18 Universitas Kristen Petra
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Tahap Define dalam Pendekatan DMAIC
Tahap ini dilakukan dengan mendefinisikan masalah yang terjadi,
menetapkan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, kemudian menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan. Ada tiga hal utama yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini yaitu:
1. Faktor-faktor penyebab sisa material besi beton
Untuk mendapatkan faktor-faktor tersebut peneliti melakukan studi
literatur pada penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah meneliti
tentang waste material. Faktor-faktor penyebab sisa material besi beton
yang didapatkan kemudian digunakan untuk menyusun kuesioner Tahap 1.
Tujuan dari penyusunan kuesioner Tahap 1 adalah untuk mendapatkan
faktor-faktor penyebab sisa material besi beton yang paling sering terjadi
pada proyek-proyek dalam perusahaan yang diteliti.
2. Akar penyebab sisa material besi beton
Setelah mendapatkan faktor-faktor penyebab sisa material besi beton yang
paling sering terjadi, peneliti mencari akar penyebab dengan melakukan
wawancara pada pimpinan-pimpinan proyek kemudian dianalisa dengan
analisis diagram sebab-akibat.
3. Upaya solusi untuk mengurangi sisa material besi beton.
Upaya solusi diperoleh dengan kembali melakukan wawancara pada
pimpinan-pimpinan proyek sebagai pihak-pihak yang sudah
berpengalaman dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada
proyek. Kumpulan upaya solusi tersebut kemudian disusun menjadi
kuesioner Tahap 2 dan hasil dari pembagian kuesioner tersebut digunakan
sebagai usulan perbaikan dalam mengurangi sisa material besi beton pada
perusahaan yang diteliti.
19 Universitas Kristen Petra
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan peneliti meninjau dari
setiap proses pekerjaan pembesian. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, proses
pekerjaan pembesian pada proyek-proyek dalam perusahaan yang diteliti secara
garis besar digambarkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Flowchart proses pekerjaan pembesian pada perusahaan yang diteliti
20 Universitas Kristen Petra
Berikut penjelasan setiap proses pekerjaan pembesian pada perusahaan
yang diteliti:
1. Proses desain struktur
Proses desain struktur merupakan proses awal dalam proyek konstruksi.
Proses desain struktur biasanya dilakukan oleh perencana sesuai dengan
konsep yang diinginkan oleh owner.
2. Proses perhitungan kebutuhan pembesian
Setelah desain struktur selesai, desain tersebut kemudian dihitung oleh
estimator untuk pembuatan penawaran harga kepada owner baik dalam
proses tender maupun proses penunjukan langsung.
3. Proses pemesanan besi beton kepada supplier.
Setelah perusahaan berhasil memenangkan tender, proses selanjutnya
adalah proses pemesanan material besi beton. Pada umumnya sebelum
proses pemesanan besi beton dilakukan, perusahaan memiliki suatu divisi
untuk menghitung kembali kebutuhan besi beton di lapangan. Namun
perusahaan yang diteliti tidak memiliki divisi tersebut sehingga pemesanan
material besi beton menggunakan volume seperti yang tertera pada BQ
(Bill of Quantity).
4. Proses pengiriman besi beton ke lapangan
Setelah perusahaan melakukan pemesanan material besi beton, proses
selanjutnya adalah proses pengiriman oleh supplier yang ditunjuk
perusahaan.
5. Proses pengecekan besi beton yang datang di lapangan
Saat material besi beton yang dipesan tiba di lapangan, bagian logistik
bertanggung jawab dalam pengecekan material yang datang. Apabila
material besi beton yang datang sesuai dengan yang dipesan maka material
tersebut diterima oleh logistik, namun apabila material yang datang tidak
sesuai dengan yang dipesan maka material tersebut dikembalikan kepada
supplier.
6. Proses perencanaan site.
Sebelum pekerjaan dimulai dilakukan perencanaan site untuk menata pos-
pos yang diperlukan dalam proyek untuk memudahkan aktivitas proyek.
21 Universitas Kristen Petra
7. Proses penyimpanan besi beton
Setelah menerima material dari supplier, material besi beton kemudian
ditempatkan pada area yang sudah disediakan sesuai dengan site plan.
