BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Obyek Penelitian
Provinsi Gorontalo merupakan provinsi yang ke-32 yang
sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan kota Madya
Gorontalo di Sulawesi Utara. Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember 2000
seiring dengan munculnya pemekaran wilayah otonomi baru.
Provinsi Gorontalo pada awal berdirinya hanya terdiri dari 2
kabupaten dan 1 kota. Namun, setelah adanya pemekaran, Provinsi
Gorontalo kini terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kota Gorontalo,
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Gorntalo Utara, Kabupaten Bone
Bolango, Kabupaten Pohuato, Kabupaten Boalemo yang terdiri dari 75
kecamatan dan 637 desa/kelurahan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo, batas wilayah Provinsi
Gorontalo adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara Laut Sulawesi
2. Sebelah timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang
Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara
3. Sebelah selatan Teluk Tomini
4. Kabupaten Parigi Moutong dan Buol, Provinsi Sulawesi Tengah
Pelaksanaan urusan pemerintahan, Provinsi Gorontalo dipimpin
oleh seorang Gubernur dan dibantu oleh Wakil Gubernur, Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, serta Lembaga Teknis Daerah.
Pada Lembaga Teknis Daerah terdapat bagian yang menangani
keuangan yaitu Badan Keuangan Daerah (BKD) yang dibentuk
berdasrkan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 07 Tahun 2007
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga-lembaga
Teknis Daerah Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 64
Tahun 2010 BKD Provinsi Gorontalo berfungsi melaksanakan
kewenangan otonomi daerah dalam rangka tugas desentralisasi dan
dekonsentrasi dibidang Keuangan Daerah dengan susunan organisasi
terdiri dari Kepala Badan, Sekretaris, Bidang Anggaran dan Pembinaan,
Bidang Perbendaharaan, Bidang Pendapatan dan Penerimaan
Pembiayaan, dan Bidang Pembinaan Kekayaan Pemerintah Daerah.
4.2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bermanfaat untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel dependen yang diamati dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Untuk melakukan pengujian asumsi normalitas data tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian metode Kolmogorov
Smirnov (KS). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40 5.002E9
9.2217E9 .295 .295
-.238 1.867 .002
N Mean Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Analisis Varians
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
H0 : Data variabel yang diamati berdistribusi normal
H1 : Data variabel yang diamati tidak berdistribusi normal
: 5%
Kriteria uji : Jika nilai Kolomogorov Smirnov untuk variabel yang diuji
lebih besar dari nilai Z-tabel maka Ho ditolak. Pengujian
juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai
signifikansi untuk KS dengan nilai alpha. Jika nilai
signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan maka H0
ditolak. Sebaliknya jika nilai signifikansi dari statistik KS
lebih besar dari alpha yang digunakan maka H0 diterima
Hasil pengujian normalitas data untuk setiap variabel dependen
yang diamati dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Pengujian Normlitas Data Analisis Varians PAD
Hasil analisis di atas menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov
Smirnov (KS) sebesar 1.867. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi
5% adalah sebesar 1.96. Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka
Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data rasio
Analisis Varians PAD telah berdistribusi normal.
Tabel 4. Pengujian Normalitas Data Rasio Kemandirian
Hasil analisis di atas diperoleh nilai koefisien Kolmogorov Smirnov
(KS) sebesar 0,931. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi 5%
adalah sebesar 1.96. Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka Ho
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel rasio
kemandirian telah berdistribusi normal.
Tabel 5. Pengujian Normalitas Data Rasio Ketergantungan
Hasil analisis di atas menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov
Smirnov (KS) sebesar 0,757. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi
5% adalah sebesar 1.96. Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40 .2207
.05598 .147 .129 -.147 .931 .352
N Mean Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Rasio Kemandirian
Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40 .7973
.05798 .120 .063
-.120 .757 .616
N Mean Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Rasio Ketergant
ungan
Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b.
Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel
rasio ketergantungan telah berdistribusi normal.
Tabel 6. Pengujian Normalitas Data Derajat Desentralisasi
Hasil analisis di atas menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov
Smirnov (KS) sebesar 0,560. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi
5% adalah sebesar 1.96. Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka
Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel
rasio desentralisasi PAD telah berdistribusi normal.
4.3. Hasil Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah PAD
terhadap kinerja keuangan Provinsi Gorontalo selama tahun 2003-2012.
Indikator kinerja keuangan yang digunakan sebanyak empat rasio yakni
Analisis Varians PAD, Rasio Kemandirian, Rasio Ketergantungan dan
Derajat Desentralisasi. Untuk melihat pengaruh dari jumlah PAD terhadap
kinerja keuangan dilakukan dengan pendekatan analisis regresi data
dengan cara meregresikan jumlah PAD (X) dengan setiap rasio kinerja
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40 .1734
.03524 .088 .088
-.080 .560 .913
N Mean Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Rasio Desentral
isasi
Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b.
keuangan yang diamati. Dengan demikan akan diperoleh sebanyak empat
model regresi yang menggambarkan arah dan bentuk pengaruh dari
jumlah PAD terhadap masing-masing rasio indikator kinerja keuangan.
