1
BAGIAN I
Ringkasan Eksekutif
Anoa merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Terdistrbusi hampir di seluruh
semenanjung utama di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Spesies Anoa yang diakui
saat ini terdiri atas dua spesies yaitu Anoa dataran rendah atau Lowland Anoa
(Bubalus depressicornis) dan Anoa gunung atau Mountain Anoa (Bubalus quarlessi).
Jumlah populasi Anoa di habitat alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Berdasarkan data IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di
seluruh Sulawesi tidak lebih dari 5.000 individu.
Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh
perburuan liar maupun perdagangan illeggal dan tidak menutup kemungkinan
penurunan juga disebabkan oleh perubahan hutan sebagai habitat Anoa menjadi
peruntukan lain. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan
Anoa hidup dalam kantong-kantong hutan yang tersisa. Sementara untuk
mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan
lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar. Populasi kecil sangat rentan
terhadap kepunahan, wabah penyakit maupun bencana.
Permasalahan juga terjadi pada Anoa yang berada di lembaga-lembaga konservasi
baik di Indonesia dan luar negeri. Kecilnya jumlah populasi Anoa yang dipelihara dan
lamanya proses reproduksi menyebabkan perkawinan antar kerabat (inbreeding) pada
Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ tidak dapat terhindarkan. Berdasarkan data yang
terhimpun sampai dengan 20 Februari 2011, tercatat sebanyak 20 individu anoa
berada di Lembaga Konservasi di Indonesia, 15 individu anoa berada di institusi
pemerintah (BKSDA dan Perguruan Tinggi) dan masyarakat. Dengan demikian tercatat
sebanyak 35 individu Anoa yang dipelihara secara Ex-Situ, namun data ini belum
termasuk enam individu Anoa yang dipelihara di Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama
dengan beberapa instansi terkait yang bergerak di bidang konservasi Anoa serta
berdasarkan mandat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun
2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022 maka dilakukan pertemuan
pembentukan Pemerhati Anoa yang mengemban tugas utama dalam mengawal
Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036.
2
BAGIAN I
Ringkasan Eksekutif
Anoa merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Terdistrbusi hampir di Pulau
Sulawesi dan Pulau Buton. Spesies Anoa yang diakui saat ini terdiri atas dua spesies
yaitu Anoa dataran rendah atau Lowland Anoa (Bubalus depressicornis) dan Anoa
gunung atau Mountain Anoa (Bubalus quarlessi). Jumlah populasi Anoa di habitat
alaminya diperkirakan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data
IUCN Red List 2009 diperkirakan populasi Anoa di seluruh Sulawesi tidak lebih dari
5.000 individu.
Penurunan jumlah populasi Anoa di habitat alam lebih besar disebabkan oleh
perburuan liar maupun perdagangan ileggal dan tidak menutup kemungkinan
penurunan juga disebabkan oleh perubahan hutan sebagai habitat Anoa menjadi
peruntukan lain. Fragmentasi habitat dan penyempitan lahan hutan menyebabkan
Anoa hidup dalam kantong-kantong hutan yang tersisa. Sementara untuk
mempertahankan variasi genetik dari berbagai ancaman termasuk perubahan
lingkungan diperlukan populasi yang cukup besar. Populasi kecil sangat rentan
terhadap kepunahan, wabah penyakit maupun bencana.
Permasalahan juga terjadi pada Anoa yang berada di lembaga-lembaga konservasi
baik di Indonesia dan luar negeri. Kecilnya jumlah populasi Anoa yang dipelihara dan
lamanya proses reproduksi menyebabkan perkawinan antar kerabat (inbreeding) pada
Anoa yang dipelihara secara ex situ tidak dapat terhindarkan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Kehutanan Manado bekerjasama
dengan beberapa instansi terkait yang bergerak di bidang konservasi Anoa serta
berdasarkan mandat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. 54 Tahun
2013 tentang Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022 maka dilakukan pertemuan
pembentukan Forum Anoa yang mengemban tugas utama dalam mengawal
Implementasi Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036.
3
BAGIAN II
Pendahuluan
Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa dataran tinggi (Bubalus
quarlessi) adalah dua spesies endemik di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton serta
merupakan flagship species yang menjadi simbol untuk meningkatkan kesadaran
konservasi serta menggalang partisipasi semua pihak dalam aksi konservasi.
Kelestarian Anoa juga menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya maupun
kelestarian makhluk hidup lainnya. Sebagai mamalia terbesar di Sulawesi, Anoa dinilai
memiliki potensi besar menjadi ikon pariwisata Indonesia. Anoa sebagai logo daerah di
Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu bentuk dukungan politis dari
pemerintah.
Anoa adalah satwa soliter dan agresif. Satwa ini memiliki kesulitan untuk dilakukan
domestikasi meskipun telah dipelihara selama bertahun-tahun. Sifat agresif muncul
pada saat birahi, induk yang memiliki anak atau pertemuan antara Anoa jantan, tidak
sedikit yang menyebabkan kematian karena pertarungan. Perkembangbiakannya pun
termasuk sulit karena hanya melahirkan satu anak saja dengan masa kebuntingan
kurang lebih 9-10 bulan. Masa produktif Anoa diperkirakan sampai pada umur 20
tahun.
Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Anoa termasuk dalam status satwa
dilindungi sejak tahun 1931. Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor : P.54/Menhut-II/2013 yang berisi tentang Strategi dan
Rencana Aksi Konservasi Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi) 2013-
2022. Di dalamnya diatur bahwa untuk mewujudkan populasi Anoa yang stabil dan
terjadi peningkatan di kawasan-kawasan yang telah diprioritaskan sebagai habitat
alaminya disusun beberapa program kegiatan yang diharapkan dapat terlaksana dalam
10 tahun kedepan diantaranya : pengendalian perburuan dan perdagangan ileggal,
pengelolaan populasi di alam, pengelolaan habitat, pembangunan sistem pangkalan
data dan pendukung keputusan, peningkatan peran Lembaga Konservasi, pendidikan
dan pelatihan staf pelaksanan, LSM dan masyarakat sekitar, kerjasama dan kemitraan
dan pendanaan yang berkelanjutan. Oleh IUCN (International Union for Conservation
of Nature and Natural Resources) Red List Edisi tahun 2011, Anoa dikategorikan
Endangered Species atau satwa langka. CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna dan Flora) atau konvensi perdagangan
internasional tumbuhan dan satwa liar menempatkan Anoa ke dalam Appendix I yang
berarti satwa tersebut terancam dalam segala bentuk perdagangan internasional
secara komersil.
Hasil penelitian terkini menunjukkan bahwa di Pulau Sulawesi dan Pulau Buton
sedikitnya terdapat empat sub spesies populasi Anoa yang memiliki variasi genetik
yang berbeda yaitu bagian Utara, Tengah, dan Tenggara dan satu sub populasi di
Pulau Buton. Sehingga upaya mengkonservasi Anoa setidaknya dapat dilakukan
4
dengan mewakili dari masing-masing sub populasi tersebut. Ditetapkan sebanyak 14
kawasan yang menjadi prioritas utama untuk pengelolaan populasi dan habitat anoa di
Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. 14 kawasan prioritas tersebut meliputi : Bogani Nani
Wartabone dan Pegunungan Sojol – Nantu (Sulawesi bagian Utara dan Gorontalo),
Lore Lindu, Morowali, Bakiriang, Lombuya (Sulawesi bagian Tengah dan Timur),
Pegunungan Latimojong dan Pegunungan Takolekaju (Sulawesi bagian Barat),
Tanjung Peropa, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Verbek, Rawa Aopa Watu
Mohai (Sulawesi Bagian Tenggara), Lambusango dan Buton utara (Pulau Buton)
(Permenhut, 2013).
Kegiatan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dapat dilakukan di dalam kawasan
(In-Situ) maupun di luar kawasan (Ex-Situ). Pelestarian In-Situ dapat dilaksanakan
dengan menjaga populasi Anoa di alam beserta habitatnya. Sedangkan konservasi Ex-
Situ Anoa dilaksanakan di luar habitat alami seperti kebun binatang, taman safari,
pusat penyelamatan satwa dan lembaga konservasi yang ditunjuk. Sebagai upaya
pendataan Anoa yang berada di luar habitat alaminya telah ditetapkan studbook
keeper nasional untuk Anoa yaitu Taman Safari Indonesia. Hingga 20 Februari 2011
tercatat sebanyak kurang lebih 188 Anoa berada di lembaga konservasi baik di dalam
maupun luar negeri dan yang dipelihara oleh masyarakat.
Frankham et al. (2002) yang diacu dalam Permenhut No. 54 tahun 2013 menjelaskan
bahwa populasi Anoa yang dikelola secara Ex-Situ harus tetap viable dengan adanya
intergrasi antara lembaga nasional dan internasional dengan tujuan untuk
mendapatkan 90% keragaman genetik dalam kurun waktu paling tidak 100 tahun ke
depan. Oleh karena itu kerjasama antara lembaga-lembaga konservasi nasional dan
internasional sangat penting dalam mengelola populasi Anoa di luar kawasan/ Ex-Situ.
Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini adalah sebagai
pedoman dan arahan kegiatan penelitian dan pengembangan konservasi Ex-Situ Anoa
bagi Balai Penelitian Kehutanan Manado selaku Unit Pelaksana Teknis dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan
para pihak terkait yaitu pemerintah pusat dan daerah, perguruan tinggi, lembaga
konservasi tingkat nasional dan internasional, lembaga swadaya masyarakat,
masyarakat lokal, dan penyandang dana selama kurun waktu 20 tahun.
Tujuan disusunnya Road Map ini adalah meningkatkan populasi Anoa sampai dengan
tahun 2036 melalui pelaksanaan program konservasi yang secara aktif melibatkan
multi pihak yang diinisiasi oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado dalam program
kegiatan Breeding Center, Rehabilitasi dan Pelepasliaran (Release), Kerjasama
dengan Lembaga-Lembaga Konservasi, Domestikasi dan Penyuluhan tentang Save
the Anoa. Keberhasilan perkembangbiakan Anoa di lembaga penangkaran diharapkan
mampu meningkatkan populasi Anoa baik itu di luar maupun di dalam habitat
alaminya.
