Download - BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang “Gambaran Status Gizi Ibu
Menyusui di Desa Tenjolaya Wilayah Kerja Puskesmas Cicalengka”. Jumlah
responden sebanyak 81 orang yang memenuhi kriteria sampel dan telah bersedia
menjadi responden pada penelitian ini.
Pengumpulan data menggunakan formulir food record yang diisi langsung
oleh responden dan formulir risiko nutrisi yang diisi oleh peneliti dengan
mewawancarai responden secara langsung. Seluruh instrumen yang terkumpul
telah diperiksa kelengkapannya dan telah memenuhi syarat untuk dianalisis.
Hasil penelitian disajikan sebagai berikut :
4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diambil oleh peneliti adalah berdasarkan umur
ibu menyusui, pekerjaan ibu dan suami, penghasilan keluarga, pendidikan ibu,
dan umur anak yang disusui.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur ditampilkan dalam tabel 4.1
dibawah ini :
Tabel 4.1Distribusi umur ibu menyusui di Desa Tenjolaya
Wilayah kerja Puskesmas Cicalengka
No Umur Ibu F %1 < 20 4 3,70372 20-30 47 61,7283 > 30 30 34,568
Total 81 100
Pada tabel 4.1 diatas dapat diidentifikasi bahwa lebih dari setengahnya
(61,728%) ibu menyusui berumur 20-30 tahun dan kurang dari setengahnya
(34,568%) ibu menyusui berumur lebih dari 30 tahun serta sebagian kecil
(3,7037%) ibu menyusui berumur kurang dari 20 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Persentase karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ditampilkan
dalam tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2Karakteristik Reponden Berdasarkan Pekerjaan
No PEKERJAAN IBU F %1 IRT 67 82,722 GURU 3 3,703 WIRASWASTA 3 3,704 SWASTA 7 8,645 DAGANG 1 1,23
Total 81 100
Pada tabel 4.2 dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar (82,72%) ibu
menyusui tidak bekerja atau ibu rumah tangga, sedangkan sebagian kecil
bekerja sebagai guru (3,7%), wiraswasta (3,7%), pegawai swasta (8,64%) dan
pedagang (1,23%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami
Pada tabel 4.3 akan disajikan distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan suami.
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami
NO PEKERJAAN SUAMI F %1 SWASTA 24 29,632 DAGANG 5 6,173 WIRASWASTA 19 23,464 BURUH 27 33,335 PNS 1 1,236 SOPIR 1 1,237 BUMN 2 2,478 TNI 1 1,239 GURU 1 1,23
TOTAL 81 100
Pada tabel 4.3 dapat diidentifikasi bahwa kurang dari setengahnya
pekerjaan suami berupa pegawai swasta (29,63%) dan buruh (33,33%).
Sedangkan sebagian kecil suami ibu menyusui bekerja sebagai pedagang
(6,17%), wiraswasta (23,46%), PNS (1,23%), sopir (1,23%), BUMN (2,47%),
TNI (1,23%), dan guru (1,23%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga
Pada tabel 4.4 dibawah ini akan ditampilkan distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga perbulan.
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan
Keluarga Perbulan
No PENGHASILAN F %1 >UMR 31 38,272 <UMR 29 35,803 TIDAK TENTU 21 25,92
TOTAL 81 100
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa kurang dari setengahnya (38,27%)
keluarga ibu menyusui berpenghasilan diatas UMR (1.735.500), kurang dari
setengahnya (35,8%) berpenghasilan dibawah UMR dan kurang dari
setengahnya (25,92%) berpenghasilan tidak tentu. Untuk penghasilan tidak
tentu biasanya berada di bawah UMR sehingga keluarga ibu menyusui yang
berpenghasilan di bawah UMR berjumlah lebih dari setengahnya.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan akan
ditampilkan dalam tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No PENDIDIKAN F %1 SD 10 12,342 SMP 20 24,693 SMA 45 55,564 D3 1 1,235 S1 5 6,17
Total 81 100
Pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa sebagian kecil (12,34%) ibu
menyusui berpendidikan SD, sebagian kecil (24,69%) ibu menyusui
berpendidikan SMP, lebih dari setengahnya (55,56%) ibu menyusui
berpendidikan SMA, sebagian kecil (1,23%) berpendidikan D3, dan sebagian
kecil (6,17%) berpendidikan S1.