8. Proses pemotongan besi beton
Pada saat material besi beton akan digunakan untuk proses pembesian,
dilakukan proses pemotongan besi beton sesuai dengan gambar kerja.
Proses pemotongan seharusnya didahului dengan proses perencanaan
pemotongan (bar bending schedule), namun pada perusahaan yang diteliti
perencanaan pemotongan tidak dilakukan.
9. Proses perakitan
Sebelum diadakan pengecoran, perlu dilakukan perakitan besi beton. Pada
umumnya perakitan besi beton dilakukan pada area fabrikasi.
10. Proses pengecoran
Setelah besi beton selesai dirakit sesuai dengan gambar kerja, maka
rakitan besi beton tersebut diletakkan pada tempatnya dan dilakukan
pekerjaan pengecoran.
4.2. Tahap Measure dalam Pendekatan DMAIC
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program
peningkatan kualitas Six-Sigma yang dilakukan dengan mengembangkan
pengumpulan data. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dilakukan
studi literatur pada beberapa penelitian sebelumnya. Dari hasil studi literatur
didapatkan faktor-faktor penyebab sisa material besi beton kemudian dievaluasi
dan dipilih berdasarkan faktor-faktor yang disebabkan oleh kesalahan kontraktor.
Berikut faktor-faktor yang didapatkan dan pertimbangan pemilihan faktor-faktor
tersebut dalam penyusunan kuesioner Tahap 1.
22 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1. Pertimbangan Pemilihan Faktor-faktor Penyebab Sisa Material Besi
Beton.
No Faktor-faktor penyebab
Penggunaan
dalam
kuesioner
Alasan
I Penelitian Intan et al (2005)
1 Tahap disain:
a Perubahan desain Tidak Perubahan desain bukan merupakan
kesalahan dari kontraktor dan tidak dapat
ditangani oleh kontraktor.
b Pendetailan gambar yang
rumit
Ya Kontraktor seharusnya memastikan
informasi yang ada pada gambar.
Pembongkaran pekerjaan akibat kesalahan
kontraktor sering menjadi penyebab
tersisanya material di lapangan.
c Informasi gambar salah/
kurang lengkap
Ya Kontraktor seharusnya memastikan
informasi yang ada pada gambar.
Pembongkaran pekerjaan akibat kesalahan
kontraktor sering menjadi penyebab
tersisanya material di lapangan.
2 Tahap pengadaan material:
a Kesalahan dalam
membeli material karena
ketidaktelitian/
kecerobohan staff
Ya Ketidaktelitian/ kecerobohan kontraktor
sering menjadi penyebab tersisanya
material di lapangan.
b Pemesanan material
melebihi kebutuhan
karena kesalahan estimasi
Ya Membeli material dalam jumlah yang
berlebihan cenderung membuat pekerja
menggunakan material tidak efisien.
c Pemesanan material
melebihi kebutuhan
karena adanya minimum
order
Tidak Untuk kasus material besi beton, apabila
ada peraturan minimum order, biasanya
perusahaan menggabungkan pemesanan
dengan proyek lain.
3 Tahap penanganan material:
a Ketidaktelitian pekerja
saat menerima material di
lapangan
Ya Apabila pekerja tidak teliti dalam
memeriksa material yang datang, maka
material yang rusak/cacat tidak dapat
digunakan dalam pekerjaan dan menjadi
tanggung jawab kontraktor.
b Material tercecer karena
kecerobohan pekerja,
kurang pengalaman, dan
pendidikan rendah
Ya Apabila pekerja ceroboh dalam
menangani material besi beton khususnya
yang sudah dipotong, maka besi beton
mungkin akan tercecer atau tertimpah
dengan pekerjaan lain
c Penataan site yang kurang
baik
Ya Untuk material besi beton bekas
pemotongan yang masih akan digunakan,
apabila tidak ditata dengan baik akan
berpotensi tertimpah pekerjaan lain.
4 Tahap pelaksanaan:
a Pelaksanaan salah karena
kecerobohan pekerja dan
kurang pengalaman.
