Download - Bab2 jalan tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 1/15
Laporan Akhir
BB A A BB IIII
DDEESSK K R R IIPPSSII J J A A LL A A NN T TOOLL
2.1. Jalan Tol di Indonesia
2.1.1. Kebutuhan Jalan Tol
Pembangunan jalan tol dimaksudkan untuk memberikan alternatif
pergerakan kenderaan dan barang intra dan antar kota secara lebih cepat
dan aman. Keberadaan jalan tol tidak terlepas dari hukum supply-demand, yaitu munculnya kebutuhan sehingga penyediaan fasilitas umum jalan telah
bernilai secara ekonomi. Jalan tol merupakan direct charging dari aktivitas
transportasi perkotaan, di samping berbagai model dan bentuk road charging
sebagai akibat tumbuhnya demand penggunaan fasilitas umum yang ada
secara kompetitif.
Dengan dilakukannya road charging
ini mengakibatkan tuntutan
kualitas pelayanan dalam halsupply, yang seimbang dengan
biaya konstruksi yang
dikeluarkan. Biaya konstruksi
untuk pembangunan jalan tol
adalah berbeda-beda, menurut
tempat/lokasi dan kondisi geomorfologinya. Untuk pembangunan jalan
tol di dalam kota, tentunya membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi,
mengingat tingginya nilai lahan di dalam kota serta kendala teknologi
konstruksi yang digunakan. Walaupun demikian, pembangunan jalan toltetap merupakan pilihan yang menarik dalam mengatasi berbagai
permasalahan transportasi khususnya di daerah perkotaan. Dari sisi bisnis
konstruksi, penyediaan layanan jalan tol telah menjadi sasaran bisnis yang
menarik terutama dalam satu dekade dewasa ini.
Pembangunan jalan tol di Indonesia telah dimulai sejak pertengahan tahun
1970-an, yaitu dengan dioperasikannya jalan tol pertama yaitu Jagorawi
pada tahun 1978. Pada saat ini pembangunan jalan tol telah berkembang di
beberapa tempat terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini dapat
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 1Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 2/15
Laporan Akhir
dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan keberadaan jalan tol yang
telah dioperasikan hingga saat ini :
TABEL 2.1
PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN TOL DI INDONESIA
No. Ruas Jalan TolPanjang
(km)
JasaMarga(km)
Joint Venture
(km)
CoorporationPartner
TahunBeroperasi
I. Jakarta dan sekitarnya
1. Prof. DR. Ir. Sedyatmo 14.30 14.30 - Jasa marga 1985
Dalam Kota Jakarta
a. Cawang-Tomang 16.00 16.00 - 1989
b. Tomang-Grogol-Pluit 8.96 8.96 -
Jasa marga
1996
c. Ir. Wiyoto Wiyono,MSc (Cawang - Tj.Priok)
15.50 - 15.50 1990
2.
d. T. Priok - Jemb. Tiga 15.44 - 15.44
Citra MargaNusaphalaPersada
1995
3. Cakung-Cikunir 8.80 - 8.80 Citra BhaktiMargatamaPersada
1990
Lingkar Luar Jakarta (JORR), Seksi S:
a. P. Pinang-L. Agung 8.80 - 8.80 1995
4.
b. L. Agung-Kp. Rambutan 6.03 - 6.03
Marga NurindoBhakti
1996
Sub-Total (km) 93.83 39.26 54.57
Sub Total (%) 100% 41.84% 58.16%
II. Jawa Barat
1. Jagorawi 46.00 46.00 - 1978
2. Jakarta-Cikampek 72.00 72.00 - 1988
3. Jakarta-Tanggerang Barat 27.00 27.00 -
Jasa marga
1984
Tangerang Barat - Merak
a. Tangerang Barat - Ciujung 34.12 - 34.12 1993
b. Ciujung-Serang Timur 13.50 - 13.50 1994
c. Serang Timur – Cilegon Timur
13.33 - 13.33 1995
d. Cilegon Timur – CilegonBarat
8.00 - 8.00 1996
4.
