-
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pentingnya Infrastruktur Jalan Raya dalam Pemerataan Pembangunan di
Kabupaten Nunukan
Infrastruktur jalan raya hingga saat ini merupakan salah satu kebutuhan utama
masyarakat dalam membantu akses transportasi khususnya. Penggunaan kendaraan bermotor
dan non-bermotor sebagai alat transportasi darat, tentu membutuhkan jalur transpotasi seperti
infrastruktur jalan raya yang baik agar mempermudah akses, menghemat waktu dan biaya.
Beberapa faktor yang menurut penulis penting adanya infrastruktur jalan raya dalam
proses pemerataan pembangunan yakni; Pertama, dengan adanya infrastruktur jalan raya yang
memadai maka proses pemerataan pembangunan akan lebih mudah, hal tersebut dikarenakan
akses kendaraan pengangkut bahan pembangunan tidak lagi melalui jalan raya yang rusak, atau
bahkan tidak ada akses jalan menuju wilayah tujuan karena kondisi wilayah yang sebagian
besar terdiri dari pegubungan dan sungai. Kedua, dengan adanya inrastruktur jalan raya yang
memadai maka proses pemerataan pembangunan akan mengalami penghematan waktu. Faktor
penghematan waktu yang dimaksud adalah proses pelebaran pembangunan diwilayah yang
sulit dijangkau transportasi seringkali memkan waktu karena susahnya akses untuk mencapai
wilayah tujuan, sehingga dengan adanya infrastruktur jalan raya yang baik maka waktu yang
ditentuka dan perencanaan pembangunan dapat diminimalisir karena akses menuju wilayah
pekerjaan tidak lagi memiliki hambatan. Ketiga dengan adanya infrastruktur yang memadai
akan membantu penghematan biaya dalam pemerataan pembangun. Proses pembangunan tentu
memerlukan rincian biaya pembangunan yang telah disepakati sesuai anggaran yang di
keluarkan DPR pada rapat anggaran tahunan. Penghematan biaya yang dimaksud adalah biaya
jasa angkut bahan pembangunan seringkali meningkat akibat jarak dan kondisi wilayah yang
buruk dan tidak ada akses jalan raya yang memadai.
Faktor-faktor diatas dilihat sesuai dengan fenomena yang terjadi di Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara. Buruknya infrastruktur di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
berdampak pada keterlambatan pembangunan yang berakibat pada masyarakat di Kabupaten
Nunukan. Kehidupan masyarakat di sekitar perbatasan Kabupaten Nunukan terlihat jauh dari
kemajuan dibanding wilayah perbatasan seperti di Nusa Tenggara Timur.
-
Secara teoritis, fenomena di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dapat dilihat
menggunakan Teori lokasinya, von Thünen terdapat dua asumsi, sebagai berikut :
Wilayah sangat jauh dari kota dan wilayah pertanian sebagai wilayah belakang
(hinterland), disebut sebagai keadaan terisolir (isolated state).
Dapat dikaitkan bahwa akses dari Kabupaten Nunukan ke wilayah lain terlihat
sangat jauh dan sulit. Tentu hal tersebut dikarenakan banyak pertimbangan masyarakat.
Akibatnya, masyarakat dianggap terisolir karena susah untuk menjangkau kemajuan-
kemajuan yang ada di luar Kabuapten Nunukan. Adanya kemungkinan kondisi wilayah
juga merupakan salah satu faktor pertumbuhan pembangunan menjadi lambat karena
kondisi topografi wilayah Kalimantan Utara, Kabupaten Nunukan sebagian besar
terdiri dari wilayah poegunungan dan perairan.
Wilayah yang sebagian besar terdiri atas pegunungan dan perairan (sungai)
mampu mempengaruhi proses pertumbuhan wilayah. Letak setiap kecamatan di
Kabupaten Nunukan yang di kelilingi pegunungan dan perairan (sungai), tentu
membuat proses pembangunan menjadi sulit, karena kondisi wilayah yang susah
ditempuh. Untuk membawa alat berat dalam proses pembangunan membutuhkan
transportasi angkut yang besar seperti misalnya contener, kapal barang yang tentu
membutuhkan luas wilayah sungai yang cukup besar. Akan tetapi berbedah dengan
kondisi di Kabupaten Nunukan, dimana setiap sungai hanya bisa dilewati oleh ketinting
atau perahu sampan dengan mesin kecil. Kondisi ini menyukitkan proses pembangunan
di Kabupaten Nunukan yang berdampak pada keterisolasian.
Besar harapan dengan adanya perbaikan infrastruktur jalan raya menjadikan
masyarakat yang berada di Kabupaten nunukan tidak lagi terbelakang dan lebih mudah
untuk bepergian keluar Kabupaten Nunukan.
Fasilitas pengangkutan sederhana, sehingga berat barang menentukan biaya
(cost).Akibat dari kondisi tersebut, biaya hidup di Kabupaten Nunukan meningkat
pesat, biaya makan sehari-hari di Kabupaten Nunukan lebih mahal ketika kita
berada di NTT bahkan Papua. Ini semua terjadi karena biaya jasa angkut yang
meningkat akibat kondisi jalan raya yang masih buruk sehingga semua akses
melalui sungai dan laut.
