Download - Bandung.. kota terorisme kehidupan.docx
0
jg
1
2
DAFTAR ISI
COVER I ....................................................................................................................... 0
COVER II ...................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
SEJARAH SINGKAT KOTA BANDUNG ................................................................ 3
A. Asal Usul Bandung Disebut Kota Kembang ...................................................... 4
B. Bandung Kota Pendidikan .................................................................................. 6
C. Bandung Kota Agamis? ...................................................................................... 8
D. Bandung Kota Fashion dan Wisata Belanja ....................................................... 11
OPINI PENULIS “BANDUNG… KOTA TERORISME KEHIDUPAN?” ........... 14
a. Mengapa “Terorisme Kehidupan”? .................................................................... 14
b. Fakta “Terorisme Kehidupan” merupakan hal-hal yang bersifat merusak moral
seseorang ............................................................................................................ 17
c. Siapa Korban dari “Terorisme Kehidupan” ini? ................................................. 17
d. Apa yang Mendorong Terjadinya “Teroris Kehidupan”? .................................. 18
e. Lalu, Apa Solusinya? .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20
3
SEJARAH SINGKAT KOTA BANDUNG
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus
menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta,
dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut
jumlah penduduk. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung)
merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbang
kertosusila (Grebang kertosusilo). Di kota yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan
tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te Bandoeng - TH
Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung - ITB), menjadi ajang pertempuran di
masa kemerdekaan, serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-
Afrika 1955,
suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme,
bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa
Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
Pada tahun 1990 kota Bandung menjadi salah satu kota paling aman di
dunia berdasarkan survei majalah Time.
Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada jaman dulu
kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang
tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van
Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja,
dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-
angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, British
Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.
4
Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata
dan pendidikan.
A. Asal-Usul Bandung Disebut Kota Kembang
Tahun 1896, akhir abad ke-19, sekitar 116 tahun yang lalu, Bandung belum
disebut kota tetapi hanya “kampung”. Penduduknya yang terdata 29.382 orang. Tak
sampai 30.000 orang. Sekitar 1.250 orang berkebangsaan Eropa, mayoritas orang
Belanda. Bandung hanyalah desa udik yang belepotan lumpur dan Jalan Braga yang
kemudian melegenda di Bandung masih berupa jalan tanah becek bertahi sapi dan kuda.
Lentera menjadi sumber penerang kala malam tetapi tidak semua jalan berlampu
minyak itu. Jembatan Cikapundung di Jalan Asia-Afrika sekarang masih berbahan balok
kayu yang dilapisi jerami dan tahi kuda.
Pada tahun 1896 itulah “Desa Bandung” diusulkan menjadi lokasi pertemuan
Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula (Bestuur van de Vereniging
van Suikerplanters) yang berpusat di Surabaya. Karena masih kampung, tentu saja
fasilitas Bandung belum memadai sebagai kota kongres. Meneer Jacob, seorang panitia
kongres waktu itu mendapat masukan dari Meneer Schenk, seorang Tuan Perkebunan
(onderneming) di Priangan. Untuk memeriahkan dan menghangatkan dingin
pegunungan dan suasana pertemuan waktu itu, didatangkanlah Noniek-Noniek Cantik
Indo-Belanda dari Perkebunan Pasirmalang. Singkat kata, kongres itu pun “sukses
besar”. Bagi pengusaha perkebunan gula yang banyak datang dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur, kongres di Bandung sangat berkesan dan merasa “lekker kost zonder
ongkos”. Usai kongres, para peserta lantas menebarkan istilah “De Bloem der Indische
Bergsteden (Bunganya kota pegunungan di Hindia Belanda)”. Tetapi sebutan “bloem”
5
oleh pengusaha perkebunan yang puas atas “layanan” selama kongres itu lebih
mengarah pada servis yang diberikan oleh Noniek-Noniek Cantik Indo-Belanda itu.
Kalau sebutan Kembang dirujukkan pada bunga dalam makna harfiah, tentu tidak
tepat pada masa itu, seratus tahun lalu, karena hanya ada satu taman di Bandung. Dalam
buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, Haryoto Kunto menulis bahwa kembang yang
dimaksud ialah Kembang Dayang yang dalam bahasa Sunda sama dengan WTS
(Wanita Tunasusila) atau pelacur, atau PSK (Pekerja Seks Komersial, sebuah istilah
salah kaprah yang disebarkan oleh kalangan keblinger. Lantas, apakah istri layak
disebut Pekerja Seks Domestik?). Dalam makna kias, sebutan WTS bagi Bandung
muncul karena kota ini akan disoleki, dirias, dihias hanya ketika akan dikunjungi
pejabat negara, tamu resmi dari dalam dan luar negeri. Analogi ini cukup mengena
juga.