Adapun model analisis regresi yang dipakai adalah model regresi
semi log dengan pendekatan lin-log (linear-logaritma). Pemilihan model ini
didasarkan pada pertimbangan tujuan yang ingin dicapai dari proses
analisis ini yakni untuk mengetahui besarnya nilai Y (kinerja keuangan)
akibat adanya perubahan persentase variabel X (jumlah PAD). Ini
didasarkan pada fungsi model lin-log yang berguna untuk melihat
perubahan Y secara absolut akibat adanya perubahan persentase pada
variabel X (Gujarati, 2010 : 213). Dengan demikian model analisis regresi
yang akan dianalisis adalah sebagai berikut :
1) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Analisis Varians PAD
0 1Variasi PAD Ln PAD
2) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian
0 1Rasio Kemandirian Ln PAD
3) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan
0 1Rasio Ketergantungan Ln PAD
4) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi
0 1Derajat Desentralisasi Ln PAD
Rekapitulasi hasil analisis regresi untuk masing-masing model
adalah sebagai berikut :
1) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Varians PAD
Rasio Efektifitas PAD = −2,159E6+0,314Ln(PAD)
2) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian
1,698 0,081Rasio Kemandirian Ln PAD
3) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan
2,772 0,083Rasio Ketergantungan Ln PAD
4) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi
0,894 0,045Derajat Desentralisasi Ln PAD
Hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiram 4.
4.3.1. Pengujian Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Kinerja Keuangan
Provinsi Gorontalo selama Periode 2003-2012
Setelah model regresi diperoleh, selanjutnya akan dilakukan
pengujian untuk mengetahui signfikansi pengaruh jumlah PAD terhadap
kinerja keuangan. Untuk keperluan itu dilakukan pengujian koefisien
regresi dengan menggunakan uji t. Jika nilai mutlak t-hitung yang
diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu dan
derajat bebas (N-k-1) maka Ho ditolak.
Secara eksplisit hasil pengujian signifikansi jumlah PAD terhadap
setiap jenis indikator kinerja keuangan adalah sebagai berikut
1) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Varians PAD
Ho : 1 0 (jumlah penerimaan PAD tidak berpengaruh
terhadap Varians PAD Provinsi Gorontalo selama
periode 2003-2012)
H1 : 1 0 (jumlah penerimaan PAD berpengaruh terhadap
Variasi PAD Provinsi Gorontalo selama periode
2003-2012)
: 5%
Hasil analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Pengujian Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Analisis Varians PAD
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -2.159E9 2.819E9 -.766 .448
PAD .314 .109 .424 2.886 .006
a. Dependent Variable: Varians
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-
hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model pertama (pengaruh
jumlah PAD terhadap Varians PAD) adalah sebesar 2,886. Sedangkan
nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah
sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh
dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t-tabel
sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
tingkat kepercayaan 95% jumlah PAD berpengaruh signifikan terhadap
Varians PAD Provinsi Gorontalo selama tahun 2003-2012. Adapun besar
pengaruh dari jumlah PAD terhadap Varians PAD sebesar 0.314 Ini
berarti bahwa setiap kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti
dengan peningkatan varians PAD sebesar 31.4 %.
2) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian
Ho : 1 0 (jumlah penerimaan PAD tidak berpengaruh
terhadap Rasio Kemandirian Provinsi Gorontalo
selama periode 2003-2012)
H1 : 1 0 (jumlah penerimaan PAD berpengaruh terhadap
Rasio Kemandirian Provinsi Gorontalo selama
periode 2003-2012)
: 5%
Hasil analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-
hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model kedua (pengaruh jumlah
PAD terhadap Rasio Kemandirian) adalah sebesar 8,998. Sedangkan nilai
t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah sebesar
Coefficients a
-1.698 .213 -7.961 .000 .081 .009 .825 8.998 .000
(Constant) ln_PAD
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rasio Kemandirian a.
2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai
t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t-tabel sehingga Ho
ditolak. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat
disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh berpengaruh secara
signifikan terhadap rasio kemandirian Provinsi Gorontalo selama tahun
2003-2012. Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD terhadap Rasio
Kemandirian sebesar 0,081. Ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah
PAD sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan rasio kemandirian
sebesar 8,1 %.
3) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan
Ho : 1 0 (jumlah penerimaan PAD tidak berpengaruh
terhadap Rasio Ketergantungan Provinsi
Gorontalo selama periode 2003-2012)
H1 : 1 0 (jumlah penerimaan PAD berpengaruh terhadap
Rasio Ketergantungan Provinsi Gorontalo selama
periode 2003-2012)
: 5%
Hasil analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut ;
Tabel 9. Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan
Coefficients a
2.772 .224 12.371 .000 -.083 .009 -.820 -8.815 .000
(Constant) ln_PAD
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rasio Ketergantungan a.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai
mutlak t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model ketiga (pengaruh
jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan) adalah sebesar 8,815.
Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38
adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang
diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t-
tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh berpengaruh
secara signifikan terhadap rasio ketergantungan Provinsi Gorontalo
selama tahun 2003-2012. Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD
terhadap Rasio Kemandirian sebesar -0,083. Ini berarti bahwa setiap
kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan Rasio
Kemandirian sebesar 8,3 %.
4) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi
Ho : 2 0 (jumlah penerimaan PAD tidak berpengaruh
terhadap Derajat Desentralisasi Provinsi
Gorontalo selama periode 2003-2012)
H1 : 2 0 (jumlah penerimaan PAD berpengaruh terhadap
Derajat Desentralisasi Provinsi Gorontalo selama
periode 2003-2012)
: 5%
Hasil analisis dengan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai
mutlak t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model keempat
(pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi) adalah sebesar
6,566. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat
bebas 38 adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung
yang diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar
dari t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pada tingkat
kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh
berpengaruh secara signifikan terhadap derajat desentralisasi Provinsi
Gorontalo selama tahun 2003-2012. Adapun besar pengaruh dari jumlah
PAD terhadap Rasio Kemandirian sebesar 0,045. Ini berarti bahwa setiap
kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan
derajat desentralisasi sebesar 4,5%.
4.3.2. Penafsiran Koefisien Determinasi Model Regresi
Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh
perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel
tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur
Coefficients a
-.894 .163 -5.498 .000 .045 .007 .729 6.566 .000
(Constant) ln_PAD
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta
Standardized Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Rasio Desentralisasi a.
kebenaran dan kebaikan hubungan antar variable dalam model yang
digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2
semaikn mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik
karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen.
Nilai koefisien determinasi untuk setiap model yang diperoleh dari
hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Nilai Koefisien Determinasi Setiap Model Regresi
Model Nilai R R-Square
Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Varians PAD
0,424 0,180
Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Rasio Kemandirian
0,825 0,681
Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Rasio Ketergantungan
0,820 0,672
Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Derajat Desentralisasi
0,729 0,531
Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa model yang
mempunyai koefisien determinasi tertinggi adalah model pengaruh jumlah
PAD terhadap rasio kemandirian yakni sebesar 0,681. Koefisien
determinasi ini menunjukkan bahwa pengaruh Rasio Kemandirian
Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 ebesar 68,1% dipengaruhi
oleh jumlah PAD yang diperoleh sedangkan sisanya sebesar 31,9%
dipengaruhi oleh faktor lain. Model yang memperoleh koefisien
determinasi tertinggi selanjutnya adalah pengaruh PAD terhadap rasio
ketergantungan (67,2%) diikuti oleh model pengaruh PAD terhadap
derajat desentralisasi (53,1%). Sedangkan model yang mempunyai
koefisien determinasi terendah adalah model pengaruh PAD terhadap
varians PAD yakni hanya sebesar 0,180 atau sekitar 18%.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengaruh PAD Terhadap Analisis Varians PAD Provinsi
Gorontalo Selama Periode 2003-2012
Analisis Varians PAD dilakukan dengan cara menghitung selisih
antara nilai yang dianggarkan dengan hasil pencapaian realisasi
pendapatan. Sehingga pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja
pendapatan yang baik apabilah dapat menghimpun pendapatan yang
melebihi jumlah yang dianggarkan. Dalam Laporan Realisasi Anggaran
biasanya telah dicantumkan selisih anggaran dan realisasi yang sangat
membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menganalisa laporan keuangan. Informasi yang dihasilkan analisis varians
ini akan menunjukkan tingkat pencapaian kinerja keuangan. Semakin
besar nilai varians PAD menandakan semakin besar selisih jumlah
realisasi PAD dengan yang ditargetkan.
Mengenai pengaruh PAD terhadap analisis varians PAD Provinsi
Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien
regresi yang positif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang
diperoleh maka rasio varians PAD juga akan semakin meningkat.
Meskipun memiliki koefisien regresi yang positif namun berdasarkan hasil
pengujian secara statistika menyimpulkan bahwa jumlah PAD tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variasi PAD. Hasil ini juga
didukung dengan nilai koefisien determinasi yang hanya sebesar 18%
artinya varians PAD hanya sebesar 18% dipengaruhi oleh jumlah PAD
sedangkan sisanya sebesar 82% rasio varians PAD dipengaruhi oleh
faktor lain.