Ya Pekerjaan bongkaran sering terjadi karena
kecerobohan pekerja dalam pelaksanaan.
b Pekerjaan dilakukan pada
saat cuaca buruk
Ya Apabila pekerjaan pembesian dilakukan
pada saat hujan terus menerus, maka
material besi beton dapat berkarat.
23 Universitas Kristen Petra
No Faktor-faktor penyebab
Penggunaan
dalam
kuesioner
Alasan
c Tidak ada perencanaan
pemotongan
Ya Material besi beton sering tersisa karena
pada awal pemotongan tidak direncanakan
terlebih dahulu. Akibatnya sisa-sisa
pemotongan tidak dapat digunakan lagi.
II Penelitian Lu et al. (2011)
1 Tidak ada perencanaan
pemotongan dan terjadi
kesalahan dalam
pemotongan karena
pekerja kurang
berpengalaman.
Ya Saat terjadi salah pemotongan, maka besi
yang dipotong terlalu pendek tidak dapat
digunakan. Selain itu, apabila pemotongan
dilaksanakan tanpa direncanakan
kemungkinan besar akan banyak tersisa
dan tidak dapat digunakan lagi.
2 Penyimpanan material
kurang baik menyebabkan
material berkarat
Ya Apabila material besi beton berkarat dan
diketahui oleh pihak owner. Maka pihak
owner akan meminta untuk menggantinya
dengan material yang baru.
3 Penggunaan produk
prefabricated
Tidak Dalam penelitian Lu et al. faktor ini hanya
terbatas pada pekerjaan pancang saja,
sedangkan untuk penggunaan produk
prefabricated di area tertentu seperti
dinding dan plat lantai sangat disarankan
untuk digunakan karena dapat menghemat
penggunaan material.
IV Penelitian Formoso (2002)
1 Potongan-potongan
pendek yang tidak bisa
digunakan lagi akibat
salah pemotongan
Ya Potongan besi pendek yang tidak dapat
digunakan sering menjadi material sisa di
lapangan. Dalam beberapa jurnal
disebutkan bahwa potongan-potongan
pendek merupakan faktor utama penyebab
material besi tersisa.
2 Ukuran diameter yang
tidak seragam akibat
kesalahan fabrikasi
Tidak Apabila ukuran yang datang tidak
seragam dan tidak sesuai dengan
spesifikasi, pihak kontraktor biasanya
mengembalikannya ke supplier.
3 Kelalaian pekerja dalam
memeriksa material yang
datang
Ya Apabila pekerja lalai memeriksa material
yang datang dan terdapat beberapa
material yang tidak sesuai
spesifikasi/cacat, maka hal tersebut
merupakan tanggung jawab dari pihak
kontraktor.
Dalam penyusunan variabel kuesioner Tahap 1, faktor-faktor penyebab
sisa material besi beton yang didapatkan dari studi literatur pada Tabel 4.1
dikelompokkan berdasarkan empat tahapan pekerjaan yang disusun seperti
terlampir pada Lampiran 1. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh
Koordinator Proyek, Project Manager, Site Engineer, Site Manager dan
Pelaksana dari 25 proyek yang sedang berjalan saat penelitian ini dilakukan yaitu
pada bulan September 2015 sampai Juni 2016 dengan total responden 102 orang.
24 Universitas Kristen Petra
4.3. Tahap Analyze dalam Pendekatan DMAIC
Tahap Analyze dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah data yang
didapatkan dari hasil pembagian kuesioner Tahap 1, kemudian
mengelompokkannya berdasarkan tahapan proses pekerjaan pembesian untuk
dapat mengetahui pada tahapan mana material besi beton sering tersisa.
Selanjutnya peneliti mencari akar penyebab dari setiap faktor-faktor penyebab
sisa material besi beton dengan melakukan wawancara Tahap 1 dan menganalisa
akar penyebab dengan analisis diagram sebab-akibat.