Pada waktu kongres itu, yakni pada acara penutupannya, didatangkan juga
“zangeres”, yaitu biduan/nita yang berasal dari Paris, Prancis. Sudah rahasia umum,
para pengusaha perkebunan memang kaya raya sehingga hiburan apapun yang ada di
Eropa akan mereka sewa dan didatangkan ke Jawa. Tapi sayang, ketika artis akan
menyanyi, tiada piano di Bandung. Pada saat itu, tidak ada satu pun piano di “kampung”
Bandung. Tapi untunglah, ada piano rongsokan yang bisa diutak-atik diperbaiki oleh
Jan Fabricius lalu dibawa ke Societeit Concordiayang letaknya di sebelah Hotel
Homann. Tapi malangnya lagi, tidak ada satu orang pun angggota panitia yang bisa
main piano waktu itu. Untunglah ada Mama Homann, seorang ibu yang menjadi istri
pemilik Hotel Savoy Homann di Bandung.
Sekian dekade kemudian, muncullah ragam sanjungan untuk Bandung sebagai
Kota Kembang, baik dalam arti harfiah maupun maknawiah. Satu lagu yang enak
6
didengar adalah lagu Kota Kembang yang dinyanyikan oleh Tetty Kadi, biduanita era
1970-an yang kini menjadi anggota DPR. Sebait liriknya di bawah ini.
“Kota Kembang yang selalu, sangat kurindukan
Di sana aku dibesarkan, diasuh ayah bunda,
Tiada pernah kulupakan, hingga aku dewasa”
B. Bandung Kota Pendidikan
Kota Bandung merupakan salah satu kota pendidikan, dan Soekarno yang
merupakan presiden pertama Indonesia, pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut
Teknologi Bandung (ITB) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia-
Belanda pada masa pergantian abad ke-20.
Pendidikan
Formal
SD atau MI
Negeri dan
Swasta
SMP atau
MTS
Negeri dan
Swasta
SMA Negeri
dan Swasta
MA Negeri
dan Swasta
SMK
Negeri
dan
Swasta
Perguruan
Tinggi
Jumlah 1.034 250 184 24 96 130
Data sekolah di kota Bandung
Sumber: nisn.jardiknas.org Data Siswa
Sejak jaman kolonial Belanda, Kota Bandung merupakan incaran para student dari
berbagai penjuru tanah air untuk melanjutkan pendidikannya di Bandung. Saat itu yang
ada hanya Technise Hoge School (THS) yang sekarang nomenklaturnya Institut
Teknologi Bandung (ITB). Termasuk Soekarno yang mendalami keilmuannya di THS
hingga lulus. Dalam masa pendidikannya, Soekarno juga berjuang untuk mencapai
Indonesia Merdeka di Bandung.
Sampai tahun 1955, pendidikan tinggi baru THS sekarang ITB saja. Kemudian
muncul Perguruan Tinggi lainnya, Universitas Negeri Padjadjaran (Unpad). Belum ada
perguruan tinggi swasta. Beberapa tahun setelah Unpad memulai operasionalnya,
7
berdirilah Universitas Parahyangan (Unpar). Baru setelah itu bermunculan perguruan
tinggi swasta, termasuk akademi swasta, pendidikan setaraf D-1-3.
Dari sejarah, fakta dan data di atas ternyata Bandung sudah menjadi tolok ukur
pendidikan di Indonesia bahkan dunia. Mulai dari Observatorium Bosscha yang
merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia di Lembang,
Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis
107° 36′ Bujur Timur dan 6° 49′ Lintang Selatan. Lembaga Pasteur berdiri 6 Agustus
1890 dengan nama “Parc Vaccinogene” berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia
Belanda Nomor 14 tahun 1890. Sampai Museum Geologi Bandung yang didirikan pada
tanggal 16 Mei 1928 yang pada awalnya berfungsi sebagai laboratorium dan tempat
penyimpanan hasil penyelidikan geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah
Indonesia lalu berkembang lagi bukan saja sebagai sarana penelitian namun berfungsi
pula sebagai sarana pendidikan, penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian
dan objek pariwisata. Serta banyak lagi Pusat Keunggulan Pendidikan yang lain seperti
ITB, UPI, Unpad, IT/IM Telkom, Widyatama, ITENAS serta banyak Univesitas,
Pusdiklat atau institusi/organisasi pendidikan lain (mis. Pojok Pendidikan) yang menjadi
referensi bagi insitusi serupa di Indonesia, Asia tenggara bahkan dunia.