5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Road Map Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini mencakup kegiatan
Breeding Center, Rehabilitasi dan Pelepasliaran (Release), Kerjasama dengan
Lembaga-Lembaga Konservasi, Domestikasi dan Penyuluhan tentang Save the Anoa.
6
BAGIAN III
Dasar Pemikiran Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036
Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015-2019
Arahan Kebijakan dan Strategi Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menyebutkan bahwa Anoa menjadi salah satu prioritas satwa
terancam punah (sesuai The IUCN Red List of Threatened Species). Program
peningkatan populasi menurut Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah sebesar 10% sesuai baseline data tahun 2013.
Peraturan Menteri Kehutanan Tahun 2013 No. 54 tentang Strategi dan
Rencana Aksi Konservasi Anoa Tahun 2013-2022.
Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2005 tentang Penangkaran
Tumbuhan dan Satwa Liar dan No. 64 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kehutanan No. 19 Tahun 2005
Peraturan Menteri Kehutanan Tahun 2013 No. 31 Tahun 2012 tentang
Lembaga Konservasi
7
BAGIAN IV
Program
Program dan Kegiatan 2016 – 2036 :
1. Program Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado dilakukan
melalui kegiatan keragaman genetik Anoa di penangkaran BPK Manado,
monitoring dan pengaturan perkawinan alami dan reproduksi buatan, penyediaan
sarana dan prasarana pendukung, pelatihan/peningkatan kualitas SDM dalam
pengelolaan konservasi Anoa, Diseminasi hasil-hasil penelitian konsevasi Ex-Situ
anoa dan program breeding Anoa
2. Program rehabilitasi dan pelepasliaran Anoa ke habitat alam dilakukan
melalui kegiatan penyelamatan terhadap Anoa yang dipelihara secara ileggal,
penyusunan prosedur pelepasliaran Anoa, pembangunan unit rehabilitasi Anoa
di kawasan prioritas konservasi Anoa di Sulawesi (Sulawesi bagian Utara dan
Gorontalo, Sulawesi bagian Tengah dan Timur, Sulawesi bagian Barat, Sulawesi
bagian Tenggara, dan Pulau Buton).
3. Program kerjasama dengan lembaga-lembaga konservasi dilakukan melalui
kegiatan sharing informasi Anoa dengan lembaga konservasi, sharing materi
genetik Anoa dengan lembaga konservasi, sharing keturunan Anoa (F2) hasil
penangkaran dengan lembaga konservas.
4. Program Domestikasi Anoa yang dilakukan merupakan program pra
domestikasi anoa, program tersebut meliputi kegiatan manajemen kandang,
manajemen pakan, kesehatan dan reproduksi, penyusunan Standar Operasional
Prosedur (SOP) pemeliharaan Anoa sebagai hewan ternak dan kajian sosial
ekonomi masyarakat di 14 kawasan prioritas.
5. Program Penyuluhan tentang Konservasi Anoa dilakukan melalui kegiatan
penyuluhan konservasi Anoa di sekitar kawasan konservasi, pendidikan
konservasi.
1. Program Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado
Keanekaragaman hayati pada prinsipnya memiliki tiga tingkatan yaitu ekosistem, jenis
dan genetik. Tingkatan ekosistem adalah tempat dimana spesies-spesies hidup dan
komunitas berada serta mengalami interaksi antar spesies. Tingkatan spesies
merupakan kumpulan individu-individu yang secara morfologi, fisiologi atau biokimia
berbeda dengan kelompok-kelompok lain dengan ciri-ciri tertentu. Tingkatan genetik
merupakan tingkatan yang dapat membedakan individu-individu dalam suatu populasi.
8
Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dilakukan melalui konservasi In-Situ dan
konservasi Ex-Situ. Konservasi In Situ merupakan konservasi kehati yang dilakukan
dalam lingkungan/habitat alaminya. Sedangkan konservasi Ex-Situ adalah konservasi
kehati yang dilakukan di luar habitat alaminya.
Menurut Yudhohartono (2008) dalam upaya konservasi kehati secara Ex-Situ pada
suatu jenis tertentu baik satwa maupun tumbuhan ada beberapa pertimbangan yang
sangat penting yaitu : sebagai back up konservasi In-Situ; menjamin luasnya
keragaman (fenotipe dan genotipe) dari jenis yang dikonservasi serta mengelola
regenerasi dari suatu jenis di luar sebaran alaminya dengan lebih terkontrol.
Program Anoa Breeding Centre Balai Penelitian Kehutanan Manado merupakan salah
satu kegiatan untuk mendukung konservasi Ex-Situ Anoa di Indonesia. Tahun 2012,
Balai Penelitian Kehutanan Manado menerima tiga ekor Anoa betina dewasa yang
merupakan hasil sitaan dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara dari
masayarakat. Tahun 2013 jumlah Anoa di BPK Manado bertambah dengan datangnya
satu ekor Anoa jantan yang merupakan hasil penyerahan secara sukarela dari
masyarakat Bolaang Mongondow Utara yang diberikan kepada Balai Penelitian
Kehutanan Manado untuk dipelihara dan sebagai bahan penelitian dalam berbagai
aspek terutama yang mendukung perkembangbiakan. Bulan Februari 2015,
penangkaran Anoa BPK Manado diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dengan nama “Anoa Breeding Centre”.
