digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB III
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS
STRATEGI DAKWAH DI MASYARAKAT MUSLIM
KARANGASEM BALI
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Karangasem terletak di bagian timur Pulau Bali dengan
luas wilayah 839,54 Km2 atau 4,9 % dari luas Pulau Bali. Secara
Administrasi Kabupaten Karangasem terbagi atas 8 kecamatan, 3 kelurahan,
75 desa, 51 lingkungan, 529 Banjar Dinas, 188 Desa Adat, dan 605 Banjar
Adat. Untuk menjalankan roda pemerintahan di masing-masing tingkat
wilayah dikepalai oleh seorang camat untuk tingkat kecamatan,
lurah/perbekel untuk tingkat kelurahan/desa, kepala lingkungan untuk tingkat
lingkungan, dan kelian banjar untuk tingkat Banjar Dinas. Dari 83.954 Ha
luas lahan yang ada di Kabupaten Karangasem, 91,61% atau seluas 76.912
Ha didominasi oleh lahan kering dan hanya 8,39 % atau seluas 7.042 Ha
merupakan lahan basah (sawah).
Keadaan Penduduk: Berdasarkan pemantauan Biro Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Karangasem, jumlah penduduk di Kabupaten Karangasem
pada tahun 2014 adalah sebanyak 467.708 jiwa, terdiri dari 254.257 jiwa laki-
laki dan 213.451 jiwa wanita. Dengan jumlah rumah tangga sebanyak
102.913, dimana kecamatan yang paling padat penduduknya adalah
Kecamatan Sidemen, yaitu sebesar 962 jiwa per km2 dan kecamatan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kubu, yaitu sebesar
301 jiwa per km2. Kepadatan penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalah
sebesar 509 jiwa km2. Sex ratio sebesar 100,27 yang menunjukkan jumlah
penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan, kecuali
di Kecamatan Sidemen, Manggis, Bebandem, dan Selat memiliki sex ratio
lebih kecil dari 100, yang berarti jumlah penduduk laki-laki kurang dari
jumlah penduduk perempuan. Sedangkan Kecamatan Karangasem dan Kubu,
sex rationya 100, yang berarti antara jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan berimbang.
Tingkat Pendidikan: Pada Bidang Pendidikan jumlah murid Taman
Kanak-Kanak di Kabupaten Karangasem tahun 2014 sebanyak 2.612 orang,
murid Sekolah Dasar berjumlah 49.130 orang, untuk SD Negeri berjumlah
48.688 orang dan SD Swasta berjumlah 442 orang. Murid SLTP berjumlah
15.342 orang, murid SLTP Negeri 14.661 orang dan murid SLTPS wasta
berjumlah 681 orang. Murid SMU berjumlah 7.280 orang,
murid SMU Negeri 5.526 orang dan SMU Swasta 1.754 orang. Murid SMK
berjumlah 1.034 orang, murid SMK Negeri 502 orang dan SMK Swasta 532
orang. Jika ditinjau dari tingkat/taraf pendidikan, sebagian besar penduduk
Kabupaten Karangasem tergolong masih sangat rendah. 52 % tidak tamat SD,
25 % tamat SD, 9 % tamat SMP, 11 % tamat SMA dan hanya 2 % yang tamat
perguruan tinggi.
Ketenagakerjaan: Gambaran mengenai ketenagakerjaan Kabupaten
Karangasem berdasarkan survey angkatan kerja nasional menunjukkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
persentase angkatan kerja pada tahun 2014 adalah 81,13 % dimana persentase
penduduk yang bekerja sebanyak 78,44 % dan pengangguran 2,69 %.
Sedangkan persentase bukan angkatan kerja sebanyak 18,87 %, seperti
sekolah 4,31 %, mengurus rumah tangga 10,22 %, dan lainnya 4, 34 %.
Agama: Penduduk Karangasem mayoritas beragama Hindu, yaitu
sebanyak 445.147 orang, kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak
21.381orang, Kristen Protestan 523 orang, Katholik berjumlah 250 orang dan
Budha 407 orang. 1
B. Sejarah Masuknya Islam di Kabupaten Karangasem
Keberadaan Muslim Karangasem mula-mula dibawa oleh raja Bali
(Era Kerajaan Karangasem) dari daratan Lombok. Waktu itu Lombok
memang berada dibawah pendudukan kerajaan Karangasem. Secara historis,
penguasaan Bali atas Lombok sebenarnya terjadi jauh sebelum kerajaan
Karangasem, yakni sudah terjadi di sekitar abad 16 oleh kerajaan Gelgel era
kepemimpinan Watu Renggong. Waktu itu Watu Renggong (pasca
runtuhnya Majapahit oleh Demak) berhasil menguasai Blambangan (1512),
bahkan meluas sampai ke Lombok (1520), Sumbawa. Tujuan Waturenggong
kala itu memang untuk membendung pengaruh Islam Demak memasuki Bali.
