bab2 jalan tol

15
Laporan Akhir B B  A  A B B II  DE S SK K R R I P P S SI J  J  A  A L L  A  A N N T  TO L L  2.1. Jalan Tol di Indonesia 2.1.1. Kebutuhan Jalan Tol Pembangunan jalan tol dimaksudkan untuk memberikan alternatif pergerakan kenderaan dan barang intra dan antar kota secara lebih cepat dan aman. Keberadaan jalan tol tidak terlepas dari hukum supply-demand,  yaitu munculnya kebutuhan sehingga penyediaan fasilitas umum jalan telah bernilai secara ekonomi. Jalan tol merupakan direct charging dari aktivitas transportasi perkotaan, di samping berbagai model dan bentuk road charging  sebagai akibat tumbuhnya demand penggunaan fasilitas umum yang ada secara kompetitif. Dengan dilakukannya road charging  ini mengakibatkan tuntutan kualitas pelayanan dalam hal supply, yang seimbang dengan biaya konstruksi yang dikeluarkan. Biaya konstruksi untuk pembangunan jalan tol adalah berbeda-beda, menurut tempat/lokasi dan kondisi geomorfologinya. Untuk pembangunan jalan tol di dalam kota, tentunya membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi, mengingat tingginya nilai lahan di dalam kota serta kendala teknologi konstruksi yang digunakan. Walaupun demikian, pembangunan jalan tol tetap merupakan pilihan yang menarik dalam mengatasi berbagai permasalahan transportasi khususnya di daerah perkotaan. Dari sisi bisnis konstruksi, penyediaan layanan jalan tol telah menjadi sasaran bisnis yang menarik terutama dalam satu dekade dewasa ini. Pembangunan jalan tol di Indonesia telah dimulai sejak pertengahan tahun 1970-an, yaitu dengan dioperasikannya jalan tol pertama yaitu Jagorawi pada tahun 1978. Pada saat ini pembangunan jalan tol telah berkembang di beberapa tempat terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini dapat Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 1 Pengendalia n Pemanfaatan Ruang di S ekitar Jalan Tol

Upload: rina-idawani

Post on 07-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 1/15

Laporan Akhir 

BB A  A BB IIII 

DDEESSK K R R IIPPSSII J J A  A LL A  A NN T TOOLL 

2.1. Jalan Tol di Indonesia

2.1.1. Kebutuhan Jalan Tol

Pembangunan jalan tol dimaksudkan untuk memberikan alternatif 

pergerakan kenderaan dan barang intra dan antar kota secara lebih cepat

dan aman. Keberadaan jalan tol tidak terlepas dari hukum supply-demand, yaitu munculnya kebutuhan sehingga penyediaan fasilitas umum jalan telah

bernilai secara ekonomi. Jalan tol merupakan direct charging  dari aktivitas

transportasi perkotaan, di samping berbagai model dan bentuk road charging  

sebagai akibat tumbuhnya demand penggunaan fasilitas umum yang ada

secara kompetitif.

Dengan dilakukannya road charging  

ini mengakibatkan tuntutan

kualitas pelayanan dalam halsupply, yang seimbang dengan

biaya konstruksi yang 

dikeluarkan. Biaya konstruksi

untuk pembangunan jalan tol

adalah berbeda-beda, menurut

tempat/lokasi dan kondisi geomorfologinya. Untuk pembangunan jalan

tol di dalam kota, tentunya membutuhkan biaya yang jauh lebih tinggi,

mengingat tingginya nilai lahan di dalam kota serta kendala teknologi

konstruksi yang digunakan. Walaupun demikian, pembangunan jalan toltetap merupakan pilihan yang menarik dalam mengatasi berbagai

permasalahan transportasi khususnya di daerah perkotaan. Dari sisi bisnis

konstruksi, penyediaan layanan jalan tol telah menjadi sasaran bisnis yang 

menarik terutama dalam satu dekade dewasa ini.