Kunjungan Menteri Kehutanan Zulkifli H (2012) Peresmian “Anoa Breeding Centre” (2015)
Di tahun yang sama kembali Anoa Breeding Centre menerima satu Anoa jantan yang
berasal dari hutan Bolaang Mongondow Utara dan satu Anoa betina asal Gorontalo.
Sehingga jumlah Anoa yang dipelihara di Anoa Breeding Centre BPK Manado saat ini
berjumlah enam ekor dengan perbandingan jantan:betina adalah 2:4.
9
Anoa yang terdapat pada Anoa Breeding Centre BPK Manado dapat dilihat pada
gambar berikut :
“Manis” (Betina Dewasa) – Bubalus spp. Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 3 tahun (2012)
“Ana” (Betina Dewasa) – Bubalus spp. Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2012)
“Rambo” (Jantan Dewasa) – B. Depresicornis Asal : Toli-toli (Buol) Perkiraan umur saat datang : 2 tahun (2013)
“Denok” (Betina Dewasa) - B. depresicornis Asal : Palu (Sulawesi Tengah) Perkiraan umur saat datang : 2 tahun (2012)
Rocky (Jantan) Asal : Bolaang Mongondow Utara (Sulut) Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2015)
Rita (Betina) Asal : Gorontalo Perkiraan umur saat datang : 1,5 tahun (2015)
10
Dalam upaya konservasi Ex-Situ, kesejahteraan satwa harus menjadi prioritas utama.
Penyediaan sarana kandang mulai dibangun sejak tahun 2012 sebagai titik awal
dimulainya kegiatan konservasi Ex-Situ Anoa di BPK Manado. Fasilitas kandang yang
tersedia saat ini adalah kandang individu Anoa berjumlah enam kandang yang masing-
masing dilengkapi dengan tempat pakan, minum, kubangan dan shelter. Tahun 2015
Breeding Center Anoa menerima bantuan dari PT. Cargill berupa kandang Anoa yang
saat ini masih dalam proses pembangunan.
Keterangan : A dan B : tempat minum dan pakan C : tempat berkubang D : kandang
Selain penyediaan sarana dan prasarana, konservasi Ex-Situ Anoa didukung oleh kegiatan-kegiatan penelitian. Berbagai aspek kajian tentang Anoa yang telah dan akan dilakukan di BPK Manado terkait dengan penangkaran Anoa hingga saat ini terdiri atas preferensi pakan yang tersedia dan kebutuhan pakan harian (2012 dan 2013); Perilaku Anoa di kadang penangkaran (2013); Siklus reproduksi Anoa betina untuk kajian pendahuluan teknik IB (2013); Ektoparasit dan Endoparasit pada Anoa di kandang penangkaran (2014); Perilaku seksual dan Program Perkawinan pada Anoa (2014 – 2015 termasuk analisis keragaman genetik yang akan menjadi dasar dalam proses perkembangbiakan.
2. Program Rehabilitasi dan Pelepasliaran Anoa ke Habitat Alami
Perburuan liar, perdagangan, deforestasi, kegiatan pertambangan dan beberapa faktor
lain telah banyak menekan populasi Anoa di habitat alaminya. Penegakan hukum
adalah salah satu bentuk usaha dalam konservasi Anoa yaitu melalui penyitaan yang
dipelihara secara illegal. Anoa yang telah disita terkadang menimbulkan masalah baru
seperti perawatannya dan tindakan selanjutnya yang harus diambil untuk
A B
C D
11
menyelamatkan satwa tersebut. Oleh karena itu program rehabilitasi dan pelepasliaran
kembali Anoa hasil sitaan untuk mendukung penegakan hukum dan usaha konservasi
Anoa. Sebelum individu dilepasliarkan diperlukan adanya upaya rehabilitasi agar Anoa
yang akan dilepaskan dalam kondisi sehat serta memiliki kemampuan untuk hidup
mandiri di alam.
Program pelepasliaran (return to the wild) merupakan suatu usaha untuk
mengintroduksi satwa-satwa hasil tangkapan atau penyerahan masyarakat maupun
hasil penangkaran yang telah memenuhi persyaratan. Merujuk pada opsi yang
diusulkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) program
pelepasliaran merupakan program yang lebih dapat diterima oleh kalangan umum
dibandingkan dengan dua opsi lainnya yaitu pengandangan (captive) dan peniduran
(euthanasia). Program pelepasliaran merupakan program yang sangat kompleks
sehingga keberhasilannya memerlukan strategi dan metode yang tepat. Terdapat
berbagai prosedur dan kriteria yang harus terpenuhi dalam pelepasliaran yang
berhubungan dengan individu yang dilepasliarkan dan lokasi pelepasliaran.
Menurut IUCN terdapat tiga tipe pelepasliaran yaitu reintroduksi, translokasi dan
suplementasi. Reintroduksi adalah pelepasliaran suatu speies dalam suatu kawasan
yang pernah ditempati oleh spesies tersebut namun tidak terdapat populasinya saat ini.