Sebut saja Bandung sebagai kota pendidikan yang tak lepas dari mata masyarakat
Indonesia. Meskipun di setiap sekolah selalu di ajarkan akhlak dan moral bagi anak
anaknya dari mulai tingkat taman kanak kanak hingga sekolah menengah atas ataupun
sekolah menengah kejuruan bahkan perguruan tinggi, masih saja dirasakan pendidikan
ini belum memberikan kemanjuran (Efficacy) atas kehidupan masyarakatnya.
Diharapkan Pendidikan (khususnya di Bandung) dalam kaitannya dengan
mobilitas sosial harus mampu untuk mengubah arus utama (mainstream) peserta didik
8
akan realitas sosialnya. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting.
Pendidikan dapat menjadi penyandar bagi mobilitas. Seiring dengan perkembangan
zaman, kita harus lebih mempercayai kemampuan individu atau keterampilan yang
bersifat membumi dan praktis daripada harus menghormati kepemilikan ijasah yang
kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Inilah yang ahirnya memberikan peluang
bagi tumbuhnya pendidikan yang lebih bisa memberikan kontribusi bagi kebutuhan
dunia nyata yang tentunya memiliki pengaruh bagi seseorang.
C. Bandung Kota Agamis?
Tanpa sengaja penulis menjelajah di mesin pencari google tentang positioning
kota Bandung, dan sampailah pada laman Kota Bandung yang resmi. Dalam laman
tersebut membahas tentang kota agamis yang disandang oleh Kota Bandung. Benarkah
itu? Check it out!
Bandung Agamis, tidak hanya diindikasikan dengan semakin banyaknya dan
memadainya prasarana sarana peribadatan. Bandung Agamis adalah ketika nilai-nilai
ajaran agama bisa menjadi pendorong semangat kearah perubahan yang lebih baik, nilai
agama menyatu dalam perilaku. Bandung agamis setidaknya, dicirikan dengan perilaku
yang menghargai etika dan norma hukum, meng-Akbarkan Allah, mengesampingkan
ketidakpedulian amar ma’ruf nahi munkar, mensucikan batin dari sikap tidak terpuji,
menjauhi segala perbuatan dosa dan keji, serta cinta ketertiban, kebersihan, keindahan
dan lingkungan hidup.
“Selama semua ini belum menyatu dalam perilaku, selama orientasi duniawi tidak
berubah ke ukhrowi, dan selama masih membiarkan kemaksiatan terjadi dihadapan
mata, jangan mengharap lebih, Bandung Agamis bisa terwujud,” tandas kata KH Athian
Ali Da’i dalam paparannya pada seminar dan lokakarya (semiloka) pemantapan
9
Bandung Agamis, di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang 45 Bandung, (Kamis
20/11/08).
Semiloka diikuti 300 peserta, terdiri dari birokrasi, ulama, pimpinan pondok
pesantren, para tokoh agama baik Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu maupun
Budha, serta berbagai ormas Islam, diantaranya NU, Muhammadyah dan Persis.
Hal senada juga dikemukakan Rektor Unpad, Ganjar Kurnia, Bandung Agamis, dapat
tercermin dari perwajahan kota dan perilaku manusianya termasuk birokrasi. Bandung
Agamis menurutnya, dapat diindikasikan dengan bersihnya birokrasi dari KKN,
berkembangnya keshalehan sosial, terjaga dan terpeliharanya ketertiban, kebersihan dan
keindahan dan lingkungan hidup, serta bangkitnya manusia dari kebodohan.