e. Cilegon Barat -Tg. Gerem 3.50 - 3.50
Marga MandalaSakti
1996
5. Jembatan Citarum 0.91 0.91 - Jasa marga 1979
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 2Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 3/15
Laporan Akhir
6. Padalarang-Cileunyi 46.58 46.58 - 1991
7. Plumbon - Kanci (Cirebon) 20.30 20.30 - Istaka Karya 1997
8. Serpong – Pondok Aren 6.90 - 6.90 PT Bintaro
Serpong Damai
1999
Sub Total (km) 292.14 212.79 79.35
Sub Total (%) 100% 72.84% 27.16%
III. Jawa Tengah
1. Semarang Arteri (seksi A & B) 14.75 14.75 - Jasa marga 1983
2. Semarang Arteri (seksi C) 9.80 9.80 - Adhi Karya 1998
Sub Total (km) 24.55 24.55 0.00
Sub Total (%) 100% 100% 0%
IV. Jawa Timur
1. Jembatan Mojokerto 1.25 1.25 - 1982
2. Surabaya-Gempol 42.00 42.00 -
Jasa marga
1986
Surabaya-Gresik
a. Dupak-Tandes 3.50 - 3.50 1993
b. Tandes-Kebomas 11.55 - 11.55 1994
3.
c. Kebomas-Manyar 5.00 - 5.00
Marga Bumi
Matraraya
1995
Sub Total (km) 63.30 43.25 20.05
Sub Total (%) 100% 68.33% 31.67%
V. Sulawesi Selatan
1. Jembatan Talo Lama 1.00 0.00 1.00 1981
2. Ujung Pandang (seksi 1 & 2) 5.95 0.00 5.95
Bosowa MargaNusantara
1998
Sub Total (km) 6.95 0.00 6.95
Sub Total (%) 100% 0% 100%
VI. Sumatera Utara
1. Belawan-Medan-Tj. Morawa(Belmera)
34.40 34.40 . Jasa marga 1986
Sub Total (km) 34.40 34.40 0.00
Sub Total (%) 100% 100% 0%
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 3Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 4/15
Laporan Akhir
TOTAL (km) 515.17 354.25 160.92
TOTAL (%) 100% 68.76% 31.24%
Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003
Hingga saat ini masih berlangsung
pembangunan proyek jalan tol di
berbagai tempat, sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3.
Walaupun PT. Jasa Marga mendapat-
kan hak monopoli dalam pembangu-
nan jalan tol, telah dilakukan berbagai
bentuk kerjasama terutama dengan
mitra swasta, sehingga beban pembangunan jalan tol tersebut dapat
terbagi. Hingga saat ini terdapat 20 ruas jalan tol dengan panjang 576,08
km yang telah dibangun dan dioperasikan, serta lebih 750 km lagi yang
sedang dalam penjajagan hingga pelaksanaan konstruksi. Hal ini belum
bermasuk 11 usulan ruas baru yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah,
dan saat ini berada dalam tahap studi kelayakan.
TABEL 2.2
STATUS PROYEK JALAN TOL
NO. STATUS JUMLAH RUASPANJANG
(KM)
1
Operasi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total
13720
418.71157.37576.08
2
Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total
336
27.5061.7389.23
3Persiapan Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total
268
77.40191.94269.34
4
Belum Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total
-
1212
-510510
5 Usulan Daerah 11
TOTAL 57 1,444.65
Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 4Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 5/15
Laporan Akhir
TABEL 2.3
RUAS JALAN TOL BARU YANG DIUSULKAN
PEMERINTAH DAERAH
No. Nama Ruas Panjang(Km) PemerintahPropinsi/Kabupaten
1 Cikarang-Tg. Priok Kab. Bekasi
2Soreang-Pasirkoja(Bandung)
Kab. Bandung
3Cileunyi-Sumedang-Dawuan
Kab. Sumedang
4 Gempol-Pasuruan Kab. Pasuruan
5 Medan-Kualanamu Prop. Sumatera Utara
6 Medan-Tebingtinggi Prop. Sumatera Utara
7 Medan-Binjai Prop. Sumatera Utara
8 Palembang-IndralayaKab. Ogan Komering Ulu
9Palembang-Tanjung
ApiapiKab. Ogan Komering Ulu
10 Padang-Pakanbaru Prop. Sumatera Barat
11 Pakanbaru-Dumai Prop. Riau
Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003
2.1.2. Jalan Tol Layang
Untuk pembangunan jalan tol di daerah perkotaan yang cukup padat,
seperti Jakarta, pembangunan jalan tol terbentur dengan ketersediaan
lahan yang cukup. Untuk itu telah dilakukan pengembangan teknologi
konstruksi yaitu dalam bentuk pembangunan jalan layang, sebagai upaya
mengeliminasi biaya pembebasan lahan yang cukup tinggi.