Pembangunan jalan tol di Indonesia telah dimulai sejak pertengahan tahun

1970-an, yaitu dengan dioperasikannya jalan tol pertama yaitu Jagorawi

pada tahun 1978. Pada saat ini pembangunan jalan tol telah berkembang di

beberapa tempat terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini dapat

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 1Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 2/15

Laporan Akhir 

dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan keberadaan jalan tol yang 

telah dioperasikan hingga saat ini :

 TABEL 2.1 

PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN TOL DI INDONESIA 

No. Ruas Jalan TolPanjang

(km)

 JasaMarga(km)

 Joint Venture

(km)

CoorporationPartner

 TahunBeroperasi

I. Jakarta dan sekitarnya

1. Prof. DR. Ir. Sedyatmo 14.30 14.30 -  Jasa marga  1985

Dalam Kota Jakarta

a. Cawang-Tomang 16.00 16.00 - 1989

b. Tomang-Grogol-Pluit 8.96 8.96 -

 Jasa marga 

1996

c. Ir. Wiyoto Wiyono,MSc (Cawang - Tj.Priok)

15.50 - 15.50 1990

2.

d. T. Priok - Jemb. Tiga 15.44 - 15.44

Citra MargaNusaphalaPersada

1995

3. Cakung-Cikunir 8.80 - 8.80 Citra BhaktiMargatamaPersada

1990

Lingkar Luar Jakarta (JORR), Seksi S:

a. P. Pinang-L. Agung 8.80 - 8.80 1995

4.

b. L. Agung-Kp. Rambutan 6.03 - 6.03

Marga NurindoBhakti

1996

Sub-Total (km) 93.83 39.26 54.57

Sub Total (%) 100% 41.84% 58.16%

II. Jawa Barat

1. Jagorawi 46.00 46.00 - 1978

2. Jakarta-Cikampek 72.00 72.00 - 1988

3. Jakarta-Tanggerang Barat 27.00 27.00 -

 Jasa marga 

1984

 Tangerang Barat - Merak 

a. Tangerang Barat - Ciujung 34.12 - 34.12 1993

b. Ciujung-Serang Timur 13.50 - 13.50 1994

c. Serang Timur – Cilegon Timur

13.33 - 13.33 1995

d. Cilegon Timur – CilegonBarat

8.00 - 8.00 1996

4.

e. Cilegon Barat -Tg. Gerem 3.50 - 3.50

Marga MandalaSakti

1996

5. Jembatan Citarum 0.91 0.91 -  Jasa marga  1979

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 2Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 3/15

Laporan Akhir 

6. Padalarang-Cileunyi 46.58 46.58 - 1991

7. Plumbon - Kanci (Cirebon) 20.30 20.30 - Istaka Karya 1997

8. Serpong – Pondok Aren 6.90 - 6.90 PT Bintaro

Serpong Damai

1999

Sub Total (km) 292.14 212.79 79.35

Sub Total (%) 100% 72.84% 27.16%

III. Jawa Tengah

1. Semarang Arteri (seksi A & B) 14.75 14.75 -  Jasa marga  1983

2. Semarang Arteri (seksi C) 9.80 9.80 - Adhi Karya 1998

Sub Total (km) 24.55 24.55 0.00

Sub Total (%) 100% 100% 0%

IV. Jawa Timur

1. Jembatan Mojokerto 1.25 1.25 - 1982

2. Surabaya-Gempol 42.00 42.00 -

 Jasa marga 

1986

Surabaya-Gresik 

a. Dupak-Tandes 3.50 - 3.50 1993

b. Tandes-Kebomas 11.55 - 11.55 1994

3.

c. Kebomas-Manyar 5.00 - 5.00

Marga Bumi

Matraraya

1995

Sub Total (km) 63.30 43.25 20.05

Sub Total (%) 100% 68.33% 31.67%

  V. Sulawesi Selatan

1. Jembatan Talo Lama 1.00 0.00 1.00 1981

2. Ujung Pandang (seksi 1 & 2) 5.95 0.00 5.95

Bosowa MargaNusantara

1998

Sub Total (km) 6.95 0.00 6.95

Sub Total (%) 100% 0% 100%

  VI. Sumatera Utara

1. Belawan-Medan-Tj. Morawa(Belmera)

34.40 34.40 .  Jasa marga  1986

Sub Total (km) 34.40 34.40 0.00

Sub Total (%) 100% 100% 0%

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 3Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 4/15

Laporan Akhir 

  TOTAL (km) 515.17 354.25 160.92 

  TOTAL (%) 100% 68.76% 31.24% 

Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003

Hingga saat ini masih berlangsung 

pembangunan proyek jalan tol di

berbagai tempat, sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 3.2 dan 3.3.