4.4.2. Pengaruh PAD Terhadap Rasio Kemandirian Provinsi
Gorontalo Selama Periode 2003-2012
Rasio kemandirian keuangan daerah bermanfaat untuk mengetahui
apakah suatu daerah telah mampu membiayai kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio kemandirian
keungan daerah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah
pendapatan asli daerah dengan pendapatan transfer pemerintah pusat,
provinsi dan pinjaman daerah. Semakin besar rasio kemandirian suatu
daerah maka kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan juga
akan semakin baik.
Bedasrkan analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien
regresi yang positif.hal Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang
diperoleh maka rasio kemandirian daerah juga akan semakin meningkat.
Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat pengaruh
yang signifikan dari jumlah PAD terhadap rasio kemandirian daerah.
Koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan setiap peningkatan PAD
sebesar 1% akan meningkatkan rasio kemandirian sebesar 8,1%.
Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap rasio kemandirian
daerah Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 ditunjukkan oleh
koefisien determinasi sebesar 0,681. Nilai ini berarti 68,1% rasio
kemandirian Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 dipengaruhi
oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya sebesar
31,9% dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muliana (2009:70) diseluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatra
Utara dimana secara parsial Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah
dibandingkan dengan variable lain seperti DAK dan DAU yang
berpengaruh secara signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian
keuangan daerah.
4.4.3. Pengaruh PAD Terhadap Rasio Ketergantungan Provinsi
Gorontalo Selama Periode 2003-2012
Rasio ketergantungan daerah ini bermanfaat untuk mengetahui
tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Rasio ini
diperoleh dengan membandingkan jumlah pendapatan pemerintah daerah
yang diperoleh dari transfer pusat dengan pendapatan asli daerah.
Semakin tinggi angka rasio ketergantungan daerah maka semakin besar
jumlah penerimaan dari pusat dibandingkan dari PAD. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat.
Mengenai pengaruh PAD terhadap variasi rasio ketergantungan
Provinsi Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan
koefisien regresi yang negatif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD
yang diperoleh maka rasio ketergantungan daerah akan semakin
menurun. Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan dari jumlah PAD terhadap rasio ketergantungan
daerah. Koefisien regresi sebesar -0,083 menunjukkan setiap peningkatan
PAD sebesar 1% akan menurunkan rasio ketergantungan sebesar 8,3%.
Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap rasio ketergantungan
daerah Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 ditunjukkan oleh
koefisien determinasi sebesar 0,672. Nilai ini berarti 67,2% rasio
ketergantungan Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012
dipengaruhi oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya
sebesar 32,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil Penelitian in berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di Provinsi Sulawesi Tengah oleh Ladjin (2008:116) menyatakan
bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat masih
tinggi apabila proporsi DAU dan DAK terhadap Total Pendapatan Daerah
yang semakin besar dan sebaliknya kontribusi PAD terhadap Total
Pendapatan Daera masih cenderung meningkat namun dengan nilai yang
masih sangat rendah.
4.4.4. Pengaruh PAD Terhadap Derajat Desentralisasi Provinsi
Gorontalo Selama Periode 2003-2012
Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi PAD
terhadap total penerimaan daerah. Rasio ini diperoleh dengan
membandingkan jumlah PAD yang berhasil dihimpun dengan total
pendapatan daerah. Semakin tinggi derajat desentralisasi ini menandakan
kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah juga semakin meningkat.
Dengan demikian semakin tinggi derajat desentralisasi suatu daerah maka
semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan
desentralisasi pembangunan ekonomi.
Mengenai pengaruh PAD terhadap variasi derajat desentralisasi
Provinsi Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan
koefisien regresi yang positif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD
yang diperoleh maka derajat desentralisasi daerah juga akan semakin
meningkat. Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan dari jumlah PAD terhadap derajat desentralisasi
daerah. Koefisien regresi sebesar 0,045 menunjukkan setiap peningkatan
PAD sebesar 1% akan meningkatkan derajat desentralisasi sebesar 4,5%.
Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap derajat desentralisasi
daerah Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 ditunjukkan oleh
koefisien determinasi sebesar 0,531. Nilai ini berarti 53,1% derajat
desentralisasi Provinsi Gorontalo selama periode 2003-2012 dipengaruhi
oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya sebesar
46,9% dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian selanjutnya yang
dilakukan oleh Thesaurianto (2003: 57) menyatakan bahwa meskipun
pertumbuhan PAD terus meningkat dari tahun ke tahun namun derajat
desentralisasi masi terlihat fluktuatif. Hal ini dikarenakan komponen
penerimaan lain juga ikut meningkat sehingga menggambarka bahwa
kemampuan keuangan yang rendah.