Jalan layang merupakan alternatif untuk mengatasi
masalah transportasi di wilayah perkotaan.
Kebijakan untuk mengekspansi jaringan jalan yang
telah ada sulit untuk dilakukan karena kondisi
topografis dan masalah pembebasan lahan. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah transportasi
dan untuk mengantisipasi meningkatnya volume
lalu lintas, maka kapasitas jalan ditingkatkan
dengan membangun bidang layanan baru secara vertikal. Fungsi jalan
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 5Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 6/15
Laporan Akhir
layang ditetapkan sebagai jalan arteri sekunder. Lebar potongan melintang
ditentukan berdasarkan ROW ( Right Of Way ) yang direncanakan dan ruang
yang tersedia. Volume lalu lintas rencana sangat penting dalam
menentukan jumlah lajur dan desain potongan melintang jalan.
Konsekuensi penggunaan teknologi jalan layang ini selain dibutuhkan
biaya yang cukup besar juga sulitnya pengendalian pemanfaatan ruang di
damija jalan tol layang jalan pasca konstruksi.
Penyediaan pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang sekitar jalan
tol sudah pada saatnya dilakukan, dan diharapkan dapat juga menjangkau
pengaturan pada damija jalan tol layang. Hal ini semata-mata dilakukan
untuk menjaga dan memelihara fungsi tol layang tersebut sehingga dapat
memberikan kualitas layanan transportasi yang cukup bagi penggunanya.
2.2. Pengaturan Jalan Tol dalam Kerangka Penataan Ruang
Pembangunan jalan tol di Indonesia telah menghadirkan ruang-ruang kosong
di sekitarnya, khususnya yang berjarak 500 m dari jalan tol. Hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan di beberapa titik lokasi ruas jalan.
Penyerobotan lahan Daerah Milik Jalan (DAMIJA) tol oleh masyarakat telah
berkembang hingga pada kondisi yang memprihatinkan.
Bentuk-bentuk penyerobotan lahan dimaksud diantaranya :
1. Muncul dan berkembangnya bangunan-bangunan liar baik permanen
maupun non permanen yang digunakan untuk tempat tinggal maupun
tempat usaha;
2. Terjadinya penumpukkan sampah yang tidak terkendali;
3. Penurunan kualitas tanah pada lokasi-lokasi yang selalu tergenang air;
4. Timbulnya kekumuhan lingkungan sekitar jalan tol dan gangguan teknis
terhadap keselamatan jalan tol.
Keadaan ini telah mempengaruhi kualitas jalan tol dan kondisi wilayahsetempat yang menimbulkan dampak antara lain :
1. Nilai visual yang sangat rendah (contoh : Jalan Tol Bandara Soekarno –
Hatta);
2. Kondisi fisik jalan tol menjadi kurang aman;
3. Terhambatnya pemeliharaan konstruksi;
4. Merebaknya perilaku kejahatan/kriminal;
5. Terancamnya keamanan pengguna jalan tol;
6. Munculnya keresahan masyarakat;
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 6Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 7/15
Laporan Akhir
7. Terjadinya kecemburuan sosial akibat adanya sebagian masyarakat yang
tidak mendapat kesempatan untuk memanfaatkan jalan tol.
Keterbatasan dana pembangunan dan pemeliharaan Lahan Damija serta
lemahnya penegakan hukum menuntut adanya peninjauan kembali terhadap
pelaksanaan pemanfaatan lahan sekitar jalan tol. Tidak dapat dipungkiri
bahwa lahan-lahan tersebut pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang
sangat tinggi dan pada saat ini telah dimanfaatkan secara tidak wajar.