  Walaupun PT. Jasa Marga mendapat-

kan hak monopoli dalam pembangu-

nan jalan tol, telah dilakukan berbagai

bentuk kerjasama terutama dengan

mitra swasta, sehingga beban pembangunan jalan tol tersebut dapat

terbagi. Hingga saat ini terdapat 20 ruas jalan tol dengan panjang 576,08

km yang telah dibangun dan dioperasikan, serta lebih 750 km lagi yang 

sedang dalam penjajagan hingga pelaksanaan konstruksi. Hal ini belum

bermasuk 11 usulan ruas baru yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah,

dan saat ini berada dalam tahap studi kelayakan.

 TABEL 2.2

STATUS PROYEK JALAN TOL

NO. STATUS JUMLAH RUASPANJANG

(KM)

1

Operasi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total

13720

418.71157.37576.08

2

Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total

 336

27.5061.7389.23

3Persiapan Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total

 

268

77.40191.94269.34

4

Belum Konstruksi :- PT Jasa Marga- Mitra Swasta- Sub Total

 -

1212

-510510

5 Usulan Daerah 11

  TOTAL 57 1,444.65

Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 4Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 5/15

Laporan Akhir 

 TABEL 2.3

RUAS JALAN TOL BARU YANG DIUSULKAN

PEMERINTAH DAERAH

No. Nama Ruas  Panjang(Km)  PemerintahPropinsi/Kabupaten 

1 Cikarang-Tg. Priok Kab. Bekasi

2Soreang-Pasirkoja(Bandung)

Kab. Bandung 

3Cileunyi-Sumedang-Dawuan

Kab. Sumedang 

4 Gempol-Pasuruan Kab. Pasuruan

5 Medan-Kualanamu Prop. Sumatera Utara

6 Medan-Tebingtinggi Prop. Sumatera Utara

7 Medan-Binjai Prop. Sumatera Utara

8 Palembang-IndralayaKab. Ogan Komering Ulu

9Palembang-Tanjung 

 ApiapiKab. Ogan Komering Ulu

10 Padang-Pakanbaru Prop. Sumatera Barat

11 Pakanbaru-Dumai Prop. Riau

Sumber : Ditjen Prasarana Wilayah Depkimpraswil, 2003

2.1.2. Jalan Tol Layang

Untuk pembangunan jalan tol di daerah perkotaan yang cukup padat,

seperti Jakarta, pembangunan jalan tol terbentur dengan ketersediaan

lahan yang cukup. Untuk itu telah dilakukan pengembangan teknologi

konstruksi yaitu dalam bentuk pembangunan jalan layang, sebagai upaya

mengeliminasi biaya pembebasan lahan yang cukup tinggi.

  Jalan layang merupakan alternatif untuk mengatasi

masalah transportasi di wilayah perkotaan.

Kebijakan untuk mengekspansi jaringan jalan yang 

telah ada sulit untuk dilakukan karena kondisi

topografis dan masalah pembebasan lahan. Oleh

karena itu, untuk mengatasi masalah transportasi

dan untuk mengantisipasi meningkatnya volume

lalu lintas, maka kapasitas jalan ditingkatkan

dengan membangun bidang layanan baru secara vertikal. Fungsi jalan

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 5Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 6/15

Laporan Akhir 

layang ditetapkan sebagai jalan arteri sekunder. Lebar potongan melintang 

ditentukan berdasarkan ROW ( Right Of Way  ) yang direncanakan dan ruang 

yang tersedia. Volume lalu lintas rencana sangat penting dalam

menentukan jumlah lajur dan desain potongan melintang jalan.

Konsekuensi penggunaan teknologi jalan layang ini selain dibutuhkan

biaya yang cukup besar juga sulitnya pengendalian pemanfaatan ruang di

damija jalan tol layang jalan pasca konstruksi.