Logika Waturenggong ini dapat dipahami sebab kala itu Bali memang
menjadi tempat pelarian orang-orang yang pintar dan kuat-kuat akidah
kehinduannya. Era keruntuhan Mojopahit memang pangeran-pangeran yang
1 Sumber: Data Kementerian Agama Kabupaten Karangasem Bali, 15 April 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
tak mau masuk Islam lari ke Bali. Sebagian ada juga yang lari ke gunung
Bromo yang kala itu rombongan dipimpinan Pangeran Seger dan istrinya
Roro Anteng. Walhasil, anak keturunan mereka pun akhirnya disebut suku
Tengger.2
Lombok memang menjadi target strategis penguasaan Watu
Renggong (berkuasa sejak 1460-1550) untuk menghadang Islam Demak,
sebab Lombok kala itu sudah terpengaruh Islam. Artinya, Islam sudah masuk
dan menyebar ke wilayah itu. Kedatangan Islam ke Lombok terjadi sekitar
450 tahun lalu atau sekitar tahun 1500 an. Islam semula masuk dari arah
utara (baca: Lombok utara), lantas untuk mengefektifkan pengaruh, wilayah
penyebaran sengaja dibagi dua sesuai dengan dua tokoh utama pelaku
penyebaran, yakni: Raden Mas pengging dan Raden Mas Prapen alias Sunan
Mas Ratu Pratikel (hidup tahun 1548-1605). Raden Mas Prapen tidak lain
adalah buyut dari Sunan Giri (hidup tahun 1487-1506), sehingga dia sering
disebut sebagai Sunan Giri ke IV. Sedangkan Raden Mas Pengging atau Ki
Ageng Pengging tidak lain adalah Ki Kebo Kenongo (ayah Joko Tingkir alias
Mas Karebet). Raden Mas Pengging ini menjadi murid Syekh Siti Jenar.
Melalui misi kedua orang itulah akhirnya Lombok menjadi penganut Islam,
meski dengan ciri dan watak yang belum murni.
Wilayah Lombok muslim inilah yang berhasil ditaklukkan Gelgel
pimpinan Waturenggong. Namun, Gelgel pasca Watu Renggong
”berantakan” sendiri terutama akibat konflik internal. Banyak wilayah
2 Tengger merupakan gabungan dari Roro AnTeng dan Joko SeGer (lihat, Dhorudin Mashad,
Muslim Bali, 171)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
akhirnya mendeklarasikan sebagai kerajaan sendiri, serta menempatkan
Gelgel hanya sebagai pusat kultural belaka. Dengan rontoknya kekuatan
Gelgel, Lombok tentu lepas pula dari penguasaan Bali. Namun, pada
perkembangan waktu, Karangasem berhasil menaklukkan dan meluaskan
kerajaannya ke Lombok.
Sebelum Karangasem melebarkan kekuasaan ke Lombok, untuk
penjajakan raja menjalin lawatan (perkenalan-persahabatan) politik dengan
beberapa raja. Di kerajaan Pejanggih Lombok Tengah, raja berkenalan
dengan Datuk Pejanggih yang memiliki anak muda bernama Mas Pakel.
Sebagai tanda perasudaraan, raja Bali mengundang Mas Pakel datang dan
tinggal di Bali alias diangkat menjadi keluarga kerajaan Karangasem.
Mas Pakel adalah seorang pemuda gagah, ganteng, dan sangat sopan,
sehingga para putri raja bahkan istri raja sangat menyukainya. Akibatnya,
keluarga lingkungan kerajaan banyak yang merasa iri atau sakit hati. Mereka
lantas membuat fitnah bahwa: Mas Pakel merusak pagar ayu, merusak istri
raja, merusak putri-putri raja, yang mestinya dijaga. Gencarnya profokasi
menyebabkan raja termakan oleh cerita ini, sehingga membuat rekayasa
untuk menyingkirkan pemuda Pakel. Pakel ditunjuk menjadi panglima, dan
seolah dikirim untuk melawan musuh. Namun, di wilayah yang kini ada di
kawasan Tohpati Mas Pakel berusaha untuk dibunuh. Mas Pakel sangat
sakti, sehingga tidak bisa mati. Meski demikian, Pakel yang sendirian juga
tidak bisa selamat dari pengeroyokan. Konon ia lantas mengambil sikap,
”Saya sekarang tahu bahwa saya direkayasa untuk dibunuh. Kalau mau
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
membunuh saya bawalah saya ke Pantai Ujung”. Proses berikutnya ada tiga
versi: Pertama, Di pantai Mas Pakel tetap gagal dibunuh, sehingga akhirnya
diusir Balik ke Lombok dengan memakai perahu kecil (perahu pancing).
Adapun makam yang ada di dekat Pantai Ujung, Karangasem itu, bukan
makam Ratu Mas Pakel (yang dikenal dengan sebutan Sunan Mumbul) tetapi
makam Raja Pejanggi yang ditawan Raja Karangasem hingga meninggal.