Tuntutan akan kebutuhan hidup serta keterbatasan dalam berbagai hal yang
dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat telah menyebabkan terjadinya
pemanfaatan lahan di sekitar jalan tol yang pada dasarnya hal tersebut adalah
pelanggaran. Penggusuran dan cara-cara yang mengarah pada kekerasan
bukan lagi merupakan cara yang tepat untuk mengamankan lahan tersebut
dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Bagaimanapun,
dengan menggusur sama saja dengan memnindahkan masalah ke tempat lain
dan bahkan bisa tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali.
Permasalahan tersebut akan dapat terselesaikan apabila tingkat kesejahteraan
masyarakat yang berada di sekitar jalan tol dapat ditingkatkan. Saat ini hal
yang paling penting dilakukan adalah adanya pedoman pemanfaatan lahan
sekitar jalan tol, dengan disusunnya pedoman tersebut maka pemanfaatan
lahan sekitar jalan tol sudah dapat dilakukan yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat
pemanfaat lahan sekitar jalan tol sebagai bagian yang berkepentingan
langsung terhadap peningkatan kesejahteraan harus dapat memberdayakan
diri sendiri. Untuk melakukan hal tersebut tidak bisa dilakukan secara orang
perseorangan, tetapi harus melalui penumbuhan kelembagaan masyarakat dan
pengembangan jaringan kemitraan dengan pihak lain.
Pedoman pemanfaatan lahan sekitar jalan tol diarahkan kepada pendekatan
merancang konsep pengembangan peran stake holders dalam hal ini peranpemerintah, pengelola, dan swasta dipandang sebagai unsur pengatur
(regulator) yang perlu fleksibel dan masyarakat ( community based development ).
Masyarakat sekitar jalan tol dipandang sebagai unsur subyek yang perlu
dirumuskan pola keterlibatan serta peran sertanya beserta dukungan kebijakan
perangkat hukum sehingga sejak awal dapat disediakan acuan peran aktif
dalam merencanakan, melaksanakan, dan memelihara pemanfaatan lahan
sekitar jalan tol sesuai pentahapan kemampuan perannya.
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 7Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 8/15
Laporan Akhir
Pola pendekatan yang dilakukan dalam kaitan antara permasalahan
manajemen transportasi dengan berkembangnya tata guna lahan sekitar jalan
tol adalah :
1. Pendekatan sosial dalam penataan ruang. Penyusunan peran masyarakat
diarahkan pada tahapan penataan RTRWK dan lahan sekitar jalan tol,
bahkan termasuk tahapan Pra/Proses/Pasca pengosongan lahan;
2. Pendekatan Kelembagaan (institusi). Peranan setiap lembaga
pelaku/stakeholders (pemerintah, pengelola, lembaga adat/masyarakat)
diuraikan fungsi dan tanggung jawabnya dalam setiap aktivitas;
3. Pendekatan kebijakan hukum ( law policy ). Kebijakan yang telah ada dikaji
untuk disusun kebutuhan lainnya agar dapat memberi rambu dan
dukungan mengikat bagi tindak sosial hukum pemanfaatan lahan sekitar
jalan tol.
Jika dikaji lebih lanjut, dalam penyusunan pedoman pemanfaatan lahan
sekitar jalan tol terdapat dua kelompok peraturan yang berkaitan dengan
lahan khususnya sekitar jalan tol. Pertama, peraturan yang bersifat preventif
(pencegahan) dan kedua, peraturan yang bersifat represif/rehabilitatif. Di dua
kelompok inilah revitalisasi dan reformulasi kebijakan dengan optimalisasi
akses publik harus diutamakan agar pedoman yang dapat disusun dapat
mengakomodir semua kepentingan semua stakeholder.