-
Tabel 5.1 Sampel biaya hidup di Kabupaten Nunukan
Fasilitas Jenis Kebutuhan Biaya
Makanan
(50% n
makanan di
impor dari
Malaysia)
Nasi telur
Gorengan
Bakso
Es Teh
Aqua sedang
Roti ukuran sedang
Rp. 10.000
Rp. 2.000
Rp. 15.000
Rp. 5.000
Rp. 5.000
Rp. 15.000
Transportasi Angkutan Umum (angkot)
Speedboat
Ketinting (Perahu Kecil)
Rp. 10.000 (jarak dekat)
Rp. 50.000 (jarak sedang-
jauh)
Rp. 220.000 (ke tarakan)
Rp. 2 jt (Lumbis)
Rp. 300-500ribu
(tergantung jarak)
Penginapan Motel
Hotel
Harga motel mulai dari
Rp. 90.000 sampai
seterusnya, besar biaya
tergantung lokasi, dan
bisaanya hotel memiliki
harga standar mulai dari
Rp.200.000
*Sumber : Data primer ketika melakukan penilitian
*Keterangan : Untuk transportasi tidak ada aturan daerah yang ditetapkan
Ketika penulis melakukan penilitian langsung di Kabupaten Nunukan beberapa perihal
memang membuat peneliti merasa aneh, pasalnya biaya transportasi dan bahan makanan sangat
-
mahal jika dibandingkan ketika penulis berada di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Biaya
angkutan umum (angkot) menjadi hal yang paling fenomenal di Kabupaten Nunukan, dengan
harga kisaran sekali jalan Rp. 50.000,-. Sangat berbanding jauh ketika kita berada di luar negeri
dengan penggunaan mata uang asing sekalipun jika di convert tidak akan sampai harga di
Kabupaten Nunukan. Hal tersebut membuat jasa angkutan umum jarang sekali di pakai ketika
bepergian. Masyarakat yang datang dari kalangan mampu akan menggunakan kendaraan
pribadi dibanding mengggunakan jasa angkutan umum. Saat di teliti lebih dalam ternyata yang
membuat biaya lebih mahal yang pertama, jarak tempuh yang sulit maka kendaraan butuh
biaya service atau perbaikan yang lebih besar dan hal tersebut telah di kalkulasikan secara lebih
matang oleh pemilik angkutan umum. Kedua, bahan makanan di impor dari Malaysia memiliki
harga lebih murah dibanding yang di beli dari pulau jawa sebagai penyedia bahan baku terbesar
di Indoneisa. Saat penjual mengimpor barang dari Malaysia, maka barang jualan akan lebih
murah dikarenakan jarak tempuh yang lebih dekat sehingga biaya jasa angkut rendah, berbeda
ketika dibeli dari pulau jawa yang masih dalam wilayah Indonesia.
Beberapa wilayah kecamatan di Nunukan sangat kritis dalam pembangunan, bahkan
biaya yang penulis lampirkan sangat berbeda jauh ketika kita berada di wilayah Lumbis Ogong
dan seluruh wilayah Sebatik. Pembiayaan diwilayah Sebatik dan Lumbis Ogong sangat mahal
dikarenakan susahnya akses untuk masuk ke wilayah tersebut. untuk masuk ke wilayah Lumbis
dan Lumbis Ogong dalam satu hari kita dapat menghabiskan biaya sebesar Rp. 3000.000,-
sudah termasuk biaya transportasi dan penginapan walaupun harus tinggal di tempat yang tidak
sesuai dan berbeda dengan di Pulau Sebatik untuk akses menuju pulau biaya standar Rp.
220.000 menggunakan speedboat namun pembangunan sama sekali belum ada, hal tersebut
yag disaksikan langsung oleh peneliti dikarenakan ketika pergi ke pulau Nunukan maka akan
melewati pulau Sebatik.
Kekurangan yang dilihat bukan pada potensi tidak ada, namun berada pada level
keterbatasan daya jangkau. Kembali lagi seperti pembahasan diawal, sebenarnya pembangunan
infrastruktur terkhususnya jalan raya sangat dibutuhkan. Untuk memenuhi segala kekurangan
selalu melalui proses, dan proses selalui membutuhkan jalan. Bukan hanya jalan pikiran namun
jalan raya yang baik belum dipenuhi secraa keseluruhan. Hal ini yang memperlambat lajur
pembangunan di Kalimantan. Masalah pembangunan yang paling krusial adalah akses
transportasi yang mengacaukan seluruh perputaran kebutuhan di wilayah Kabupaten Nunukan.
Akses transportasi yang buruk sampai membuat keadaan dan kondisi di wilayah ini susah dan
jarang diekspos. Peneliti memiliki keinginan untuk mengekspos semua kebutuhan yang
dibutuhkan namun banyak sekali kenyataan yang tidak dituangkan media mengenai
-
kekurangan yang ada di Kabupaten Nunukan. Masyarakat yang tinggal di Sebatik memang
lumayan banyak berbeda dengan di Lumbis. Namun, karena akses ke dalam yang masih
menggunakan perahu kecil dan hanya bisa jalan kaki atau motor trel maka biaya hidup di Pulau
Sebatik juga menjadi sangat mahal.
Menurut seorang narasumber Kak Heri, sebagaifoluntir guru Indonesia Pintar berusia 26
tahun, bahwa memang wilayah dari Lumbis sampai Lumbis Ogong memiliki perekonomian
yang memang cukup rendah, hal ini memang dikarenakan masih banyak yang mengandalkan
perkebunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi ada juga yang sudah PNS (Kepala
Sekolah, Kepala Desa, Lurah, Camat, Guru hanya beberapa) sehingga angka kemiskinan masih
lumayan. Selain itu, memang pendapatan masyarakat tidak sebanding atau berbanding miring
dengan harga kebutuhan yang bisa dikatakan mahal bahkan bensin Rp. 10.000-, /ltr jadi
lumayan susah, menurut Kak Heri. Selain perekonomian pembangunan infrastruktur
terkhususnya jalan raya juga masih rendah, sebagian sudahdikerjakan dan sebagian masih
belum terhubung sehingga masyarakat masih lebih memilih menggunakan perahu kecil, jalan
yang sudah dibangun hanya di beberapa titik bahkan, di Kecamatan Lumbis jalan yang
dibangun baru sampai desa lintong masih dalam proses dan belum beraspal, hanya tanah merah
yang membentuk seperti jalan yang sering dilalui.Beberapa pembangunan jalan juga memang
dihentikan, dikarenakan kondisi geografis di Kec. Lumbis hingga ke Lumbis Ogong yang
memang terdiri dari pegunungan dan sungai, sehingga kelihatannya sangat sulit untuk
ditempuh baik dalam memasukan bahan maupun alat berat yang nantinya digunakan dalam
proses pembangunan.