Kedua, ketika patih yang ditugaskan untuk membunuh mengayunkan
pedang, Mas Pakel tiba-tiba menghilang dari pandangan dan berlari di atas
air. Patih lantas membuat rekayasa untuk lapor pada raja, dengan membunuh
seekor anjing dan hatinya diserahkan pada raja sebagai bukti bahwa dia telah
menjalankan perintah. Namun, beberapa hari setelah peristiwa itu, tiba-tiba
muncul seberkas sinar tempat Mas Pakel menghilang, dan tanah yang semula
rata berubah menjadi gundukan menyerupai kuburan. Sejak itulah Mas Pakel
dijuluki dengan sebutan Sunan Mumbul. Ketiga, Pakel akhirnya memang
dibunuh, karena dia telah melepaskan kesaktian. Mayatnya dikubur di Pantai
itu. Namun, ketika hendak dibunuh dia mengeluarkan kutukan: ”siapapun
yang membunuh, semua keturunannya kalau lewat lokasi ini akan sakit jika
tak bisa kencing di sekitar sini”. Perkataan Pakel ini dipercaya menjadi tuah
oleh komunitas Hindu setempat. Makam yang dipercaya sebagai kuburan
Mas Pakel ini kini biasa diziarai terutama pada 15 hari pasca lebaran Iedul
Fitri.
Terkait Mas Pakel dalam konteks sejarah penaklukan Lombok oleh
Karangasem, terdapat dua interpretasi sejarah. Pertama, Pengangkatan Mas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Pakel sebagai saudara kerajaan dan dipersilahkan tinggal di Karangasem,
sejak awal telah dirancang untuk wahana penjajakan kekuatan: Ingin tahu
berapa kekutannya, dan berapa prajuritnya. Jadi dengan adanya Datuk Mas
Pakel atau disebut juga Datuk Pemuda Mas diambil sebagai saudara,
kerajaan Karangasem bisa leluasa kesana-kemari untuk menyelidiki kekuatan
lawan. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan Lombok, Mas Pakel
yang tidak lagi “dibutuhkan” disingkirkan, sedangkan penaklukan atas
Lombok segera dilakukan. Jadi, pengusiran/pembunuhan Pakel dengan alasan
”merusak pagar ayu keraton”, hakekatnya sengaja direncanakan untuk
mencari alasan permusuhan alias pengabsah bagi Karangasem untuk
melakukan penyerangan terhadap Lombok.
Kedua, kemungkinan lain raja Karangasem memang tidak melakukan
rekayasa, tetapi murni ingin membangun persahabatan dengan Lombok
termasuk dengan mengangkat saudara Mas Pakel. Tetapi, raja akhirnya
termakan fitnah yang dibangun elemen kerajaan yang anti Islam dan anti
Mas Pakel . Akibatnya, raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem
benar-benar marah, mengusir/membunuh Mas Pakel, bahkan akhirnya
melampiaskan kemarahan dengan melakukan perang penaklukan terhadap
Lombok (Selaparang dan Pejanggi).
Walhasil, Lombok akhirnya berhasil ditaklukkan Karangasem (Bali)
pada tahun 1692 M, sebagai tanda penaklukan kedua setelah sebelumnya
pernah ditaklukkan Gelgel era Waturenggong. Banyak hal memberi bukti
terkait dengan penaklukkan ini. ”Kampung-kampung di Lombok setelah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
diduduki Karangasem harus ditambah namanya dengan nama Karang.
Makanya kalau ke Lombok nama kampung-kampung (kecuali yang baru)
pasti pakai nama Karang. Yang dulu kampung Jangkong menjadi Karang
Jangkong. Yang namanya kampong Meranggi menjadi Karang Meranggi.
Semua pake Karang, Karang Gentel, hampir seluruhnya.
Selain itu, setelah penaklukan, orang-orang Lombok yang dianggap
sakti lantas dibawa raja ke Karangasem dengan maksud agar membantu
keraton. Mereka yang didatangkan kebanyakan orang-orang bertuah. Orang-
orang yang artinya mempunyai power, tentu sesuai zaman itu. Yang
dimaksud dengan punya power yaitu orang yang sakti, mempunyai
keberanian, mempunyai pengaruh, mempunyai sifat kepemimpinan,
karismatik dan semacamnya.
Mereka inilah cikal bakal komunitas-komunitas Muslim Karangasem,
yang mayoritas berasal dari Lombok. Orang-orang sakti ini ditempatkan
sepasang-sepang (baca: suami istri) dengan: memakai strategi mengelilingi
Puri Kanginan sebagai tempat raja. Di sebelah selatan ada Banjar Kodok, di
sebelah selatannya lagi kampung Islam Dangin Seme. Di sebelah barat ada
desa Hindu, sebelah baratnya lagi Kampung Islam Bangras. Intinya,
penempatan dilakukan secara selang-seling Islam-Hindu, mengelilingi puri.
Itu strategi raja untuk mempersatukan rakyat Karangasem, sekaligus
mengamankan puri. Namun, logika itu juga memberikan arti bahwa puri
tampaknya tidak terlalu merasa aman jika hanya dikelilingi rakyat Hindu,
serta memerlukan pengawalan dari rakyat yang justru beda agama. Pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
kenyataannya memang kalangan Islam dapat dipercaya raja untuk menjadi
”pengawal puri”. Inilah yang menjadi satu sebab kenapa Umat Islam
Karangasem dengan Puri menjadi sangat akrab.