Dalam menganalisis dari sudut pandang bidang transportasi, selain
menggunakan teknik analisis yang sudah baku digunakan seperti analisis
pergerakan dalam hal ini volume lalu lintas yang melalui ruas jalan tol, analisis
pembebanan lalu lintas dan kinerja jaringan jalan dalam hal ini menggunakan
konsep perencanaan transportasi dan teori antrian; juga akan menggunakan
beberapa kriteria teknis pemanfaatan dan penataan lahan sekitar jalan tol
berdasarkan karakteristik lahan yang meliputi :
1. Ruang TerbukaRuang sekitar jalan tol yang harus diamankan dan ditata sedemikian rupa
sehingga :
Tidak mengganggu fungsi jalan tol untuk melayani kelancaran lalu
lintas dan keselamatan pengguna jalan;
Tidak mengganggu fungsi dan kemanan struktur
Tidak mengganggu sistem drainase
Tidak mengganngu aksesibilitas untuk pelayanan operasional dan
pemeliharaan jalan tol
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 8Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 9/15
Laporan Akhir
2. Ruang Tertutup
Dibawah single column (T-Type ) dan double column ruang tersebut dapat
digunakan sementara secara terbatas dengan penggunaan sementara
dengan ketentuan :
1. Kegiatan tidak rawan kebakaran
2. Tidak digunakan untuk tempat tinggal
3. Tidak mengganggu daya dukung struktur atas maupun struktur
bawah (seperti membuat sumur, kolam, penampungan air, septic
tank, dll)
Dibawah multiple column ( pile slab ) dan extended pile slab pada prinsipnya
ruang dibawahnya tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan apapun
dengan pertimbangan :
1. Dapat menghalangi kegiatan pemeliharaan struktur
2. Dapat mengganggu keamanan konstruksi dari bahaya kebakaran
yang dapat menimbulkan resiko kerusakan komponen struktur.
Sedangkan kriteria lingkungan yang dapat menjadi acuan dalam
pemanfaatan lahan sekitar jalan tol adalah :
1. Aspek sosial dan kenyamanan di lingkungan tersebut, yaitu
pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar yang tidak
langsung merasakan manfaat dari keberadaan jalan tol yang melintas
pada wilayah kegiatan sehari-hari, namun masyarakat tersebut
menanggung akibat dari keberadaan jalan tol terutama terhadap adanya
perubahan rona awal. Untuk itu dalam penyusunan pedoman
pemanfaatan lahan sekitar jalan tol perlu diperhatikan juga karakteristik
sosial untuk meminimalkan dampak
2. Aspek rencana tata ruang wilayah (RTRW) yaitu pertimbangan adanya
rencana pengembangan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah
setempat.
2.2.1. Kerangka Penataan Ruang
Pengaturan pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang
diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam UU
No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Penataan ruang
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 9Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 10/15
Laporan Akhir
selain melingkupi aturan mengenai perencanaan, juga mengatur mengenai
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan ruang berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 1992
khususnya dalam pasal 1, merupakan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Seperti yang telah
dijelaskan pada bagian pendahuluan, maka pada pasal 3 kegiatan penataan
ruang memiliki tujuan :
1. terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan
yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;
2. terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan
kawasan budidaya;
3. tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :
mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan
sejahtera;
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia;
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta
menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan;
mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan
keamanan.
Kegiatan penataan ruang dilakukan dengan memperhatikan fungsi kawasan
yang ada, aspek administratif dan aspek kegiatan. Berdasarkan fungsi kawasan
yang ada maka kegiatan penataan ruang akan meliputi penataan ruang untuk
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penataan ruang berdasarkan aspek
administratif meliputi penataan ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, dan
wilayah kabupaten/kota. Sedangkan penataan ruang berdasarkan fungsikawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan, kawasan perkotaan,
dan kawasan tertentu.
Penataan ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, dan wilayah
kabupaten/kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Dari
uraian di atas maka terlihat kegiatan penataan ruang haruslah merupakan
suatu pendekatan yang holistik dimana kegiatan penataan ruang bukan
hanya menitikberatkan pada pembangunan (fisik) sebagai tujuan akhir,
tetapi lebih merupakan sarana untuk mewujudkan satu tujuan ( goals ) yang
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 10Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 11/15
Laporan Akhir
telah disepakati bersama dimana aspek-aspek yang ada sudah dilihat,
diperhatikan, diperhitungkan sebelumnya secara utuh dan menyeluruh ( as
a whole ).