Translokasi adalah memindahkan atau membantu perpindahan suatu individu liar ke
dalam suatu populasi yang telah ada, seangkan suplementasi adalah menambahkan
individu ke dalam suatu populasi yang telah ada. Kesuksesan program reintroduksi
tergantung dari sasarannya, jika program tersebut bagian dari program konservasi bagi
satwa langka maka di dalamnya termasuk program perlindungan/restorasi habitat dan
pendidikan masyarakat. Beberapa satwa liar seperti Beruang Madu, atau Orang Utan
(Kera Besar) prosedur pelepasliaran sudah mulai disusun sebagai panduan maupun
pedoman sehingga penting untuk menyusun panduan bagi pelepasliaran untuk satwa
Anoa.
Re-introduksi sebaiknya dilakukan apabila masalah pokok penyebab penurunan
populasi satwa yang bersangkutan di lokasi pelepasliaran telah ditanggulangi dan tidak
akan terulang kembali. Terdapat dua strategi dalam pelepasliaran satwa liar yaitu Soft
Release dan Hard Release. Soft Release dilakukan dimana satwa yang akan
dilepaskan, ditempatkan di kandang yang berdekatan dengan lokasi pelepasan
sebelum pelepasan dilakukan, hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan Anoa
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sedangkan Hard Release dilakukan
dengan melepaskan satwa tanpa disertai dengan dukungan pasca pelepasan. Dalam
upaya rehabilitasi satwa hasil sitaan maupun hasil penangkaran akan dibangun unit
rehabilitasi yang direncanakan berlokasi dekat dengan habitat alami Anoa pada 14
kawasan prioritas.
Re-introduksi Anoa nantinya akan memerlukan pendekatan dari multidisipliner yang
melibatkan spesialisasi dari berbagai latar belakang dan bidang keahlian. Tim tersebut
akan melibatkan ahli mamalia (perilaku dan ekologi), pakar perawatan satwa, dokter
hewan berpengalaman, perwakilan pemerintah terkait, lembaga swadaya masyarakat,
masyarakat lokal dan lembaga donor.
12
3. Program Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga Konservasi
Lembaga konservasi didefinisikan sebagai lembaga yang bergerak di bidang
konservasi tumbuhan dan atau satwa liar di luar habitatnya (Ex-Situ) baik berupa
lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Bentuk-bentuk lembaga
konservasi berupa Pusat Penyelamatan Satwa (PPS), Pusat Latihan Satwa, Pusat
Rehabilitasi Satwa, kebun binatang, Taman Safari, Taman satwa, Museum Zoologi,
kebun botani, taman tumbuhan khusus, dan herbarium.
Berdasarkan data per 20 Februari 2011 diperkirakan sebanyak 20 individu Anoa
dipelihara di lembaga konservasi (kebun binatang dan taman safari) di Indonesia.
Sedangkan sebanyak 153 dipelihara di lembaga konservasi di luar negeri yang
terhitung sejak tanggal 16 Februari 2010. Perbaharuan data sangat diperlukan untuk
mendapatkan data yang terupdate melalui sharing antar lembaga konservasi baik di
Indonesia maupun di luar negeri.
Program kerjasama antara lembaga penelitian dan lembaga konservasi akan dilakukan
dengan cara melakukan sharing atau pertukaran hasil keturunan Anoa terutama bagi
lembaga-lembaga konservasi yang terindikasi adanya inbreeding untuk populasi Anoa
yang dipelihara dan juga dengan pertukaran bagi lembaga konservasi yang tidak
memiliki atau kekurangan indukan jantan maupun betina dalam populasinya. Sharing
tidak hanya dilakukan melalui pertukaran individu Anoa saja namun juga dapat
dilakukan melalui pertukaran materi genetik seperti semen, embryo dan oocyte Anoa
bagi lembaga konservasi yang membutuhkan. Untuk mendukung kegiatan tersebut
perlu dibangun Genome Resource Banking (Bank Gen) yang bermanfaat untuk
menyimpan material genetik tersebut dalam temperatur rendah. Pengaturan sharing
keturunan Anoa maupun materi genetik kepada lembaga konservasi dilakukan
berdasarkan peraturan yang berlaku.
4. Program Domestikasi Anoa
Domestikasi pada dasarnya adalah proses penjinakan yang dilakukan terhadap hewan
liar. Domestikasi sebagai proses perkembangan organisme yang dikontrol oleh
manusia mencakup perubahan genetik yang berlangsung secara sinambung semenjak
dibudidayakan. Dengan demikian domestikasi berkaitan dengan seleksi dan
manajemen oleh manusia dan tidak hanya sekedar pemeliharaan saja.
Domestikasi melibatkan populasi, seleksi, perbaikan keturunan serta perubahan
perilaku/sifat dari organisme yang menjadi obyeknya. Domestikasi baik hewan maupun
tumbuhan memerlukan proses yang panjang dan waktu yang lama. Di dalamnya
terlibat berbagai kegiatan penelitian seperti inventarisasi, kajian potensi, seleksi
penangkaran, pemuliaan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan, manajemen
kandang, manajemen pakan, kesehatan serta reproduksi sehingga pada akhirnya akan
dihasilkan sebuah pedoman pemeliharaan Anoa sebahai hewan domestikasi.