Kampung-kampung kuno Islam lain di Karangasem sejarahnya juga
sama. Mereka sengaja ditaruh sepasang-sepasang (baca: kira-kira suami
istri), dengan posisi mengelilingi Puri. Posisi mengelilingi puri dibuat dua
lapis. Seperti Dangin Seme termasuk lapisan pertama. Lapisan kedua seperti
Segar Katon, Ujung Pesisi, Kebulak Kesasak, Bukit Tabuan, dengan formasi
juga mengelilingi puri. Lapis kedua bahkan sampai Saren Jawa dan
Kecicang.3
C. Masyarakat Muslim di Kabupaten Karangasem Bali
Kabupaten Karangasem memiliki penduduk muslim berjumlah 21.381
Jiwa. Mereka hidup tersebar di 6 dari 8 kecamatan di seluruh wilayah
Karangasem. Namun, mereka terkonsentrasi di 4 kecamatan, yakni:
kecamatan Karangasem, kecamatan Bebandem, kecamatan Sidemen, dan
Kecamatan Manggis. Sisanya sekitar jiwa tersebar di kecamatan Kubu dan
kecamatan Rendang.4
Masyarakat muslim terbesar pertama berada di kecamatan
Karangasem, yang tersebar di wilayah perkotaan dan pegunungan. Pertama,
Muslim di perkotaan terutaman ada di kelurahan Karangasem, yang tersebar
di 13 dusun/kampung, antara lain : Kampung Telaga Mas (memiliki kepala
3 Catatan Dhurorudin Mashad, dalam https://dhurorudin.wordpress.com (diakses pada tagal 20
April, 2015). 4 Sumber: Data Kementerian Agama Kabupaten Karangasem, 15 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
dusun muslim), Dusun Ujung Desa, Dusun Segara Katon, Karang Tohpati,
Karang Langkung, Bangras, Grembeng (atas dan bawah), Karang Ampel,
Jeruk Manis (dikenal dengan Jerman), Karang Tebu, Karang Bedil, Tiing
Tali, Dangin Sema (komunitas Muslim terbesar setelah Dusun Kecicang
Islam). Selain itu ada pula di Desa Tegal Linggah, yang memiliki dua
kampung muslim yakni: Karang Cengen dan Kampung Nyuling. Berikutnya
di Kelurahan Subagan, terdapat di dua kampung yakni: Kampung Karang
Sokong dan Telaga Mas (bahkan kepala kampungnya muslim).
Kedua, muslim di pegunungan terdapat di sebelah timur yakni di
Kelurahan/Desa Bukit tersebar di 6 dusun/kampung, yakni: Bukit Tabuan,
Kampung Anyar, Karang Sasak, Tibulaka Sasak, Ting Jangkrik, dan Dangin
Kebon. Selain itu di Desa Tumbu juga ada, tepatnya di Dusun Ujung Pesisi
karena letaknya memang di ujung laut.
Selain itu, Kampung Muslim juga terdapat di Kecamatan Bebandem,
yakni di dusun Kecicang Islam (kampung Islam terbesar di Karangasem)
yang terdapat di Banjar Kangin, Banjar Lebah Sari, dan Dusun Saren Jawa.
Adapun kecamatan dengan komunitas muslim terbesar ketiga ada di
Sidemen, yakni di dusun Sinduwati yang mencakup kampung Sindu, Buu
dan Tegal. Selain ketiga kecamatan tadi, kecamatan Manggis sebagai tempat
komunitas muslim terbesar keempat, yang terdapat: di Buitan, Padang Bai,
dan Pertamina Manggis.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
D. Masyarakat Muslim Di Kecamatan Karangasem Bali
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa masyarakat muslim
terbesar pertama di kabupaten Karangasem berada di kecamatan
Karangasem, yang tersebar di wilayah perkotaan dan pegunungan. Umat
Islam di kecamatan Karangasem tersebar di 24 kampung dengan jumlah
9.330 Jiwa.5 Denga perincian sebagai berikut:
5 Sumber: Data Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangasem, 16 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Tabel 3.1
Data Penduduk Muslim
Wilayah Kerja KUA Kecamatan Karangasem
NO ALAMAT JUMLAH PENDUDUK
(L/P) JIWA
1 Ujung Pesisi 909
2 Kerta Sari/Perumnas 268
3 Telage Mas 933
4 RW. Graha Indah Gargita Galiran 81
5 Tiying Jangkrik 254
6 Karang Sasak 485
7 Tibulaka Sasak 485
8 Bukit Tabuan 326
9 Kampung Anyar 169
10 Karang Cermen 394
11 Bangras 660
12 Ling. Belong-Karang Tebu 149
13 Ampel 507
14 Gria Tegeh 121
15 Gerembeng Atas 43
16 Karang Bedil 86
17 Karang Langko 496
18 Ling. Jeruk Manis 262
19 Ling. Gelumpang 200
20 Penaban 143
21 Segara Katon 695
22 Ujung Desa 238
23 Dangin Sema I 1.126
24 Karang Tohpati 393
Jumlah 9.330
Di kecamatan Karangasem sudah terdapat 30 Masjid, 12 Musholla, 13
TPQ, 3 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Madtasah Tsanawiyah Negeri, 1 Madrasah
Aliyah Negeri, 1 Madrasah Salafiyah Wusto, dan terdapat 6 Pondok