“Selama kebajikan masih dibibir, nilai agama belum jadi internal nilai diri, ngabaju dan
melembaga pada perilaku diri warganya, meski sarana peribadatan banyak dibangun
dimana-mana, ada di tiap RT, Bandung belum bisa dikatakan agamis. Jadi untuk
mujudkan Bandung Agamis, perlu merumuskan dulu indikatornya, landasan-
landasannya, membuat program-program yang terstruktur, apa ukuran-ukuran
keberhasilannya, juga strateginya yang implementatif, ” ujarnya.
Dari kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat (Jasmara) Agama yang telah
dilakukan sebelumnya, Ketua Forum Silaturahmi Umat Beragama (FSUB) Kota
Bandung, Drs KH Akhmad Suherman, telah merumuskan sedikitnya 25 indikator
sebagai bahan masukan untuk merealisasikan Bandung Agamis, diantaranya
terwujudnya Bandung yang santun, akrab, ramah lingkungan, mandiri, menghargai
kemajemukan, adil, meningkatnya suasana religius yang harmonis, terbinanya wawasan
keberagaman keagamaan yang berdimensi universal, berkurangnya segala bentuk
kemaksiatan, terjalinnya kerjasama dan silaturahmi pemerintah kota dengan berbagai
10
stakeholder keagamaan, menurunnya kenakalan remaja, terwujudnya kebebasan pekerja
swasta melaksanakan ibadah seusai agama dan kepercayaanya, tersedianya prasarana
peribadatan di pusat pusat kegiatan masyarakat. Wali Kota Bandung, H Dada Rosda
SH, M.Si mengemukakan, untuk meraih kehidupan Kota Bandung yang lebih baik,
agama dituntut tampil sebagai faktor penyeimbang dan pendorong kemajuan.
Menurutnya, persoalan kota Bandung yang cukup kompleks, adalah membangun
SADM berkualitas dengan latar belakang keagamaan yang mantap, karena agama
merupakan landasan dan bingkai penting dalam memfasilitasi kemajuan diberbagai
aspek kehidupan.
Realita kehidupan masyarakat Kota Bandung saat ini dikatakannya, sangat
membutuhkan inspirasi keagamaan yang semakin dinamis dan tetap menyejukan.
Karena menurutnya, orientasi kemajuan yang ingin dicapai masyarakat, berhadapan
dengan nilai-nilai baru serta permasalahan sosial yang akut, seperti kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan, kemerosotan moral dan iming-iming kesenangan yang
melanggar norma-norma hidup. Karenanya, agama menjadi solusi dalam mengamankan
potensialitas dan moral masyarakat.
Bandung Kota Agamis adalah sebuah komunitas yang religilitas masyarakatnya
sangat tinggi, menjadikan seluruh kehidupannya sebagai ibadah. Membangun
masyarakat yang berorientasi ibadah, dikatakannya, membutuhkan persyaratan-
persyaratan, diantaranya tersedianya kelembagaan untuk dapat mengembangkan
wawasan dan kemampuan di bidang agama, budaya yang terjaga dengan baik, serta
lingkungan yang baik dan toleran bagi ekspresi para pemeluk agama sesuai syariatnya
masing-masing.
11
Menyongsong tata kehidupan Kota Bandung yang agamis, semiloka ini
merupakan wahana tepat, agar semua pendirian dari semua pemeluk agama, tidak
terkotak-kotak. Namun dirinya bersyukur, potret keagamaan di Kota Bandung kini,
sudah sangat menentramkan. Keberadaan agama telah mampu memfasilitasi masyarakat
dalam pemenuhan ilmu dan praktikal keagamaan, sekaligus mendorong peran
masyarakat dalam memajukan kehidupan. “Melalui semiloka ini ini, saya menghendaki
dari seluruh potensi keagamaan, ada optimalisasi kinerja dakwah, agar Bandung
terhindar dari penyakit masyarakat termasuk kemaksiatan yang semakin kronis. Karena
terbangunnya Bandung sebagai kota agamis, harus ditopang kreativitas lembaga
keagamaan mengembangkan dakwah dan sosialisasi nilai-nilai agama.