Data hasil pembagian kuesioner Tahap 1 dianalisa secara statistik dengan
bantuan software SPSS versi 17.0. Data-data hasil rekapan dan pengolahan data
kuesioner Tahap 1 terlampir pada Lampiran 2A dan Lampiran 2B. Analisa data
dilakukan untuk dapat mengetahui nilai mean dari setiap faktor-faktor penyebab
sisa material besi beton. Hasil pengolahan data disajikan dalam Tabel 4.2 yang
menunjukkan beberapa jenis nilai di antaranya nilai N, Minimum, Maximum,
Mean, dan Std.Deviation. Nilai N merupakan jumlah responden, nilai Minimum
dan Maximum menunjukkan nilai terkecil dan nilai terbesar dari pilihan 1 sampai
5 dalam skala likert pada setiap variabel, nilai Mean merupakan nilai rata-rata
yang diperoleh dari penjumlahan data seluruh responden kemudian dibagi dengan
jumlah responden, dan nilai Std.Deviation merupakan nilai penyimpangan atau
ukuran penyebaran data.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil faktor-faktor penyebab sisa
material besi beton dengan nilai mean > 3,5. Dari hasil yang didapatkan pada
Tabel 4.2, terdapat 8 faktor yang menjadi penyebab sisa material besi beton yang
sebagian besar disebabkan oleh site storage waste, fixing waste dan cutting waste
sebagai berikut:
1. Faktor 4.1a - Pembongkaran/ perbaikan pekerjaan akibat dari kesalahan
dalam pelaksanaan karena kecerobohan/ ketidaktelitian pekerja (Fixing
waste) dengan nilai mean terbesar yaitu 4.2549.
2. Faktor 4.2a - Tidak ada perencanaan bar bending schedule mengakibatkan
sisa pemotongan yang tidak dapat digunakan lagi (cutting waste) dengan
nilai mean 4.2255.
25 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.2. Hasil Pengolahan Data Kuesioner Tahap 1 Software SPSS versi 17.0
Descriptive Statistics
Variabel Mean Frequency (%)
1 2 3 4 5
4.1a 4.25 0 0 8.8 56.9 34.4
4.2a 4.23 0 1 13.7 47.1 38.2
4.2b 4.21 0 0 8.8 61.8 29.4
4.2c 3.98 0 1 24.5 50 24.5
4.1b 3.95 0 0 22.5 59.8 17.6
2.5 3.93 0 1 25.5 52.9 20.6
3.1c 3.74 2 6.9 26.5 45.1 19.6
3.1a 3.62 3.9 9.8 25.5 42.2 18.6
3.2d 3.48 4.9 13.7 23.5 44.1 13.7
3.1e 3.47 5.9 13.7 21.6 45.1 13.7
3.1d 3.45 5.9 10.8 28.4 42.2 12.7
3.2b 3.44 2 15.7 29.4 42.2 10.8
3.2c 3.43 5.9 10.8 29.4 42.2 11.8
3.2a 3.41 6.9 12.7 27.5 38.2 14.7
3.1b 3.17 3.9 21.6 35.3 32.4 6.9
1.4 2.34 15.7 38.2 42.2 3.9 0
2.3 2.31 15.7 45.1 31.4 7.8 0
4.1c 2.31 19.6 38.2 34.3 6.9 1
2.4 2.30 17.6 41.2 34.3 6.9 0
1.3 2.23 15.7 48 34.3 2 0
2.1 2.16 19.6 48 29.4 2.9 0
2.2 2.11 18.6 54.9 23.5 2.9 0
1.1 2.05 22.5 51 25.5 1 0
1.2 2.02 21.6 55.9 21.6 1 0
Valid N (listwise)
3. Faktor 4.2b - Pekerja ceroboh saat melakukan pekerjaan pemotongan
membuat sisa pemotongan tidak dapat digunakan lagi (cutting waste)
dengan nilai mean 4.2059.
26 Universitas Kristen Petra
4. Faktor 4.2c - Sering terjadi kesalahan dalam proses pemotongan karena
pekerja tidak berpengalaman (cutting waste) dengan nilai mean 3.9804.
5. Faktor 4.1b - Pekerjaan dibongkar karena pekerja tidak berpengalaman
salah melakukan pekerjaan pembesian memiliki nilai mean 3.9510.
6. Faktor 2.5 - Pemesanan material secara berlebihan karena salah estimasi
menyebabkan penggunaan menjadi tidak efisien memiliki nilai mean
3.9314.
7. Faktor 3.1c - Material besi beton sering tercecer karena penataan site
kurang efektif (site storage waste) memiliki nilai mean 3.7353.
