Download - Bahasa Indonesia DIKSI
Tugas Mekanika Tanah
Nama :
NIM :
Kelas :
PROGRAM STUDI TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2015
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................………i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi........................................................................................................3
2.2 Fungsi dari Diksi.......................................................................................................3
2.3 Persyaratan Diksi.......................................................................................................3
2.3.1 Syarat Keesuaian.............................................................................................3
2.3.2 Syarat Ketetapan.............................................................................................6
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan..............................................................................7
2.4.1 Kaidah Kelompok Kata/Frase.........................................................................7
2.4.2 Kaidah Makna Kata.........................................................................................8
2.4.3 Kaidah Lingkungan Sosial............................................................................11
2.4.4 Kaidah Karang Mengarang...........................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi
semakin meningkat. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan
wacana.
Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik
mengenai penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan
mungkin vital, terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata, frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.
Indonesia memiliki bermacam-macam suku bangsa oleh karena itu bahasa yang
digunakan memiliki karakter yang berbeda-beda, dan sebagai makhluk sosial kita tidak
bisa terlepas dari berkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan
bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain
tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata
yang kurang tepat ataupun dikarenakan salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-
memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna
dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam
berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa
tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata
yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai pengertian diksi,
fungsi dari diksi, dan elemen-elemen pada diksi serta makna denotasi dan konotasi.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian dari diksi?
2. Apa sajakah fungsi dari diksi?
3. Apa saja persyaratan pada penggunaan diksi?
4. Apa aja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan diksi?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Diksi
2. Mengetahui fungsi dari diksi
3. Mengetahui persyaratan diksi
4. Mengetahui hal-hal yang diperhatikan.
1.4 Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:
1. Menambah wawasan mengenai diksi
2. Membantu dalam menerapkan penggunaan diksi pada kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan
kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa
penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya.
Menurut Wikipediaa, Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan
kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Kedua, arti "diksi" yang lebih umum
digambarkan dengan enunsias i kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar
dan dipahami. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan
kata dan gaya.
2.2 Fungsi dari Diksi
Beberapa fungsi dari diksi antara lain:
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif
Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
2.3 Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian.
2.3.1 Syarat Kesesuaian
1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandard dalam situasi
yang formal
Bahasa non standar adalah bahasa dari mereka yang tidak
memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk
pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga 3
oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa non
stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa
standar. Sedangkan Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat
dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau
menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Secara kasar
kelas ini dianggap sebagai kelas terpelajar seperti pejabat-pejabat pemerintah,
ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman,
insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa
non standar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan
umum.
2) Hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular
Kata populer merupakan kosa kata sebuah bahasa yang terdiri dari
kata-kata yang umum yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang
terpelajar maupun orang atau rakyat jelata. Kata-kata ini juga dipakai dalam
pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam
diskusi-diskusi ilmiah. Lawan adari kata popular adalah kata ilmiah.
Contoh :
3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang
sopan atau aneh tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa
atau dialek hybrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus
dianggap sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca.
Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-
kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus
sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang
4
Kata Popular Kata Ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Kesimpulan Konklusi
umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam
sebuah tulisan umum.
4) Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-
kata slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas;
bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang
yang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya
bukan hanya terdapat pada golongan terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan
masyarakat.
5) Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam
percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan
ini disini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar,
tidak terpelehara atau tidak disenangi. Bahasa percakapan yang dimaksud
disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-kata percakapan
mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan
terpelajar.
6) Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati)
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah
bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa
diterangkan secara logis, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang
membentuknya, misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata
makan dan tangan, tidak akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa
yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau
beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata
makan seperti: makan garam, makan hati, dan sebagainya.
7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial
Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Fakta dan
pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana
dan langsung tak perlu disembunyikan.
Artifisial:
Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari
dedaunan, karena angin kepada kemuning
5
Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih
kembali menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa:
Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin
di daun
Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.
2.3.2 Syarat Ketepatan
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Contoh: - Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
- Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu
adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
3) Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya
Intensif – insensif
Karton – kartun
Korporasi – koperasi.
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan
Contoh: - Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
- Modern : canggih (secara subjektif)
- Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui,
bergaya intelektual (menurut kamus).
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing
Contoh : - Dilegalisir seharusnya dilegalisasi
- Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat
Contoh :
Pasangan yang salah Pasangan yang benar
antara ..... dengan .... antara .... dan .....
tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....
baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....
bukan ..... tetapi ..... bukan ...... melainkan .....
6
7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata
yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh: - Kata umum : melihat
- Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, menatap.
8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal
Contoh: - Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara
- Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-
usulnya, kabar angin, desas-desus.
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan
berhomografi
Contoh: Sinonim: Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
Homofoni: Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak
laki-laki)
Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara).
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata
konkret mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh : Kata abstrak : Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan
sifat terpuji.
Kata konkret : APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
2.4.1 Kaidah kelompok kata/ frase
1) Tepat
7
Contohnya: Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2) Seksama
Contohnya: Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita
tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu
pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa
besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak
seksama.
3) Lazim.