Penyediaan pedoman dalam pengendalian pemanfaatan ruang sekitar jalan

tol sudah pada saatnya dilakukan, dan diharapkan dapat juga menjangkau

pengaturan pada damija jalan tol layang. Hal ini semata-mata dilakukan

untuk menjaga dan memelihara fungsi tol layang tersebut sehingga dapat

memberikan kualitas layanan transportasi yang cukup bagi penggunanya.

2.2. Pengaturan Jalan Tol dalam Kerangka Penataan Ruang

Pembangunan jalan tol di Indonesia telah menghadirkan ruang-ruang kosong 

di sekitarnya, khususnya yang berjarak 500 m dari jalan tol. Hal ini

menimbulkan berbagai permasalahan di beberapa titik lokasi ruas jalan.

Penyerobotan lahan Daerah Milik Jalan (DAMIJA) tol oleh masyarakat telah

berkembang hingga pada kondisi yang memprihatinkan.

Bentuk-bentuk penyerobotan lahan dimaksud diantaranya :

1.  Muncul dan berkembangnya bangunan-bangunan liar baik permanen

maupun non permanen yang digunakan untuk tempat tinggal maupun

tempat usaha;

2.   Terjadinya penumpukkan sampah yang tidak terkendali;

3.  Penurunan kualitas tanah pada lokasi-lokasi yang selalu tergenang air;

4.   Timbulnya kekumuhan lingkungan sekitar jalan tol dan gangguan teknis

terhadap keselamatan jalan tol.

Keadaan ini telah mempengaruhi kualitas jalan tol dan kondisi wilayahsetempat yang menimbulkan dampak antara lain :

1.  Nilai visual yang sangat rendah (contoh : Jalan Tol Bandara Soekarno – 

Hatta);

2.  Kondisi fisik jalan tol menjadi kurang aman;

3.   Terhambatnya pemeliharaan konstruksi;

4.  Merebaknya perilaku kejahatan/kriminal;

5.   Terancamnya keamanan pengguna jalan tol;

6.  Munculnya keresahan masyarakat;

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 6Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 7/15

Laporan Akhir 

7.    Terjadinya kecemburuan sosial akibat adanya sebagian masyarakat yang 

tidak mendapat kesempatan untuk memanfaatkan jalan tol.

Keterbatasan dana pembangunan dan pemeliharaan Lahan Damija serta

lemahnya penegakan hukum menuntut adanya peninjauan kembali terhadap

pelaksanaan pemanfaatan lahan sekitar jalan tol. Tidak dapat dipungkiri

bahwa lahan-lahan tersebut pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang 

sangat tinggi dan pada saat ini telah dimanfaatkan secara tidak wajar.

 Tuntutan akan kebutuhan hidup serta keterbatasan dalam berbagai hal yang 

dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat telah menyebabkan terjadinya

pemanfaatan lahan di sekitar jalan tol yang pada dasarnya hal tersebut adalah

pelanggaran. Penggusuran dan cara-cara yang mengarah pada kekerasan

bukan lagi merupakan cara yang tepat untuk mengamankan lahan tersebut

dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya. Bagaimanapun,

dengan menggusur sama saja dengan memnindahkan masalah ke tempat lain

dan bahkan bisa tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali.

Permasalahan tersebut akan dapat terselesaikan apabila tingkat kesejahteraan

masyarakat yang berada di sekitar jalan tol dapat ditingkatkan. Saat ini hal

yang paling penting dilakukan adalah adanya pedoman pemanfaatan lahan

sekitar jalan tol, dengan disusunnya pedoman tersebut maka pemanfaatan

lahan sekitar jalan tol sudah dapat dilakukan yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat

pemanfaat lahan sekitar jalan tol sebagai bagian yang berkepentingan

langsung terhadap peningkatan kesejahteraan harus dapat memberdayakan

diri sendiri. Untuk melakukan hal tersebut tidak bisa dilakukan secara orang 

perseorangan, tetapi harus melalui penumbuhan kelembagaan masyarakat dan

pengembangan jaringan kemitraan dengan pihak lain.