Sejalan dengan itu untuk mewujudkan sebuah kegiatan penataan ruang
yang terpadu dimana salah satu impelementasinya berupa pengendalian
pemanfaatan ruang maka perlu dilakukan adanya suatu koordinasi yang
terpadu dan menyeluruh sejak dari perumusan program hingga sampai
pada tahap implementasi. Dengan adanya koordinasi yang terpadu maka
akan tumbuh sinergi melalui kegiatan sharing resources . Sinergi berarti
menghasilkan pembangunan yang lebih besar dampaknya daripada jika
dilakukan secara terpisah di masing-masing instansi.
Dalam pelaksanaan kegiatan penataan ruang terdapat hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu :
Lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial dan interaksi
antar lingkungan;
Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta pembinaan
kemampuan kelembagaan.
Pada pasal 12 Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 dijelaskan kegiatan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat.
Tata cara dan bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah
diatur secara khusus dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996
tentang Pedoman Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Peran
serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan
ruang. Hal ini disebabkan pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk
kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan
penataan ruang. Masyarakat berperan sebagai mitra pemerintah dalam
penataan ruang. Dalam menjalankan perannya, masyarakat
mendayagunakan kemampuannya secara aktif sebagai sarana untuk
melaksanakan peran serta masyarakat dalam mencapai tujuan penataanruang.
Penetapan undang-undang penataan ruang yang dapat digolongkan pada
pendekatan yang bersifat holistik merupakan suatu pendekatan wilayah
dimana didalamnya terdapat berbagai aspek yang saling mendukung dan
terkait yaitu aspek lingkungan alam dan buatan, sosial budaya, kegiatan
ekonomi, biota, sumber daya alam, sumber daya buatan, geologi, sumber
daya manusia, kependudukan dan sebagainya. Di dalam penataan ruang
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 11Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 12/15
Laporan Akhir
wilayah terdapat beberapa paradigma yang menjiwai pelaksanaan kegiatan
penataan ruang tersebut, yaitu :
Penataan ruang yang lebih desentralistik ( bottom-up );
Pemerintah dalam mempersiapkan rencana, melaksanakan rencana dan
pengendalikan pemanfaatan ruang akan selalu bermitra dengan
masyarakat;
Pemerintah daerah proaktif dan kebijakan penataan ruang secara
transparan diketahui oleh semua kelompok masyarakat;
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai dengan
mekanismenya, konsep RTRW dipersiapkan pemerintah daerah
dengan mengikutsertakan masyarakat ( public participation );
Pemerintah daerah aktif melakukan sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Setelah dimulainya masa otonomi daerah maka dengan sendirinya akan
mengubah prinsip penataan ruang baik yang terjadi di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini sejalan dengan digunakannya prinsip
penataan ruang wilayah yang memiliki konsep dan karateristik :
Lebih menitikberatkan kepada pendekatan bottom-up;
Melibatkan semua pelaku pembangunan ( stakeholder );
Bersifat transparan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian;
Sasaran yang akan dituju lebih bersifat jangka pendek;
Lebih bersifat responsif terhadap tuntutan dunia usaha dan
masyarakat;
Wawasan luas dengan perhatian pada kawasan secara lebih mendetail;
Rencana yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pedoman investasi;
Memperhatikan dan meningkatkan mutu lingkungan sambil
mendorong dan memfasilitasi pembangunan;
Visi pembangunan dan manajemen pembangunan.
Dalam pemanfaatan ruang diatur hubungan antar berbagai aspek sumber
daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, budaya,
ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi
lindung, budi daya, dan estetika lingkungan serta dimensi ruang dan waktu
dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata
ruang.
Kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas rencana
tata ruang yang telah disusun. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 12Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 13/15
Laporan Akhir
bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan
yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat baik secara perorangan maupun bersama-sama
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemanfaatan
ruang diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan
memperhatikan sumber dan mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan
program pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.
Pada kegiatan pemanfaatan ruang dikembangkan :
1. Pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata
guna sumber daya alam lainya sesuai dengan azas penataan ruang;
2. Perangkat yang bersifat insentif dan disinsentif dengan menghormati
hak penduduk sebagai warga negara.
Pengertian dari perangkat insentif adalah pengaturan yang bertujuan
memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan
rencana tata ruang. Jika dengan pengaturan akan diwujudkan insentif
dalam rangka pengembangan pemanfaatan ruang maka melalui pengaturan
ini dapat diberikan kemudahan tertentu seperti : tata cara pemberian
kompensasi, imbalan dan tata cara penyelenggaraan sewa ruang dan urun
saham; pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana untuk
melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.