Keberhasilan program domestikasi sangat menguntungkan karena sumber daya
genetik Anoa akan lebih terjamin kelestariannya. Keanekaragaman satwa di Sulawesi
dapat tetap dipertahankan, menambah keanekaragaman hewan domestik sebagai
13
sumber protein hewani, membuka peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan
peternakan Anoa dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Sejarah membuktikan
bahwa hewan hasil domestikasi seperti kambing, domba, sapi dan kerbau jauh lebih
besar manfaatnya dan lebih lestari di alam dibandingkan ketika hewan-hewan tersebut
masih liar. Domestikasi juga merupakan salah satu cara untuk menanggulangi
perburuan, melalui domestikasi satwa liar daging maupun bagian lain yang dianggap
berharga oleh masyarakat dapat tersedia di pasar.
Domestikasi Anoa dilakukan dengan memperbaiki produktivitas dan populasinya
melalui perbaikan reproduksi, breeding dan feeding, bila program domestikasi Anoa di
dalam kandang berhasil membuahkan keturunan. Maka keturunan dapat dikelola dan
dimanfaatkan baik sebagai objek wisata, daging, tanduk dan kulit. Perkembangan
penelitian terkait dengan aspek reproduksi Anoa hingga tahun 2008 belum dapat
digunakan untuk keperluan domestikasi. Perkembangan penelitian reproduksi Anoa
terakhir baru pada taraf in vitro (perkawinan di luar rahim) namun belum dapat
diterapkan di penangkaran. Penelitian aspek breeding Anoa terutama seleksi bibit
Anoa jantan dan betina produktif yang berpotensi menghasilkan keturunan belum
dilakukan. Hasil seleksi bibit Anoa dapat diperoleh bila dilakukan program domestikasi
Anoa di penangkaran.
Sedangkan penelitian menyakut aspek feeding sudah jauh lebih maju. Perolehan data
dasar kebutuhan nutrient Anoa yang didomestikasi di penangkaran sudah diperoleh
sampai pada taraf kebutuhan nutrien untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Anoa
dewasa di dalam kandang membutuhkan nutrient untuk hidup pokok berupa energi
(TDN) 367 g/hari/ekor, protein 105 g/hari/ekor, kalsium 7,5 g/hari, dan phospor 7,1
g/hari/ekor. Sedangkan untuk pertumbuhannya, Anoa dewasa di dalam kandang
membutuhkan nutrient berupa energi (TDN) 67 g/ekor/hari, protein 20 g/ekor/hari,
kalsium 1,47 g/ekor/hari dan phospor 1.34 g/ekor.
5. Program Penyuluhan tentang Konservasi Anoa
Penyuluhan dan pendidikan konservasi merupakan salah satu bentuk usaha dalam
menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Bertujuan untuk
memperkenalkan alam kepada masyarakat serta meningkatkan kesadaran akan nilai
pentingnya sumberdaya alam yang beraneka dalam sebuah ekosistem kehidupan.
Pendidikan konservasi masuk dalam pendidikan lingkungan yang mengandung
pengertian sebuah proses yang ditujukan untuk membangun populasi dunia yang
sadar dan memperhatikan lingkungan secara keseluruhan termasuk masalah-
masalahnya dan memiliki pengetahuan, sikap motivasi, komitmen dan keterampilan
untuk bekerja secara individu dan kelompok dalam mencari solusi masalah saat ini dan
mencegah masalah yang akan datang.
Penyuluhan ditujukan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi
yang menjadi habitat Anoa dan pendidikan konservasi ditujukan bagi anak-anak
sekolah. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran
dan kepedulian masyarakat tentang arti pentinya menjaga hutan dan isinya termasuk
satwa liar yang tinggal di dalamnya. Tidak hanya untuk kepentingan saat ini saja
14
namun juga untuk masa depan. Demikian juga dengan kegiatan pendidikan konservasi
yaitu menanamkan sejak dini tentang pentingnya melestarikan satwa liar dalam hal ini
Anoa dan hutan yang menjadi habitatnya. Program penyuluhan dan pendidikan
konservasi ini akan melibatkan beberapa instansi terkait baik instansi pusat, daerah
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pendidikan konservasi juga dapat
dilakukan dengan menjadikan Anoa sebagai bagian dari kurikulum lokal tentang
pengenalan satwa liar yang dilindungi di mata pelajaran biologi dan muatan lokal.
Materi yang akan disusun berupa poster, leaflet, buku-buku pendidikan konservasi dan
sebagainya.
16
NO PROGRAM SASARAN KEGIATAN TARGET INDIKATOR KINERJA TATA
WAKTU
PENANGGUNG JAWAB /
PELAKSANA
1.