Pedoman pemanfaatan lahan sekitar jalan tol diarahkan kepada pendekatan

merancang konsep pengembangan peran stake holders dalam hal ini peranpemerintah, pengelola, dan swasta dipandang sebagai unsur pengatur

(regulator) yang perlu fleksibel dan masyarakat ( community based development  ).

Masyarakat sekitar jalan tol dipandang sebagai unsur subyek yang perlu

dirumuskan pola keterlibatan serta peran sertanya beserta dukungan kebijakan

perangkat hukum sehingga sejak awal dapat disediakan acuan peran aktif 

dalam merencanakan, melaksanakan, dan memelihara pemanfaatan lahan

sekitar jalan tol sesuai pentahapan kemampuan perannya.

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 7Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 8/15

Laporan Akhir 

Pola pendekatan yang dilakukan dalam kaitan antara permasalahan

manajemen transportasi dengan berkembangnya tata guna lahan sekitar jalan

tol adalah :

1.  Pendekatan sosial dalam penataan ruang. Penyusunan peran masyarakat

diarahkan pada tahapan penataan RTRWK dan lahan sekitar jalan tol,

bahkan termasuk tahapan Pra/Proses/Pasca pengosongan lahan;

2.  Pendekatan Kelembagaan (institusi). Peranan setiap lembaga

pelaku/stakeholders (pemerintah, pengelola, lembaga adat/masyarakat)

diuraikan fungsi dan tanggung jawabnya dalam setiap aktivitas;

3.  Pendekatan kebijakan hukum ( law policy  ). Kebijakan yang telah ada dikaji

untuk disusun kebutuhan lainnya agar dapat memberi rambu dan

dukungan mengikat bagi tindak sosial hukum pemanfaatan lahan sekitar

jalan tol.

  Jika dikaji lebih lanjut, dalam penyusunan pedoman pemanfaatan lahan

sekitar jalan tol terdapat dua kelompok peraturan yang berkaitan dengan

lahan khususnya sekitar jalan tol. Pertama, peraturan yang bersifat preventif 

(pencegahan) dan kedua, peraturan yang bersifat represif/rehabilitatif. Di dua

kelompok inilah revitalisasi dan reformulasi kebijakan dengan optimalisasi

akses publik harus diutamakan agar pedoman yang dapat disusun dapat

mengakomodir semua kepentingan semua stakeholder. 

Dalam menganalisis dari sudut pandang bidang transportasi, selain

menggunakan teknik analisis yang sudah baku digunakan seperti analisis

pergerakan dalam hal ini volume lalu lintas yang melalui ruas jalan tol, analisis

pembebanan lalu lintas dan kinerja jaringan jalan dalam hal ini menggunakan

konsep perencanaan transportasi dan teori antrian; juga akan menggunakan

beberapa kriteria teknis pemanfaatan dan penataan lahan sekitar jalan tol

berdasarkan karakteristik lahan yang meliputi :

1.  Ruang TerbukaRuang sekitar jalan tol yang harus diamankan dan ditata sedemikian rupa

sehingga :

    Tidak mengganggu fungsi jalan tol untuk melayani kelancaran lalu

lintas dan keselamatan pengguna jalan;

   Tidak mengganggu fungsi dan kemanan struktur

   Tidak mengganggu sistem drainase

    Tidak mengganngu aksesibilitas untuk pelayanan operasional dan

pemeliharaan jalan tol

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 8Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 9/15

Laporan Akhir 

2.  Ruang Tertutup

  Dibawah single column  (T-Type  ) dan double column ruang tersebut dapat

digunakan sementara secara terbatas dengan penggunaan sementara

dengan ketentuan :

1.  Kegiatan tidak rawan kebakaran

2.   Tidak digunakan untuk tempat tinggal

3.    Tidak mengganggu daya dukung struktur atas maupun struktur

bawah (seperti membuat sumur, kolam, penampungan air, septic

tank, dll)

  Dibawah multiple column (  pile slab  ) dan extended pile slab pada prinsipnya

ruang dibawahnya tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan apapun

dengan pertimbangan :

1.  Dapat menghalangi kegiatan pemeliharaan struktur

2.  Dapat mengganggu keamanan konstruksi dari bahaya kebakaran

yang dapat menimbulkan resiko kerusakan komponen struktur.