Adapun dari pemaparan yang tersaji dari laman yang penulis ambil dari situs
resmi Bandung, Bandung agamis juga dapat dilihat dari banyaknya aktivitas pengajian
yang sekrang ini menjamur bak tumbuhan yang sedang bermekaran. Sungguh, ini
adalah kemajuan yang positif. Semoga Bandung Agamis akan selalu exist hingga akhir
zaman, khusunya di kota Bandung ini
D. Bandung Kota Fashion dan Wisata Belanja
Kota Bandung bukan saja memiliki julukan sebagai kota pendidikan, ia pun
memiliki julukan lain sebagai kota fashion dan wisata belanja. Tampaknya julukan
sebagai kota fashion sudah terasa kental di telinga para pelancong. Ini terbukti dari
kunjungan wisatawan dari luar Kota Bandung, yang “diburu” adalah FO dan
Distro yang mulai bisa didapat dari mulai kawasan Dago-Merdeka-Martadinata sampai
di pusat pertokoan Pasar Baru Trade Center.
Bagi wisatawan Jakarta yang kebetulan sering ber-weekend dan liburan di
Bandung, baik dalam rangka bisnis mau pun relaks sudah mengenal di mana tempat-
12
tempat belanja fashion. Pelancong Jakarta dengan seleranya masing-masing tahu
kemana mereka harus belanja. Kebanyakan memang anak-anak muda dan remaja yang
menyempatkan diri relaks di Kota Bandung. Ada yang senang “berpetualang” di
kawasan Dago dengan merk-merk yang sedang ngetren. Mencari fesyen yang sekiranya
cocok dengan selera. Jika terasa agak lelah, mereka pun relaks di rumah makan/restoran
sambil menghirup udara segar kawasan Dago. Di kawasan Jl. Merdeka mereka pun bisa
memilih tempat belanja fesyen. Tampaknya di kawasan ini juga banyak pilihan dengan
tempat parkir aman. Untuk sekedar relaks karena letih mencari fesyen yang diinginkan,
tersedia pilihan restoran/rumah makan atau coffee corner.
Demikian halnya dengan kawasan Jl. Martadinata. Di kawasan ini pun banyak
pilihan yang mengesankan dan membuat puas mereka yang menginginkan fesyen.
Wisatawan Jakarta terkenal dengan kegemarannya mencari sensasi yang aneh-aneh.
Kebetulan pula warga Bandung terkenal kreativitas dalam mendesain model yang
diperkirakan disenangi masyarakat. Pelancong pun memanfaatkan kesempatan
berwisata ke Kota Bandung, tidak sekedar untuk relaks semata, melainkan juga
berkeinginan membalanjakan isi koceknya untuk kenangan jika mereka pulang ke
rumahnya. Sebab, yang berada di rumah biasanya berharap ayah-ibu atau keluarganya
membawa sekedar oleh-oleh berupa barang atau makanan khas. Mereka pun tahu di
mana membelanjakan isi koceknya. Di Kota Bandung ada dua kawasan yang memiliki
tempat belanja dengan barang-barang yang lengkap. Kawasan Pasar Baru Trade
Center dan kawasan Cihampelas. Di dua kawasan ini para wisatawan akan merasakan
puas karena apa yang diinginkannya tersedia dengan jangkauan yang dekat. Tanpa harus
berlama-lama mencari. Kebetulan pula harga barang-barang di kedua kawasan itu
sangat miring jika dibandingkan dengan di daerahnya sendiri, begitu pula model dan
13
motifnya sangat mengena di hati para pelancong. Di kawasan Pasar Baru juga tersedia
aneka kuliner yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Oncom goreng
dengan harga yang bersaing dan cita rasa yang mengena di selera para pelancong, begitu
laris terjual dan para pelancong dengan suka cita kembali ke rumahnya dan bisa
membagikan oleh-oleh. Selain oncom goreng juga tersedia oncom mentah untuk
dimasak di rumahnya. Tahu Cibuntu juga banyak tersedia di sekitar itu. Banyak
pelancong yang memanfaatkan kesempatan sekali pergi, tiga-empat tempat dapat
dikunjungi sambil rarebo dengan oleh-oleh yang ditunggu di rumah. Yang kecipratan
rejeki dari kunjungan wisatawan ke Kota Bandung bukan saja para pedagang di
kawasan Pasar Baru atau Cihampelas. Para pedagang kecil yang berjualan di trotoar pun
seperti pedagang cireng, baso tahu, batagor atau peuyeum alias tape, pedagang topi atau
sabuk juga kecipratan rejeki. Bahkan, penjual jasa seperti tukang parkir dengan setia
melayani pemilik kendaraan bermotor. Koceknya terisi dan bisa membawa pulang
sejumlah uang ke rumah yang ditunggu keluarga.