BREEDING
CENTER
Peningkatan
Jumlah Individu
Anoa Hasil
Breeding Di
Breeding Center
Anoa
Identifikasi Keragaman dan Kekerabatan Genetik Anoa di Breeding Centre
Tersedianya Informasi Ilmiah Keragaman dan Kekerabatan Genetik Anoa di Breeding Centre
Teridentifikasinya Keragaman dan Kekerabatan Genetik 6 Individu Anoa di Breeding Centre
2016 – 2018
Litbangi LHK
Perguruan tinggi
BKSDA
Taman Nasional
LSM
Lembaga Konservasi
Monitoring dan Pengaturan Perkawinan Alami Anoa
Tersedianya Informasi Ilmiah dan Paket Teknologi Perkembangbiakan Anoa Secara Alami
Tersedianya 4 Laporan Ilmiah dan 3 Publikasi Ilmiah
2016 – 2019
Tercatatnya Perkembangbiakan Anoa melalui Studbook/buku silsilah
Tersedianya 1 Studbook/Buku Silsilah Anoa Breeding Centre
2016 - 2019
Perkembangbiakan Anoa melalui Inseminasi Buatan (IB)
Tersedianya Informasi Ilmiah dan Paket Teknologi Perkembangbiakan Anoa melalui Inseminasi Buatan
Tersedianya 4 Laporan Ilmiah dan 2 Publikasi Ilmiah
2019 - 2022
Penyediaan Sarana, Prasarana dan Sumber Daya Manusia Pendukung Kegiatan Breeding Centre
Tersedianya Sarana, Prasarana, Sumberdaya Manusia Pendukung Kegiatan Breeding Centre
Tersedianya 8 kandang individu, 2 kandang karantina, 1 kandang utama, jalan inspeksi, 1 klinik hewan, 1 pos pengamatan, 1 ruang cctv, 2 menara pengamatan, 1 dapur dan gudang pakan, 1 tenaga dokter hewan/peternakan.
2016 – 2019
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Breeding Centre
Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Breeding Centre
Terselenggaranya 4 kegiatan pelatihan tentang pemeliharaan dan konservasi ex-situ
2016 - 2035
Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian terkait dengan konservasi Anoa secara EX-Situ (Breeding Centre)
Penyebarluasan hasil-hasil penelitian terkait dengan Breeding Centre kepada umum
Terselenggaranya 10 kegiatan seminar dalam rangka penyebarluasan hasil penelitian
2016 - 2035
Progam Breeding Anoa Tersedianya keturunan F1, F2 dan F3 Anoa hasil penangkaran
Tersedianya penambahan indukan untuk menghasilkan F1 sebanyak 1 Anoa jantan dan 1 Anoa betina
2016 - 2019
17
Tersedianya keturunan F1 Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor
2016 - 2020
Tersedianya keturunan F2 Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor
2021 - 2025
Tersedianya keturunan F3
Anoa hasil penangkaran sebanyak 4 ekor
2025 - 2030
2. REHABILITASI &
PELEPAS LIARAN
(RELEASE)
Terselenggaranya
Rehabilitasi &
Pelepas Liaran
Anoa (Release)
Ke Habitat
Alaminya
Penyelamatan Terhadap
Anoa yang Dipelihara
Secara Ileggal
Penyelamatan Anoa yang dipelihara secara ileggal.
Penyelamatan Anoa di 14 Kawasan Prioritas Konservasi Anoa di Sulawesi : Tahap 1 : 4 kawasan prioritas Tahap II : 5 kawasan prioritas Tahap III : 5 kawasan prioritas
2016 - 2036
Pemda provinsi/kabupaten/kota
BKSDA
POLRI
Masyarakat lokal
Kader konservasi
Kelompok pecinta alam (KPA)
Pembangunan Unit
Rehabilitasi Anoa dan
pusat karantina di
Kawasan Prioritas
Konservasi Anoa di
Sulawesi
Terbangunnya unit-unit
rehabilitasi Anoa dan
pusat karantina di
Kawasan Prioritas
Konservasi Anoa di
Sulawesi
Terbangunnya 1 unit
rehabilitasi dan karantina
Anoa di masing-masing
kawasan prioritas konservasi
Anoa di Sulawesi
2016 - 2026
BKSDA
Taman nasional
Lembaga konservasi
LSM
Penyusunan Prosedur/JUKNIS Pelepasliaran Anoa.
Tersedianya Petunjuk Teknis Prosedur Pelepasliaran Anoa
Tersedianya 1 petunjuk teknis prosedur pelepasliaran Anoa
2016 - 2018 Litbangi LHK
Perguruan Tinggi
BKSDA
Taman Nasional
Pemda provinsi/kabupaten/kota
18
Konservasi kawasan/lokasi yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa
Tersedianya informasi kawasan/lokasi yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa (termasuk kondisi habitat dan populasi anoa yang ada)
Tersedianya 14 informasi kawasan yang sesuai untuk pelepasliaran Anoa.