8. Faktor 3.1a - Material besi beton sering tercecer karena tidak tersedia area
untuk penyimpanan material (site storage waste) dengan nilai mean
3.6176.
Delapan faktor penyebab sisa material besi beton dikelompokkan
berdasarkan tahapan proses pekerjaan pembesian untuk dapat mengetahui pada
tahapan mana material besi beton sering tersisa. Dari hasil pengelompokan
didapatkan material besi beton paling sering tersisa pada proses pemotongan.
Untuk mendapatkan akar penyebab dari delapan faktor penyebab sisa
material besi beton, peneliti melakukan wawancara Tahap 1 kepada Koordinator
Proyek dan Project Manager. Hasil wawancara Tahap 1 terlampir pada Lampiran
3. Berikut rangkuman akar penyebab sisa material besi beton yang didapatkan dari
hasil wawancara Tahap 1 terlampir pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Rangkuman Akar Penyebab Sisa Material Besi Beton dari Hasil
Wawancara Tahap 1
No Faktor Penyebab Akar Penyebab
4.1a Pekerjaan dibongkar/diperbaiki akibat
dari pekerja salah dalam pelaksanaan
karena ceroboh/tidak teliti dalam bekerja.
koordinasi kurang
pekerja tidak bisa berkonsentrasi
4.2a Sisa hasil pemotongan tidak dapat
digunakan (Cutting Waste) karena tidak
ada perencanaan Bar Bending Schedule.
staff tidak tahu membuat bar
bending schedule
tidak ada SOP dari perusahaan
4.2b Sisa hasil pemotongan tidak dapat
digunakan (Cutting Waste) karena
pekerja ceroboh saat proses pemotongan.
koordinasi kurang
pekerja tidak bisa berkonsentrasi
4.2c Sisa hasil pemotongan tidak dapat
digunakan (Cutting Waste) karena
pekerja tidak berpengalaman dalam
pekerja masih belajar
upah pekerja murah
pendidikan pekerja rendah
27 Universitas Kristen Petra
No Faktor Penyebab Akar Penyebab
pekerjaan pembesian. tidak ada training dari kantor
tidak sesuai dengan ilmu yang
dimiliki
pekerja tidak memiliki motivasi utk
maju
4.1b Pekerjaan dibongkar/diperbaiki akibat
dari pekerja tidak memiliki pengalaman
dalam pekerjaan pembesian.
pekerja masih belajar
upah pekerja murah
pendidikan pekerja rendah
tidak ada training dari kantor
tidak sesuai dengan ilmu yang
dimiliki
pekerja tidak memiliki motivasi utk
maju
2.5 Pemesanan material besi beton melebihi
kebutuhan karena salah estimasi
menyebabkan penggunaan menjadi tidak
efisien (Pemotongan tidak efisien).
estimator salah perhitungan
kebutuhan material tidak dihitung
lagi saat dipesan
permintaan lapangan berlebihan
3.1c Material besi beton sering tercecer
(Fixing Waste) karena penataan site
kurang efektif.
pekerja kurang pengetahuan
3.1a Material besi beton sering tercecer
(Fixing Waste) karena tidak tersedia area
untuk penyimpanan material.
lahan terbatas
tidak ada lahan disekitar proyek
biaya sewa lahan mahal
Akar penyebab yang didapatkan dari hasil wawancara Tahap 1 dianalisa
dengan analisis diagram sebab-akibat untuk mendapatkan akar penyebab yang
paling memberikan pengaruh bagi permasalahan sisa material besi beton. Diagram
sebab-akibat digunakan untuk mengelompokkan akar penyebab berdasarkan
proses pekerjaan pembesian seperti pada Gambar 4.2.
28 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Diagram sebab-akibat faktor-faktor penyebab sisa material besi beton
29 Universitas Kristen Petra
Proses 2 – Proses Perhitungan kebutuhan pembesian dan Pemesanan besi:
Pada proses ini, akar permasalahan yang sering terjadi berkaitan dengan kesalahan
dalam perhitungan saat akan memesan material. Pada perusahaan yang diteliti
prosedur pemesanan material belum diterapkan dengan baik dan tidak ada
perhitungan kembali untuk volume material yang akan dipesan. Volume material
dipesan sesuai dengan volume yang ada pada BQ, sedangkan volume tesebut
bukan volume kebutuhan material yang akurat.
