesulitan dan akan tertinggal dalam
mengikuti setiap topik perkuliahan, dan juga
bagi mahasiswa yang memiliki keterbatasan
dalam media yang digunakan dalam sistem
ini juga tidak bisa mengikuti pembelajaran
dengan baik.
- Pembelajaran dapat terganggu jika
koneksi internet juga buruk. Tergantung
cuaca, maupun lokasi akses.
Page 32
Sekarang ini, kita telah memasuki masa
yang disebut sebagai abad pengetahuan
(knowledge age). Tahapan perkembangan
budaya manusia terdiri atas empat tahap,
yaitu: abad agraris (sebelum tahun 1880),
abad industri (1880–1985), abad informasi
(1955–2000), dan abad pengetahuan (1995–
sekarang) (Galbreth, 1999). Tahapan
tonggak-tonggak sejarah peradaban manusia
tersebut dilalui melalui belajar sepanjang
hayat. Pada abad pengetahuan, berbagai
karakteristik yang melingkupi kehidupan
sangat berbeda dengan karakteristik
kehidupan pada abad industri dan abad
pertanian. Pada abad pengetahuan teknologi
utama yang menjadi landasannya adalah
komputer, pada abad industri berupa mesin,
sedangkan pada abad pertanian adalah bajak.
Galbreth (1999) lebih lanjut mengidentifikasi
karakteristik perkem-bangan ekonomi
Page 33
berdasarkan teknologi utama, ilmu yang
digunakan, tujuan, keluaran, bentuk
organisasi, pekerja utama, dan sifat-sifat
produksinya disajikan pada tabel 1.
Gambar 1. Transormasi utama ekonomi
dan pendidikan (Adaptasi dari Galbreth,
1999)
Tahapan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu berjalan
mengikuti rumus deret hitung kemudian,
pada periode belakangan berjalan menurut
rumus deret ukur. Mula-mula lambat, makin
lama makin cepat, dan sekarang ini,
percepatan revolusi peradaban manusia
dalam belajar sangat mengagumkan, yang
belum pernah ditemui pada abad sebelumnya.
Tabel 1. Karakteristik perkembangan
ekonomi (Galbreth, 1999)
DIMENSI PERTANIAN INDUSTRI
INFORMASI/ PENGETAHUAN
Page 34
Teknologi utama Bajak Mesin
Komputer Ilmu Teknik sipil Teknik Mekanik
Bio Teknik Tujuan Kelangsungan hidup
Kebendaan Perkembangan personal Keluaran
Makanan Barang Informasi Sumber Tanah
Modal Pengetahuan Bentuk organisasi
Keluarga Perusahaan Jaringan Sumber energi
Binatang Minyak fosil Pikiran Perkerja utama
Petani Laboran Kewirausahaan Sifat produksi
Diri sendiri Masal Individu
Kecenderungan pembelajaran masa
depan telah mengubah pendekatan
pembelajaran tradisional ke arah
pembelajaran masa depan –yang disebut
sebagai pembelajaran abad pengetahuan–,
bahwa orang dapat belajar: di mana saja,
artinya orang dapat belajar di ruang
kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau
di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang
dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam;
Page 35
dengan siapa saja, melalui guru, pakar,
teman, anak, keluarga atau masyarakat;
melalui sumber belajar apa saja, melalui buku
teks, majalah, koran, internet, CD ROM,
radio, televisi, dan sebagainya.
Ciri-ciri pembelajaran pada abad
pengetahuan, yaitu: guru sebagai fasilitator,
pembimbing dan konsultan, guru sebagai
kawan belajar, belajar diarahkan oleh orang
yang belajar, belajar secara terbuka, fleksibel
sesuai keperluan, belajar terutama
berdasarkan proyek dan masalah, berorientasi
pada dunia empirik dengan tindakan nyata,
metode penyelidikan dan perancangan,
menemukan dan menciptakan, kolaboratif,
berfokus pada masyarakat, hasilnya terbuka,
keanekaragaman yang kreatif, komputer
sebagai peralatan semua jenis belajar,
interaksi multimedia yang dinamis, serta
komunikasi yang tidak terbatas
Page 36
Untuk merekayasa sistem pembelajaran
pada abad pengetahuan ini, perlu pula
dipahami hakikat, terminologi atau
pengertian tentang pembelajaran. Kata
pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak
digunakan untuk mengganti kata pengajaran.
Padahal, pembelajaran memiliki makna yang
berbeda dibandingkan dengan pengajaran.
Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi
belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke
arah mengajar (interaksi dengan pengajar
sebagai sumber belajar utama). Pembelajaran
lebih menekankan pada upaya menata
lingkungan di luar diri pebelajar (faktor
eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor
internal). Sedangkan pengajaran lebih
menekankan pada proses mengajar-belajar
dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama,
atau dibarengi dengan media sebagai alat
bantu atau alat peraga lainnya. Orang yang
Page 37
belajar disebut pebelajar (learner). Siapa saja
orang yang belajar, disebut pebelajar, entah
itu siswa, mahasiswa, taruna AKABRI,
dosen, manajer, atau siapa saja. Sumber
belajar merupakan sumber utama untuk
menstimulasi terjadinya proses belajar
sedangkan proses agar terjadi belajar disebut
pembelajaran. Sasaran utama pembelajaran
adalah merekayasa faktor-faktor eksternal
dan lingkungan sebagai sumber belajar agar
mendorong prakarsa belajar.
Dengan demikian, pembelajaran adalah
upaya menata lingkungan sebagai sumber
belajar agar terjadi proses belajar pada diri si
pebelajar. Upaya menata lingkungan
dilakukan dengan menyediakan sumber-
sumber belajar, misalnya: guru, buku teks,
bahan pembelajaran, orang sumber, televisi,
VCD, radio-kaset, majalah, koran, internet,
CD ROM, lingkungan dan bahkan juga
Page 38
temannya sendiri. Ukuran keberhasilan
pembelajaran adalah proses terjadinya
interaksi antara pebelajar yang belajar dengan
pembelajar. Bukan terletak pada pengajar
yang menyampaikan informasi (mengajar?).
Dengan demikian, rekayasa pembelajaran
yang utama adalah penyediaan sumber-
sumber belajar. Guru bukan satu-satunya
sumber belajar, ia hanya salah satu bagian
dari sumber belajar. Semua sumber-sumber
belajar dirancang agar dapat mendorong
prakarsa dan proses belajar menjadi lebih
efektif, efisien, dan menarik, agar pebelajar
tetap “betah” untuk terus belajar. Oleh karena
itu, fungsi guru akan berubah ke arah guru
sebagai pengelola pembelajaran. Fungsi guru
yaitu merancang penyediaan sumber-sumber
belajar agar belajar menjadi lebih mudah,
lebih cepat, lebih menarik, dan lebih
menyenangkan
Page 39
Dalam merekayasa sistem
pembelajaran yang optimal, ada delapan
faktor yang saling berinteraksi, yaitu: (1)
pebelajar (siswa, mahasiswa, santri,
karyawan, masyarakat?), (2) isi (apa isi yang
diajarkan: fakta, konsep, prinsip, pemecahan
masalah dsb?), (3) tujuan (pengetahuan,
sikap, perilaku?), (4) lingkungan belajar (di
kelas, laboratorium, perpustakaan,
lapangan?), (5) pembelajar (siapa
pembelajaranya?), (6) sumber belajar (buku,
majalah, koran, VCD, komputer, radio?), (7)
strategi (pengelolaan, penyampaian,
organisasi), dan (8) evaluasi (tes lisan, tes
tertulis, menyusun karya tulis, porto folio,
dan memecahkan masalah?). Pada setiap
peristiwa pembelajaran baik yang di lakukan
di sekolah maupun di luar sekolah, kedelapan
faktor ini harus menjadi pertimbangan utama.
Page 40
Dalam berbagai kajian dan penelitian
dinyatakan bahwa pendidikan merupakan
indikator kejayaan bangsa, demikian pula
guru memegang peran penting dalam
membelajarkan para peserta didik (learner).
Oleh karena itu, pembelajaran yang
dilakukan guru menjadi indikator kunci
keberhasilan pendidikan. Memasuki abad dua
puluh satu ini, guru sebagai sumber belajar
utama dirasa tidak memadai lagi, sumber
belajar guru harus terintegrasi dengan sumber
belajar lain, yaitu sumber belajar cetak, audia,
audio visual, dan komputer. Bahkan perlu
juga memanfaatkan handphone sebagai
mobile learning.
Guru masa depan dalam kegiatan
pembelajaran dapat berfungsi sebagai
seniman (artist) dan ilmuwan (scientist)
dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran dan mengelola sumber-sumber
Page 41
belajar yang sengaja dirancang dan
dimanfaatkan. Oleh karena itu diperlukan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru
dalam merancang pembelajaran terutama
dalam upaya memecahkan masalah atau
mengaplikasikan dalam rancangan
pembelajaran mata pelajaran agar kualitas
pembelajaran meningkat yang sensitif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang di kenal dengan
Pembelajaran Berbasis Blended Learning
(PPBL). Dengan PBPL maka pembelajaran
bukan hanya berbasis pada tatap muka, tetapi
dikombinasikan dengan sumber yang bersifat
Offline maupun Online.