Kota Bandung ternyata memiliki daya tarik yang luar biasa. Wisatawan merasakan
puas dengan menghirup udara segar Kota Bandung sambil belanja dan membawa
pulang oleh-oleh untuk keluarga.
14
OPINI PENULIS
“BANDUNG… KOTA TERORISME KEHIDUPAN?”
Semua orang, jika mendengar kata teroris pasti akan memiliki persepsi yang
negatif. Anda yang sedang membaca pun pasti bertanya-tanya kenapa harus
mengunakan kata terorisme? Sebelum penulis menjelaskan dengan panjang lebar, ada
baiknya saya memberikan kilas balik mengenai latar belakang penggunaan kata
terorisme kehidupan.
a. Mengapa “Terorisme Kehidupan”?
Adapun saya sebagai penulis makalah ini menggunakan kata terorisme
kehidupan yaitu karena terinspirasikan oleh media massa yang mengabarkan berita yang
sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di kota Bandung, yaitu penangkapan teroris.
Namun kata terorisme yang penulis gunakan bukanlah semata-mata membahas tentang
masalah teroris yang sedang marak diperbincangkan saat ini. Hal ini supaya pembaca
sekalian penasaran, mengapa “terorisme kehidupan”?. Seperti yang dijelaskan pada
kamus besar Bahasa Indonesia, bahwa terorisme merupakan kata sifat yang bermakna
buruk atau kejelekan. Adapun maksud penulis menggunakan kata terorisme ini
berkaitan dengan makna kejelekan yang sedang marak terjadi di Kota Bandung akhir-
akhir ini.
Kejelekan-kejelekan yang penulis maksud berkaitan dengan penjulukan yang
menurut hemat saya sangat tepat disandang oleh kota Bandung saat ini, dan bahkan
akan menjadi tittle yang abadi bagi kota Bandung, yang jika tidak adanya perbaikan-
perbaikan yang dilakukan secara kontinyu. Mengapa harus kejelekan-kejelekan yang
dibahas dalam pembahasan ini? Karena dengan mengetahui kejelekan yang ada, bisa
15
membuat sebuah hal yang buruk menjadi yang baik. Dengan cara apa? Tentu saja
dengan mengetahui kelemahannya.
TERORISME. Semua orang akan paham akan makna secara umum dari kata
tersebut. Menurut survey yang diberikan oleh media massa, jika seseorang yang
mendengar kata teroris, maka persepsi yang ada dalam pikiran mereka adalah seseorang
yang memiliki sifat jahat dan suka membuat onar, adapun keonaran yang hampir semua
orang tahu adalah masalah pengeboman. Saya berani mengatakan bahwa akibat dari
pengeboman itu akan merusak berbagai hal yang berada di wilayah pengeboman. Dan
Anda pasti setuju dengan pendapat saya ini bukan? Tentu saja pernyataan tersebut
adalah pengertian yang sebenarnya. Namun dalam pembahasan yang penulis angkat
adalah masalah terorisme kehidupan dan dampak negatifnya.
Dewasa ini, telah banyak kasus mengenai pencurian, pemerkosaan,
pembunuhan, maupun kriminalitas-kriminalitas lainnya yang jika penulis sebutkan satu
persatu akan berdampak habisnya satu atau lebih pages makalah. Tentu saja hal ini
sangat berlebihan. Namun pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri jika memang benar
adanya. Kasus-kasus yang merugikan inilah yang dimaksud dengan teroris kehidupan.
Kehidupan kota Bandung yang dahulu baik-baik saja, bahkan tercatat pada majalah
Time[1]
yang memberitakan bahwa kota Bandung adalah kota yang teraman di dunia.
Namun apalah daya. Sekarang ini, berita tersebut hanya kenang-kenangan belaka.
Bandung telah tercoreng dengan berbagai tindak kriminalitas yang tersebar di seluruh
penjuru Bandung. Dimana hal ini berdampak pada masalah kehidupan yang ada di
Bandung. Apakah masih layak menyandang kota teraman di dunia? Jangankan aman di
dunia, sesorang yang sedang berada dalam lubang kecil di Bandung tak akan bisa lari
16
dari kriminalitas dan kerusakan-kerusakan yang ada. Mulai dari segi moral maupun
psikisnya. Sangat memperihatinkan bukan?