Sedangkan kriteria lingkungan yang dapat menjadi acuan dalam

pemanfaatan lahan sekitar jalan tol adalah :

1.    Aspek sosial dan kenyamanan di lingkungan tersebut, yaitu

pertimbangan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar yang tidak 

langsung merasakan manfaat dari keberadaan jalan tol yang melintas

pada wilayah kegiatan sehari-hari, namun masyarakat tersebut

menanggung akibat dari keberadaan jalan tol terutama terhadap adanya

perubahan rona awal. Untuk itu dalam penyusunan pedoman

pemanfaatan lahan sekitar jalan tol perlu diperhatikan juga karakteristik 

sosial untuk meminimalkan dampak 

2.   Aspek rencana tata ruang wilayah (RTRW) yaitu pertimbangan adanya

rencana pengembangan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah

setempat.

2.2.1. Kerangka Penataan Ruang

Pengaturan pemanfaatan dan

pengendalian pemanfaatan ruang 

diatur dalam berbagai peraturan

perundang-undangan

sebagaimana diatur dalam UU

No. 24 Tahun 1992 tentang 

Penataan Ruang. Penataan ruang 

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 9Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 10/15

Laporan Akhir 

selain melingkupi aturan mengenai perencanaan, juga mengatur mengenai

pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Penataan ruang berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 1992

khususnya dalam pasal 1, merupakan wujud struktural dan pola

pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Seperti yang telah

dijelaskan pada bagian pendahuluan, maka pada pasal 3 kegiatan penataan

ruang memiliki tujuan :

1.  terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan

yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

2.  terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan

kawasan budidaya;

3.  tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk :

  mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan

sejahtera;

  mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam

dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya

manusia;

  meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guna untuk 

meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

  mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan;

  mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan

keamanan.

Kegiatan penataan ruang dilakukan dengan memperhatikan fungsi kawasan

yang ada, aspek administratif dan aspek kegiatan. Berdasarkan fungsi kawasan

yang ada maka kegiatan penataan ruang akan meliputi penataan ruang untuk 

kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penataan ruang berdasarkan aspek 

administratif meliputi penataan ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, dan

  wilayah kabupaten/kota. Sedangkan penataan ruang berdasarkan fungsikawasan dan aspek kegiatan meliputi kawasan pedesaan, kawasan perkotaan,

dan kawasan tertentu.

Penataan ruang wilayah nasional, wilayah provinsi, dan wilayah

kabupaten/kota dilakukan secara terpadu dan tidak dipisah-pisahkan. Dari

uraian di atas maka terlihat kegiatan penataan ruang haruslah merupakan

suatu pendekatan yang holistik dimana kegiatan penataan ruang bukan

hanya menitikberatkan pada pembangunan (fisik) sebagai tujuan akhir,

tetapi lebih merupakan sarana untuk mewujudkan satu tujuan (  goals   ) yang 

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 10Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 11/15

Laporan Akhir 

telah disepakati bersama dimana aspek-aspek yang ada sudah dilihat,

diperhatikan, diperhitungkan sebelumnya secara utuh dan menyeluruh ( as 

a whole  ).

Sejalan dengan itu untuk mewujudkan sebuah kegiatan penataan ruang 

yang terpadu dimana salah satu impelementasinya berupa pengendalian

pemanfaatan ruang maka perlu dilakukan adanya suatu koordinasi yang 

terpadu dan menyeluruh sejak dari perumusan program hingga sampai

pada tahap implementasi. Dengan adanya koordinasi yang terpadu maka

akan tumbuh sinergi melalui kegiatan sharing resources . Sinergi berarti

menghasilkan pembangunan yang lebih besar dampaknya daripada jika

dilakukan secara terpisah di masing-masing instansi.

Dalam pelaksanaan kegiatan penataan ruang terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan, yaitu :

  Lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial dan interaksi

antar lingkungan;

   Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta pembinaan

kemampuan kelembagaan.

Pada pasal 12 Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 dijelaskan kegiatan

penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat.