Proses 6 – Proses Perencanaan site :
Akar penyebab pada proses perencanaan site adalah kurangnya pengetahuan yang
dimiliki oleh staff sehingga sebagian besar staff tidak memahami cara menyusun
metode kerja dan merencanakan site pada proyek.
Proses 7 – Proses Penyimpanan besi beton :
Akar penyebab pada proses penyimpanan besi beton sebagian besar disebabkan
oleh kurangnya lahan yang tersedia pada proyek. Akar penyebab ini merupakan
akar penyebab dari faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan.
Proses 8 – Proses Pemotongan besi beton :
Akar penyebab sisa material besi beton paling banyak terjadi pada proses
pemotongan material. Faktor pekerja merupakan faktor utama penyebab sisa
material besi beton pada proses ini.
Proses 8 dan 9 – Proses Perakitan dan Pengecoran besi beton :
Pada proses ini, kurangnya konsentrasi pekerja dan koordinasi antar pihak-pihak
terkait menjadi faktor yang menyebabkan material besi beton tersisa.
4.4. Tahap Improve dalam Konsep Six-Sigma dengan Pendekatan DMAIC
Tahap Improve memberikan rekomendasi usulan perbaikan atas akar penyebab
sisa material besi beton yang didapatkan dari hasil analisis diagram sebab-akibat.
Untuk dapat memberikan usulan perbaikan, peneliti melakukan wawancara kepada
Koordinator Proyek dan Project Manager untuk mencari upaya solusi atas setiap akar
penyebab. Upaya solusi yang didapatkan dari hasil wawancara tersebut kemudian
digunakan untuk penyusunan kuesioner Tahap 2. Tujuan pembuatan kuesioner Tahap
30 Universitas Kristen Petra
2 adalah untuk mengukur sejauh mana upaya solusi yang didapatkan dari hasil
wawancara tersebut dapat diterapkan pada proyek-proyek dalam perusahaan yang
diteliti. Upaya solusi yang didapatkan dari hasil wawancara Tahap 1 terlampir pada
Lampiran 4. Berikut rangkuman usulan perbaikan hasil wawancara Tahap 2:
1. Proses perhitungan kebutuhan dan pemesanan kebutuhan besi:
Perusahaan perlu membuat standar yang jelas dalam pemesanan material.
Alur pemesanan dan spesifikasi material harus jelas saat proses perhitungan
dan pemesanan besi beton.
Perusahaan perlu menambah personil atau membuat divisi baru khusus untuk
menghitung volume material yang akan dipesan.
2. Proses perencanaan site
Perusahaan perlu membekali staff dengan pengetahuan mengenai metode
kerja dan penjadwalan proyek serta cara pengaplikasian software yang
digunakan dalam menunjang pembuatan metode kerja dan penjadwalan
proyek.
3. Proses penyimpanan besi beton
Akar penyebab yang ada dalam tahap penyimpanan besi beton merupakan
akar penyebab yang berasal dari faktor eksternal sehingga tidak dapat
dikontrol oleh perusahaan.
4. Proses pemotongan besi beton
Perusahaan perlu membekali staff dengan pengetahuan tentang bar bending
schedule karena sebagian besar staff tidak memahami cara membuat dan
pentingnya perencanaan bar bending schedule sebelum proses pekerjaan
pemotongan. Selain itu, perusahaan perlu dengan tegas melakukan penerapan
sistem bar bending schedule dan melakukan pengawasan rutin dalam
penerapan sistem tersebut.
Perusahaan perlu memberikan peraturan mengenai batasan waktu bekerja
untuk pekerja yang sering lembur melebihi waktu, agar pekerja memiliki
waktu istirahat yang cukup dan dapat berkonsentrasi pada saat bekerja.
31 Universitas Kristen Petra
Perusahaan perlu memberikan reward pada pekerja yang berprestasi baik
dalam pelaksaaan pekerjaan maupun dalam penghematan yang dilakukan agar
menambah motivasi pekerja dalam bekerja.