Agar para pengajar di Indonesia sensitif
terhadap perkembangan pengetahuan tentang
pembelajaran masa depan, diperlukan
serangkaian kegiatan secara inklusif maupun
eksklusif, massal maupun terbatas oleh
Page 42
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat
dalam upaya meningkatkan kualitas pengajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya
dengan baik secara sentralisasi maupun
desentralisasi.
Gambar 2. Modus Pembelajaran
Blended Learning Blended learning
terdiri dari kata blended (kombinasi/
campuran) dan learning (belajar). Istilah lain
yang sering digunakan adalah hybrid course
(hybrid = campuran/kombinasi, course =
mata kuliah). Makna asli sekaligus yang
paling umum blended learning mengacu pada
belajar yang mengkombinasi atau
mencampur antara pembelajaran tatap muka
(face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis
komputer (online dan offline). Thorne (2003)
menggambarkan blended learning sebagai "It
represents an opportunity to integrate the
Page 43
innovative and technological advances
offered by online learning with the
interaction and participation offered in the
best of traditional learning. Sedangkan Bersin
(2004) mendefinisikan blended learning
sebagai: “the combination of different
training “media” (technologies, activities, and
types of events) to create an optimum training
program for a specific audience. The term
“blended” means that traditional instructor-
led training is being supplemented with other
electronic formats. In the context of this
book, blended learning programs use many
different forms of e-learning, perhaps
complemented with instructor-led training
and other live formats”. Istilah blended
learning pada awalnya digunakan untuk
menggambarkan mata kuliah yang mencoba
menggabungkan pembelajaran tatap muka
dengan pembelajaran online. Saat ini istilah
Page 44
blended menjadi populer, maka semakin
banyak kombinasi yang dirujuk sebagai
blended learning. Dalam metodologi
penelitian, digunakan istilah mixing untuk
menunjukkan kombinasi antara penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang
menyebut di dalam pembelajaran adalah
pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi
berbagai pendekatan dalam pembelajaran.
Namun, pengertian pembelajaran berbasis
blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasi strategi penyampaikan
pembelajaran menggunakan kegiatan tatap
muka, pembelajaran berbasis komputer
(offline), dan komputer secara online
(internet dan mobile learning). Pembelajaran
berbasis Blended learning berkembang
sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak
digunakan di Amerika Utara, Inggris,
Australia, kalangan perguruan tinggi dan
Page 45
dunia pelatihan. Melalui blended learning
semua sumber belajar yang dapat
memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang
yang belajar dikembangkan. Pembelajaran
blended dapat menggabungkan pembelajaran
tatap muka (face-to-face) dengan
pembelajaran berbasis komputer. Artinya,
pembelajaran dengan pendekatan teknologi
pembelajaran dengan kombinasi sumber-
sumber belajar tatap muka dengan pengajar
maupun yang dimuat dalam media komputer,
telpon seluler atau iPhone, saluran televisi
satelit, konferensi video, dan media
elektronik lainnya. Pebelajar dan
pengajar/fasilitator bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan
utama pembelajaran blended adalah
memberikan kesempatan bagi berbagai
karakteristik pebelajar agar terjadi belajar
mandiri, berkelanjutan, dan berkembang
Page 46
sepanjang hayat, sehingga belajar akan
menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih
menarik.
Gambar 3. Pembelajaran Berbasis
Blended Learning (Kombinasi tatap muka,
offline, dan online) Walaupun masih terjadi
perdebatan ekstrim antara pembelajaran tatap
muka dengan pembelajaran berbasis
komputer, buku ini tidak berpretensi untuk
melemahkan salah satu di antaranya, tetapi
justru ingin memadukan atau
mengkombinasikan berbagai modus belajar
yang telah berkembang sampai saat ini. Hasil
penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman,
dan Moskal (2004) menemukan bahwa
program blended learning memiliki potensi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
juga menurunkan tingkat putus sekolah
dibandingkan dengan pembelajaran yang
Page 47
sepenuhnya pembelajaran online. Demikian
juga ditemukan bahwa model pembelajaran
berbasis blended lebih baik daripada
pembelajaran tatap muka (Face to face).
Berdasarkan temuannya yang disajikan dalam
Tabel 1 menunjukkan perbandingan tingkat
keberhasilan (bagi siswa mencapai nilai A, B,
atau C) selama dua tahun persembahan Web.
Pada tabel 2.1. disajikan hasil penelitian
pembelajaran yang dilakukan melalui tatap
muka (face to face), pembelajaran kombinasi
(blended) dan pembelajaran melalui internet
(online) penuh. Tabel 1. Persentase nilai hasil
belajar antara pembelajaran tatap muka (face
to face), pembelajaran kombinasi (blended)
dan pembelajaran melalui internet (online)
(Dziuban, Hartman, & Moskal, 2004)
Pembelajaran Musim Semi 2001 Panas
2001 Dingin 2001 Semi 2002 Panas 2002
Dingin 2002 Semi 2003 Tatap Muka (Face to
Page 48
Face) 91 93 91 90 94 91 91 Kombinasi
(Blended) 91 97 94 91 97 92 91 Internet
(Online) penuh 89 93 90 92 92 92 91
Pembelajaran berbasis blended learning, di
samping untuk meningkatkan hasil belajar,
bermanfaat pula untuk meningkatkan
hubungan komunikasi pada tiga mode
pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran
yang berbasis ruang kelas tradisional, yang
blended, dan yang sepenuhnya online. Para
peneliti memberikan bukti yang
menunjukkan bahwa blended learning
menghasilkan perasaan berkomunitas lebih
kuat antar mahasiswa daripada pembelajaran
tradisional atau sepenuhnya online (Rovai
dan Jordan, 2004). Dalam penelitian
pengembangan SDM di perusahaan, Barbian
(2002) menyimpulkan bahwa metode blended
learning meningkatkan produktivitas
karyawan lebih besar daripada metode
Page 49
pembelajaran tunggal. Komposisi blended
yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya
dari alokasi waktu yang disediakan, 50%
untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan
50% dilakukan pembelajaran online. Atau
ada pula yang menggunakan komposisi
75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka
dan 25% pembelajaran online. Demikian pula
dapat dilakukan 25/75, artinya 25%
pembelajaran tatap muka dan 75%
pembelajaran online.
Pertimbangan untuk menentukan
apakah komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75
bergantung pada analisis komptensi yang
ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran,
karakteristik pebelajar, interaksi tatap muka,
strategi penyampaian pembelajaran online
atau kombinasi, karakteristik, lokasi
pebelajar, karakteristik dan kemampuan
pengajar, dan sumber daya yang tersedia.
Page 50
Berdasarkan analisis silang terhadap berbagai
pertimbangan tersebut, pengajar akan dapat
menentukan komposisi (presentasi)
pembelajaran yang paling tepat. Namun
demikian, pertimbangan utama dalam
merancang komposisi pembelajaran adalah
penyediaan sumber belajar yang cocok untuk
berbagai karakteristik pebelajar agar dapat
belajar lebih efektif, efisien, dan menarik.
Dalam skenario pembelajaran berikutnya
tentu saja harus memutuskan untuk tujuan
mana mana yang dilakukan dengan
pembelajaran tatap muka, dan bagian mana
yang offline dan online. Misalnya dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, pada saat
menjelaskan pengetahuan dan teknik gerak
dapat dilakukan melalui pembelajaran
berbasis komputer (offline), untuk melihat
aplikasi gerakan dalam suatu pertandingan
dapat dilakukan melalui akses internet
Page 51
(online), dan pada saat menjelaskan dan
mendemonstrasikan, melatih keterampilan,
melatih disiplin, dan sportivitas lebih cocok
dilakukan dengan tatap muka. Demikian pula
dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua di mana guru atau instruktur
semua kegiatan berbasis audio (pemahaman
pendengaran, ekspresi oral) akan berlangsung
di ruang kelas, sedangkan kegiatan berbasis
teks akan dilakukan secara online.
Yang penting, pembelajaran
berbasis blended learning bertujuan untuk
memfasilitasi terjadinya belajar dengan
menyediakan berbagai sumber belajar dengan
memperhatikan karakteristik pebelajar dalam
belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong
peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya
kontak face-to-face dalam mengem-bangkan
pengetahuan. Lalu, persiapan dan tindak-
lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan
Page 52
online. Program belajar yang total online
tidak dianjurkan untuk pembelajaran yang
masih mempertimbangkan perlunya kontak
tatap muka antara pebelajar dan pengajar.
