Download - Bedah ISO 9000 14000
TUGAS
PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN
“ISO 9000 DAN ISO 14000”
OLEH:
KELOMPOK II
1. SUCI WULANDARI (1210941001)
2. DIAN PARAMITA (1210942005)
3. HASNURETA (1210942037)
DOSEN:
SLAMET RAHARDJO, Dr. Eng
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekarang kegiatan industri yang mencemari kualitas lingkungan. Dengan
adanya kegiatan industri tersebut dimungkinkan akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Oleh karenanya perusahaan menaruh perhatian yang
cukup besar terhadap dampak positif dan negative dari beroperasinya industri ini.
Hal ini ditunjukkan dengan telah diberlakukarmya Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 (selanjutnya disingkat SML ISO 14001) di PT Pupuk
Kalimantan Timur sejak tahun 1996 sampai saat ini.
Pelaksanaan SML ISO 14001 selalu diverifikasi dengan Audit Awal, Audit
Sertifikasi, dan Audit Survei oleh pihak Badan Sertifikasi Bureau Veritas Quality
International (BVQI) untuk membuktikan bahwa penerapan SML ISO 14001
dilaksanakan sesuai persyaratan yang berlaku.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ISO 9000 dan 14000;
2. Untuk mengetahui Sasaran ISO 9000 dan 14000?
3. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip ISO 9000 dan 14000?
4. Untuk mengetahui Penerapan ISO 9000 dan 14000?
5. Untuk mengetahui Cara Mendapatkan 9000 dan 14000?
6. Untuk mengetahui Kendala Penerapan 9000 dan 14000?
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa itu ISO 9000 dan 14000?
2. Bagaimana Sasaran ISO 9000 dan 14000?
3. Bagaimana Prinsip-Prinsip ISO 9000 dan 14000?
4. Apa Manfaat Penerapan ISO 9000 dan 14000?
5. Bagaimana Cara Mendapatkan ISO 9000 dan 14000?
6. Apa Kendala Penerapan ISO 9000 dan 14000?
BAB II
ISO 9000
2.1 Gambaran Umum ISO 9000:2000
ISO 9001 merupakan system manajemen mutu dan merupakan
persyaratan system manajemen yang paling populer di dunia. ISO 9001
telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi yang paling akhir adalah
ISO 9001:2008. Salah satu ciri penerapan ISO 9001 adalah diterapkannya
pendekatan proses. Pendekatan proses ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas system manajemen mutu. Pendekatan ini mensyaratkan
organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan
melakukan peningkatan berkesinambungan (continual improvement).
Persyaratan ISO 9001 yang semula berjumlah 20 elemen,
disederhanakan menjadi 4 elemen saja, yaitu : tanggung jawab
manajemen, manajemen sumber daya, manajemen proses, serta
pengukuran dan analisis peningkatan. Model sistem manajemen mutu
ISO 9001 versi 2000 berdasarlan pendekatan proses yang menganut pola
Plan (menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan agar hasilnya
sesuai dengan persyaratan pelanggan dan kebijakan organisasi) Do (
implementasi prosesnya) Check (memantau dan mengukur proses serta
produk terhadap kebijakan, sasaran dan persyaratannya). Act (melakukan
tindakan perbaikan kinerja proses secara berkesinambungan) atau disebut
dengan pola PDCA, penekanan pada pelanggan, dan peningkatan
berkesinambungan (continual improvement). Selain perubahan –
perubahan tersebut, ada satu lagi perubahan yang sangat penting,
yakni penekanan pada peranan dan tanggung jawab manajemen
puncak terhadap sistem mutu. Pada ISO 9001:2000 sangat dipengaruhi
oleh prinsip – prinsip yang dikenal dengan delapan prinsip sistem
manajemen mutu.
2.2 Persyaratan Sistem Manajemen Mutu Dalam ISO 9001:2000
Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 menggunakan pendekatan
proses sebagai pedoman dalam menjalankan kebijakan perusahaan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendekatan proses ini disusun
dengan menggunakan metode yang dikenal dengan P-D-C-A yang
dipakai pada semua proses. Gambar menjelaskan pentingnya peranan
pelanggan dalam menetapkan persyaratan sebagai masukan (input)
untuk informasi yang berkaitan dengan harapan pelanggan terhadap
organisasi dalam memenuhi kepuasan pelanggan.