Dari penjabaran mengenai penjulukan kota Bandung pada page sebelum-
sebelumnya, menurut hemat saya bahwa penjulukan tersebut masih bisa dikenakan oleh
Kota Bandung dengan satu kondisi tertentu. Kenapa? Setiap kondisi tertentu tersebut
tidak lepas dari kemajuan teknologi yang ada. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kemajuan
teknologi di Indonesia telah menjajah kawasan teknologi di Bandung. Hal ini dibuktikan
dengan terlihatnya dari informasi yang menyebar begitu cepatnya. Berita yang disajikan
oleh media pun berisikan hal-hal yang positif sampai dengan negatif. Dari sumber
informasi inilah, suatu persepsi dapat diubah dengan mudahnya. Karena inilah adat
istiadat dari media, suatu media tidak bisa dikatakan media jika tidak dapat merubah
pola pikir seseorang, minimal pola dari tata cara seseorang menanggapi sebuah
informasi yang baru saja ia dapat untuk diolah dalam pikirannya. Sebagai contohnya
adalah, jika si A mendapatkan informasi A’ (baca: A aksen) yang merupakan informasi
positif yang dipublikasikan oleh sebuah media, namun si A mengolah informasi tersebut
menjadi A’ yang negatif. Kenapa demikian? Hal ini diakibatkan tentang bagaimana cara
ia mengolah informasi tersebut berbeda dengan pengolahan informasi yang diolah oleh
orang yang mempublikasikan informasi tersebut. Dan contoh realnya adalah dimana
sebuah media yang menginformasikan tentang masalah perampokan yang terjadi pada
sebuah kawasan elit. Maksud tujuan informasi tersebut adalah menginformasikan hal
yang baik karena berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi di kawasan elit
tersebut. Namun, dikarenakan cara pengolahan data dalam pikiran seseorang itu
berbeda-beda, maka timbullah dimana persepsi orang mengatakan bahwa seperti inilah
hal yang sedang nge-trend saat ini. Dan tidak sedikit orang-orang yang membaca,
17
mendengar maupun melihat informasi tersebut untuk mencoba hal yang serupa. Maka
terjadilah kejahilan-kejahilan yang berdampak negatif hingga mengakar sampai saat ini.
Inilah topik yang sedang saya bahasa dalam lembaran-lembaran tulisan ini.
b. Fakta “Terorisme Kehidupan” merupakan hal-hal yang bersifat merusak
moral seseorang.
Adapun hal-hal yang bersifat merusak moral seseorang dalam pembahasan ini
terbukti dari informasi-informasi dari berbagai media yang mengabarkan bahwa telah
banyak kriminalitas yang telah tejadi di kota Bandung ini. Bahkan berkembang dengan
pesatnya. Seperti yang dilansirkan oleh sebuah laman dari TV lokal Bandung
mengatakan bahwa: “Dalam satu hari satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung
menerima sedikitnya sembilan sampai tujuh belas tindak kejahatan yang terjadi di Kota
Bandung. Hal ini berdasarkan laporan dari masyarakat yang melihat atau menjadi
korban kejahatan tersebut, terutama kasus Ranmor dan Penjambretan.”[2]
Tak hanya
berdasarkan survey dari TV Lokal Bandung, namun berdasarkan laporan dari
Kepolisian Republik Indonesia Daerah Jawa Barat menegaskan bahwa Bandung
mencapai angka kriminalitas tertinggi.[3]
Sungguh memperihatinkan. Dengan image
yang telah dibangun sekian lama untuk mendapatkan respon yang baik bagi masyarakat,
sekarang ini tak ubahnya menjadi benalu yang merusak pepohonan yang merambat ke
dalam jati diri masyarakat Bandung itu sendiri. Tidakkah fakta ini menjadi sorotan yang
lebih penting untuk dibahas daripada hanya sekedar berkampanye mengenai janji-jani
yang diucapkan oleh calon legislatif yang hanya sekedar khayalan di balik mimpi
belaka?
c. Siapa Korban dari “Terorisme Kehidupan” ini?