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Anak Yang Disusui
Pada tabel 4.6 dibawah ini akan disajikan distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan umur anak yang disusui.
Tabel 4.6Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur anak yang
disusui
No UMUR ANAK YANG DISUSUI F %1 0-6 BULAN 27 33,332 7-24 BULAN 54 66,67
TOTAL 81 100
Pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa kurang dari setengahnya
(33,33%) ibu menyusui anak berumur 0-6 bulan dan lebih dari setengahnya
(66,67%) ibu menyusui anak berumur 7-24 bulan.
4.1.2 Indeks Masa Tubuh
Pada tabel 4.7 dibawah ini disajikan distribusi frekuensi indeks masa tubuh
ibu menyusui.
Tabel 4.7Distribusi frekuensi indeks masa tubuh ibu menyusui
No BMI F % 1 kurang 31 38,27 2 normal 36 44,44 3 lebih 14 17,28
Total 81 100
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa kurang dari setengahnya (38,27%)
ibu menyusui mempunyai gizi kurang, kurang dari setengahnya (44,44%) ibu
menyusui berstatus gizi normal dan sebagian kecil (17,28%) ibu menyusui
mempunyai status gizi lebih.
4.1.3 Survey Konsumsi Makanan
A. Tingkat konsumsi nutrisi
Pada tabel 4.8 dibawah ini akan dibahas mengenai tingkat konsumsi
nutrisi berdasarkan tingkat konsumsi energi, protein dan vitamin.
No Tingkat Konsumsi F %1 Energi
baik 4 4,94sedang 12 14,81kurang 18 22,22buruk 47 58,03
2 Proteinbaik 29 35,80sedang 22 27,16kurang 30 37,04buruk 0 0
3 VitaminBaik 24 29,63Sedang 14 17,29Kurang 10 12,35buruk 33 40,34
Dari tabel diatas dapat diketahu bahwa lebih dari setengahnya (58,03%)
ibu menyusui mengkonsumsi energi buruk, sebagian kecil (222,22) ibu
menyusui mengkonsumsi kurang energi, sebagian kecil (14,81%) ibu
menyusui mengkonsumsi cukup energi, dan sebagian kecil (4,94%) ibu
menyusui mengkonsumsi energi dengan baik.
Untuk tingkat konsumsi protein, kurang dari setengahnya ibu menyusui
mengkonsumsi protein dengan baik (35,8%), konsumsi cukup protein (27,26),
konsumsi kurang protein (37,04%) dan tidak satupun ibu menyusui yang
buruk konsumsi proteinnya.
4.1.4 Risiko Nutrisi
4.2 Pembahasan
Nutrisi merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Status nutrisi
setiap orang berbeda-beda tergantung dari berbagai hal. Penilaian status nutrisi
pun sangat bervariasi, bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung
(Supariasa, 2002). Penilaian status nutrisi pada penelitian ini dilakukan dengan
antropometri, survey konsumsi makanan dan pengkajian risiko nutrisi. Pada
antropometri di dapatkan kurang dari setengahnya (38,27%) ibu menyusui
mempunyai gizi kurang, kurang dari setengahnya (44,44%) ibu menyusui
berstatus gizi normal dan sebagian kecil (17,28%) ibu menyusui mempunyai
status gizi lebih.