Fakta yang terjadi menurut narasumber bahwa masih banyak masyarakat yang hanya
berkebun, bertani dan bahkan tidak memiliki pekerjaan. Akibat dari pembangunan infrastruktur
jalan raya yang masih buruk maka hambatan dalam pengembangan menjadi sulit, konfirmasi
dari narasumber yang tinggal di Lumbis memang benar bahwa jalan masih buruk sehingga
banyak masyarakat yang pergi kemana-mana mencari alternatif laut, menggunakan perahu
kecil. Pentingnya infarstruktur jalan raya adalah sebagai akses atau jalur bagi pemilik usaha
untuk membuka Hasil penilitian memnunjukan bahwa akses jalan perlu dibangun sehingga
pemerintah bisa membuka pasar, sekolah, rumah sakit dan sekolah sebagai salah satu cara
untuk mengembangkan kualitas SDM dan memberikan lapangan pekerjaan bagi msayarakat
yang sebelumnya pengangguran.
Dengan demikian, Kabupaten Nunukan bisa lebih maju dan tidak terisolir lagi karena
sudah banyak kemajuan yang dapat mengidentifikasikan Kabupaten Nunukan sebagai salah
satu Kabupaten yang berkontribusi besar pada pendapatan daerah. Selain itu, harga bahan bakar
-
dan kebutuhan lainnya bisa lebih mudah karena akses masuk ke Kabupaten Nunukan yang
sudah tergolong mudah.
5.2 Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya sebagai upaya meminimalisir
Perpindahan Warga Negara Indonesia menjadi Warga Negara Malaysia
Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dilingkupi berbagai fenomena yang menarik
perhatian publik. Beberapa tahun terakhir media kalimantans kaltaranews, mengeluarkan berita
bahwa beberapa masyarakat Kabupaten Nunukan pindah mejadi warga negara Malaysia.
Fenomena ini tentu menarik perhatian masyarakat Indonesia dan dunia internasional, sehingga
mengundang pemerintah untuk menyikapi fenomena yang terjadi di Kabuapten Nunukan,
Kalimantan Utara.
Fenomena pindahnya Warga Negara Indonesia (WNI) di Kabupaten Nunukan menjadi
Warga Negara Malaysia (WNM) bukan terjadi karena tidak ada penyebab, melainkan ada
beberapa faktor utama yang membuat WNI Kabupaten Nunukan memilih pindah menjadi
WNM. Beberapa WNI yang memilih pindah menjadi WNM disebabkan oleh keterlambatan
pembangunan di Kabupaten Nunukan sehingga tidak ada sarana untuk membantu, menunjang
keberlangsungan hidup di Kabupaten Nunukan. Beberapa sarana yang dimaksud seperti sarana
pendidikan yang masih kurang fasilitas, bantuan kesehatan yang masih minim, pasar yang
sederhana, lapangan pekerjaan yang masih minim sehingga tingkat kemiskinan masih tinggi,
dan satu yang utama menurut penulis adalah infrastruktur yang buruk sehingga sulit dijangkau
oleh pemerintah untuk membangun sarana lainnya yang memiliki kualitas rendah.
Pada bagian latar belakang penulisan, penulis melihat bahwa pindahnya WNI menjadi
WNM dikarenakan adanya akses yang lebih mudah untuk memperoleh sekolah yag lebih baik,
layanan kesehatan yang baik, lapangan pekerjaan dan standar kehidupan yang lebih layak yang
hanya dapat ditemukan jika WNI di Kabupaten Nunukan berpindah menjadi WNM. Tentu
semua ketertarikan itu dikarenakan pembangunan yang sudah maju di Malaysia, dan penulis
menjadikan pembangunan khususnya infrastruktur jalan raya sebagai alasan utama Kabupaten
Nunukan masih jauh dari kemajuan.
Namun, terdapat kemungkinan yang memberatkan pemerintah indonesia jika
pembangunan terus disepelehkan dan tidak ditindak lanjuti. Beberapa masalah yang pernah
dialami Indonesia seperti pengklaiman kain batik, dan pengklaiman pulau sipadan dan ligitan
menjadi bukti besar bahwa Malaysia dan Indoneisa sering menemui masalah terkait
kepemilikan inventaris negara. Perihal yang dimaksud penulis adalah sebuah ketakutan dimana
Malaysia kembali mengklaim salah satu wilayah di Indonesia akibat banyaknya warna negara
-
beridentitas Malaysia yang mendiami wilayah Indonesia akibat tidak adanya keterbukaan
kepemilikan identitas yang sah.
Pandangan dari pemikiran realisme kali ini tidak dikaitkan pada eksistensi perang yang
dilakukan, melainkan mengacu pada pemenuhan kepentingan yang diinginkan oleh masyarakat
Kabupaten Nunukan sebagai suatu alasan yang sering digunakan masyarakat untuk bisa
bertolak ke wilayah Malaysia, bahkan ada sebagian fenomena yang mana sejumlah masyarakat
pindah menjadi warga negara Malaysia demi memenuhi kepentingan mereka berupa
pemenuhan kebutuhan pokok.