18
Siapa diantara Anda sekalian yang tidak terpesona akan kemajuan dan kemewahan
hingga fasilitas yang begitu lengkap dan nyaman di kota nan Elit ini? Tentu saja semua
orang yang merasakannya tidak akan mau lepas dari kenyamanan dan kelebihan-
kelebihan yang tersedia. Namun, pernahkah Anda berpikir sejenak bahwa tak semuanya
dari kebaikan dan kelebihan-kelebihan yang tersedia menjadikan Anda merasa puas,
bahkan Anda akan terjebak di dalam lubang yang penuh dengan mimpi-mimpi buruk.
Jadi, siapakah korban dari itu semua? Yakni mereka yang tinggal di kota Bandung yang
sekarang ini menjadi top center model bagi perantau yang rata-rata profesinya menjadi
seseorang yang sedang menyelesaikan studinya maupun orang yang bekerja sampai
menetap sekalipun.
d. Apa yang Mendorong Terjadinya “Teroris Kehidupan”?
Agama yang menjadi basic kehidupan kini mulai pudar diakibatkan media massa
yang terlalu memprovokasi khalayaknya menjadi pribadi yang bersifat matrealistis dan
terlalu menjorok ke arah duniawi. Hal inilah yang sebenarnya menjadi pendorong
kerusakan-kerusakan di Bandung. Tanpa adanya agama yang baik yang merupakan
cikal bakal pembentukan buruknya karakter seseorang, dipastikan akan merusak hal-hal
yang awalnya merugikan diri sendiri hingga kepada orang lain, yang akan meluas
menjadi kerusakan-kerusakan di lingkungannya hingga mencakup luasnya daerah yang
ia tempati hingga berakibat fatal bagi siapapun. Seperti yang kita lihat saat ini. Mungkin
Anda bosan membaca, mendengar maupun melihat kasus-kasus yang berbau
kriminalitas, gossip yang tidak jelas sumber berita dan kepastiannya hingga sandiwara
yang dilakukan oleh politikus-politikus yang selalu berkoar tanpa ilmu yang memadai.
Siapa diantara kalian yang menyenangi akan akibat dari hal-hal negatif tersebut? Tentu
dari kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi.
19
e. Lalu, Apa Solusinya?
Sangat umum sekali jika suatu masalah yang terjadi di jantung kota itu
diakibatkan karena system pemerintahan yang tidak baik. Namun apakah hal itu secara
keseluruhan benar adanya? Tahukah Anda sekalian, bahwa pemerintah itu hanya
seorang manusia biasa yang tidak bisa membagi waktunya dalam waktu yang
bersamaan untuk memperbaiki situasi dan kondisi daerah yang ia pimpin. Pemerintah
dibantu oleh pejabat-pejabat kota yang memiliki tugasnya masing-masing dalam
mengatur daerah-daerah. Dan ujung dari akar pembentukan daerah yang baik adalah
mayarakat itu sendiri. Jadi, tidak akan bisa menjadi baik suatu pohon jika akarnya rusak.
Begitu pula dengan system pemerintahan di kota Bandung ini, bahwa tidak akan
menjadi baik jika masyarakatnya itu sulit untuk merubah pola hidupnya sesuai dengan
aturan yang berlaku dengan menunaikan hak dan kewajibannya secara seimbang.
Kerusakan-kerusakan ini sebenarnya terjadi karena sikap individualisme
masyarakatnya itu sendiri. Pernahkah Anda mendengar seorang gubernur kota Bandung
mencuri ayam? Tentu tidak pernah bukan? Lalu, siapa? Ya, mereka adalah masyarakat
itu sendiri. tapi tidak semuanya seperti itu. Namun ada baiknya diadakan intropeksi diri
antara masyarakat dan pemerintah. Jangan selalu merasa benar. Karena sifat egoisme
inilah yang menjadi awalnya rusaknya moral hingga divisualisasikan dalam kehidupan
nyata hingga menjadi terorisme kehidupan.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.airlimbahku.com/2012/11/asal-usul-bandung-disebut-kota-kembang.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/02/24/bandung-sebagai-city-of-eduaction-kota-
pendidikan-berdasarkan-contoh-dan-tindakan/
http://www.bandung.go.id/?fa=berita.detail&id=1059
http://kartikatoast.com/products/5-bandung-kota-fashion-dan-wisata-belanja
Sumber catatan dalam keterangan penomoran:
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
[2]http://www.pjtv.co.id/berita/detail/global/2676/17-kasus-kejahatan-terjadi-di-kota-
bandung-dalam-sehari.html
[3]http://www.lodaya.web.id/?p=10963