Perusahaan perlu menetapkan standar dan kualifikasi yang jelas untuk setiap
posisi staff pada proyek, agar posisi yang ditempati sesuai dengan ilmu yang
dimiliki oleh staff.
Perusahan perlu sering mengadakan rapat koordinasi rutin dengan pihak-pihak
terkait agar kemungkinan terjadi kesalahan persepsi semakin kecil.
Perusahaan perlu menata kembali beberapa sistem yang tidak dijalankan dan
dibuatkan standar yang jelas atas setiap proses pekerjaan.
5. Proses perakitan dan pengecoran
Perusahaan perlu sering mengadakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak
terkait terutama mengenai schedule pengecoran agar kemungkinan terjadi
kesalahan persepsi semakin kecil.
Perusahaan perlu mengadakan pemberian reward pada pekerja yang
berprestasi baik dalam pelaksaaan pekerjaan maupun dalam penghematan
yang dilakukan agar menambah motivasi pekerja dalam bekerja.
Upaya solusi tersebut kemudian disusun menjadi kuesioner Tahap 2 seperti
terlampir pada Lampiran 5. Responden dalam pembagian kuesioner Tahap 2 adalah
seluruh Koordinator Proyek, Project Manager, Site Engineer, Site Manager dan
Pelaksana dari 25 proyek yang sedang berjalan saat penelitian ini dilakukan yaitu
pada bulan September 2015 sampai Juni 2016 dengan total responden 84 orang. Data
hasil pembagian kuesioner Tahap 2 terlampir pada Lampiran 6A dan 6B dianalisa
secara statistik dengan bantuan software SPSS versi 17.0. Analisa data dilakukan
untuk dapat mengetahui nilai mean dari setiap usulan upaya solusi. Dalam penelitian
ini peneliti membatasi pengambilan faktor-faktor sisa material besi beton dengan nilai
mean diatas 3,5. Hasil pengolahan data dengan bantuan software SPSS versi 17.0
terlampir pada Tabel 4.4.
32 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4. Hasil Pengolahan Data Kuesioner Tahap 2 dengan SPSS Versi 17.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Variabel Kuesioner Tahap 2
Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error
3 Pembekalan staff dengan pengetahuan tentang
bar bending schedule, metode kerja dan
penjadwalan proyek.
84 3.00 5.00 4.1912 .08448
5 Penetapan standar dan kualifikasi untuk posisi
pekerja.
84 3.00 5.00 4.1618 .07730
2 Pemberian reward pada pekerja yang
berprestasi
84 2.00 5.00 4.0588 .10451
6 Rapat koordinasi rutin dengan pihak-pihak
terkait
84 1.00 5.00 3.6324 .12899
1 Pembuatan standar dalam proses pemesanan
material.
84 2.00 5.00 3.6176 .10893
7 Penerapan peraturan mengenai batasan waktu
bekerja.
84 1.00 5.00 2.9265 .14862
4 Penataan kembali sistem dalam perusahaan
yang tidak dijalankan.
84 1.00 5.00 2.5735 .10332
Valid N (listwise) 84
Hasil pengolahan data kuesioner Tahap 2 pada Tabel 4.4 menunjukkan hanya
5 upaya solusi yang diusulkan yang dapat diterapkan pada proyek di perusahaan yang
diteliti. Upaya solusi tersebut diantaranya perusahaan perlu memberikan training
kepada pekerja dengan nilai mean terbesar yaitu 4.19, penempatan staff sesuai
dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki dengan nilai mean 4.16, pemberian
reward pada pekerja yang berprestasi memiliki nilai mean 4.06, sering mengadakan
rapat koordinasi dengan pihak-pihak terkait memiliki nilai mean 3.63, perusahaan
perlu membuat standar dalam pemesanan material yang jelas memiliki nilai mean
3.63.