2016 - 2036 BKSDA
Taman Nasional
Lembaga Konservasi
LSM
3. KERJASAMA
DENGAN
LEMBAGA
KONSERVASI
Terselenggaranya Sharing Informasi Anoa dengan Lembaga Konservasi
Sharing Informasi Anoa dengan Lembaga Konservasi
Tersedianya data sharing Anoa dengan Lembaga Konservasi
Tersedianya data sharing Anoa dengan 3 lembaga konservasi
2016 – 2036
Litbangi LHK
Perguruan tinggi
BKSDA
Taman Nasional
Pemda
Terselenggaranya Sharing Materi Genetik Anoa dengan Lembaga Konservasi
Sharing Materi Genetik Anoa dengan Lembaga Konservasi
Tersedianya Materi Genetik Anoa Hasil Sharing dengan Lembaga Konservasi
Tersedianya data sharing Anoa dengan 3 lembaga konservasi
2026 – 2036
Provinsi/kabupaten/kota
Lembaga Konservasi
Terselenggaranya Sharing Keturunan F2 Hasil Penangkaran dengan Lembaga Konservasi
Sharing Keturunan F2 Hasil penangkaran Lembaga Konservasi
Tersedianya Keturunan F2 Hasil Penangkaran
Tersedianya sharing keturunan F2 Anoa hasil penangkaran di 3 lembaga konservasi
2026 – 2036
Provinsi/kabupaten/kota
Lembaga konservasi
Pendanaan nasional dan internasional (Sponsorship) untuk mendukung Pusat Kajian Anoa
Dukungan berupa alokasi dana yang cukup dan berkelanjutan untuk Pusat Kajian Anoa
Tersedianya dukungan dan alokasi dana dari berbagai instansi.
Tersedianya dukungan dan alokasi dana dari berbagai instansi. seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Badan Usaha/Swasta, LSM, Lembaga Donor serta Perorangan
2016-2036 Pemerintah pusat/kota/kabupaten/
Badan usaha/swasta
Lsm
Lembaga donor
Perorangan
4. DOMESTIKASI TERLAKSANANYA DOMESTIKASI ANOA
Manajemen Kandang
Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Kandang
Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan kandang Anoa
2016 - 2021 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Pemda
provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasI
Manajemen Pakan
Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Pakan
Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan pakan Anoa
2016 - 2021 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA
19
- Pemda provinsi/kabupaten/kota
- Lembaga konservasi nasional & internasional
Kesehatan Dan Reproduksi
Tersedianya Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Dan Reproduksi
Tersedianya 1 buku petunjuk teknis tentang pengelolaan kesehatan dan reproduksi Anoa
2016 - 2036 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Pemda
provinsi/kabupaten/kota - Lembaga Konservasi
Penyusunan sop pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak
Tersedianya sop pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak
Tersedianya 1 SOP terkait dengan pemeliharaan anoa sebagai hewan ternak
2016 – 2036
- Litbangi LHK - Perguruan tinggi - Bksda - Pemda
provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasi
Tersedianya bibit Anoa keturunan F3 sebagai hewan ternak
Tersedianya bibit Anoa (Keturunan F3) sebagai hewan ternak) sebanyak 4 ekor.
2025 - 2036
Kajian Sosial dan Ekonomi Masyarakat untuk mendukung Program Domestikasi Anoa
Tersedianya data dan informasi sosial dan ekonomi masyarakat dalam mendukung program domestikasi Anoa
Tersedianya data dan informasi sosial dan ekonomi masyarakat untuk mendukung Program Domestikasi Anoa di 14 Kawasan Prioritas
2024 - 2036
- Litbang LHK - Taman nasional - Bksda - Pemda - Lsm
5. PENYULUHAN
SAVE ANOA
Terlaksananya Kegiatan Penyuluhan Konservasi Anoa
Penyuluhan Konservasi
Anoa Di Sekitar Kawasan
Konservasi
Meningkatnya
kesadaran masyarakat
tentang konservasi
anoa
Menurunnya Angka
Perburuan Liar Anoa
Terselenggaranya penyuluhan konservasi Anoa di 14 Kawasan Prioritas
2016 - 2036
- Litbangi LHK - Perguruan tinggi - BKSDA - Taman nasional - Pemda
provinsi/kabupaten/kota - Lembaga Konservasi
Pendidikan Konservasi Tersedianya bahan penyuluhan & pendidikan konservasi anoa (buku, leaflet, poster, baner, stiker, foto, dll)
Masuknya Pendidikan Konservasi Anoa dalam Muatan Lokal di sekolah-sekolah sekitar 14 kawasan prioritas
2016 - 2036 - Litbangi LHK - Perguruan tinggi - Bksda - Taman nasional - Pemda
provinsi/kabupaten/kota - Lembaga konservasi
nasional & internasional
21
BAGIAN VI
Penutup
Demikian Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036 disiapkan sebagai pegangan dan arahan pelaksanaan kegiatan Pemerhati Anoa selama kurun waktu dua puluh tahun (2016-2036) dan sekaligus sebagai sarana untuk memonitor serta mengevaluasi kegiatan yang dilakukan Pemerhati Anoa selama kurun waktu tersebut. Roadmap Pusat Kajian Anoa 2016-2036 ini akan dijabarkan ke dalam rencana-rencana tahunan yang lebih rinci.
Dimohon saran, masukan dan kritikan dari anggota Pemerhati Anoa demi lebih baiknya Roadmap Pusat Kajian Anoa.