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja. Contohnya,
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan
rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini
mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari
sudut makna dan pemakain-nya.
2.4.2 Kaidah Makna Kata
1. Jenis Makna
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
- Makna Denotasi
adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra dan tidak
menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh : - Ita menanam bunga di halaman depan rumah
Kata bunga artinya kembang atau bagian tumbuhan yang elok
warnanya dan harum baunya
- Adik makan nasi
Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
- Makna Konotasi.
8
adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai makna
kias atau makna kontekstual.
Contoh: - Ibu kota : pusat pemerintahan
- Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol.
2. Perubahan Makna
Berdasarkan cakupan maknanya
- Meluas : cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya
Contoh Kata Dulu Sekarang
Berlayar Mengarungi laut dengan memakai kapal layar
Mengarungi lautan dengan alat apa saja
Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anak raja
Sebutan untuk semua anak laki-laki dan perempuan
- Menyempit : cakupan makna sekarang lebih sempit daripada makana dahulu
Contoh Kata Dulu Sekarang
Sarjana Sebutan untuk semua orang cendikiawan
Gelar untuk orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang mempelajari ilmu agama Islam
Berdasarkan nilainya
- Ameliorasi
Adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru dirasakan
lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh: - Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
- Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
- Peyorasi.
Adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah. Arti baru dirasakan lebih
rendh nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh: - Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
- Kata bini sekarang dirasakan kasar.
9
3. Pergeseran Makna
- Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat
Contoh: - Tasya menyikat giginya sampai bersih
- Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu.
- Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara
dua indra yang berbeda
Contoh: - Kata-katanya sangat pedas didengar.
4. Relasi Makna
- Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna.
Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang
maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata
buruk dan jelek, mati dan wafat.
- Antonim
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus
berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
- Polisem
Sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna
lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke
atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang
terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan
kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala,
kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
- HiponimSuatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain,
sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya
dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh: kata
tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol
termasuk makna ikan.
- Hipernim
10
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain atau kata-kata
yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum
dari penyebutan kata-kata lainnya. Contoh: kata bunga adalah hipernim
terhadap kata mawar, melati, anggrek, dan nama bunga lainnya.
- Homonim
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun
berbeda arti. Contoh: kata bulan yang dapat berarti bulan pada kalender
atau nama satelit. Contoh lainnya adalah genting yang bisa mempunyai
arti gawat atau atap rumah.
- Homofon
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya
berbeda. Contoh: kata bank yang berarti tempat penyimpanan uang
memiliki kesamaan bunyi dengan bang yang berarti panggilan untuk
kakak laki-laki. Atau kata massa dalam perkataan media massa dan masa
yang berarti waktu.
- Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan
artinya berbeda. Contoh: apel yang berarti buah dan apel yang berarti
kumpul, serta kata serang yang berarti perang dan serang yang berarti
nama tempat.
2.4.3 Kaidah Lingkungan Sosial
1. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh: Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita
bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa
bukanlah melihat tingkat sosialnya.
2. Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh: Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya
berdasarkan geografinya.
3. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh: Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan
maknanya.
4. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
11
- Makna Umum( hipernim) adalah makna yang cakupannya luas
Contoh: bunga, bulan, hewan, kendaraan.
- Makna khusus( hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau terbatas.
Contoh:
2.4.4 Kaidah Karang –Mengarang.
Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Pilihan kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan
tetap, pilihan kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh :
a. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
b. Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
c. Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya
melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit).
12
Hipernim Hiponim
MelihatMenengok, menatap. Melirik, menjenguk,
melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Juli, Agustus, September
Hewan Ayam, Burung, Kambing
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
1. Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan
2. Pemilihan diksi yang tepat berfungsi untuk menciptakan komunikasi yang baik untuk
para pembaca dan pendengarnya
3. Persyaratan dalam penggunaan diksi dibagi menjadi dua yaitu syarat kesesuaian dan
syarat ketetapan
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan diksi antara lain kaidah kelompok
kata/ frase, kaidah makna kata, kaidah lingkungan sosial, dan kaidah karang-
mengarang.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca untuk mempelajari dan mamahami
pengunaan-penggunaan diksi, agar diharapkan dapat menciptakan suatu komunikasi
yang baik baik itu lisan ataupun tulisan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Fitri. “Makalah Diksi dan Kalimat”. 28 Mei 2012. http://fitriasari93.blogspot.com/2012/05/makalah-diksi-dan-kalimat.html.
Nasution, Hafsah. “Makalah Bahasa Indonesia-DIKSI”. 20 Maret 2013. http://hafsahnasution.blogspot.com.
Prima, Husnal. “Rangkuman Pembelajaran”. 28 Maret 2011. http://rangkumanpembelajaran.blogspot.com/2011/03/diksi-dan-penggunaan-bahasa-efektif.html.
Rahmah. “Makna Denotatif dan Makna Konotatif”. 29 September 2012. http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/09/denotasi-dan-konotasi.html
Berutu, Nurlena. “Diksi”. 21 Maret 2013. http://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/05/kelompok-5-diksi/
14