Pesantren.6 Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel berikut:
6 Sumber: Data Kantor Urusan Agama Kecamatan Karangasem, 16 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Tabel 3.2
Data Masjid
Kecamatan Karangasem
NO NAMA MASJID ALAMAT
1 Nurul Jihad Segara Katon
2 Adabul Khoir Ujung Desa
3 Al-Kuddus Ujung Pesisi Utara
4 Baiturrahman Ujung Pesisi Selatan
5 Marhaban Dangin Sema II
6 Ibnu Sina Dangin Sema I
7 An-Nur Bangras
8 Baiturrahman Karang Langko
9 Darussalam Ampel
10 Miftahul Jannah Jeruk Manis
11 Nurul Yaqin Gelumpang
12 Al-Muttaqin Penaban
13 Al-Fitrah Karang Bedil
14 Al-Ikhlas Karang Tebu
15 Ar-Rahman Karang Cermen
16 Arrahman Karang Pati
17 Imaduddin Nyuling
18 Al-Mukminun Karang sasak
19 Nurul Mubin Tibulaka Sasak
20 Darul Iman Kampung Anyar
21 Nurul Jannah Tiing Jangkrik
22 Al-Hidayah Bukit Tabuan
23 Asy-Syuhada Dangin Kebon
24 At-Taqwa Subangan Timur
25 Al-Mukhlisin Subangan Barat
26 Al-Huda Telaga Mas
27 Al-Muhajirin Perumnas Paye
28 Al-Hikmah Gerembeng Atas
29 Darul Falah Gerembeng Bawah
30 Al-Kautsar Grie Tegeh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Tabel 3.3
Data Musholla
Kecamatan Karangasem
NO NAMA MUSHOLLA ALAMAT
1 Al-Amin Bukit Tabuan
2 Darun Naim Karang Sokong
3 Riyadusshalihin MTsN Amlapura
4 Al-Firdaus Depag Karangasem
5 SMP Muhammadiyah Janggapati
6 LP Anak Susuan
7 An Nur BTN Taman Sari
8 Mus H. Parman Janggapati
9 MAN Amlapura Subangan
10 Aisiyah Dangin Sema I
11 AL-Kautsar Dangin Sema I
12 Al-Latif Kubu
Tabel 3.4
Data TPQ
Kecamatan Karangasem
NO NAMA LEMBAGA ALAMAT
1 TPQ Amal Muhlisin Telage Mas – Subangan
2 TPQ Al-Ikhlas Perumnas Paye - Amlapura
3 TPQ Ibnu Sina Dangin Sema I - Amlapura
4 TPQ An-Nur BTN Taman Sari - Subangan
5 TPQ Darul Falah Gerembeng Bawah
6 TPQ Hurul Huda Karang Sokong - Subangan
7 TPQ Al-Fitrah Dangin Sema I - Amlapura
8 TPQ Miftahul Jannah Jeruk Manis
9 TPQ Miftahul Huda Tiying Jangkrik – Bukit
10 TPQ AL-Hikmah Bangras
11 TPQ An-Nur Jl. Diponegoro No. 26
12 TPQ Al-Amin Jl. Diponegoro No. 26 A
13 TPQ Al-Ikhlas Karang Tebu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Tabel 3.5
Data Madrasah
Kecamatan Karangasem
NO NAMA MADRASAH ALAMAT
1 MIN Subangan
2 MI Amlapura
3 MI Nurul Ihsan
4 MTs N Amlapura
5 Salafiyah Wusto
6 MAN Amlapura
Tabel 3.6
Data Pondok Pesantren
Kecamatan Karangasem
NO NAMA LEMBAGA ALAMAT
1 Nurul Huda Karang Sokong - Subangan
2 At-Taqwiim Kampung Anyar – Bukit
3 Silaturrahmi Yassika – Subangan
4 Amal Mukhllisin Telage Mas – Subangan
5 Imaduddin Kampung Nyuling
6 Darussalam Ampel – Amlapura
E. Dakwah di Masyarakat Muslim Kecamatan Karangasem Bali
Desa Bukit merupakan nama desa yang berada di wilayah pegunungan
di kecamatan Karangasem. Untuk mencapai desa itu harus melewati jalan
yang menanjak dan berbelok-belok. Di desa Bukit Kampung muslim tersebar
di 6 dusun/kampung, yakni: Bukit Tabuan, Kampung Anyar, Karang Sasak,
Tibulaka Sasak, Ting Jangkrik, dan Dangin Kebon. Di Kampung Anyar
terdapat pondok pesantren yang bernama Pondok Pesantren At-Taqwim yang
diasuh oleh Ust. Ali Musbah.
Ust. Ali Musbah, asli kelahiran Kampung Anyar Desa Bukit
Karangasem Bali. Kesehariannya mengasuh santri-santri di pondok pesantren
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
yang didirikannya dan berdakwah di masyarakat. Adapun setrategi dakwah
yang dipakai oleh Ust. Ali Musbah di masyarakat Muslim Kampung Anyar
desa Bukit kec. Karangasem, Bali adalah dakwah melalui pendidikan.
Pendidikan yang dilakukan Ust. Ali Musbah yaitu pendidikan al-
Qur’an dan pendidikan Agama Islam. Dalam menjalankan strategi itu, Ust.
Ali Musbah mendirikan musholla dan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ).
Ini merupakan strategi agar masyarakat muslim terlihat
keberadaannya. Hal ini dilakukan karena ia melihat disetiap rumah orang
Hindu ada pura tempat ibadahnya, maka Ust. Ali Musbah berinisiatif untuk
mengajak masyarakat muslim untuk mendirikan musholla di tiap-tiap
kampung. Setelah ada musholla baru mengadakan TPQ agar musholla terlihat
ramai oleh anak-anak yang belajar al-Qur’an sehingga syiar Islam terlihat.