Dalam hukum internasional Pasal 1 Konvensi Montevideo The Convention on Rights and
Duties of State of 1933 (Jawahir Thontowi, 2016 : 55):
“The State is a person of international law should phases the following qualifications:
Permanent Population; defined territory; legal government; and capacity to enter into
international relations with the other states.”
Hal tersebut dapat diterjemahkan negara sebagai pribadi hukum internasional harus
memiliki unsur-unsur sebagai berikut; Penduduk tetap; batas wilayah yang jelas; pemerintahan
yang legal; dan kemampuan untuk menjalin hubungan internasional dengan negara-negara lain.
Dapat dikatakan bahwa keempat unsur ini saling berketergantungan untuk membentuk
kedaulatan suatu negara. Perihal yang menarik dari konsep kedaulatan, dimana untuk
membentuk sebuah negara, perlu adanya unsur-unsur yang telah ditetapkan dalam hukum
internasional pada konvensi montevideo. Perlu dibenahi bahwa, apabila salah satu dari unsur
kedaulatan tidak terpenuhi maka negara tidak akan mendapat pengakuan dari dunia, atau resmi
sesuai hukum internasional yang berlaku.
Fenomena kepindahan masyarakat Kecamatan Lumbis Ogong tentu membuat negara,
pemerintah daerah dan Masyarakat Kabupaten Nunukan harus membenahi kekurangan yang
terdapat di wilayah tersebut sehingga bisa meminimalisir fenomena perpindahan warga negara.
Beberapa perihal yang kemudian menjadi alasan negara perlu meminimalisir perpindahan
dikarenakan konteks kedaulatan yang menjadi isu utama. Kedaulatan yang dipandang sebagai
harkat dan martabat negara kemudian melingkupi populasi penduduk, dengan sejumlah
masyarakat yang menjadi bagian dari pembentukan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. hal tersebut kemudian menjadi alasan utama mengapa negara perlu membenahi
fenomena perpindahan warga negara yang berpotensi pada ancaman kedaulatan di wilayah
Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan. Kondisi seperti ini tentu menimbulkan
-
kekuatiran yang besar bagi pemerintah Indonesia. Ketika kedaulatan populasi penduduk dalam
studi kasus masyarakat Kabupaten Nunukan, dari satu kecamatan akhirnya memilih pindah
menjadi warga negara Malaysia, maka pada akhirnya wilayah tersebut kosong dan unsur
kedaulatan populasi penduduk menghilang. Disitu keutuhan kedaulatan Indonesia hilang atas
wilayah kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan dan kondisi seperti ini akan memberi
celah bagi Malaysia untuk dapat membenahi kedaulatannya atas wilayah Lumbis Ogong tadi
dikarenakan wilayah tersebut diduduki oleh populasi penduduk bukan warga negara Indonesia
melainkan Warga Negara Malaysia.
Alasan dibalik perpindahan masyarakat Kecamatan Lumbis Ogong menjadi warga
negara Malasya notabene hanya untuk memenuhi kebutuhan. Pilihan tersebut seperti pilihan
terbaik karena berbagai kekurangan yang terdapat di Kabuapten Nunukan. Sebagian dari
masyarakat Nunukan, bertolak ke Malaysia demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak
dengan pengeluaran yang tidak terlampau besar dibanding ketika berada di wilayah perbatasan
Indonesia, Kabupaten Nunukan.
Banyak dari masyarakat menginginkan kehidupan yang lebih baik di wilayah perbatasan
Indonesia, namun semua itu sulit untuk didapat. Dilihat dari pertumbuhan pembangunan di
Kabupaten Nunukan, maka pengembangan kesejahteraan akan memakan waktu yang lama. Hal
tersebut dapat dianalisa dengan alur pemikiran bahwa, pembangunan jalan raya sebagai akses
jalur masuknya alat kerja dalam proses pembangunan hingga saat ini belum juga terselesaikan
dan jika kondisi ini masih tetap terjadi maka pembangunan yang dapat dilakukan di Kabupaten
Nunukan hanya tergolong pembangunan sederhana. Dengan begitu masyarakat hanya dapat
berupaya sebisa mereka.
Menurut narasumber Sekertaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Bapak Umboro
Hadi Suseno, berusia 40 tahun. Pembicaraan dengan narasumber meliputi adanya penggunaan
identitas kewarganegaraan ganda yang sering terjadi di wilayah perbatasan sebagai suatu upaya
individu atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam pembicaraan dengan
narasumber terkait kepemilikan identitas ganda ini cukup intens namun pendataan secara
tertulis yang resmi sebagai bukti terlampir tidak ada dikarenakan beberapa alasan yang cukup
panjang. Penggunaan identitas kewarganegaraan ganda diwilayah perbatsan diakui memang
ada oleh narasumber selaku pengurus kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi warga
negara Indonesia, serta berbagai surat meliputi ijin tinggal sementara bagi WNI maupun WNA.