 Tata cara dan bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah

diatur secara khusus dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996

tentang Pedoman Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Peran

serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan

ruang. Hal ini disebabkan pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk 

kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan

penataan ruang. Masyarakat berperan sebagai mitra pemerintah dalam

penataan ruang. Dalam menjalankan perannya, masyarakat

mendayagunakan kemampuannya secara aktif sebagai sarana untuk 

melaksanakan peran serta masyarakat dalam mencapai tujuan penataanruang.

Penetapan undang-undang penataan ruang yang dapat digolongkan pada

pendekatan yang bersifat holistik merupakan suatu pendekatan wilayah

dimana didalamnya terdapat berbagai aspek yang saling mendukung dan

terkait yaitu aspek lingkungan alam dan buatan, sosial budaya, kegiatan

ekonomi, biota, sumber daya alam, sumber daya buatan, geologi, sumber

daya manusia, kependudukan dan sebagainya. Di dalam penataan ruang 

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 11Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 12/15

Laporan Akhir 

 wilayah terdapat beberapa paradigma yang menjiwai pelaksanaan kegiatan

penataan ruang tersebut, yaitu :

  Penataan ruang yang lebih desentralistik ( bottom-up );

  Pemerintah dalam mempersiapkan rencana, melaksanakan rencana dan

pengendalikan pemanfaatan ruang akan selalu bermitra dengan

masyarakat;

  Pemerintah daerah proaktif dan kebijakan penataan ruang secara

transparan diketahui oleh semua kelompok masyarakat;

  Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai dengan

mekanismenya, konsep RTRW dipersiapkan pemerintah daerah

dengan mengikutsertakan masyarakat (  public participation  );

  Pemerintah daerah aktif melakukan sosialisasi dan pemberdayaan

masyarakat.

Setelah dimulainya masa otonomi daerah maka dengan sendirinya akan

mengubah prinsip penataan ruang baik yang terjadi di tingkat pusat,

provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini sejalan dengan digunakannya prinsip

penataan ruang wilayah yang memiliki konsep dan karateristik :

  Lebih menitikberatkan kepada pendekatan bottom-up;

  Melibatkan semua pelaku pembangunan ( stakeholder  );

  Bersifat transparan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian;

  Sasaran yang akan dituju lebih bersifat jangka pendek;

  Lebih bersifat responsif terhadap tuntutan dunia usaha dan

masyarakat;

   Wawasan luas dengan perhatian pada kawasan secara lebih mendetail;

  Rencana yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pedoman investasi;

  Memperhatikan dan meningkatkan mutu lingkungan sambil

mendorong dan memfasilitasi pembangunan;

   Visi pembangunan dan manajemen pembangunan.

Dalam pemanfaatan ruang diatur hubungan antar berbagai aspek sumber

daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, budaya,

ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahanan keamanan, fungsi

lindung, budi daya, dan estetika lingkungan serta dimensi ruang dan waktu

dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata

ruang.

Kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program

pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas rencana

tata ruang yang telah disusun. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 12Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 13/15

Laporan Akhir 

bertahap melalui penyiapan program kegiatan pelaksanaan pembangunan

yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat baik secara perorangan maupun bersama-sama

sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemanfaatan

ruang diselenggarakan melalui tahapan pembangunan dengan

memperhatikan sumber dan mobilisasi dana serta alokasi pembiayaan

program pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang.

Pada kegiatan pemanfaatan ruang dikembangkan :

1.  Pola pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata

guna sumber daya alam lainya sesuai dengan azas penataan ruang;

2.  Perangkat yang bersifat insentif dan disinsentif dengan menghormati

hak penduduk sebagai warga negara.

Pengertian dari perangkat insentif adalah pengaturan yang bertujuan

memberikan rangsangan terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan

rencana tata ruang. Jika dengan pengaturan akan diwujudkan insentif 

dalam rangka pengembangan pemanfaatan ruang maka melalui pengaturan

ini dapat diberikan kemudahan tertentu seperti : tata cara pemberian

kompensasi, imbalan dan tata cara penyelenggaraan sewa ruang dan urun

saham; pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana untuk 

melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata ruang.

Sedangkan pengertian dari perangkat disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak 

sejalan dengan rencana tata ruang, misalnya dalam bentuk pengenaan

pajak yang tinggi dan ketidak tersediaan sarana dan prasarana.

 Agar kegiatan pemanfaatan ruang selalu sesuai dengan rencana tata ruang 

yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan adanya kegiatan pengendalian

terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sedang berlangsung. Adapun

pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk 

pelaporan, pemantauan, dan evaluasi; sedangkan penertiban terhadappemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang 

diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pengertian dari kegiatan pengawasan

adalah upaya untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi

ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Sedangkan pengertian

dari kegiatan penertiban adalah upaya untuk mengambil tindakan agar

pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Khusus di tingkat

kabupaten/kota penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang selain

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 13Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 14/15

Laporan Akhir 

berupa kegiatan pengawasan dan penertiban juga meliputi kegiatan

mekanisme perizinan.

2.2.2 Keterkaitan Guna Lahan dengan Transportasi

  Transportasi merupakan suatu alat artinya transportasi dibutuhkan karena

tujuan atau maksud yang dicapai melalui transportasti, misalnya bekerja,

berbelanja, berkunjung ke saudara dan sebagainya. Oleh karena transportasi

merupakan kebutuhan turunan ( Kusbiantoro, 1993). Jadi transportasi

diperlukan untuk mengantarkan pergerakan barang dan manusia.

Keberadaan transportasi sebagai elemen penting penggerak kegiatan kota atau

daerah, memang terkait dengan 4 aspek berikut: urat nadi kehidupan, citra

sebuah kota/daerah, penghubung antar guna lahan, dan pembentuk struktur

kota/daerah (Warpani, 1993). Sistem transportasi merupakan komponen

utama struktur sosial, ekonomi, dan fisik wilayah, dan juga merupakan

penentu aktivitas, struktur kota dan lahan terbangun. Secara umum dapat

dikatakan bahwa fungsi dasar transportasi kota ada!ah menghubungkan

permukiman, tempat bekeda, hiburan serta menghubungkan produsen

dengan konsumen (Black, 1981).

Masalah transportasi semakin kompleks dengan berkembangnya aktivitas

kota dan daerah. Persoalan transportasi dapat dikelompokkan menurut 7kategori (Black, 1981):

1.  Lalu lintas: kernacetan, perilaku pengguna, dan manajemen pergerakan

2.  Kecelakaan

3.  Melimpahnya angkutan umum pada jam puncak 

4.  Langkanya angkutan umum diluar jam punca

5.  Langkanya fasilitas pejalan kaki

6.  Dampak lingkungan: polusi udar dan kebsingan

7.  Kesulitan parkir

Perubahan guna lahan mengakibatkan meningkatnya bangkitan perjalanan,

yang lalu menimbulkan peningkatan kebutuhan prasarana dan sarana lalu

lintas (Paquette et al., 1982). Secara sederhana dapat digambarkan hubungan

antara: guna lahan, penduduk/manusia, dan transportasi; yaitu pergerakan

manusia. antara guna lahan satu ke guna lahan yang lain melalui sarana

transportasi. Dengan kata lain, untuk melakukan attivitas dari satu guna lahan

ke guna lahan yang lain, manusia memerlukan alat transportasi.

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 14Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol

8/4/2019 Bab2 jalan tol

http://slidepdf.com/reader/full/bab2-jalan-tol 15/15

Laporan Akhir 

Perubahan pada sistem aktivitas akan membangkitkan pergerakan baru, yang 

rnembebani sistem suplai dan sistem pergerakan, yang bila tidak ditanggapi

dengan benar akan menimbulkan gangguan pergerakan (Paquette et al., 1982).

GAMBAR 2.1SIKLUS GUNA LAHAN DENGAN TRANSPORTASI

PERUBAHAN GUNA LAHAN

MENINGKATNYA

NILAI LAHAN

MENINGKATNYA

BANGKITANPERGERAKAN

MENINGKATNYA

AKSESIBILITAS

MENINGKATNYA

KEBUTUHAN

MENINGKATNYA FASILITAS

TRANSPORTASI

Penyusunan Pedoman Pemanfaatan dan II - 15Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Tol