Download - Batu Pada Ginjal
Batu pada GinjalSamantha
102011399/A3
Mahasiswa FK UKRIDA Semester 5
FK UKRIDA 2012
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Pendahuluan
Pada era globalisasi ini gaya hidup manusia sudah banyak berubah. Perubahan banyak
dirasakan terutama pada gaya hidup. Gaya hidup membuat penurunan kualitas terhadap
kehidupan kita. Mengkonsumsi makanan berlemak, serta minim nutrisi lainnya membuat
banyak penyakit degenatif makin berkembang. Salah satu penyakit yang berkembang adalah
batu ginjal.
Penyakit ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Mayoritas penyakit ini
disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Penderita batu ginjal akan merasa sakit
terutama pada bagian pinggang. Selain itu juga akan mengalami gangguan saat berkemih.
Banyak masalah-masalah lain yang bisa disebabkan oleh batu ginjal. Pada makalah ini akan
dibahas masalah tersebut lebih lanjut.
Pembahasan
Autoanamnesis
Dilaksanakan dengan cara bertanya atau mendapatkan informasi dari pasien itu sendiri,
beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan untuk mendukung diagnosis pada skenario ini
adalah :
Di lokasi mana saja, pasien merasakan nyeri?
Lokasi nyeri khas pada ginjal adalah di daerah CVA(Costo Vertebra Angle)
1
Apa saja faktor pemberat nyeri dan onsetnya?
Untuk membantu menegakkan diagnosis.
Apakah pasien ketika berkemih urinnya bewarna merah seperti darah?
membantu menegakkan diagnosis.
Apakah pasien pernah mengalami keluhan utama seperti ini sebelumnya?
membantu menegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ginjal patologis secara umum:
Inspeksi : Melihat adanya bekas pembedahan.
Palpasi : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran ginjal.
Normalnya tidak teraba kecuali pada orang yang sangat
kurus, ginjal kanan kutub bawah akan teraba. Tes
balotement. Selain itu juga dilakukan perabaan supra
simfisis untuk mengetahui apakah terdapat perabaan
batu dan kandung kemih yang terasa nyeri.
Perkusi : Dilakukan pengetukan di daerah CVA. Untuk
mengetahui ada nyeri atau tidak.
Nefrolitiasis (Batu Ginjal)
Definisi Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di
dalam ginjal.1 Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).
2
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam pelvis renal. Batu terbentuk
dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium
fosfat, dan asam urat meningkat.1,3
Gambar. Batu Ginjal 2
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah
faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.3
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
3
2. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi.
3. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
4. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk,
jarang minum atau kurang aktifitas atau sedentary life.3,4
Epidemiologi
Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih
yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara
berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia,
Thailand, India, Kamboja, dan Mesir.1
Gambaran Klinis
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan
pada penderita batu ginjal antara lain : 1,4
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal.
Adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai
menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak
unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan
menyebabkan ketidaknyamanan.
4
Batu di pelvis ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus
menerus diarea konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut,
kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih,
namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi
abrasive batu.
Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.
Kebanyakan pasien mengalami kolik sedang sampai berat, yang disebabkan oleh batu
yang memasuki ureter. Pada pasien juga dapat ditemukan obstruksi ureter, infeksi traktus
urinarius yang persisten, ataupun hematuria tanpa nyeri. Pada pasien yang menunjukkan
gejala penyakit batu, tidak adanya hematuria tidak menyingkirkan diagnosis urolitiasis. Hal
ini dikuatkan dengan adanya penelitian yang dilakukan terhadap 397 pasien dengan
urolitiasis simptomatik akut, dimana 9% diantaranya tidak mengalami hematuria.6
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit
batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain
untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal
ginjal.
Pemeriksaan penunjang1,6,7
1. Computed tomography (CT)
CT helikal tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien
yang diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material
radiokontras, dapat memperlihatkan bagian distal ureter, dapat mendeteksi batu
radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2 mm,
dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen selain batu
yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri
pinggang, CT helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif
negatif 97% untuk diagnosis batu ureter.
5
2.Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi
teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal
dan ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki
sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm juga
sering terlewatkan dengan ultrasonografi.
Radiografi Konvensional (kidney-ureter-bladder view) tidak cukup untuk
menegakkan diagnosis karena tidak memperlihatkan batu pada ginjal atau ureter
(walaupun batu radio-opaque kecil) dan tidak memberikan informasi mengenai
kemungkinan adanya obstruksi.
3. Intravenous pyelography (IVP)
Intravenous pyelography (IVP) memiliki sedikit keuntungan pada nefrolitiasis,
meningkatkan risiko pasien terhadap infusi radiokontras dan gagal ginjal akut akibat
kontras, dan memberikan hanya sedikit informasi dibandingkan CT helikal tanpa
kontras.