Secara garis besar, urutan proses dari persyaratan utama ISO
9001:2000 dapat dijelaskan sebagai berikut (Suardi,2001):
a. Organisasi dalam usahanya untuk memenuhi tujuan memerlukan
arahan yang jelas mengenai tujuan organisasi dari pimpinan puncak.
b. Untuk mencapai visi misi, organisasi sangat tergantung pada
pelanggannya dan pihak – pihak lain yang berkepentingan seperti
karyawan, pemegang saham.
c. Untuk merealisasikan persyaratan dan harapan pelanggan diperlukan
komitmen puncak dalam menyediakan sumber daya seperti manusia,
peralatan, metode dan keuangan.
d. Dari perencanaan strategis dan sumber daya yang tersedia dapat
menghasilkan produk jasa (product realization ) yang sesuai dengan
persyaratan dan harapan pelanggan.
e. Produk/jasa yang dihasilkan akan diterima oleh pelanggan.
f. Dalam menjalankan program peningkatan diperlukan adanya arahan
dan tersedianya sumber daya oleh pimpinan puncak. Oleh karena itu
komitmen pimpinan puncak diperlukan untuk menjalankannya dan
proses peningkatan berkesinambungan terus berlanjut (continual
improvement) tanpa henti dengan tujuan akhir mendapatkan
keuntungan bagi organisasi.
2.2.1 Langkah – langkah Untuk Memperoleh ISO 9001:2000
Sesudah mengetahui gambaran umum dan keuntungan dari sistem
manejemen mutu ISO 9001:2000, bagi organisasi yang ingin
menerapkannya sekaligus memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dapat
mengikuti langkah- langkah berikut ini sebagai acuan dan lebih jelas
dapat dilihat pada gambar 2.4, diantaranya :
• Harus ada komitmen dari manajemen puncak
• Membentuk komite pengarah (Steering Commite) atau coordinator
ISO.
• Mempelajari persyaratan – persyaratan standart dari sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000.
• Melakukan pelatihan (training) terhadap semua anggota organisasi.
• Memulai peninjauan ulang manajemen (management review).
• Identifikasi kebijakan mutu, prosedur – prosedur dan instruksi –
instruksi yang dibutuhkan dan dituangkan dalam dokumen – dokumen
tertulis.
• Implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
• Memulai audit sistem manajemen mutu perusahaan.
• Memilih lembaga registrasi yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
•
2.3 Implementasi ISO 9001:2000 Dalam Organisasi
Seperti yang telah diketahui, bahwa ISO 9001:2000 dibutuhkan oleh
organisasi sebagai standar sistem manajemen mutu. Karena itu
organisasi berusaha mengimplementasikan ISO 9001:2000 kedalam
sistem struktur manajemennya. Dalam sub bab ini akan dijabarkan
mengenai tiga hal yang berkaitan dengan implementasi ISO 9001:2000,
yaitu : struktur organisasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000,
delapan prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000, dan manfaat dari
penerapan delapan prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000.
2.3.1 Struktur Organisasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terutama harus
dilandaskan pada komitmen dari manajemen puncak yang memiliki
wewenang dalam menjelaskan sasaran yang ingin diraih oleh perusahaan.
Untuk mencapai komitmen dan sasaran tersebut, diperlukan struktur
personel yang merencanakan dan mengawasi penerapannya. Hal ini
dapat dilakukan dengan menunjuk wakil manajemen (MR) yang berfungsi
sebagai penghubung antara manajemen perusahaan dan badan sertifikasi
serta memastikan bahwa sistem manajemen mutu diterapkan dengan
semestinya. Selanjutnya dibentuk tim ISO yang berfungsi sebagai tim
perancang yang bertugas untuk menentukan tujuan penerapan,
menyetujui rencana, mengevaluasi laporan, dan memutuskan
perubahan yang diperlukan.
Management Representative (MR)
1. Bertanggung jawab akan implementasi dan tinjauan yang efektif
dan sistem mutu yang didokumentasikan.
2. Merencanakan dan memantau program audit mutu internal.
3. Mengidentifikasi dan mengelola program – program untuk
perbaikan sistem mutu.
4. Menentukan apakah kebijaksanaan dan praktik yang diajukan telah
memenuhi persyaratan ISO 9000, apakah sesuai dengan jasa yang
ditawarkan, apakah diterapkan dengan benar dan apakah
ketidaksesuaian telah diperbaiki.
5. Melaporkan kepada kepala perusahaan status dari penerapan sistem
manajemen mutu.
6. Menyusun manual mutu yang disahkan oleh kepala perusahaan.
ISO Secretariat
1. Mengontrol dokumen.
2. Memelihara dokumen.
3. Mengkoordinasi jadwal steering comitte meeting.
4. Memformulasikan/menstandarkan manual, prosedur, form, dan lain –
lain.
5. Mengkoordinasi pelaksanaa pelatihan yang berkaitan dengan
penerapan ISO 9000.
6. Memonitor penerapan ISO 9000 dan melaporkannya ke MR.
7. Sebagai penghubung antara perusahaan dengan konsultan.
Steering Committee
1. Memberikan pengarahan kepada working group dalam
pengembangan sistem mutu yang dibutuhkan pada bagian dan/atau
fungsi di bawahnya.
2. Mengkoordinasikan sistem mutu yang akan dikembangkan dengan
bagian dan/atau fungsi di bawahnya dengan bagian dan/atau fungsi
yang terkait.
3. Bersama dengan wakil manajemen (MR) dan manajemen puncak
mengembangkan manual mutu, kebijakan mutu perusahaan, dan
sasaran mutu yang ingin dicapai oleh perusahaan.
4. Pada tahap implementasi, memberikan masukan dan mengobservasi
secara langsung tentang efektivitas sistem mutu yang telah dibangun.
Working Group
1. Merupakan bagian (grup) umtuk menyelesaikan/menerapkan satu
atau lebih prosedur/instruksi kerja sesuai dengan penetapan
pada waktu steering committee meeting.
2. Menyiapkan prosedur/instruksi kerja untuk masing – masing grup
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3. Membantu mengawasi pelaksanaan penerapan prosedur/instruksi
kerja di lingkungan/areanya.
4. Memberikan masukan (sehubungan dengan sistem mutu)
kepada tim steering committee.
2.3.2 Delapan Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2000.
1. Fokus Pelanggan
Pelanggan merupakan bagian yang sangat penting bagi organisasi,
oleh sebab itu manajemen organisasi harus benar – benar
memahami, memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang/saat ini dan
akan datang bahkan melebihi harapan/ekspektasi pelanggan.
2. Kepemimpinan
Pemimpin sangat penting dalam menciptakan kesatuan arah dan
tujuan organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan
internal sehingga personel terlibat secara penuh untuk mencapai
tujuan organisasi,
3. Keterlibatan personel
Keterlibatan personel secara penuh pada semua tingkatan organisasi
sangat penting sehingga kemampuan personel dapat digunakan
untuk kepentingan organisasi.
4. Pendekatan proses
Pendekatan proses sangat penting untuk mencapai hasil yang
diinginkan agar lebih efisien. Dengan mengelola aktivitas dan sumber
– sumber daya yang berkaitan sebagai suatu proses. Proses
merupakan integrasi sekuensial dari personel, material, mesin, dan
peralatan, dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah
output bagi pelanggan.
5. Pendekatan sistem terhadap manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan proses – proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem mendukung efektivitas
dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan – tujuannya.
6. Peningkatan berkesinambungan
Peningkatan berkesinambungan meningkatkan performance
organisasi secara keseluruhan dan harus menjadi komitmen
perusahaan. Peningkatan berkesinambungan merupakan suatu
proses berkesinambungan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi dalam memenuhi kebijakan dan mencapai tujuan
organisasi.
7. Pembuatan keputusan berdasarkan fakta
Keputusan yang efektif harus didasarkan analisis data dan informasi
yang faktual, sehingga masalah – masalah mutu dapat
terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan yang diambil
harus ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas
implementasi sistem manajemen mutu.
8. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan.
Organisasi dan pemasok – pemasoknya saling tergantung dan
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan
kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah bagi
pelanggan.
2.4 Kepuasan Pengguna ISO
Dalam menciptakan sistem manajemen mutu yang terbaik, ISO melakukan
pengukuran dan analisa data yang diperoleh dari kelompok pengguna
sistem manajemen mutu ISO 9000 sehingga dapat dicapai kepuasan
pengguna ISO (pelanggan) tersebut. Untuk melakukan pengukuran perlu
diketahui terlebih dahulu pengertian dari kepuasan pelanggan dan metode
yang digunakan.
Menurut Day (dalam Tjiptono dan Diana, 2001:p.102) menyebutkan
bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Kemudian
Wilkie (dalam Tjiptono dan Diana, 2001:p.102) menambahkan bahwa
kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternative
yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama
atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan
timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.
Banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan
dengan metode survey, baik melalui pos, telepon, maupun
wawancara pribadi. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Directly reported satisfaction
Pengukuran ini dilakukan melalui pertanyaan yang terbuka dan
mengarah langsung kepada kepuasan pelanggan terhadap
perusahaan,
b. Derived dissatisfaction
Pengukuran ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang
menyangkut dua hal utama, yakni besarnya harapan
pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka
rasakan.
c. Problem analysis
Pengukuran ini dilakukan dengan meminta responden untuk
mengungkapkan dua hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang
mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan. Kedua,
saran-saran untuk melakukan perbaikan
d. Importance-performance analysis
Pengukuran ini diungkapkan oleh Martilla dan James dalam artikel
mereka yang berjudul “Importance-Performance Analysis” yang
dimuat di Journal of Marketing bulan Januari 1977. Dalam teknik ini,
responden diminta untuk meranking berbagai elemen (atribut) dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut.
Selain itu responden juga diminta meranking seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen/atribut tersebut.
(Tjiptono,1996, p.149)
BAB III
ISO 14000
3.1 ISO Seri 14000
ISO 14000 series merupakan seperangkat standard internasional bidang
manajemen lingkungan yang dimaksudkan untuk membantu organisasi di seluruh
dunia dalam meningkatkan efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungannya.
Perumusan standard ISO 14000 series diprakarsai dunia usaha sebagai
kontribusi terhadap pencapaian Pembangunan Berkelanjutan yang disepakati
dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992. Wakil pihak pemerintah, dunia
usaha, pakar, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan terlibat dalam
perumusan standard tersebut. ISO 14000 series mencakup beberapa kelompok
perangkat pengelolaan lingkungan, a.l. Sistem Manajemen Lingkungan, Audit
Lingkungan, Evaluasi Kinerja Lingkungan, Ekolabel, dan Kajian Daur Hidup
Produk. Penerapan standard tersebut bersifat sukarela. Standard yang paling
populer adalah ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan yang menjadi dasar
sertifikasi ISO 14001.
ISO terbagi atas dua bidang:
1. Pengelolaan organisasi dan sistem evaluasinya,
2. Perangkat lingkungan dalam mengevalusi produknya.
3.2 Konsep pelaksanaan ISO Seri 14000
1. ISO 14001 dan 14004: Environmental Management System (EMS),
Sistem pengelolaan lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem
manajemen yang termasuk didalamnya struktur organisasi, aktivitas
perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur-prosedur, proses dan sumber
daya untuk pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan
pemeliharaan kebijakan lingkungan.
2. ISO 14010 – 14012: Petunjuk Audit Lingkungan,
Audit EMS adalah proses verifikasi yang sistematis dan terdokumentasi yang
secara obyektif menentkan dan mengevalusi bukti audit untuk menentukan
apakah suatu sistem pengelolaan lingkungan dari suatu organisasi telah sesuai
dengan kriteria audit EMS dan mengkomunikasikan hasildari proses ini kepada
klien.
3. ISO 14020 – 14024: Label Lingkungan,
Label lingkungan yaitu klaim yang mengindikasikan atribut lingkungan dari suatu
produk atau jasa yang dapat berupa suatu pernyataan, simbol atau grafik pada
produk, buletin teknis, iklan, publikasi, dsb.
4. ISO 14031: Evaluasi Kinerja Lingkungan,
Kinerja lingkungan adalah hasil pengelolaan suatu manajemen terhadap aspek
lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.
Evaluasi kinerja lingkungan yaitu proses untuk mengukur, menganalisa,
mengkaji, melaporkan, dan mengkomunikasikan kinerja suatu organisasi
dibandingkan dengan kriteria yang disetujui oleh manajemen.
5. ISO 14041 -14044: Life Cycle Assessment (Penilaian Daur Hidup)
Penilaian daur hidup yaitu prosedur sistematis untuk mengumpulkan dan menguji
masukan dan keluaran dari bahan dan energi serta dampak lingkungan yang
terkait langsung dalam fungsi sitem produk dan jasa melalui siklus hidup dari
produk dan jasa tersebut.
3.2 Penerapan Standard ISO 14000
Semua organisasi dari beragam jenis kegiatan, beragam ukuran, berbeda lokasi,
pada prinsipnya dapat menerapkan standard ISO 14000, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Beberapa pihak organisasi perlu dan berkepentingan
untuk menunjukkan kepada pihak lain (mitra usaha, konsumen, masyarakat,
investor, dll) bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan organisasi yang
bersangkutan. mengikuti standard yang diakui secara internasional, seperti ISO
14000. Faktor pendorong utama dalam penerapan standard ISO 14000 di
seluruh dunia adalah semakin meningkatnya kepedulian berbagai pihak terhadap
pentingnya upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Di satu sisi, pihak
organisasi ybs dapat secara proaktif menerapkan standard ISO 14000 untuk
meningkatkan citra organisasi dan meningkatkan daya saingnya, sementara di
sisi lain banyak organisasi lain merasa perlu menerapkan standard ISO 14000
untuk mengantisipasi permintaan konsumen dan mitra usaha.
3.4 Manfaat Penerapan Standard ISO 14000
Penerapan standard ISO 14000 berpotensi untuk, antara lain :
1. Meningkatkan citra organisasi
2. Meningkatkan kinerja lingkungan organisasi
3. Meningkatkan penaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan
4. Mengurangi resiko usaha
5. Meningkatkan efisiensi kegiatan
6. Meningkatkan daya saing
7. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak
berkepentingan
8. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan,
pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act)
3.5 Keuntungan ISO 140000
a. Keuntungan potensial langsung
1. Reduksi dalam pengunaan sumber daya material
2. Reduksi dalam penggunaan materi
3. Reduksi pembuangan bahan sisa
4. Reduksi dalam keluhan dan tindak lanjut
5. Menghindari kecelakaan dan tindakan darurat
6. Menghindari iklim / tuntutan
7. Menghindari denda / penalty
8. Menghindari pertanggungjawaban seseorang
b. Keuntungan potensial tidak langsung
1. Meningkatkan citra perusahaan
2. Meningkatkan kemampuan pemasaran
3. Mengembangkan moral karyawan
4. Hubungan yang lebih baik dengan pelanggan / masyarakat
Sistem manajemen lingkungan : Suatu system yang dilaksanakan oleh
perusahaan kontraktor untuk mengelola lingkungan dalam proyek mulai dari
perencanaa (planning) dan perancangan (design) sampai tim konstruksi
meninggalkan lapangan. Langkah – langkah yang harus ditempuh oleh
perusahaan kontraktor untuk melaksanakan system manajemen lingkungan :
1. Identifikasi isu lingkungan dan kecendrunganya terhadap politik
2. Evaluasi dampak isu
3. Penelitian dan analisa
4. Pengembangan posisi
5. Implementasi
6. Evaluasi
3.6 Ukuran Keberhasilan dalam Penerapan ISO-14001
Keberhasilan dalam penerapan ISO-14001 diukur dari 2 parameter dasar:
Kesesuaian sistem manajemen dengan persyaratan ISO-14001 (yang berarti
keberhasilan memperoleh sertifikat ISO-14001) dan meningkatnya kemampuan
organisasi dalam melakukan pengendalian terhadap berbagai aktifitas yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan.
3.7 Peran Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam penerapan ISO
14000 di Indonesia
Berdasarkan diskusi dengan berbagai pihak berkepentingan di Indonesia, KLH
menyadari potensi penerapan standard ISO 14000 bagi peningkatan kualitas
pengelolaan lingkungan hidup Indonesia serta peningkatan peran serta dunia
usaha untuk secara pro-aktif mengelola lingkungan. Oleh karena itu, KLH
mendorong dan memfasilitasi penerapan standard ISO 14000 di Indonesia.
Berbagai seminar, lokakarya, pelatihan tentang ISO 14000 telah dilaksanakan
sejak tahun 1995, yang dimaksudkan menjadi motor penggerak penerapan
standard ISO 14000 di Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan populasi para
praktisi dalam bidang tersebut serta dengan pendekatan pemberdayaan pihak
swasta yang kompeten, maka KLH mengharapkan agar peran motor penggerak
penerapan standard ISO 14000 tersebut dilanjutkan oleh pihak swasta. Hal ini
konsisten dengan latar belakang pengembangan standard ISO 14000 yang
dimotori oleh dunia usaha dan didukung oleh para praktisi berpengalaman.
Terkait dengan komitmen memfasilitasi penerapan standard ISO 14000 tersebut,
KLH pada saat ini mempunyai unit kerja Asisten Deputi Urusan Standardisasi
dan Teknologi. Fokus perhatian yang diberikan adalah efektifitas penerapan
SML, baik yang dengan sertifikasi ISO 14001 maupun yang tidak.
3.8 Kedudukan dan Kaitan ISO 14000 dengan peraturan perundang-
undangan lingkungan hidup
Penerapan ISO 14000 tidak menggantikan peraturan perundang-undangan
pengelolaan lingkungan. Walaupun bersifat sukarela, penerapan ISO 14000
diharapkan dapat melengkapi pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan pengelolaan lingkungan oleh organisasi pelaksana kegiatan/usaha.
KLH senantiasa membuka dialog dengan berbagai pihak berkepentingan,
khususnya para praktisi yang terlibat langsung dalam penerapan standard ISO
14000, untuk meningkatkan sinergi dari penerapan standard ISO 14000 dan
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaan lingkungan.