Narasumber berpendapat bahwa kepemilikan IC (Identiti Card) Malaysia memang ada dan
banyak, namun mereka sebagai pemerintah tidak ingin bila warga tersebut sampai dikenai
-
masalah. Lanjut narasumber, beberapa faktor meliputi kepemilikan IC yang pada dasarnya
memberatkan peerintah daerah untuk menjerat warga tersebut dengan ketentuan hukum yag
berlaku di Indonesia. Narasumber mengaku bahwa kepemilikan IC memang disengaja oleh
warga yang memiliki namun, hal tersebut dilihat dari motif atau alasan dibalik kepemilikan
identitas kewarganegaraan ganda. Wilayah yang baru, dengan masyarakat yang terus
bertambah, kebutuhan semakin meningkat namun, lapangan pekerjaan yang dimiliki masih
sangat minim, SDM rendah tentu menjadi faktor utama kepemilikan identitas kewarganegaraan
ganda. Narasumber berkata bahwa pemerintah daerah memang sudah membuat Perda
(Peraturan Daerah), namun hal tersebut juga demi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah tetap
menanamkan rasa cinta tanah air melalui pendidikan yang dibantu relawan guru
Indonesiapintar dengan kontrak awal selama dua tahun, namun “mereka butuh pekerjaan” tutur
narasumber. Pekerjaan menjadi tujuan utama masyarakat di wilayah perbatsan khususnya
Sebatik dan Lumbis. Masyarakat yang sehari-hari hanya berkebun dan bertani membutuhkan
waktu yang lama dan tenaga ektra untuk mendapatkan uang sehingga akses lain juga dgunakan
identitas asing tersebut untuk bisa berdagang di pasar perbatasan milik Malaysia. Identitas
asing juga dimiliki untuk mempermudah dan mengamankan mereka untuk bertemu dengan
saudara mereka yang berada di wilayah kedaulatan Malaysia.
Menurut hasil penilitan bahwa adanya fakta bahwa warga Negara Indonesia memiliki
kepemilikan identitas ganda untuk bisa memudahkan akses, yang sama dengan akses adalah
pintu atau instrument yang dipakai untuk bisa memenuhi kepentingan. Tentu kondisi seperti
ini membuat kedaulatan Indonesia terancam. Bagaimana nantinya pemerintah kemudian
meminimalisir perpindahan dengan membangun atau menyediakan sejumlah kebutuhan yang
layak. Pembangunan infrastruktur jalanraya kemudian dilihat penulis penting karena
infrastruktur jalan raya adalah aksesnya. Dengan adanya upaya membangun jalan raya maka
pemerintah sedikit demi sedikit menutupi niat masyrakat untuk lebih dekat dengan Malaysia
yang secara hukum dapat memberikan ancaman berupa pengklaiman kepemilikan wilayah.
Kedaulatan Indonesia menjadi taruhan di wilayah perbatasan akibat kurangnya
ketersediaan akses yang menghambat masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan harian,
akibatnya banyak dari masyarakat Kabupaten Nunukan awalnya hanya bertolak sementara ke
Malaysia untuk bekerja, bersekolah, jual-beli di pasar, tentu kebisaaan ini membosankan bagi
setiap masyarakat jika harus terbangun dari negara lain kemudian pergi beraktifitas ke negara
lain kemudian kembali lagi. Lama kelamaan kebisaaan yang membosankan kemudian berubah
menjadi suatu ketertarikan yang berbeda dalam artian bahwa masyarakat Kabupaten Nunukan
-
akan berpikir bahwa lebih baik menjadi warga negara Malaysia dan semua yang dibutuhkan
dapat terpenuhi lebih mudah.
Menurut wakil ketua Komisi II DPRD Nunukan, Niko Hartono dalam kabar media
Kompas, 20 juli 2016 bahwa warga memilih menjadi warga negara Malaysia karena kebutuhan
ekonomi, yang kemudian dikatakan lagi bahwa wajar saja masyarakat Nunukan mencari
kesejahteraan di tempat lain karena di Nunukan kesejahteraan mereka tidak terjamin, sehingga
dimintanya bantuan pembangunan kepada pemerintah Indonesia.
Keterlambatan pembangunan mampu memberikan dampak yang besar bagi kedaulatan
indonesia dalam hal perpindahan warga negara, sehingga dengan adanya pembangunan
infrastruktur jalan raya, maka perpindahan warga negara yang pernah terjadi dapat diminialisir.
Hal ini karena dengan adanya infrastruktur jalan raya yang baik pemerintah pusat dengan
mudah dapat membuka sekolah yang baik selain itu, rumah sakit dengan standar nasional,
karena jika dilihat sekolah dan rumah sakit menjadi sarana pokok yang kemudian diikuti
lapangan pekerjaan dan pasar.
Infarstruktur jalan raya sebagai salah satu akses utama untuk mengakses segala
kebutuhan dan kepentingan masyarakat di Kabupaten Nunukan. Menurut Bob Sugeng dalam
tulisannya megenai Studi dan Teori Hubungan Internasional, pemimpin terdahulu indonesia
mengambil dan mengeksplor konsep dasar pemikir realis seperti konsep kekuatan nasional,
kepentingan nasional, instrumen nasional dan lain-lain, dari sarjana Hubungan Internasional
asal Amerika H.J. morgenthau dan George F. Kennan (Bob Sugeng : 32). Kepentingan nasional
telah diutamakan oleh pemimpin-pemimpin terdahulu Indonesia, namun hingga saat ini belum
terealisasikan karena berbagai macam kendala yang dihadapi.
Oleh karena itu, BNPP selaku instansi pemerintahan yang berwenang, harus bisa
melaksanakan pembangunan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan warga Kabupaten
Nunukan yang pindah menjadi warga negara Malaysia dikarenakan alasan mencari
kepentingan akibat kepentingan nasional masyarakat tidak di prioritaskan di wilayah
Indonesia.
5.3 Peran BNPP dalam Pembangunan Jalan Raya di Kabupaten Nunukan
Keterbelakangan pembangunan di Kabupaten Nunukan tidak hanya menjadi prioritas
daerah, tetapi sudah merambat menjadi prioritas nasional. Badan Pengelola Perbatasan Daerah
(BPPD) sebagai lembaga yang betugas mengelola pembangunan perbatasan di daerah
memerlukan bantuan Badan Nasional pengelola Perbatasan (BNPP) pada aras yang lebih tinggi
di ranah nasional, dalam membantu melancarkan pembangunan di Kabupaten
-
Nunukan.Wilayah perbatasan yang hendak dilihat sebagai gardah terdepan kemudian menjadi
prioritas bersama bangsa Indonesia melalui instansi berwenang dalam upaya membangun dan
mensejahterakan kehidupan di wilayah perbatasan.