Bervariasinya indeks masa tubuh ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umur
anak yang disusui pun bisa menjadi faktor yang mempengaruhi indeks masa
tubuh. Penambahan kalori yang hanya 500 kkal perhari ditutupi kekurangannya
sebesar 250 kkal yang diambil dari cadangan kalori wanita yaitu dari lemak
tubuh selama hamil (Arisman, 2004). Dengan demikian, keteraturan menyusui
dapat menurunkan berat badan dan mempengaruhi indeks masa tubuh (Arisman,
2004).
Pada tabel tingkat konsumsi energi terlihat bahwa sebagian besar ibu
menyusui mempunyai tingkat konsumsi energi kurang dari kebutuhan. Artinya
ibu tidak bisa memproduksi ASI secara optimal untuk anak karena ibu tidak
cukup energi untuk memproduksi ASI.
Tingkat konsumsi energi ibu menyusui di Desa Tenjolaya menunjukkan
sebagian besar kurang. Berdasarkan AKG tahun 2004, asupan energi yang
diperlukan untuk ibu menyusui adalah dengan menambah 700 kcal untuk ibu
menyusui bayi 0-6 bulan dan tambahan 500 kcal untuk ibu menyusui anak 7-24
bulan. Tambahan energi ini diperlukan untuk memproduksi ASI. Untuk
mengahsilkan 100 ml ASI diperlukan tambahan kalori sebanyak 80-90 kkal
perhari. Untuk menghasilkan 850 ml (rata-rata volume ASI di negara sedang
berkembang) diperlukan energi sebanyak 750 kkal/hari (Arisman, 2004). Dapat
disimpulkan bahwa ibu yang tidak dapat mencukupi kebutuhan energi perharinya
maka ibu tidak akan bisa memproduksi ASI secara optimal untuk bayi dan
anaknya.
Tingkat konsumsi protein kurang dari setengahnya (37 %) mengkonsumsi
kurang protein, 35,8 % mengkonsumsi protein baik dan sisanya mengkonsumsi
protein sedang. Hal ini dikarenakan sumber protein pada sebagian besar ibu
menyusui adalah protein hewani berupa telur ayam yang kandungan asam
aminonya lebih tinggi dibandingkan protein nabati. Telur merupakan sumber
protein yang sangat mudah didapatkan dan mudah dujangkau oleh masyarakat.
Pada saat penelitian ini dilaksanakan harga telur cukup terjangkau sehingga
tingkat konsumsinya tinggi.
Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein sebesar 20 gram perhari.
Tambahan protein ini digunakan untuk memproduksi ASI. Untuk memproduksi
100 ml ASI dibutuhkan 1,2 gram protein. Peningkatan kebutuhan protein
ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi protein susu tetapi juga untuk
sintesis hormon yang memproduksi (prolaktin) serta yang mengeluarkan ASI
(oksitosin).
Protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Kualitas
protein tersebut ditentukan oleh kandungan asam aminonya. Protein hewani lebih
lengkap dibandingkan dengan protein nabati karena protein hewani kandungan
asam amino essensialnya lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati
(Almatsier, 2003).
Hasil food record menunjukkan sebagian besar ibu menyusui memperoleh
protein nabati dari tahu dan tempe sedangkan untuk protei hewani didapatkan
dari ayam dan telur. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapatan keluarga yang
sebagian besar dibawah UMR.
Penyusunan menu yang seimbang perlu dipertimbangkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu menyusui.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian diantaranya:
1. Pada pengkajian risiko nutrisi tidak diperiksa nilai laboratorium karena
jumlah responden yang cukup banyak sehingga membutuhkan dana yang
cukup besar.
2. Dalam pengumpulan data asupan nutrisi, peneliti tidak melakukan
observasi langsung setiap hari kepada responden. Peneliti hanya
menanyakan kembali pada saat pengambilan formulir yang sangat
mengandalkan daya ingat responden.
3. Tidak ada ketentuan khusus mengenai ukuran rumah tangga yang pasti
sehingga bisa mengurangi hasil penelitian