33 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan hasil pembagian kuesioner Tahap 1 dan Tahap 2, diusulkan 5
usulan perbaikan yang dapat memberikan pengaruh terhadap pengurangan masalah
sisa material besi beton yang perlu untuk dilakukan oleh perusahaan yang diteliti
yaitu:
1. Staff perlu dibekali dengan pengetahuan tentang bar bending schedule, metode
kerja dan penjadwalan proyek serta cara pengaplikasian software yang
digunakan dalam menunjang pembuatan bar bending schedule, metode kerja dan
penjadwalan proyek. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
pekerja yang bekerja pada perusahaan yang diteliti memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang terbatas. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh pendidikan yang
rendah karena pada umumnya perusahaan mencari pekerja dengan upah yang
relatif lebih murah. Oleh sebab itu, perlu bagi perusahaan untuk membekali
pekerja dengan pengetahuan yang cukup agar pekerja memahami lingkup
pekerjaan dan metode pengerjaan yang baik dan benar. Penelitian yang
dilakukan oleh Lu et al. (2011) dan Tam et al. (2008) menyimpulkan hal yang
sama untuk memberikan training kepada pekerja. Selain itu, perusahaan
disarankan untuk memberikan pembekalan khusus dalam membuat bar bending
schedule kepada staff di lapangan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
perusahaan yang diteliti tidak menerapkan perencanaan bar bending schedule
pada proyek di lapangan. Hal tersebut dikarenakan pekerja kurang memahami
cara membuat bar bending schedule dan perusahaan tidak mengharuskan pekerja
untuk membuat bar bending schedule. Perencanaan bar bending schedule sangat
penting dalam efisiensi pemakaian material besi beton. Oleh sebab itu,
diperlukan kesadaran dari perusahaan untuk mulai menerapkan perencanaan bar
bending schedule dan tentunya hal itu dapat dilaksanakan apabila perusahaan
memberikan training khusus bagi staff untuk membuat perencanaan bar bending
schedule. Penelitian yang dilakukan oleh Lu et al. (2011) menyarankan untuk
memberikan pelatihan kepada pekerja dan Formoso et al. (2002) menyarankan
untuk melakukan optimasi pemotongan besi beton untuk menghindari tersisanya
bagian-bagian kecil yang tidak dapat digunakan lagi.
34 Universitas Kristen Petra
2. Perusahaan perlu menetapkan standar dan kualifikasi yang jelas dalam setiap
posisi staff pada proyek, agar posisi yang ditempati sesuai dengan ilmu/keahlian
yang dimiliki oleh staff. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada beberapa
proyek terdapat staff dengan posisi site manager dan site engineer yang tidak
memiliki pengetahuan yang cukup untuk posisi tersebut. Hal tersebut terjadi
karena jumlah personil pada perusahaan tersebut tergolong kurang dan tingkat
turn over karyawan dalam perusahaan tersebut sangat tinggi sehingga pada saat
perusahaan mendapat proyek baru untuk dikerjakan tidak tersedia staff yang
memiliki kualifikasi untuk beberapa posisi di proyek.
3. Perusahaan perlu memberikan reward pada pekerja yang berprestasi baik dalam
pelaksaaan maupun dalam penghematan yang dilakukan agar menambah
motivasi pekerja dalam bekerja. Dengan adanya sistem pemberian reward dapat
memberikan motivasi bagi pekerja untuk dapat bekerja lebih baik lagi dan
memperhatikan hal-hal kecil yang membawa dampak besar bagi perusahaan.
4. Perusahaan perlu sering mengadakan rapat koordinasi rutin dengan pihak-pihak
terkait agar kemungkinan terjadi kesalahan persepsi semakin kecil.
5. Perusahaan perlu membuat standar yang jelas dalam pemesanan material. Alur
pemesanan dan spesifikasi material harus jelas saat proses perhitungan dan
pemesanan besi beton. Saat ini bagian purchasing melakukan pemesanan
material dengan mengacu pada volume yang ada pada BQ, sehingga pada
beberapa proyek material besi beton yang dipesan jauh melebihi kebutuhan yang
sesungguhnya. Hal ini memacu pemakaian material besi beton di lapangan
menjadi lebih boros. Oleh sebab itu, pada saat pemesanan material sebaiknya
dilakukan perhitungan ulang volume besi beton yang dibutuhkan di lapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Formoso et al. (2002) menyarankan untuk
mengembangkan sistem kontrol pada perusahaan dan Tam et al. (2008)
menyimpulkan bahwa perusahaan harus punya standar yang tepat dalam
manajemen pembelian material.