Sesuai dengan misi dan tugas kerja yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya, BNPP
memiliki tugas dan wewenang dalam membangun, menjaga dan melestarikan setiap wilayah
perbatasan darat dan perbatasan laut yang terdaftar dalam lokasi kerja BNPP.
PERPRES Nomor 12 Tahun 2010, BAB II Pasal 3 mengenai :
Menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan;
Menetapkan rencana kebutuhan anggaran;
Mengkoordinasi pelaksanaan;
Melaksanakan evaluasi dan pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara
dan kawasan perbatasan.
Sesuai ketetapan PERPRES Nomor 12 Tahun 2010, maka setiap program yang akan
dilaksanakan oleh BNPP harus sesuai dengan rancangan PERPRES yang telah dibuat. Namun,
kekurangan dalam pekerjaan tentu tidak dapat dipungkiri, beberapa hal perlu dikerjakan lebih
keras untuk mencapai tujuan kerja.
Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan secara singkat program BNPP yang
sedang dalam tahap pekerjaan pembangunan batas wilayah di darat maupun laut. Hingga 2017
status kerja BNPP masih dalam proses, namun masyarakat mengaharapkan agar pembangunan
jangan lagi tertunda seperti yang dikerjakan di tahun 2015 kemarin. Pekerjaan pemerintah pusat
melalui BNPP dan Kemeterian pekerjaan umum yang tertunda, dapat menghambat kegiatan
masyarakat sekitar, sehingga perlunya koordinasi dan pemantauan yang baik antara lembaga-
lembaga terkait.
5.3.1 Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya oleh BNPP
Sesuai dengan ketetapan PERPRES Nomor 12 Tahun 2010, mengenai Tugas dan
Wewenang BNPP yang di cantumkan kedalam lima tugas dan wewenang, maka BNPP
perlu menjalankan dan bertanggung jawab atas tugas dan wewenang yang telah
disepakati.
Hingga 2018 setiap kebijakan pembangunan yang akan dikerjakan oleh BNPP
selalu memperhatikan porsi kerja. Alur pembagian kerja selalu terstruktur yang akan
ditentukan dan dibahas pada rapat tahunan sesuai waktu yang ditentukan. Dalam bidang
-
pembangunan infrastruktur, BNPP memiliki divisi sendiri yang mengatur setiap
kebijakan yang akan dikeluarkan. Deputi bidang pengelolaan infrastruktur kawasan
perbatasan sejauh ini telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang cukup memberikan
pengaruh dalam pembangunan infrastruktur jalan raya di Kabupaten Nunukan.
Sesuai (Sinkronasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-
2020, Keterpaduan Pengembangan Kawasan denganIinfrastruktur PUPR, Pulau
Kalimantan : 16-23) BNPP mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya;
1) Arah Kebijakan Umum terkait lokasi-lokasi yang diprioritaskan BNPP untuk
menjalani proses pembangunan.
2) Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2016
3) Arah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan batas Wilayah Laut dan Udara
4) Arah Kebijakan dan Strategi Lintas Batas mencakup lima tugas BNPP sesuai
PERPRES No. 12 Tahun 2010
5) Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan Darat
6) Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan Laut
7) Arah Kebijakan Kelmbagaan Pengelola Perbatasan
8) Program Prioritas yang akan dilaksanakan BNPP pada 2015
Untuk kebijakan mengenai pembangunan infrastruktur jalan raya ada pada
kebijakan nomor lima (5), mengenai arah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan
perbatasan darat. Pada kebijakan nomor lima, segala bentuk pembangunan di darat, mulai
dari SDM hingga pekerjaan fisik tetap dilaksanakan BNPP, dengan aturan kerja sesuai
dengan PERPRES No. 12 Tahun 2010.
Pada proses pengelolaan infrastruktur fisik maka kementrian PUPR akan
menindak lanjuti sebagai Kementrian/ Lembaga yang berwenang mengeksekusi program
yang telah direncanakan oleh BNPP. Begitu juga kementerian lainnya akan ikut serta
mengeambil bagiannya sesuai dengan bidangnya masing-masing.
5.3.2 Rancangan Kebutuhan Anggaran Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya
yang di tetapkan oleh BNPP
Pada umumnya rancangan anggaran untuk kebutuhan pembangunan daerah akan
dibahas pada sidang bersama DPR RI dalam rapat rancangan anggaran tahunan yang akan
diikuti oleh pejabat dalam negeri yang berwenang. Begitu juga anggaran pembangunan
infrastruktur jalan raya akan dikalkulkasikan sesuai kebutuhan yang telah dirancangkan
-
oleh Kementerian PUPR pada rapat tersebut. Dana pembangunan daerah bisaanya
diperoleh dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
dialokasikan dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahunan.
Segala kebutuhan akan dihitung melalui Rancangan Anggaran Belanja (RAB) yang telah
dibuat agar setiap anggaran yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan.
Anggaran pembangunan infrastruktur jalan raya di Kabupaten Nunukan telah
ditetapkan dalam rancangan APBD Kalimantan Utara dalam satu tahun dengan kalkulasi
sesuai kebutuhan proyek pembangunan. BNPP selaku badan yang ikut serta dalam
merancangkan kebutuhan anggaran di Kabupaten Nunukan, serta turut mengambil bagian
dalam menentukan besar kebutuhan tahun anggaran selanjutnya, sesuai program kerja
yang telah dirancangkan. Menteri Dalam Negeri Jahjo Kumolo sebagai kepala BNPP
menerangkan langsung dalam situs resmi BNPP bahwa, anggaran yang diperoleh BNPP
setiap tahun dipersiapkan sesuai rancangan anggaran sesuai program kerja yang akan
dijalankan pada tahun anggaran sanjutnya. Dilanjutkan, setiap anggaran yang dibutuhkan
akan dibahas bersama Komisi II DPR RI terkait penyampaian PAGU Indikatif
Kementerian/Lembaga Tahunan.