Seperti yang katakana oleh Ust. Ali Musbah:
“Dengan mendirikan musholla, ini merupakan strategi dalam
berdakwah, sebab kalau sudah ada mushlla maka disitu akan tampak
bahwa itu kampung Muslim, kemudian kami adakan TPQ, agar syiar
Islam benar-benar tampak. Mengapa harus musholla? Sebab musholla
lebih mudah dari pada mendirikan masjid, kalau masjid harus izin ke
pemerintah, dan itu akan dipersulit, maka yang memungkinkan adalah
musholla. Kami mulai dari hal yang kecil dulu. Pelan tapi pasti. Insya
Allah, keberadaan orang Muslim di Bali akan eksis.”7
Dengan adanya Musholla dan TPQ, maka kegiatan keagamaan seperti
sholat berjamaah, belajar al-Qur’an bisa terlaksana. Sehingga masyarakat bisa
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim secara berjamaah.
Sedangkan anak-anak bisa belajar al-Qur’an. Di TPQ bukan hanya belajar
7 Ust. Ali Musbah, Wawancara, 27 April 2015.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
membaca al-Qur’an saja, melainkan ilmu dasar tentang agama Islam juga di
ajarkan.
Dalam menjalankan strategi ini, Ust. Ali Musbah tidak sendirian, ia di
bantu oleh santri-santrinya yang sudah senior. Santri-santri yang sudah senior,
ia tugaskan untuk mengajar TPQ di Musholla-Mushlla yang sudah didirikan.
Selain mengadakan TPQ, di Musholla juga diadakan pendidikan
agama melalui “majelis taklim” untuk masyarakat setempat, yang diadakan
sesuai dengan kesepakatan masyarakat, ada yang sekali dalam seminggu ada
juga yang sekali dalam satu bulan. Di majelis taklim ini Ust. Ali Musbah
menggunakan metode ceramah, dan dialog/tanya jawab.
Saat ini disetip kampung di desa bukit sudah memiliki masjid
diantaranya yaitu masjid AL-Hidayah di Bukit Tabuan, Masjid Darul Iman di
Kampung Anyar, masjid Al-Mukminun di Karang Sasak, masjid Nurul
Mubin di Tibulaka Sasak, masjid Nurul Jannah di Ting Jangkrik, dan masjid
Asy-Syuhada di Dangin Kebon. Disetiap masjid sudah ada TPQ-nya. Selain
itu di kampung-kampung juga ada musholla-musholla. Hal ini dakrenakan
jarak tempuh antara rumah warga dengan masjid kadang jauh.
Ust. Ali Musbah juga mendirikan Pondok Pesantren, Menurut Ust. Ali
Musbah:
“Mendirikan pondok pesantren merupakan strategi dakwah
yang tepat untuk daerah minoritas muslim. Seperti yang dilakukan
oleh para penyebar Islam terdahulu. Yang pertama mereka laukan
adalah memdirikan gubuk yang kemudian gubuk itu dikenal dengan
istilah pondok. Karena di pondok itulah tempat untuk mengajarkan
ajaran Islam. Di Bali, Muslim memang belum tampak, namun secara
pelan tapi pasti kita harus bergerak. Dalam artian kita harus
mengajarkan pendidikan agama Islam secara massif. Pelan tapi pasti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Kita akan membuat suasana Islam di Bali. Mulai dari hal yang kecil,
dari kampung, kemudian desa, terus kecamtan dilanjutkan ke
kabupaten dan provinsi. Sehingga Islam akan tampak di Bali.”8
Melalui pesantren inilah Ust. Ali Musbah mengajarkan santri-santri
dan masyarakat tentang ajaran agama Islam. Mulai dari membaca al-Qur’an,
Fiqih dasar dan tauhid. “Saya mendirikan pondok pesantren ini sebagai
central kegiatan keagamaan agar masyarakat muslim di sini berkumpul,
belajar, bukan hanya anak-anak mereka. Tapi orang tua mereka juga kita
jadwal agar ikut pengajian di pondok. Artinya dengan adanya pondok ini
mereka punya tempat untuk kegiatan keagamaan.” Kata Ust. Ali Musbah.9
Dalam menjalankan dakwahnya di pondok pesantren, Ust. Ali
Musbah juga dibantu oleh ustadz-ustad dari Jawa, ia bekerja sama dengan
pondok pesantren di jawa untuk mengirimkan santrinya membantu mengajar
di pondok dan di masyarakat. Adapun pondok pesantren yang mengirimkan
santrinya adalah pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Salafiyah
Ketapang Banyuwangi dan dan pondok Miftahul Ulum Jember. Ini juga
merupakan strategi yang dilakukan oleh Ust. Ali Musbah dalam berdakwah,
sebab ia sadar, dakwah ini tidak bisa dilakukan sendiri, maka harus dilakukan
secara bersama-sama. Mereka para ustad yang dari jawa tersebut disamping
mengajar santri di pondok, juga di jadwal untuk membaca khutbah jum’at dan
mengisi ceramah agama di kegiatan-kegiatan Islam yang diadakan
8 Ust. Ali Musbah, Wawancara, Karangasem 27April 2015
9 Ust. Ali Musbah, Wawancara, Karangasem 27 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
masyarakat. Dengan adanya bantuan tenaga pengajar tersebut. Maka apa yang
menjadi cita-citanya yaitu menciptakan nuansa Islam di Bali akan tercapai.