Namun, dalam pembelajaran ada kalanya
pebelajar tidak dapat datang karena berbagai
kendala, misalnya di jurusan pendidikan
jasmani ada sebagian mahasiswa yang aktif
sebagai olahragawan yang mempunyai
jadwal latihan dan pertandingan yang ketat
dan tidak sinkron dengan jadwal perkuliahan,
maka pembelajaran berbasis offline dan
online menjadi memungkinkan untuk
dilakukan pada kelas reguler mahasiswa.
Pembelajaran berbasis blended learning
merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya
tarik yang lebih besar dalam berinteraksi
antar manusia dalam lingkungan belajar yang
beragam. Belajar blended menawarkan
Page 53
kesempatan belajar untuk menjadi baik secara
bersama-sama dan terpisah, demikian pula
pada waktu yang sama maupun berbeda.
Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan
oleh pelajar dan pengajar yang dapat
berinteraksi setiap saat dan di mana saja
karena memanfaatkan yang diperoleh
komputer maupun perangkat lain (iPhone)
sebagai fasilitasi belajar. Blended learning
memberikan fasilitasi belajar yang sangat
sensitif terhadap segala perbedaan
karakteristik pskiologis maupun lingkungan
belajar.
Gambar 4. Rata-Rata Persentasi Hasil
Belajar Tatap Muka Dan Blended
Berdasarkan Etnis (Rovai Dan Jordan, 2004)
Hasil penelitian Karen Precel, Yoram Eshet-
Alkalai, and Yael (2009) terkait dengan
kontribusi komponen-komponen dalam
blended learning menunjukkan bahwa
Page 54
komponen pembelajaran yang dianggap
paling berkontribusi belajar adalah tugas-
tugas (rerata = 4,72), buku cetak (rerata =
4,54), presentasi pertemuan (rerata = 4,42),
dan pertemuan kuliah tatap muka dengan
instruktur (rerata = 4,15). Video online kuliah
memberikan kontribusi terhadap belajar
(rerata = 3,83), buku pelajaran online
memiliki kontributsi rata-rata untuk belajar
(rerata = 3.32), walaupun kontribusinya
rendah hampir setengah dari peserta (46,5%)
menyatakan sering menggunakannya.
Sejarah Blended Learning
Pembelajaran berbasis blended learning
dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun
sebelum itu juga sudah terjadi adanya
kombinasi (blended). Terjadinya
pembelajaran awalnya karena adanya tatap
muka dan interaksi antara pengajar dan
pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak
Page 55
maka guru memanfaatkan media cetak. Pada
saat ditemukan media audio visual, sumber
belajar dalam pembelajaran mengkombinasi
antara pengajar, media cetak, dan audio
visual. Namun terminologi blended learning
muncul setelah berkembangkanya teknologi
informasi sehingga sumber dapat diakses oleh
pebelajar secara offline maupun online. Saat
ini, pembelajaran berbasis blended learning
dilakukan dengan menggabungkan pemb
elajaran tatap muka, teknologi cetak,
teknologi audio, teknologi audio visual,
teknologi komputer, dan teknologi m-
learning (mobile learning). Bersin (2004)
menggambarkan sejarah blended learning
yang berkembang di dunia pelatihan pada
awalnya juga seperti yang dilakukan pada
lembaga pendidikan yaitu sumber belajar
utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan
ditemukannya teknologi komputer, pelatihan
Page 56
dilakukan menggunakan mainframe based
yang dapat melakukan kegiatan pelatihan
secara individual tidak bergantung pada
waktu dan materi yang sama (tidak sinkron).
Perkembangan berikutnya pembelajaran yang
tetap mengguna-kan basis komputer tetapi
daya jangkaunya menjadi lebih luas melintasi
pulau dan benua karena perkembangan
teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan
dilakukan pengebarannya melalui CD ROM
dan internet. Saat ini pelatihan
menggabungkan semua itu agar pembelajaran
menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep
kombinasi (blended).
Gambar 5. Perkembangan
Pembelajaran di Dunia Pelatihan (Bersin,
2004)
Pelatihan oleh Instruktur Dalam
kegiatan ini peran instruktur/fasilitator sangat
penting dalam membangun pengetahuan para
Page 57
peserta pelatihan. Interaksi yang dibangun
oleh instruktur dan peserta menjadi hubungan
antar manusia. Kelebihan-kelebihan yang
dimiliki instruktur, misalnya profesor, doktor,
guru, ahli materi atau praktisi dapat dilakukan
di ruang kelas, misalnya instruktur dapat
menjelaskan sambil bercerita lucu dan
menarik sehingga tidak membosankan.
Mereka dapat menarik antusias untuk belajar
lebih lanjut berdasarkan pengalaman belajar
yang diangun dikaitkan dengan pengalaman
yang telah dimiliknya. Mereka dapat
mengajukan dan menjawab pertanyaan serta
mengkondisikan kelas berdasarkan keadaan.
Bahkan lebih penting lagi ─yang tidak bisa
kita pelajari dari e-learning─ pembelajaran
yang dipimpin seorang fasilitator dalam kelas
memiliki nilai dan budaya karena para
peserta berinteraksi dan belajar satu sama lain
secara langsung. Namun hal ini juga menjadi
Page 58
kelemahan, jika fasilitatornya tidak kurang
ahli dalam isi maupun berinteraksi dengan
peserta pelatihan. Pelatihan menjadi
membosankan. Kemudian, kekurangan
terbesar dalam pembelajaran tatap muka
adalah skala jangkauan, baik jarak maupun
jumlah peserta. Tidak mungkin pembelajaran
tersebut menjangkau ribuan peserta. Dengan
pembelajaran tatap muka hanya memiliki dua
pilihan yaitu ukuran kelas yang besar atau
kelas yang banyak. Ukuran kelas yang sangat
besar mengurangi efektivitas, kelas yang
banyak akan memerlukan waktu lebih
banyak, dan lebih lagi kelas-kelas yang
berjauhan akan memerlukan biaya perjalanan
sangat mahal. Dalam suatu kegiatan pelatihan
yang harus diselesaikan dalam batas waktu
yang ketat dan jumlah jam yang tersedia
untuk peserta terbatas, jika mengandalkan
pembelajaran tatap muka ini kita akan
Page 59
menemui kesulitan. Secara teoritis, jika
menggunakan teknologi kita bisa mencapai
peserta lebih banyak dalam waktu yang lebih
singkat. Pelatihan Berbasis Mainframe
Pendekatan pembelajaran berbasis teknologi
pertama diawali pada tahun 1960-an dan
1970-an dengan penggunaan mainframe
(komputer besar dengan kemampuan super)
sebagai pengolah data dan mini komputer
(sekarang = personal computer) sebagai
tampilan antar muka bagi peserta. Sistem
yang pertama dibuat diberi nama PLATO,
sebuah sistem yang dikembangkan pada
tahun 1963 oleh Universitas Illinois. PLATO
mempelopori penggunaan komputer dalam
penyelenggaraan pendidikan tradisional dan
masih terus dikembangkan hingga sekarang
dengan nama PLATO IV. Sistem tersebut di
atas memiliki keterbatasan tampilan berbasis
teks, belum mampu menyuguhkan bentuk-
Page 60
bentuk gambar, animasi, dan video yang
memukau seperti sekarang ini. Walaupun
begitu, pada saat itu teknologi ini telah
memberikan manfaat yang luar biasa karena
dengan waktu pelatihan tatap muka yang
sama, sistem ini mampu menjangkau ratusan
hingga ribuan orang yang dapat belajar tanpa
meninggalkan tempat kerja mereka. Era
inilah yang menjadi awal dari apa yang kita
sebut sekarang ini sebagai blended learning.
Siaran Langsung Video berbasis Satelit
Evolusi teknologi pelatihan berikutnya
dilakukan pada tahun 1970-an, ketika banyak
perusahaan mulai menggunakan jaringan
video untuk memperluas jangkauan pelatihan
secara langsung. Pembelajar bisa duduk di
kelas atau tetap di tempat kerja menyaksikan
instruktur di TV, mengobrol dan berinteraksi
dengan siswa lain, dan bertanya pada
instruktur. Salah satu contohnya adalah
Page 61
Universitas Stanford dengan jaringan
Interaktif TV nya, sampai sekarang jaringan
ini masih digunakan di seluruh Lembah
Silicon Valley. Universitas Stanford
mengembangkan jaringan video di tahun
1970-an dan 1980-an yang memungkinkan
para profesor Stanford untuk mengajar ke
seluruh teluk San Francisco tanpa
meninggalkan kampus. Para peserta pelatihan
tidak perlu meninggalkan tempat kerja
mereka untuk belajar. Mereka menyerahkan
hasil latihan dan tes melalui kurir. Jika
pelatihan dilakukan di ruang kelas, ruang
kelas memiliki kamera TV yang
memungkinkan instruktur untuk melihat
seluruh kelas. Peserta dapat dapat menekan
tombol untuk mengajukan pertanyaan.
Sampai saat ini, live video tetap menjadi
pendekatan pelatihan yang penting dalam
banyak perusahaan. Perusahaan General
Page 62
Motors di Amerika, misalnya, sangat
bergantung pada instruksi-instruksi berbasis
video untuk melatih para dealernya. Jika
peserta tidak memiliki akses ke komputer,
pelatihan live video ini sangat tepat. Beban
pembangunan dan pemeliharaan jaringan
video yang dahulu mahal, pada saat ini tidak
lagi karena jaringan kabel video telah
digantikan oleh yang lebih rendah biayanya
dengan sistem berbasis IP (internet protocol)
digital seperti web-casting dan video berbasis
web.
Pelatihan dengan Personal Computer
CD-ROM Pada awal 1980-an ketika PC
(personal computer) muncul, para pelatih dan
pendidik penuh antusias memanfaatkan
teknologi PC multimedia. Perusahaan
komputer melihat peluang pasar dan mulai
membuat model PC khusus dengan fitur yang
dirancang untuk pelatihan multimedia. Era
Page 63
CD (Compact Disk) ROM merupakan dasar
bagi pelatihan berbasis web seperti yang kita
lihat sekarang ini. Penyedia jasa pelatihan
menyadari bahwa komputer dapat
menghasilkan gambar, suara, video, dan
interaktivitas yang tinggi. Dengan media
penyimpanan yang tersedia secara luas dalam
bentuk CD-ROM, materi (isi) belajar bisa
didistribusikan dengan mudah. Learning
Management Sistem Untuk mengatasi
keterbasan pemanfaatan CD-ROM, seperti
bagaimana mengelola semua salinan materi
yang didistribusikan, siapa yang
menggunakannya?, apa yang mereka
lakukan?, bagaimana memonitor bahwa
mereka telah menyelesaikan latihan?, maka
diciptakan Learning Management Sistem
(LMS), sebuah perangkat lunak pada jaringan
yang bisa melacak dan mengelola semua
pengguna pelatihan berbasis CD-ROM. LMS
Page 64
yang pertama dikembangkan terutama untuk
mengelola pendaftaran, pelacakan, dan
penyelesaian pelatihan berbasis CD-ROM
melalui jaringan. Sekelompok maskapai
penerbangan memanfaatkan model pelatihan
ini dengan mengembangkan standar baru
yang disebut sebagai Aviation Industry CBT
Committee (AICC). Pada saat itu LMS
digunakan untuk mengetahui kapan peserta
mulai berlatih, berapa nilai yang dicapai, dan
berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk
menyelesaikan pelatihan. Pembelajaran
Berbasis Web Temuan-temuan di bidang
komputer yang memungkinkan komputer
semakin cepat dan akses jaringan internet
semakin mudah dan murah. Dengan
kecepatan internet yang tinggi, suatu materi
pembelajaran multimedia dapat
didistribusikan dengan cepat ke banyak
pengguna. Web Based Training umumnya
Page 65
dikelola oleh aplikasi LMS yang telah
berkembang sedemikian pesatnya dengan
fitur yang semakin lengkap. Ada banyak
sekali aplikasi LMS, namun yang banyak
digunakan adalah moodle yaitu program
untuk mengelola pembelajaran berbasis web.
Saat ini berbagai lembaga pelatihan dan
pendidikan sekolah memiliki berbagai pilihan
untuk melakukan pembelajaran dengan cara
mengkombinasi berbagai kelebihan mode
pembelajaran (blended). Pembelajaran
melalui tatap muka dikombinasi dengan
belajar sendiri (asynchronous) melalui web,
CD-ROM, dan buku. Kemudian dikombinasi
melalui pembelajaran langsung tanpa tatap
muka dengan instruktur atau pengajar
melainkan langsung melalui sumber belajar
onnline (synchronous) melalui web-casting,
siaran langsung video, konferensi video, dan
pembelajaran tatap muka di kelas.
Page 66
Keuntungan Blended Learning
Berdasarkan perkembangan teknologi yang
dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, saat
ini tidak ada metode pembelajaran tunggal
yang ideal untuk semua jenis pembelajaran
pelatihan, karena setiap teknologi memiliki
keunggulan masing-masing. Teknologi cetak
memiliki keunggulan yang sangat fleksibel
sebagai sumber belajar, dapat dibawa ke
mana-mana tanpa menggunakan listrik.
Sedangkan komputer mempunyai keunggulan
pembelajaran yang lebih interaktif dapat
berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat
dikonversi dalam berbagai bentuk digital,
tetapi mobilitasnya terbatas karena
bergantung kepada catu daya listrik. Pada
kasus tertentu pembelajaran melalui audio
lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi
masing-masing teknologi mempunyai
keunggulan untuk tujuan belajar tertentu,
Page 67
untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian
juga metode pembelajaran untuk siswa di
Sekolah Dasar dapat efektif, tetapi tidak
untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan
metode pembelajaran yang berbeda untuk
karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk
memenuhi semua kebutuhan belajar dengan
berbagai karakteristik orang yang belajar
maka pendekatan melalui blended learning
adalah yang paling tepat. Dengan blended
leaning memungkinkan pembelajaran
menjadi lebih profesional untuk menangani
kebutuhan belajar dengan cara yang paling
efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang
tinggi. Keuntungan yang diperoleh dengan
manfaat pembelajaran berbasis blended bagi
lembaga pendidikan atau pelatihan adalah: •
memperluas jangkauan
pembelajaran/pelatihan; • kemudahan
Page 68
implementasi; • efisiensi biaya; • hasil yang
optimal; • menyesuaikan berbagai kebutuhan
pebelajar, dan • meningkatkan daya tarik
pembelajaran.
Peran Pengajar Peran pengajar dalam
pembelajaran berbasis blended learning
sangat penting dalam mengelola
pembelajaran. Yang pasti pengajar harus
melek informasi. Di samping memiliki
keterampilan mengajar dalam menyampaikan
isi pembelajaran tatap muka, pengajar juga
harus memiliki kpengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan sumber
belajar berbasis komputer (Microsoft Word
dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan
untuk mengakses internet, kemudian dapat
menggabungkan dua atau lebih metode
pembelajaran tersebut. Seorang pengajar
dapat memulai pembelajaran dengan tatap
muka terstruktur kemudian dilanjutkan
Page 69
dengan pembelajaran berbasis komputer
offline dan pembelajaran secara online.
Kombinasi pembelajaran juga dapat
diterapkan pada integrasi e-learning (online),
menggunakan komputer di kelas, dan
pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan
belajar perlu diberikan kepada pebelajar sejak
awal, agar para pebelajar memiliki
keterampilan belajar kombinasi sejak awal,
karena kemampuan ini akan menjadi alat
belajar di masa depan. Peran pengjaar sangat
penting karena hal ini memerlukan proses
transformasi pengetahuan isi dan blended
learning sebagai alat. Dengan makin baiknya
sistem ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, maka penduduk dunia akan
semakin banyak pula, oleh karena itu perlu
dilakukan pembelajaran yang efisien dalam
pemanfaatan sumber daya, pembelajaran
berbasis blended learning merupakan suatu
Page 70
keniscayaan untuk dilaksanakan dalam sistem
pembelajaran, khususnya di Indonesia. Kunci
dari semua ini terletak pada peran pengajar
yang mengusai kompetensi untuk mengelola
pembelajaran berbasis blended learning.
Unsur-Unsur Blended Learning
Pembelajaran berbasis blended learning
mengkombinasikan antara tatap muka dan e-
learning tinggi paling tidak memiliki 6
(enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b)
belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e)
kerjasama, dan (f) evaluasi. Pembelajaran
Tatap muka Pembelajaran tatap muka
dilakukan seperti yang sudah dilakukan
sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio
visual, dan komputer, pengajar sebagai
sumber belajar utama. Pengajar
menyampaikan isi pembelajaran, melakukan
tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan,
tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua
Page 71
dilakukan secara sinkron (synchronous),
artinya semua pebelajar belajar isi
pembelajaran pada waktu dan tempat yang
sama. Beberapa variasi yang dilakukan,
misalnya dosen membagi perkuliahan ke
dalam topik-topik yang harus di bahas oleh
mahasiswa di depan kelas, mehasiswa
membuat makalah untuk presentasi
mahasiswa sebagai peserta dan melakukan
klarifikasi, tanya-jawab, dan memecahkan
masalah. Dengan menggunakan pendekatan
berpusat pada pebelajar, kuliah dilakukan
dengan tutorial, buku kerja, menulis makalah,
dan penilaian. Pembelajaran Mandiri Dalam
pembelajaran tatap muka, untuk
mengakomodasi perbedaan individual
kemudian berkembang dengan memberikan
tugas belajar mandiri melalui pembelajaran
menggunakan modul, sekarang di sekolah
digunakan Lembar Kerja Siswa. Tujuannya
Page 72
tentu agar siswa yang berlainan karakteristik
kecerdasannya akan belajar sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Dalam sumber belajar
untuk pembelajaran mandiri ini, kebanyakan
pengajar memerlukan buku teks 2 atau atau
lebih sebagai sumber belajar. Dalam
pembelajaran berbasis blended learning, akan
banyak sumber belajar yang harus diakses
oleh pebelajar, karena sumber-sumber
tersebut tidak hanya terbatas pada sumber
belajar yang dimiliki pengajar, perpustakaan
lembaga pendidikannya saja, melainkan
sumber-sumber belajar yang ada di
perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang
profesional dan kompeten dalam disiplin ilmu
tentu dapat merancang sumber-sumber
belajar mana saja yang dapat diakses untuk
mengkombinasikan dengan buku, multi
media, dan sumber belajar lain. Pembelajaran
Berbasis Masalah Aplikasi dalam
Page 73
pembelajaran berbasis blended learning dapat
dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah Masalah. Melalui pembelajaran
berbasis masalah, pebelajar akan belajar
berdasarkan masalah yang harus dipecahkan,
kemudian melacak konsep, prinsip, dan
prosedur yang harus diakses untuk
memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda
dengan pembelajaran konvensional, yang di
tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan
prosedur yang diakhiri dengan menyajikan
masalah. Asumsinya, pebelajar dianggap
belum memiliki pengetahuan prasyarat untuk
memecahkan masalah, sehingga konsep-
konsep tersebut disajikan terlebih dahulu.
Melalui pembelajaran berbasis masalah,
pebelajar akan secara aktif mendefinisikan
masalah, mencari berbagai alternatif
pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan
Page 74
prosedur yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
Pembelajaran Tutorial Program
pembelajaran berbasis komputer memerlukan
kegiatan tutorial tatap muka, namun sifat
tutotial berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional. Pada tutorial, pebelajar
yang aktif untuk menyampaikan masalah
yang dihadapi, seorang pengajar akan
berperan sebagai tutor yang membimbing.
Sejumlah program universitas menggunakan
berbagai pembelajaran interaktif komputer.
Perusahaan menyediakan pembelajaran
berbasis CD-ROM dan konten online.
Meskipun aplikasi teknologi dapat
meningkatkan keterlibatan pebelajar dalam
belajar, peran pengajar masih diperlukan
sebagai tutor. Pembelajaran Kolaborasi
Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah
satu ciri penting pembelajaran masa depan
Page 75
yang lebih banyak mengedepankan
kemampuan individual, namun kemampuan
ini kemudian disinergikan untuk
menghasilkan produk, karena produk masa
depan, apalagi produk komputer baik berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak
yang kompleks, diperlukan pendekatan
interdisipliner. Oleh karena itu produk masa
depan adalah produk yang dihasilkan dari
kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi
harus menjadi bagian penting dalam
pembelajaran berbasis blended learning. Hal
ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional yang semua pebelajar
belajar di dalam kelas yang sama di bawah
kontrol pengajar, dalam pembelajaran
berbasis blended, maka pebelajar bekaerja
secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh
karena itu, tagihan dalam pembelajaran ini
akan berbeda dengan pembelajaran tatap
Page 76
muka. Evaluasi pembelajaran berbasis
blended learning tentunya akan sangat
berbeda dibanding dengan evaluasi
pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus
didasarkan pada proses dan hasil yang dapat
dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja
belajar pebelajar berdasarkan portofolio.
Demikian pula penilaian perlu melibatkan
bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu
ada penilaian diri oelh pebelajar, maupun
penilai pebelajar lain.
Klasifikasi Blended Learning Untuk
memahami e-Learning beberapa ahli
mengklasifikasi berdasarkan karakteristik.
Pada umumnya pembelajaran e-Learning atau
online adalah "asynchronous", di mana
pengajar/ guru/dosen/instruktur dan orang
yang belajar siswa tidak bertemu di saat yang
sama. Ranganathan, Negash, dan Wilcox,
2007) membagi empat jenis klasifikasi e-
Page 77
Learning, yaitu: 1. e-Learning tanpa
kehadiran dan tanpa komunikasi, 2. e-
Learning tanpa kehadiran tetapi dengan
komunikasi, 3. e-Learning dikombinasikan
dengan kehadiran sesekali, 4. e-Learning
digunakan sebagai alat dalam mengajar di
kelas . Berdasarkan empat klasifikasi
tersebut, kemudian dikembangkan menjadi
enam jenis e-learning yang disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 2. Klasifikasi e-learning sebagai
konsep dasar Blended Learning.
Klasifikasi Presentasi Komunikasi
elektronik Sebutan Pembelajaran Tipe I YA
TIDAK Tatap Muka Tipe II TIDAK TIDAK
Belajar Mandiri Tipe III TIDAK YA Tidak
sinkron Tipe IV YA YA Sinkron Tipe V
PILIHAN YA Blended/Hybrid-Tidak
Page 78
Sinkron Tipe VI YA YA Blended/Hybrid-
Sinkron
Tipe I: Pembelajaran tatap Muka
Pembelajaran dilakukan dengan adanya
kehadiran fisik pengajar yang melakukan
presentasi materi secara fisik tetapi tidak
melakukan komunikasi elektronik. Ini
merupakan tipe kelas tatap muka di kelas
secara tradisional. Pengajar atau instruktur
dan orang yang belajar secara fisik hadir di
kelas setiap saat penyajian materi
pembelajaran. Komunikasi antara pebelajar
dan pengajar terjadi di kelas secara bersama-
sama, dalam waktu dan tempat yang sama.
Pembelajaran ini dimasukkan sebagai e-
learning karena walaupun pembelajaran lebih
didominasi oleh kegiatan tatap muka, namun
sudah menggunakan media elektronik
sebagai kegiatan penyampaian isi
pembelajaran, misalnya melalui slide
Page 79
PowerPoint, klip video, dan multimedia
untuk memberikan penjelasan dan contoh-
contoh isi pembelajaran.
Tipe II: Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran dilakukan tanpa presentasi dan
kehadiran pengajar dan tanpa komunikasi
elektronik, artinya pebelajar belajar sendiri.
Pendekatan ini disebut sebagai belajar
mandiri (self-learning). Pebelajar menerima
isi/materi pembelajaran melalui belajar
sendiri. Tidak ada orang yang membantu
dalam format belajar mandiri, juga tidak ada
komunikasi elektronik antara pebelajar dan
pengajar/instruktur. Dalam format ini e-
Learning pelajar biasanya menerima konten
pra-rekaman atau mengakses arsip rekaman
konten. Komunikasi antara pebelajar dan
pengajar tidak dilakukan. Contoh
pembelajaran tipe ini, isi disampaikan pada
Page 80
pebelajar menggunakan media rekaman
seperti CD ROM atau DVD.
Tipe III: Pembelajaran Tidak Sinkron
Pembelajaran dilakukan tanpa kehadiran
pengajar namun dilakukan degan komunikasi
elektronik yang tidak sinkron (asynchronous).
Yang dimaksud dengan tidak sinkron adalah
komunikasi elektronik antara pengajar dan
pebelajar tidak dilakuksan pada waktu dan
tempat yang sama. Dalam format ini,
pengajar dan pebelajar tidak secara bersama-
sama bertemu dalam suatu ruang yang sama.
Namun, pengajar dan pebelajar melakukan
komunikasi yang dapat dilakukan melalui
email dan pebelajar tidak perlu hadir secara
fisik di kelas. Contoh jenis ini adalah
pembelajaran e-Learning dengan
menggunakan ruang kelas tradisional di mana
pengajar dan pebelajar pada saat yang sama
menggunakan email.
Page 81
Tipe IV: Pembelajaran Sinkron
Pembelajaran dilakukan secara maya dan
komunikasi elektronik yang sinkron
(synchronous). Format ini disebut sinkron,
karena pengajar dan pebelajar selalu hadir
secara real-time, walau tidak ada kehadiran
fisi. Teknologi yang digunakan untuk
komunikasi sinkron mencakup semua
teknologi yang digunakan dalam e-Learning
asynchronous selain dilakukan real-time e-
Learning, juga penggunaan instant
messaging, chat, live audio, dan video
langsung. Contoh tipe ini adalah sebuah kelas
virtual dengan video audio, pengajar dan
pebelajar bertatap muka melalui video,
disertai dengan chatting.
Tipe V: Blended Learning Tidak
Sinkron Pembelajaran dilakukan dengan
kehadiran pengajar sesekali dan komunikasi
elektronik yang dikombinasi atau capuran
Page 82
(Blended/Hybrid-asynchronous). Ini adalah
format e-Learning blended atau hybrid
dengan kehadiran pengajar sesekali. Dalam
format ini komunikasi elektronik digunakan
dalam format asinkron dan sinkron.
Kehadiran pengajar yang kadang-kadang, di
mana beberapa pertemuan dilakukan dengan
kehadiran fisik (yaitu tatap kelas-muka) dan
pada pertemuan yang dilakukan tanpa
kehadiran pengajar (asynchronous).
Kehadiran fisik pengajar mirip dengan kelas
tatap muka tradisional, di mana baik pengajar
maupun pebelajar secara fisik hadir di kelas.
Contoh tipe ini, isi pembelajaran disampaikan
kadang-kadang melalui pertemuan tatap
muka dan melalui teknologi e-Learning yang
dilakukan secara tidak sinkron Tipe VI:
Pembelajaran Blended Learning Sinkron
Pembelajaran dilakukan dengan kehadiran
pengajar dan dengan komunikasi elektronik
Page 83
(Blended/Hybrid-sinkron). Dalam format ini
komunikasi elektronik dikemas dalam format
asinkron dan sinkron. Kehadiran pengajar
dapat dilakukan bergantian antara fisik dan
virtual. Beberapa pertemuan kelas dilakukan
dengan kehadiran fisik (dalam ruang kelas
tradisional yaitu tatap muka langsung) dan
pertemuan lainnya dilakukan secara maya
(sinkron). Dalam format ini pebelajar dan
pengajar selalu bertemu di saat yang sama,
kadang-kadang secara fisik dan waktu
lainnya melalui tatap muka maya. Contoh
tipe ini adalah tempat pengajar dan pebelajar
menggunakan kelas untuk beberapa waktu
dan menggunakan live audio/video untuk
pertemuan maya. Pertemuan pada yang lain
di kombinas tatap muka dan tidak tatap
muka. Dalam Blended/ hibrida Learning,
kehadiran fisik dan virtual dapat dikombinasi
(dicampur) dengan format tidak sinkron dan
Page 84
sinkron. Jumlah waktu tatap muka dapat
sangat bervariasi dari program pembelajaran
yang satu ke program lainnya. Beberapa kali
melakukan pertemuan kelas tatap muka
pertama dan terakhir dalam satu semester.
Pembelajaran Blended dapat dilakukan
dengan dua puluh lima persen melalui
kehadiran pengajar dan tujuh puluh lima
persen tanpa kehadiran. Ada juga yang
melakukan pembelajaran dengan lima puluh
persen tatap muka dan lima puluh persen
melalui e-learning. Demikian pula, ada yang
melakukan seratus persen kehadiran tatap
muka dengan kombinasi kehadiran fisik dan
maya. Meskipun tidak ada standar proporsi
kehadiran tatap muka dan letidakkehadiran
secara fisik, namun yang pasti dalam
pembelajaran berbasis blended learning
selalui mengkombinasi kegiatan tatap muka
dan e-learning sebagai upaya untuk
Page 85
memfasilitasi terjadinya belajar
(Ranganathan, Negash, dan Wilcox, 2007).
Penutup Indonesia merupakan bangsa
yang besar, baik dari aspek luas wilayah,
sumber daya alam maupun sumber daya
manusia. Namun demikian, kondisi bangsa
sekarang ini belum menunjukkan jati diri
sebagai bangsa yang besar perhitungan
Human Development Indeks (HDI)
dikeluarkan UNDP. Kualitas sumber daya
manusia dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI). Berdasarkan
laporan IPM yang dirilis United Nation
Development Program (UNDP), pada tahun
2010 IPM Indonesia berada pada urutan 108
dari 166 negara dan masih tertinggal
dibanding negara-negara ASEAN seperti
Singapura (urutan 27), Brunai Darussalam
(urutan 37), Malaysia (urutan 57), Thailand
Page 86
(urutan 92), Philipina (urutan 97). Yang
dibawah peringkat Indonesia hanya negara
Vietnam (urutan 113), Timor Leste (urutan
120), Kamboja (urutan 124), dan Myanmar
(urutan 132). Rendahnya IPM Indonesia
tersebut, menggambarkan rendahnya daya
saing bangsa Indonesia untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa lain. Sudah keharusan
bagi pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat untuk meningkatkan daya saing
bangsa Indonesia dengan cara meningkatkan
IPM melalui pembangunan bidang
pendidikan, khususnya pdeningkatan kualitas
pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas
akan menghasilkan lulusan yang berkualitas
yang diharapkan mampu menjawab
perkembangan zaman dan arus globalisasi.
Agar para pengajar di Indonesia sensitif
terhadap perkembangan pengetahuan tentang
pembelajaran masa depan, diperlukan
Page 87
serangkaian kegiatan secara inklusif maupun
eksklusif, massal maupun terbatas oleh
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat
dalam upaya meningkatkan kualitas pengajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan
melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya
dengan baik secara sentralisasi maupun
desentralisasi untuk memanfaatkan
perkembangan teknologi dalam
pembelajaran, meliputi teknologi cetak,
teknologi audio, teknologi audio visual,
teknologi komputer, dan teknologi telepon
seluler. Pembelajaran yang memanfaatkan
semuanya itu apabila dikemas menjadi satu
kesatuan dengan kombinasi yang berprinsip
sinergi, maka pembelajaran tersebut menjadi
berkualitas karena mampu memfasilitasi
sumber belajar yang beragam. Semoga
kebangkitan pembelajaran yang sensitif
Page 88
terhadap perkembangan teknologi segera
terwujud.
Blended learning istilah yang berasal
dari bahasa inggris, yang terdiri dari dua suku
kata, blended dan learning. Blended
merupakan campuran, kombinasi yang baik.
Sedangkan learning merupakan
pembelajaran.
Sedangkan menurut Harding, Kaczynski dan
Wood, 2005, Blended learning merupakan
Page 89
pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran tradisonal
tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang
menggunakan sumber belajar online dan
beragam pilihan komunikasi yang dapat
digunakan oleh guru dan siswa Pelaksanaan
pendekatan ini memungkinkan penggunaan
sumber belajar online, terutama yang berbasis
web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan
tatap muka. Dengan pelaksanaan blended
learning ini, pembelajaran berlangsung lebih
bermakna karena keragaman sumber belajar
yang mungkin diperoleh.
Jadi blended learning dapat diartikan sebagai
proses pembelajaran yang memanfaatkan
berbagai macam pendekatan. Pendekatan
yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai
macam media dan teknologi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa blended
learning adalah pembelajaran yang
Page 90
mengkombinasikan antara tatap muka
(pembelajaran secara konvensional, dimana
antara pebelajar dan pemelajar saling
berinteraksi secara langsung, masing-masing
dapat bertukar informasi mengenai bahan-
bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar
dengan berbagai modul yang telah
disediakan) serta belajar mandiri secara
online.
Penerapan blended learning tidak terjadi
begitu saja. Tapi,terlebih dulu harus ada
pertimbangan karakteristik tujuan
pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas
pembelajaran yang relevan serta memilih dan
menentukan aktifitas mana yang relevan
dengan konvensional dan aktifitas mana yang
relevan untuk online learning
2.2 Karakteristik Blended Learning
Adapun karakteristik dari blended learning
yaitu:
Page 91
• Pembelajaran yang menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, gaya pembelajaran, serta
berbagai media berbasis teknologi yang
beragam.
• Sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face to face), belajar mandiri, dan
belajar mandiri via online.
• Pembelajaran yang didukung oleh
kombinasi efektif dari cara penyampaian,
cara mengajar dan gaya pembelajaran.
• Guru dan orangtua peserta belajar memiliki
peran yang sama penting, guru sebagai
fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
2.3 Kapan Blended Learning
dibutuhkan
Blended Learning dibutuhkan pada saat
metode pengajaran jarak jauh tidak begitu
dibutuhkan. Proses pengajaran blended
learning ini dibutuhkan pada pemelajar
Page 92
membutuhkan penambahan pelajaran.
Blended learning dibutuhkan pada saat :
• Proses belajar mengajar tidak hanya tatap
muka, namun menambah waktu pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
• Mempermudah dan mempercepat proses
komunikasi non-stop antara pengajar dan
siswa.
• Siswa dan pengajar dapat diposisikan
sebagai pihak yang belajar.
• Membantu proses percepatan pengajaran.
Perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat dewasa ini, khususnya
perkembangan teknologi internet turut
mendorong berkembangnya konsep
pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi
internet yang selalu dapat diakses kapan saja,
dimana saja, multiuser serta menawarkan
segala kemudahannya telah menjadikan
internet suatu media yang sangat tepat bagi
Page 93
perkembangan pendidikan jarak jauh
selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat
ini sistem pembelajaran secara blended
learning masih sangat baik di terapkan di
Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara
tradisional juga.
2.4 Tujuan Blended Learning
• Membantu pemelajar untuk berkembang
lebih baik di dalam proses belajar, sesuai
dengan gaya belajar dan preferensi dalam
belajar.
• Menyediakan peluang yang praktis realistis
bagi guru dan pemelajar untuk pembelajaran
secara mandiri, bermanfaat, dan terus
berkembang.
• Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi
pemelajar, dengan menggabungkan aspek
terbaik dari tatap muka dan instruksi online.
Kelas tatap muka dapat digunakan untuk
melibatkan para siswa dalam pengalaman
Page 94
interaktif. Sedangkan kelas online
memeberikan pemelajar Sedangkan porsi
online memberikan para siswa dengan konten
multimedia yang kaya akan pengetahuan
pada setiap saat, dan di mana saja selama
pemelajar memiliki akses internet,
2.5 Kategori Blended Learning
Blended learning memiliki dua kategori
utama, yaitu :
• Peningkatan bentuk aktifitas tatap-muka
(perkuliahan). Banyak pengajar
menggunakan istilah ‘blended learning’
untuk merujuk kepada penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi dalam aktifitas
tatap-muka, baik dalam bentuknya yang
memanfaatkan internet (web-dependent)
maupun sebagai pelengkap (web-
supplemented) yang tidak merubah model
aktifitas.
• Hybrid learning : pembelajaran model ini
Page 95
mengurangi aktifitas tatap-muka
(perkuliahan) tapi tidak menghilangkannya,
sehingga memungkinkan mahasiswa untuk
belajar secara online.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Blended
Learning
Kelebihan blended learning :
• Pembelajaran terjadi secara mandiri dan
konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
• Pembelajaran lebih efektif dan efisien
• Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya
blended learning maka peserta belajar
semakin mudah dalam mengakses materi
pembelajaran.
Kekurangan blended learning :
• Media yang dibutuhkan sangat beragam,
sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan
prasarana tidak mendukung.
• Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki
Page 96
pelajar, seperti komputer dan akses internet.
Padahal dalam blended learning diperlukan
akses internet yang memadai, apabila
jaringan kurang memadai akan menyulitkan
peserta dalam mengikuti pembelajaran
mandiri via online.
• Kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap penggunaan teknologi
• Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki
pelajar, seperti komputer dan akses internet
2.7 Lima Kunci Merancang dan
Mengembangkan Blended Learning Secara
Efektif
Menurut Jared M. Carmen, seorang
Preseident Aglint Learning menyebutkan
lima kunci dalam mengembangkan blended
learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
1) Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka
(instructor-led instruction) secara sinkronous
Page 97
dalam waktu dan tempat yang sama
(classroom) ataupun waktu sama tapi tempat
berbeda (seperti virtual classroom). Bagi
beberapa orang tertentu, pola pembelajaran
langsung seperti ini masih menjadi pola
utama. Namun demikian, pola pembelajaran
langsung inipun perlu didesain sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan sesuai
kebutuhan. 2) Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran
konvensional dengan pembelajaran mandiri
(self-paced learning) yang memungkinkan
peserta belajar belajar kapan saja, dimana
saja dengan menggunakan berbagai konten
(bahan belajar) yang dirancang khusus untuk
belajar mandiri baik yang bersifat text-based
maupun multimedia-based (video, animasi,
simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari
kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam
konteks saat ini dapat dikirim secara online
Page 98
(via web maupun via mobile dovice dalam
bentuk: streaming audio, streaming video, e-
book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD,
cetak, dll).
3) Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik
kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar
peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas
sekolah/kampus. Dengan demikian,
perancang blended learning harus meramu
bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi
antar peserta belajar atau kolaborasi antara
peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool
komunikasi yang memungkinkan seperti
chatroom, forum diskusi, email,
website/webblog, mobile phone. Tentu saja
kolaborasi diarahkan untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan dan keterampilan
melalui proses sosial atau interaksi sosial
dengan orang lain, bisa untuk pendalaman
Page 99
materi, problem solving, project-based
learning, dll.
4) Assessment
Tentu saja, dalam proses pembelajaran
jangan lupakan cara untuk mengukur
keberhasilan belajar (teknik assessment).
Dalam blended learning, perancang harus
mampu meramu kombinasi jenis assessmen
baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau
tes yang lebih bersifat otentik (authentic
assessment/portfolio) dalam bentuk project,
produk dll. Disamping itu, juga pelru
mempertimbangkan antara bentuk-bentuk
assessmen online dan assessmen offline.
Sehingga memberikan kemudahan dan
fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau
melakukan assessmen tersebut.
5) Performance Support Materials
Ini bagian yang juga jangan sampai
terlupakan. Jika kita ingin
Page 100
mengkombinasikan antara pembelajaran tatap
muka dalam kelas dan tatapmuka virtual,
pastikan sumber daya untuk mendukung hal
tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan
belajar disiapkan dalam bentuk digital,
apakah bahan belajar tersebut dapat diakses
oleh peserta belajar baik secara offline
(dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun
secara online (via website resemi tertentu).
Atau, jika pembelajaran online dibantu
dengan suatu Learning/Content Management
System (LCMS), pastikan juga bahwa
aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik,
mudah diakses, dan lain sebagainya.
2.8 Blended Learning dan e-Learning.
Blended learning merupakan suatu strategi
belajar yang berasal dari pertimbangan-
pertimbangan dalam menyempurnakan sistem
belajar e-learning. Dari studi yang ada,
kendala terbesar e-learning adalah proses
Page 101
interaksi langsung antara pemelajar dengan
pebelajar. Bagaimanapun belajar merupakan
proses dua arah. Peserta memerlukan
feedback dari pemelajar dan sebaliknya
pemelajar juga memerlukan feedback dari
pesertanya. Dengan cara ini akan didapat
hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa program e-
learning tidak selalu mendapat hasil
memuaskan. Seringkali materi sudah banyak
dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa
belajar kapan saja dan di mana saja, asal
terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun
tetap saja tingkat penggunaan materi-materi
e-learning tersebut tergolong rendah. secara
sederhana dapat dikatakan seseorang butuh
teman dan butuh feedback langsung. Sama
seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran
konvensional di ruang kelas.
selain itu e-learning menciptakan kesan
Page 102
kesendirian sehingga seseorang tidak bisa
bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah
jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu
termotivasi untuk melanjutkan
pembelajarannya. Bukan karena materinya
tidak bagus atau sistem online dari materi
yang disajikan kurang interaktif, melainkan
orang merasa sedang sendiri dan dia perlu
orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan
motivasi dan kesadaran tinggi dari
pebelajarnya.
Berdasarkan pertimbangan permasalah
tersebut, motode pembelajaran yang lebih
efektif digunakan adalah blended learning,
dimana siswa dapat belajar secara mandiri
dan secara konvensional, keduanya
menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat
saling melengkapi
Page 103
BAB IV
KESIMPULAN
Page 104
Pembelajaran dengan
menggabungkan kegiatan tatap muka dan
kegiatan online (berbantuan web) mempunyai
banyak keuntungan dalam beberapa aspek
antara lain keunggulan dalam media
pembelajaran, mahasiswa lebih berperan aktif
untuk dapat memperbaharui dan
Page 105
meningkatkan kemampuan diri secara terus
menerus (lifelong learners), dan mahasiswa
mengenal serta memiliki kemampuan dalam
teknologi informasi. Beberapa penelitian
yang telah dilakukan berhubungan dengan
fasilitas pembelajaran melalui Web sebagai
bagian dari kegiatan perkuliahan tatap muka
(Guldberg, 2007; Kayler & Weller, 2007;
Matusov, Hayes, Pluta, 2005).
Perkuliahan yang mengintegrasikan
kegiatan tatap muka dan online learning
dikenal dengan blended learning. Dalam
penelitian Kayler & Weller (2007), fasilitas
web dalam pembelajaran antara lain bertujuan
memberikan materi pendalaman yang isinya
dapat berupa soal beserta solusinya, materi
pelajaran, virtual praktikum, ujian, tugas, dan
diskusi. Mereka menyatakan bahwa
mahasiswa yang sering melakukan log-on
pada web memiliki hasil belajar di atas rata-
Page 106
rata, tetapi tidak dapat memantau apakah
hasil belajar itu memang dipengaruhi oleh
lamanya mahasiswa mengakses web. Lebih
lanjut mereka menyatakan dalam diskusi
online, jenis pertanyaan yang menarik
(berhubungan dengan pengalaman
mahasiswa) mendapat respon lebih baik dari
mahasiswa.
Dalam mendesain pengajaran
berbantuan web menurut Liu (2005)
komponen materi latihan dan penyelesainnya
cukup menarik mahasiswa untuk mempelajari
web. Desain pengajaran yang mereka buat
antara lain berisi latihan-latihan dan
penyelesaiannya dengan tujuan agar
mahasiswa lebih aktif dan termotivasi belajar
lebih banyak di luar kelas.
Blended learning adalah strategi
pembelajaran yang mengintegrasikan antara
pembelajaran tatap muka dengan
Page 107
pembelajaran berbasis web. Blended learning
menggunakan berbagai sumber belajar dan
melibatkan interaksi yang berkesinambungan.
Proses berpikir melalui asynchronous internet
communication tools (forum Moodle) lebih
obyektif dan reflektif daripada ketika kegiatan
tatap muka (Garrison & Kanuka, 2004).
Abad ke-21 merupakan era globalisasi
dimana terjadi persaingan bebas antar bangsa
yang menuntut pola berpikir yang kritis dan
adaptif terhadap perubahan dan
perkembangan yang terjadi, salah satunya
adalah berkembangnya sektor teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dengan pesat.
Pendidikan sebagai salah satu sistem untuk
menjawab tuntutan ini juga mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan
zaman, perubahan ini akan berpengaruh
terhadap cara dan penyampaian
pembelajaran. Pembelajaran yang kreatif dan
Page 108
inovatif berbasis TIK diperlukan dalam era yang
terus berkembang saat ini. Pembelajaran sains
sebagai salah satu pendorong kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi pada era
globalisasi harus diajarkan sesuai dengan
hakikat pembelajaran sains yang mencakup
ranah kognitif (minds on), afektif (hearts on)
dan psikomotor (hands on) (Rustaman, 2011).
Pembelajaran sains tidak hanya belajar fakta,
konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar
tentang bagaimana memperoleh informasi,
menerapkan teknologi dalam sains, bekerja
secara ilmiah, dan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran sains diharapkan mampu
mengembangkan kemampuan bernalar dan
berpikir sistematis (Wenno, 2008). Tuntutan
pembelajaran sains pada abad ke-21 menurut
National Science Teachers Association (2006)
ditujukan untuk dapat menyiapkan peserta
didik dengan berbagai keterampilan dan
Page 109
kecakapan seperti berpikir kreatif, inovatif,
kritis, pemecahan masalah, komunikasi,
kolaborasi, ICT Literacy dan kepemimpinan.
Kemampuan berpikir kritis dan keterampilan
menggunakan TIK merupakan salah satu modal
dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik
untuk menghadapi persaingan di era
globalisasi.
Era globalisasi disikapi pemerintah
Indonesia dengan menyelenggarakan
pendidikan bertaraf internasional atau yang
lebih dikenal dengan RSBI (Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional). RSBI diselenggarakan
untuk dapat mencetak lulusan yang berdaya
saing global. Pembelajaran sains di RSBI
khususnya biologi
harus up to date dengan
perkembangan zaman tanpa meninggalkan
hakikat pembelajaran sains. Pembelajaran
Page 110
biologi harus mampu mengajak siswa untuk
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
menyimpulkan, menjelaskan dan mengatur diri
atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep
biologi. Pembelajaran biologi penting untuk
dikembangkan di Indonesia. Berdasarkan data
dari PISA (Programme for International
Student Assesment) pada skala sains,
Indonesia hanya mendapatkan nilai 383. PISA
menggunakan acuan rata-rata nilai negara
yang tergabung dalam OECD (Organization for
Economic Country Development) yang telah
distandarisasi sebelumnya yaitu 501 artinya
nilai Indonesia masih dibawah jauh dari rata-
rata negara OECD (Organization for Economic
Country Development, 2010). Negara-negara
OECD memiliki standar pendidikan yang
dijadikan pemerintah Indonesia sebagai acuan
dalam pendirian sekolah bertaraf internasional
(SBI) seperti yang dijelaskan dalam Pedoman
Page 111
Penjaminan Mutu Sekolah atau Madrasah
Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah tahun 2007 bahwa
pendidikan bertaraf internasional adalah
pendidikan yang diselenggarakan setelah
memenuhi standar nasional pendidikan dan
diperkaya dengan standar pendidikan negara
maju dan atau salah satu anggota negara OECD
(Aqib, 2010).
Page 112
Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan akses pendidikan, antara lain dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi intemet. Program Desa Pinter yang digulirkan Balai Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan, Kementerian Komunikasi dan Informasi pada 100 desa di Indonesia memberi-kan
inspirasi untuk menemukan suatu model pem-belajaran yang inovatif berbasis intemet di SD pe-desaan
Jawa Barat.
Pemanfaatan internet berpotensi membantu tugas pendidik dalam proses pembelajaran. Pem-
belajaran yang didominasi oleh peran pendidik (the era of teacher) sudah lama berubah menjadi pem-
belajaran yang didominasi oleh peran pendidik dan buku (the era of teacher and book). Namun di masa
mendatang proses pembelajaran eenderung akan berubah karena masuknya teknologi (the era of
teacher, book, and technology). Fasilitas inter- net adalah satu bentuk optimalisasi dari teknologi
yang paling mungkin dikembangkan dalam pem-belajaran.
Soekartawi (2004) mengemukakan manfaat penggunaan internet dalam pendidikan terbuka dan
jarak jauh, sebagai berikut. (a) tersedianya fasilitas e-Moderating, (b) pendidik dan peserta didik dapat
menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet; (c)
peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja; (d) peserta didik
dapat mencari tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya; (e) baik pendidik
maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui intemet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta
yang banyak; (f) berubahnya peran peserta didik dari pasif menjadi aktif; (g) relatif lebih efisien.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi pelajaran. Demikian juga
interaksi antara peserta didik dengan pendidik/
Page 113
instruktur maupun antara sesama peserta didik. Mereka dapat saling berbagi informasi dan
penda-pat mengenai berbagai hal yang menyangkut pela-jaran ataupun kebutuhan pengembangan
din i peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh
para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, pendidik/instruktur dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu mau-pun soal-soal ujian
yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu.
Salah satu keunggulan e-learning adalah pemanfaatan animasi (Pramono, 2004). Animasi
berguna untuk menstimulasi konsep tentang hal-hal yang melibatkan gerakan. Pengembangan e-
learning dalarn bingkai budaya belajar pada saat ini, memerlu-kan upaya rnemindahkan fokus dari
teknologinya yang menarik ke pengembangan provider program-nya, pengembangan para tutomya
yang berkompe-tensi tinggi, dan ke program pembelajarannya yang harus sering di-update.
Model &Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dan Hasil Be/ajar Matematika di
SD Pedesaan 17
instruktur maupun antara sesama peserta didik. Mereka dapat saling berbagi informasi dan
penda-pat mengenai berbagai hal yang menyangkut pela-jaran ataupun kebutuhan pengembangan
din i peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh
para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, pendidik/instruktur dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu mau-pun soal-soal ujian
yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu.
Salah satu keunggulan e-learning adalah pemanfaatan animasi (Pramono, 2004). Animasi
berguna untuk menstimulasi konsep tentang hal-hal yang melibatkan gerakan. Pengembangan e-
learning dalarn bingkai budaya belajar pada saat ini, memerlu-kan upaya rnemindahkan fokus dari
teknologinya yang menarik ke pengembangan provider program-nya, pengembangan para tutomya
yang berkompe-tensi tinggi, dan ke program pembelajarannya yang harus sering di-update. Langkah
ini sangat penting artinya untuk pembelajaran matematika di SD, yang sejauh ini matematika
dianggap momok yang menakutkan. Dengan bahan ajar yang dikemas lebih dinamis, menarik,
aktratif, dan komunikatif akan berpotensi merangsang motivasi belajar lebih baik lagi.
Page 114
Narnun demikian, perkembangan dan keber-hasilannya sangat ditentukan oleh sikap positif
masyarakat, peserta didik, dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet.
Sikap positif masyarakat telah berkembang lebih baik. Itu dibuktikan oleh semalcin banyaknya
jumlah pengguna dan penyedia jasa intemet termasuk di pedesaan, terutama yang telah terjamah
infrastruktur teknologi informasi.
Masalahnya, bagaimanakah mengembangkan model e-learning untuk meningkatkan
kompetensi guru dan hasil belajar matematika di SD pedesaan? Penelitian ini bertujuan (a)
memperoleh gambaran tentang kondisi pedesaan yang tersedia dan diharap-kan untuk
menjalankan e-learning; (b) mengetahui prasyarat menyeluruh yang harus tersedia guna dapat
berjalannya e-learning secara optimal di ting-kat SD; dan (c) menyusun sistem pembelajaran (e-
learning) matematika menggunakan aplikasi moodle, dan menguji-cobanya
. Strategi Membangun Blended Learning
1. Analisis Kebutuhan
Pada tahap ini kita perlu menangkap apa sebenarnya kebutuhan dari pengguna (user
needs). Kita biasanya ingin segalanya paling lengkap, tetapi aspek kemudahan kadang
kala terabaikan. Akibatnya media ajar tersebut tidak uptodate, atau selalu ada
ketergantungan dengan programmer. Proses analisis ini, diterjemahkan sebagai fiturfitur
yang sebaiknya masuk dalam Desain sistem Blended Learning
2. Desain (berupa fiturfitur
hasil terjemahan dari analisis kebutuhan) Contoh Desain Fitur Blended Learning lihat
pada slide presentasi.
3. Coding (Proses Konversi Desain Fitur ke Bahasa Pemrograman di Komputer)
4. Evaluasi dan Revisi (Ujicoba Implementasi tahap awal, dilanjutkan dengan Evaluasi
Hasil Implementasi, dan Revisi)
5. Perawatan
Page 115
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Blended learning terdiri dari 2 suku kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu blended
dan learning. Blended merupakan campuran dan kombinasi yang baik, sedangkan learning
merupakan pembelajaran. Blended learning adalah metode pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis.
Para peneliti Russell T. Osguthorpe dan Charles R. Graham dari Brigham Young
University menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga lingkungan yang lingkungan belajar yang
efektif dicampur:
Online dan tatap muka kegiatan belajar
Online dan tatap muka siswa
Instruktur online dan tatap muka
Page 116