Tabel 5.1 Tabel Koordinasi Anggaran
*Sumber : Data Sekunder melalui, (bnpp.go.id dan Buku Kebijakan dan Mekanisme Penilaian DAK
Afirmasi 2018)
*Keterangan :
DAK = Dana Alokasi Khusus TP = Tugas Pembantuan
Dekons = Dekonsentrasi Subs = Subsidi Pembangunan
-
K/L = Kementrian/Lembaga Pemerintah Non Kementrian Prov/Kab/ Kot =
Provinsi/Kabupaten/Kota
Sesuai tabel 5.2, dapat dilihat bahwa alur penyampaian dana program kerja
berjalan terkoordinasi dimana APBN yang ditetapkan akan dibagi sesuai kebutuhan yang
telah disepakati bersama, kemudian BNPP akan meneruskan anggaran tersebut kepada
setiap kementerian dan lembaga terkait yang bersangkutan. Kemudian anggaran APBD
didapat sesuai besar kebutuhan daerah provinsi yang dihitung berdasarkan pemasukan
daerah terhadap Negara, yang kemudian akan dibagi untuk lembaga-lambaga
pemerintahan seperti BPPD Provinsi misalnya, sesuai kebutuhan anggaran yang telah
dirancangkan. Begitu juga alurnya hinggga turun kepada APBD Kab/Kota dan
pembagiannya kepada instansi-instansi terkait seperti BPPD Kab/Kota. Anggaran yang
diperoleh akan terus dikontrol melalui pengawasan badan yang bertugas pada saat proses
pengevaluasian penggunaan anggaran pertahun agar tidak ada tindakan korupsi dalam
proses pelaksanaan.
Dalam (Pembukuan BNPP tahun 2016 : 27-28 poin E mengenai Rencana Kerja
dan Anggaran), menunjukan Anggaran yang diperoleh BNPP melalui APBN 2016
sebesar RP. 200.599.529.000.- (dua ratus miliar lima ratus Sembilan puluh Sembilan
ratus juta lima ratus dua puluh Sembilan ribu rupiah), dengan kalkulasi penggunaan
anggaran sesuai program dan kegiatan BNPP TA 2016 sebagai berikut;
Tabel 5.2 Pembagian Anggaran sesuai Program/Kegiatan BNPP Tahun Anggaran
2016
No. PROGRAM / KEGIATAN ALOKASI
ANGARAN (Rp)
I. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya BNPP
71.152.929.000,-
1. Pelaksanaan Dukungan Perencanaan,
Kerjasama dan Hukum
26.094.219.000,-
2. Penyelenggaraan Administrasi Keuangan,
Ketatausahaan dan Operasional Perkantoran
45.058.710.000,-
-
II. Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan
129.446.600.000,-
1. Pengelolaan Batas Negara Wilayah Darat 13.500.000.000,-
2. Pengelolaan Batas Negara Wilayah Laut dan
Udara
13.500.000.000,-
3. Pengelolaan Lintas Batas Negara 16.346.000.000,-
4. Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan
Darat
12.800.000.000,-
5. Penataan Ruang Kawasan Perbatasan 17.700.000.000,-
6. Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan
Laut
12.800.000.000,-
7. Pengelolaan Infrastruktur Fisik Kawasan
Perbatasan
15.800.000.000,-
8. Pengelolaan Infrastruktur Ekonomi dan
Kesra Kawasan Perbatasan
13.500.000.000,-
9. Pengelolaan Infrastruktur Pemerintahan
Kawasan Perbatasan
13.500.000.000,-
Jumlah 200.599.529.000,-
*Sumber : Pembukuan BNPP tahun anggaran 2016 : 27-28 poin E mengenai
Rencana Kerja dan Anggaran
Pada Tabel 5.2, terlihat untuk pengelolaan infrastruktur fisik kawasan darat yang
dikategorikan jalan raya salah satunya memiliki dana sebesar Rp.15.800.000.000,- (lima
belas miliar delapan ratus juta rupiah) untuk, 187 Kecamatan LOKRPI di 41 Kab/Kota
dan 13 Provinsi, yang salah satu diantaranya Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
yang berbatasan dengan Malaysia.
Dalam proyek pembangunan infrastruktur jalan raya, sesuai table 5.2 Kementerian
PUPR di bawah naungan BNPP mendapat angaran sesuai kebutuhan proyek
-
pembangunan infrastruktur jalan raya yang telah di rancangkan. Anggaran pembangunan
infrastruktur jalan raya yang di alokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), akan
diatur langsung oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
sesuai RAB yang telah direncanakan pada LOKPRI dengan jangka waktu kerja yang
disepakati. Secara langsung BNPP belum mengeluarkan jumlah anggaran yang
digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan raya di Kabupaten Nunukan. Hal
tersebut dikarenakan agenda RPJM BNPP masih dalam proses, sehingga segala bentuk
pembukuan tercetak belum bisa diakses oleh peneliti. Namun, beberapa media elektronik
terkemuka mendapati seberapa besar rancangan anggaran umum yang digunakan
pemerintah untuk membangun infrastruktur jalan raya.
Pada tahun 2017 melalui situs resmi detik.com, menteri ekonomi Sri Mulyani
menyatakan bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan jalan raya di
Kalimantan Utara salah satunya Kabupaten Nunukan sebesar Rp. 222 milyar, dengan
panjang jalan raya 847 kilimeter. Ditahun 2018 melalui media online tribun.news juga
mengeluarkan berita mengenai isi dari Peraturan Kepala BNPP RI Nomor 3 Tahun 2017
bahwa jalan parallel yang akan dibangun Kementerian PUPR di sepanjang perbatasan
Kalimantan Utara mencapai 127,58 kilometer dengan anggaran senilai Rp. 1,14 triliun.