Selain itu, dengan adanya pondok pesantren Ust. Ali Musbah bisa
menyiapkan generasi penerus dalam mengajarkan agama Islam. Bila santri
sudah selesai pendidikan di Pondok Pesantren At-Taqwiim, Ia mengirim
santri-santrinya untuk belajar ke Jawa. baik di Perguruan Tinggi maupun di
Pondok Pesantren. Mereka dicarikan beasiswa, dengan harapan nanti setelah
lulus mereka bisa kembali ke kampung halaman dan bisa menyebarkan
agama Islam di daerah masing-masing atau paling tidak bisa membantu di
Pondok Pesantren. Sehingga sedikit demi sedikit umat Islam di Bali bisa lebih
banyak dan akan tampak ke permukaan.
Selain menjadi da’i Ust. Ali Musbah juga menjadi Qori’. Dari sejak
remaja Ia sering mewakili Propinsi untuk mengikuti MTQ sampai ketingkat
Nasional. Tampilnya Ust. Ali Musbah ke Musabaqah tingkat Nasional
rupanya menjadi magnet bagi masyarakat sekitar sehingga merekapun
berbondong-bondong ingin belajar Tilawah kepadanya.
Kini banyak masyarakat yang memondokkan anaknya ke Pondok
Pesantren At-Taqwim. Hal itu karena masyarakat melihat prestasi Ust. Ali
Musbah yang sudah lima kali mewakili Provinsi Bali di ajang MTQ tingkat
Nasional. Dan pesantren At-Taqwim tidak hanya dikenal di Desa Bukit, tapi
sudah dikenal oleh masyarakat Muslim di Kabupaten Karangasem bahkan di
skala provinsi pun sudah mulai dikenal secara luas. Saat ini lembaga yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
sudah ada di pesantren yaitu, Madrasah Diniyah, SMP At-Taqwim dan MA
at-Taqwim.
Adapun jumlah santri yang mondok di pondok pesantren At-Taqwim
saat ini adalah 70 santri yang terdiri dari 30 putra dan 40 putri. Meraka bukan
hanya dari kabupaten karangasem saja, melainkan ada juga dari kabupaten
lain, seperti dari Singaraja, Klungkung dan Buleleng.
Selain di pondok pesantren Ust. Ali Musbah juga mengadakan
kegiatan keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Dalam rangka untuk
mensyiarkan agama Islam di Bali secara umum dan di Karangasem secara
khusus, maka Ust. Ali Musbah mengajak masyarakat untuk istiqomah
melaksanakan kegiatan kegamaan yang sifatnya untuk mensyiarkan agama
Islam. Di antar kegiatan yang sudah berjalan ialah Yasinan dan tahlilan pada
tiap malam Jum’at, mengadakan peringatan hari besar Islam, mengadakan
MTQ dan lain sebagainya.
Yasinan dan tahlilan awalnya satu kali dalam satu bulan, yakni pada
malam jum’at minggu pertama, bertempatnya di Masjid, namun agar rasa
ukhuwah Islamiyah semakin tumbuh, akhirnya yasinan dilakukan satu kali
dalam seminggu dan tempatnya dirumah warga secara bergiliran. Dalam
kegiatan itu bukan hanya membaca yasin dan tahlil saja, namun setelah itu
ada ceramah agama atau pembacaan kitab dan ramah-tamah. Tujuan dari
kegiatan itu adalah untuk memperkuat tali silaturrahmi antar sesama muslim,
membiasakan masyarakat untuk membaca Al-Qur’an dan sebagai ajang untuk
mengajarkan tentang agama Islam. Agar tidak memberatkan warga yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
ditempati kegiatan, maka warga diminta untuk iuran minimal tiga ribu rupiah.
Uang yang terkumpul digunakan untuk membeli makanan untuk di hidangkan
pada saat ramah-tamah.10
Dalam kesempatan ini, Ust. Ali Musbah menyampaikan tentang
ajaran Islam, baik Fikih, Tauhid dan Akhlaq. Tujuannya adalah untuk
memberikan siraman rohani kepada masyarakat Muslim, sehingga bisa
menjalankan ajaran Islam dengan tetap semangat dan keimanan yang kuat.
Pada saat penelitian, peneliti diminta oleh Ust. Ali Musbah untuk mengisi
ceramah setelah acara tahlilan.
Untuk kegiatan perayaan hari besar islam Ust. Ali Musbah mengajak
masyarakat terutama kalangan remaja, untuk ikut terlibiat dalam kegiatan-
kegiatan tersebut, mereka dilibatkan sebagai panitia. Sehingga dengan adanya
keterlibatan itu maka dia akan merasa diperhatikan dan akan lebih dekat
dengan sesama muslim. “Orang-orang seperti itu harus didekati, jangan
dijauhi. Karena mereka butuh perhatian yang tulus” kata Ust. Ali Musbah.