Sedangkan pengertian dari perangkat disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya dalam bentuk pengenaan
pajak yang tinggi dan ketidak tersediaan sarana dan prasarana.
Agar kegiatan pemanfaatan ruang selalu sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan adanya kegiatan pengendalian
terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sedang berlangsung. Adapun
pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk
pelaporan, pemantauan, dan evaluasi; sedangkan penertiban terhadappemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengertian dari kegiatan pengawasan
adalah upaya untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi
ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Sedangkan pengertian
dari kegiatan penertiban adalah upaya untuk mengambil tindakan agar
pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Khusus di tingkat
kabupaten/kota penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang selain
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 13Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 14/15
Laporan Akhir
berupa kegiatan pengawasan dan penertiban juga meliputi kegiatan
mekanisme perizinan.
2.2.2 Keterkaitan Guna Lahan dengan Transportasi
Transportasi merupakan suatu alat artinya transportasi dibutuhkan karena
tujuan atau maksud yang dicapai melalui transportasti, misalnya bekerja,
berbelanja, berkunjung ke saudara dan sebagainya. Oleh karena transportasi
merupakan kebutuhan turunan ( Kusbiantoro, 1993). Jadi transportasi
diperlukan untuk mengantarkan pergerakan barang dan manusia.
Keberadaan transportasi sebagai elemen penting penggerak kegiatan kota atau
daerah, memang terkait dengan 4 aspek berikut: urat nadi kehidupan, citra
sebuah kota/daerah, penghubung antar guna lahan, dan pembentuk struktur
kota/daerah (Warpani, 1993). Sistem transportasi merupakan komponen
utama struktur sosial, ekonomi, dan fisik wilayah, dan juga merupakan
penentu aktivitas, struktur kota dan lahan terbangun. Secara umum dapat
dikatakan bahwa fungsi dasar transportasi kota ada!ah menghubungkan
permukiman, tempat bekeda, hiburan serta menghubungkan produsen
dengan konsumen (Black, 1981).
Masalah transportasi semakin kompleks dengan berkembangnya aktivitas
kota dan daerah. Persoalan transportasi dapat dikelompokkan menurut 7kategori (Black, 1981):
1. Lalu lintas: kernacetan, perilaku pengguna, dan manajemen pergerakan
2. Kecelakaan
3. Melimpahnya angkutan umum pada jam puncak
4. Langkanya angkutan umum diluar jam punca
5. Langkanya fasilitas pejalan kaki
6. Dampak lingkungan: polusi udar dan kebsingan
7. Kesulitan parkir
Perubahan guna lahan mengakibatkan meningkatnya bangkitan perjalanan,
yang lalu menimbulkan peningkatan kebutuhan prasarana dan sarana lalu
lintas (Paquette et al., 1982). Secara sederhana dapat digambarkan hubungan
antara: guna lahan, penduduk/manusia, dan transportasi; yaitu pergerakan
manusia. antara guna lahan satu ke guna lahan yang lain melalui sarana
transportasi. Dengan kata lain, untuk melakukan attivitas dari satu guna lahan
ke guna lahan yang lain, manusia memerlukan alat transportasi.
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 14Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol
8/4/2019 Bab2 jalan tol
http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 15/15
Laporan Akhir
Perubahan pada sistem aktivitas akan membangkitkan pergerakan baru, yang
rnembebani sistem suplai dan sistem pergerakan, yang bila tidak ditanggapi
dengan benar akan menimbulkan gangguan pergerakan (Paquette et al., 1982).
GAMBAR 2.1SIKLUS GUNA LAHAN DENGAN TRANSPORTASI
PERUBAHAN GUNA LAHAN
MENINGKATNYA
NILAI LAHAN
MENINGKATNYA
BANGKITANPERGERAKAN
MENINGKATNYA
AKSESIBILITAS
MENINGKATNYA
KEBUTUHAN
MENINGKATNYA FASILITAS
TRANSPORTASI
Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 15Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol