Download - bab-v-tanggungjawab-sosial-perusahaan.pdf
-
490
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari setiap bab diatas,
penelitian ini melahirkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kesimpulan dari permasalahan pertama bahwa CSR adalah
suatu aktifitas korporasi yang dapat diwajibkan oleh hukum.
Pertama, paradigma tujuan korporasi telah mengalami
pergeseran. Pada gelombang kedua korporasi hanya bertujuan
mencari keuntungan demi kepentingan pemegang saham,
namun pada gelombang ketiga dan keempat korporasi harus
memperdulikan persoalan sosial, karyawan dan keluarganya,
rekanan, konsumen dan lingkungan hidup. Hal ini juga sudah
menjadi kesadaran global tentang triple bottom lines yaitu,
bahwa tujuan korporasi adalah untuk mencari keuntungan
(profit), memperhatikan sosial dan kemasyarakatan (people)
dan keberlanjutan lingkungan hidup (planet).
Kedua, bahwa CSR sebagai kewajiban moral dan etika
sangat mungkin untuk digeser menjadi kewajiban hukum.
Sebab hukum yang baik adalah yang sesuai dengan nilai nilai
moral. Seperti adagium Quid Leges Sine Moribus? ( Apa
artinya hukum jika tidak disertai moralitas?). Jadi, apabila
hukum tidak mencerminkan nilai moral akan mengakibatkan
-
491
suatu aturan hukum akan kehilangan substansinya untuk
menciptakan keadilan.
Ketiga, secara khusus di Indonesia, pengaturan CSR
dalam Undang-undang sangat sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila yang tercantum dalam sila ke 2 tentang kemanusian
yang adil dan beradab serta sila ke 5 tentang keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. CSR juga sesuai dengan UUD
1945 Pasal 33 yang didasari oleh pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam alinea ke IV Pembukaan UUD 1945, yang
intinya pemerintah harus memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan keadilan
sosial.
Keempat, Pemerintah dapat memberikan kewajiban CSR
sesuai dengan kondisi korporasi dan lingkungan yang dihadapi.
Namun yang lebih penting kewajiban bagi korporasi untuk
melaporkan kegiatan CSR kepada masyarakat. Hal ini sesuai
dengan reflexive law theory yang mewajibkan setiap korporasi
untuk membuat social reporting, dan selanjutnya biarkanlah
masyarakat yang akan memberikan sanksi ataupun
penghargaan.
2. Mengenai permasalahan kedua, ruang lingkup tanggung jawab
sosial perusahaan, sebaiknya tidak perlu dibatasi secara kaku,
Hal ini didasarkan pada beberapa argumen berikut ini :
-
492
Pertama, bahwa perkembangan ruang lingkup CSR
sangat pesat, sesuai dengan perkembangan bisnis dan situasi
sosial ekonomi, baik lokal, nasional maupun global. Apabila
diatur secara sempit maka akan menghambat perkembangan
ruang lingkup CSR itu sendiri.
Kedua, pengaturan ruang lingkup CSR, tidak cukup
mengacu pada peraturan perundang-undang yang sudah ada,
karena peraturan yang sudah ada tidak dapat berjalan dengan
baik. Oleh karena itu perlu diatur secara khusus dalam
Peraturan Pemerintah tentang CSR. Pengaturan tersebut harus
mengacu pada pertimbangan yang lebih luas dari pada yang
sudah diatur oleh hukum yang terkait, yaitu dengan mengacu
pada nilai moral dan etika etika bisnis serta mendasarkan
pada prinsip keberlanjutan bisnis (corporate sustainability) dan
pembangunan keberlanjutan (sustainable development).
Ketiga, korporasi seharusnya diberikan keleluasaan
dalam menentukan ruang lingkup CSR, yang disesuaikan
dengan motivasinya. Baik dalam arti donasi, promosi,
pemberdayaan masyarakat, maupun bagian dari strategi
bisnisnya. Hal yang terpenting bahwa korporasi harus ikut serta
menyelesaikan persoalan-persoalan sosial serta memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dan
dalam arti yang luas.
-
493
3. Mengenai masalah masalah penerapan tangung jawab sosial
perusahaan di Indonesia, disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
Pertama, pelaksanaan CSR menghendaki kejelasan
pengaturan dari peraturan perundag-undangan yang ada,
sehingga dapat dijadikan acuan yang efektif dan tidak
menimbulkan multi persepsi.
Kedua, kewajiban CSR tidak bisa dimaknai sempit
sebagai bentuk penyaluran sebagian kekayaan perusahaan
kepada masyarakat. Banyak model penerapan CSR yang tanpa
menggunakan dana, seperti merekrut karyawan dari
masyarakat sekitar, menjalin kemitraan dengan pengusaha
atau petani lokal, mentaati peraturan-perundang undangan
yang berlaku, memproduksi barang yang tidak membahayakan
konsumen dan lingkungan dan sebagainya. Jika CSR dimaknai
sebagai penyaluran dana kepada masyarakat justru akan
menjadi hambatan bagi perusahaan kecil atau perusahaan
yang belum mendapatkan keuntungan.
Ketiga, Untuk mendorong iklim usaha yang kondusif,
pemerintah harus mendorong korporasi untuk melaksanakan
CSR dengan memberikan pengurangan pajak. Hal ini akan
mengurangi beban perusahaan dan tidak bertentangan dengan
prinsip efisiensi.
-
494
Keempat, mengenai berbagai bentuk pelaksanaan CSR
oleh Perusahaan Multi Nasional, Perusahaan Swasta Nasional
dan Badan Usaha Milik Negara yang sudah berjalan, Baik
dengan nama community development, Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan, donasi dan lain sebagainya , harus dianggap
sebagai bentuk dari pelaksanaan CSR.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini penulis memberikan saran sebagai
berikut:
Pertama, sebaiknya pemerintah segera mengamandemen
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas mengenai CSR, agar mempunyai arti dan makna yang
sama. Sehingga tidak menimbulkan kebingungan para pelaku
usaha dalam memahami CSR.
Kedua, Pemerintah segera membuat peraturan
pelaksanaan CSR dalam Peraturan Pemerintah sesuai dengan
amanat Undang-undang, agar dapat dijadikan acuan bagi korporasi
untuk melaksanakannya secara efektif, tepat dan terukur.
Ketiga, dalam Peraturan Pemerintah tersebut, ada
beberapa hal penting yang harus diatur yaitu :
1. Memberikan kewajiban bagi setiap korporasi untuk
melaporkan kegiatan CSR nya kepada masyarakat secara
berkala dalam bentuk social reporting
-
495
2. Memberikan insentif dalam bentuk pengurangan pajak bagi
korporasi yang melaksanakan CSR
3. Memberikan keleluasaan bagi korporasi mengenai bentuk
pelaksanaan CSR, yang disesuaikan dengan kemampuan
korporasi serta situasi dan kondisi masyarakat yang
dihadapi