4. Renogram
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukkan faal kedua ginjal secara terpisah
pada batu ginjal bilateral atau bila ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk
memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk
melakukan tundak bedah pada ginjal yang sakit.
5. Urogram
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi batu radiolusen sebagai defek pengisian
(filling) (batu asam uran, xantin, 2-8-dihidroksiadenin ammonium urat). Selain itu dapat
menunjukkan lokasi dalam sisitim kolektikus serta menunjukkan kelainan anatomis.
6. Uji laboratorium
Uji kimia darah dan urine 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, pH, dan volume total merupkan bagian dari upaya diagnostik.
6
Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga
didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada
pasien.
pH dibawah 7,5 merupakan lithiasis karena infeksi dan pH di bawah 5,5
merupakan lithiasis karena asam urat.
Pemeriksaan sedimen urin adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu.
Kultur urine untuk menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Faal ginjal (Ureum, Creatinin) mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal
dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP.
Pemeriksaan mikroskopik urin melihat hematuria dan kristal.
Patofisiologi5,6,8
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran
bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu
sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Faktor tertentu yang mempengaruhi
pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Faktor-faktor yang
mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan
pembentukan batu kalsium.
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Jenis – jenis batu :
1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
7
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor
paratiroid.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti
the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau
berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
ddengan oksalat.
2. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu
oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah
urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas
dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-
garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium
fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
8
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2
liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Penatalaksanaan1,4,6
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretik dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan analgetik atau inhibitor
sintesis prostaglandin (intravena, intramuskular, atau supositoria).
2. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah dengan gelombang kejut
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
Betapapun disebutkan bahwa dengan ESWL batu dapat dipecahkan menjadi bagian
yang lebih kecil dari 2 mm, belum tentu pasca tindakan semua batu akan pecah hingga
ukuran yang dikehendaki. Walaupun dinyatakan bahwa gelombang kejut yang dipergunakan
tidak akan merusak jaringan ginjal secara permanent, kerusakan yang ada perlu diawasi baik
dari segi kemungkinan terjadinya infeksi atau kerusakan yang dapat menimbulkan gejala sisa.
3. Endourologi
Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Sedangkan pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara,
atau dengan energi laser.1
Beberapa tindakan endourologi itu antara lain:
9
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
PNL yaitu mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan
alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan
atau dipecah terlebih dahulu.
Litotripsi
Litotripsi yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (Litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Ureteroskopi yaitu memasukkan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan
ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada didalam ureter maupun di dalam pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
4. Bedah Terbuka
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau cara non bedah
tidak berhasil. Walaupun demikian, sudah tentu untuk menentukan tindak bedah pada suatu
penyakit batu saluran kemih perlu seperangkat indikasi.
Batu ginjal yang terletak di kaliks selain oleh indikasi umum, perlu dilakukan tindak
bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering harus dikeluarkan melalui nefrolitotomi yang
tidak gampang karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.
Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkan hidronefrosis, infeksi, atau
menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis terlebih lagi yang berbentuk
tanduk rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum yang
sederhana disebut pielolitotomi sedangkan untuk bentuk tanduk rusa (staghorn) dengan
pielolitotomi yang diperluas.
10
Bila batu ureter ukuran 0,4 cm terdapat pada bagian sepertiga proksimal ureter, 80%
batu akan keluar secara spontan, sedangkan bila batu terdapat pada bagian sepertiga distal,
kemungkina keluar spontan 90%.
Patokan ini hanya dipakai bila batu tidak menyebabkan gangguan dan komplikasi.
Tidak jarang batu dengan ukuran 0,4 cm dapat juga menyebabkan gangguan yang
mengancam fungsi ginjal atau sebaliknya, batu dengan ukuran lebih dari 1 cm tidak
menyebabkan gangguan sama sekali dan bahkan keluar secara spontan.
Oleh karena itu, ureterolitotomi selalu didasarkan atas gangguan fungsi ginjal, nyeri
yang sangat yang tidak tertahankan oleh penderita, dan penanganan medis yang tidak
berhasil.
Batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu
dilakukan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya dapat memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm ke bawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan ESWL atau
sistolitotomi melalui sayatan Pfannestiel.
Tidak jarang batu uretra yang ukurannya < 1 cm dapat keluar sendiri atau dengan
bantuan pemasangan kateter uretra selama 3 hari, batu akan terbawa keluar dengan aliran air
kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan dengan tindakan uretratomi externa.
Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat operasi ini adalah striktur uretra.5,6
Komplikasi
1. Penyumbatan pada saluran kemih bagian bawah
2. Perenggangan pada otot ureter menyebabkan kontraksi yang sangat nyeri (kolik
ginjal)
3. Aliran yang tersumbat menyebabkan dilatasi ureter dan hidronefrosis dengan
penghentian ekskresi
4. Batu yang sudah diangkat bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang menetap
11
5. Sumbatan pada saluran kemih juga meningkatkan pertumbuhan kuman seperti infeksi
saluran kemih, pielonefritis
6. Pengendapan asam urat di dalam ginjal atau garam kalsium dapat menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan ginjal
7. Terjadi kegagalan faal ginjal karena hidronefrosis yang berlanjut pionefrosis
8. Jika terkena kedua ginjal, dapat terjadi uremia karena gagal ginjal total.
Preventif
1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukkan batu yaitu:1
Sitrat (kalium sitrat 20mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon setelah
makan malam)
Batu ginjal tunggal (meningkatkan masukan cairan yang mengontrol secara
berkala pembentukan batu baru)
3. Pengaturan diet seperti:
Meningkatkan masukan cairan
Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan aliran kemih dan
menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih.
Hindari masukan minum gas (soft drink) lebih dari 1 liter perminggu.
Kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB/hari). Masukan protein tinggi dapat
meningkatkan ekskresi kalium, ekskresi asam urat, dan menurunkan sitrat dalam
air kemih. Protein binatang diduga mempunyai efek menurunkan pH air kemih
lebih besar dibandingkan protein sayuran karena lebih banyak menghasilkan
asam.
12
Membatasi masukan natrium. Diet natrium rendah (80-100 mg/hari) dapat
memperbaiki reabsorpsi kalsium proksimal sehingga terjadi pengurangan ekskresi
natrium dan ekskresi kalsium. Penurunan masukan natrium dari 200-80 mEq/hari
dilaporkan mengurangi ekskresi kalsium sebanyak 100 mg/hari (2.5 mmol/hari).
Masukan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan. Penurunan
kalsium intestinal bebas akan menimbulkan peningkatan absorpsi oksalat oleh
pencernaan, peningkatan ekskresi oksalat dan meningkatkan saturasi kalsium
oksalat air kemih. Diet kalsium rendah merugikan pasien dengan hiperkalsiuria
idiopatik karena keseimbangan kalsium negatif akan memacu pengambilan
kalsium dari tulang dan dari ginjal. Keadaan ini akan memperburuk penurunan
densitas tulang pada beberapa pasien.
4. Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih encer
sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk saling menyatu.
Dengan minum banyak, air seni biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi.
5. Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera merangsang
kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap semalam terganti
dengan yang baru.
6. Jangan menahan kencing, kecing yang tertahan dapat menyebabkan urinemenjadi
lebih pekat, atau terinfeksi saluran kemih. Urine yang pekat dan infeksi saluran kemih
merupakan faktor pendukung pembentukan batu.
7. Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan agar tetap ideal.
Prognosis
Sekitar 80-85% batu dapat keluar secara spontan. Sekitar 20% pasien membutuhkan
bantuan tenaga medis karena nyeri kolik, ketidakmampuan menjaga keseimbangan elektrolit
tubuh, ISK proksimal, atau ketidak mampuan untuk mengerluarkan batu tersebut.
Prognosis memburuk apabila penyakit batu ginjal disertai dengan berbagai penakit
saluran kemih lainnya. Seperti, pyelonephritis, pyonephrosis, dan urosepsis.
DD
13
Uretrolitiasis
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal,
yang turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi
tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ), persilangan
ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli. Batu yang terbentuk sama dengan
yang terbentuk pada ginjal. Yang membedakan hal ini hanyalah lokasi batu tersebut berada.
Dari gejala klinis dapat dibedakan dari kolik yang ditimbulkan. Pada batu ureter kolik yang
dirasakan oleh pasien lebih hebat. Hal ini disebabkan karena batu di ureter lebih mudah untuk
bergerak sehingga menimbulkan rasa sakit yang cukup hebat.
Pyelonefritis
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Infeksi saluran kemih
adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriutia patogen dengan jumlah koloni
> 100.000 mikroorganisme tunggal per ml yang mengenai saluran kemih bagian atas
(pielonefritis) atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya. 7
1. Infeksi saluran kemih atas:
Pielonefriris akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Memiliki gejala spesifik seperti demam yang bisa tinggi sampai ≥ 39°C,
malaise, dan nyeri pinggang selain gejala disuria, frequency dan urgency . 8
2. Infeksi saluran kemih bawah:
Sistitis adalah radang selaput mukosa kandung kemih (vesica urinaria) yang timbulnya
mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan atau berat disertai penyulit infeksi
saluran kemih atas (Pielonefritis). Gejala diantaranya adalah disuria, nyeri tekan
suprapubik, frequency, urgency, dan hematuria. 7
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. h. 756-763.
2. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update :
Januari 2008.
3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional
republik Indonesia. 2003. h. 62-65.
4. Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York :
Lange Medical Book. 2004. h. 256-283.
5. Enday S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa.
Edisi ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1011-2
6. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h. 26-93
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
h. 718
8. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h. 50
15