Berdasarkan jumlah anggaran yang didapat adanya peningkatan jumlah anggaran untuk
pembangunan jalan raya di kabupaten Nunukan mulai periode tahun 2016 sebesar Rp.
15,8 miilar, kemudian ditahun 2017 membutuhkan anggaran sebesar Rp. 222 miliyar,
kemudian ditahun 2018 dikeluarkan anggaran sebesar 1,14 triliun. Adanya peningkatan
anggaran proyek dikarenakan kondisi wilayah yang sulit dijangkau sehingga biaya
kehidupan di perbatasan Kalimantan Utara yang salah satunya Kabupaten Nunukan
sehingga kebutuhan anggaran pembangunan ikut meningkat.
Pada proyek pembangunan infrastruktur jalan raya di Lumbis Ogong tahun 2016
sempat mengalami kendala dan terhenti. Menurut, media online Kaltara.prokal
Kementerian PUPR mengenhentikan proyek dikarenakan alasan lingkungan sosial
karena msyarakat yang masih cukup kental dengan adat istiadat. Sehingga rancangan
waktu yang telah ditentukan harus bergeser karena kementerian PUPR perlu melakukan
pembersihan lahan adat bersama masyarakat sekitar. Selain itu juga dikarenakan lokasi
yang sulit karena sebagian besar terdiri dari pegunungan dan sungai. Oleh karena itu
Kementerian PUPR selaku pengeksekusi perlu mengulur waktu.
-
5.3.3 Bagaimana BNPP Melakukan Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Jalan
Raya dengan Kementerian PUPR
BNPP dalam cara kerjanya memiliki tiga deputi diantaranya; Deputi Bidang
Pengelolaan Batas Wilayah Negara, Deputi Bidang Pengelolaan Potensi Kawasan
Perbatasan, Deputi Pengelolaan Bidang Infrastruktur Kawasan Perbatasanyang dibagi
sesuai bidangnya masing-masing. Setiap deputi memiliki kewajiban menjalankan tugas
sesuai dengan visi dan misi BNPP yang tercantum dalam PERPRES No. 12 Tahun 2010.
Masing-masing deputi memiliki hubungan terstruktur dengan kementerian dan lembaga
terkait, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai salah satu
Kementerian dan Lembaga yang secara terkoordinir dilibatkan BNPP yang kemudian
secara terkoordinasi tergabung dalamDeputi Pengelolaan Bidang Infrastruktur Kawasan
Perbatasan.
Melalui kesepakatan pada rapat perencanaan kegiatan tahunan. Segala bentuk
program kerja sesuai dengan bidang Kementrian PUPR akan langsung ditindak lanjuti
sesuai rancangan kerja.Dalam proyek pembangunan infrastruktur jalan raya,
Kementerian PUPR dan BNPP akan melakukan negosiasi sesuai rancangan kerja yang
telah dibuat agar semua kebutuhan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik.
Pemantauan dari BNPP kepada PUPR juga terus dilakukan. Sehingga penggunaan
anggaran tahunan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik. Berikut hubungan PUPR
dan BNPP dalam mencapai kesepakatan kerja;
5.3.4 Evaluasi dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya oleh
BNPP
Proses pengevaluasian selalu dilakukan pada akhir program kerja, ketika sudah
selesai. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) agenda
pertama 2011-2015, BNPP kemudian mengeluarkan hasil evaluasi dan pengawasan yang
dikeluarkan, sehingga masyarakat Indonesia bisa tahu sejauhmana tindakan BNPP dalam
menanggulangi perbatasan-perbatasan di Indonesia.
Dalam agenda BNPP sesuai RPJMN periode 2015-2019 segala bentuk koordinasi
dan pemfasilitasi terhadap pengawas yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan,
pemantauan dan pengevaluasian di lokasi prioritas. Namun, hasil pengeavaluasian mulai
tahun 2015 sampai sekarang, belum masuk dalam pembukuan. Karena proyek program
kerja RPJM masih dalam proses dan pengawasan dan hasil-hasil evaluasi hanya akan
dibantu oleh media sebagai perpanjangan tangan.
-
Sesuai tabel 4.4 mengenai Lokasi Prioritas RPJM BNPP, hasil pengawasan hingga
saat ini masih dalam tahap proses pekerjaan. Namun, melalui (hasil rekapan tahunan
Penilaian DAK BAPPENAS Tahun 2018 di Kalimantan Utara : 17) masih tertinggal
dikarenakan beberapa alasan seperti wilayah yang masih terisolir, sarana prasarana
aksesibilitas yang masih rendah sehingga ditargetkan pada 2019 mendatang beberapa
program pembangunan di wilayah perbatasan Kalimantan Utara dapat terselesaikan.
BAB V5.1 Pentingnya Infrastruktur Jalan Raya dalam Pemerataan Pembangunan di Kabupaten Nunukan5.2 Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya sebagai upaya meminimalisir Perpindahan Warga Negara Indonesia menjadi Warga Negara Malaysia5.3 Peran BNPP dalam Pembangunan Jalan Raya di Kabupaten Nunukan5.3.1 Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya oleh BNPP5.3.2 Rancangan Kebutuhan Anggaran Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya yang di tetapkan oleh BNPP5.3.3 Bagaimana BNPP Melakukan Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya dengan Kementerian PUPR5.3.4 Evaluasi dan Pengawasan Pembangunan Infrastruktur Jalan Raya oleh BNPP