Diharapkan setelah mereka mau ikut kegiatan-kegiatan yang sifatnya
sosial di juga mau ikut dalam kegiatan keagamaan seperti ikut sholat
berjamaah, belajar mengaji dan lain sebagainya. Karena “ semakin seringnya
berkumpul dengan sesamanya, maka mereka akan tergugah hatinya untuk
mau ikut menjalankan agama Islam” kata Ust. Ali Musbah.
Menurut Fathurrahman kepala dusun Kampung Anyar, “Suasana
keislaman di kamung anyar sangat terasa. Di sini sudah ada masjid, pondok
10 Hasil Observasi di Kampung Anyar, 29 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
pesantren dan madrasah. Dan masyarakat pun sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan keislaman”.11
Yang menjadi pendukung dakwahnya Ust. Ali Musbah yaitu:
Pertama, Mendapat dukungan dari masyarakat muslim sekitar. Dalam
menjalankan kegiatan-kegitan dakwah, masyarakat selalu mendukung dan
mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. Dukungan yang diberikan
berupa tenaga dan dana. Terbukti ketika ada acara-acara yang oleh pondok,
masyarakat juga ikut berparisipasi memberikan bantuan dana utuk kegiatan
tersebut.
Kedua, Mendapat dukungan dari pondok-pondok di Jawa. Selama ini
tiap tahun pondok pesantren at-Taqwim mendapat bantuan guru tugas dai
pondok pesantren sidogiri dan pondok salafiyah ketapang banyuwangi.
Meraka adalah santri yang sudah lulus. Kemudian di minta untuk membantu
mengajar di pondok at-Taqwiim. Dengan adanya bantuan guru ini Ust. Ali
Musbah merasa sangat tebantu.
Ketiga, Adanya kerja sama dengan sesama tokoh masyarakat Muslim
di Bali. Antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain saling mendukung
dalam kegiatan keislaman. Dukungan itu berupa. Mereka selalu aktif
berpartisipasi dalam kegiatan lomba MTQ, antar kecamatan, kabupaten dan
provinsi. Dengan adanya lomba MTQ ditingkat kecamatan, kabupaten dan
provinsi, dengan dukungan mereka ini, maka Islam akan terlihat
keberadaannya di Bali.
11 Fathurrahman, Wawancara, Karangasem 28 April 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam berdakwah ialah:
Pertama, Terdapat banyak organisasi atau aliran-aliran yang ada dalam Islam,
seperti yang dikatakan oleh Ust. Ali Musbah bahwa di kecamtan Karangasem
ada Jamaah Tablig, Muhammadiyah dan NU. Organisasi-organisasi ini sama-
sama Islam namun dalam dakwahnya memiliki cara yang berbeda-beda,
sehingga mereka terkesan jalan sendiri-sendiri dan lebih mengutamakan
kelompoknya sendiri. Dengan adanya organisasi-organisasi yang sama tapi
tidak sama itu, maka ruang gerak umat muslim akan menjadi sempit. Dari
segi jumlah sudah sedikit, ditambah ruang gerak sempit maka akan
menghasilkan dakwah yang sempit, disebabkan adanya aliran-aliran atau
kelompok-kelompok tertentu tersebut. Menurut ali Misbah: “Ini merupakan
permasalahan klasik, namun untuk di Bali, bisa menjadi hambatan untuk
berdakwah.”
Kedua, Masyarakat Karangasem bagian pegunungan ini, merupakan
masyarakat yang menengah kebawah dalam hal ekonomi. Akibat dari
masalah ini adalah banyak anak-anak tidak bisa melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi. Dan juga masyarakat disibukkan untuk bekerja.
“masyarakat disini kebanyakan pekerja kuli, lebih-lebih para pemudanya.
Mereka banyak mencari pekerjaan di kota, dan mereka pulang sekali dalam
seminggu bahkan sebulan sekali. Sedangkan kita tahu kehidupan di Kota
seperti apa? Jelas mereka akan terpengaruh lingkungan” kata Ali. Itu karena
keadaan ekonomi yang belum mencukupi, “Bukankan kefakiran itu
mendekatkan pada kekufuran” kata Ali mengutif sebuah hadis.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Ketiga, Masalah sosial kerap menjadi permasalahan, karena muslim
menjadi minoritas yang berada di lingkungan mayoritas, Hindu. Tidak jarang
terjadi gesekan antara umat Hindu dan Muslim yang disebabkan hanya
masalah yang kecil, seperti tidak saling menghormati, masalah perayaan hari
besar Islam dan sebagainya. Lebih-lebih setelah terjadi bom Bali. Hubungan
umat Islam dan hindu kurang harmonis. Sehinga umat muslim selalu diawasi
dan dikucilkan. Hal ini dibenarkan juga oleh Ust. Ali Musbah bahwa setelah
terjadi bom Bali, umat Muslim di Bali selalu diawasi, lebih-lebih ketika
mendatangkan guru tugas dari Jawa, mereka harus lapor ke desa adat, di
introgasi polisi, dan memiliki surat kelakuan baik dari kepolisian daerah asal
dan lain sebagainya.
Keempat, kurang dukungan dari pemerintah. Karena yang memegang
roda pemerintahan adalah yang mayoritas yaitu Hindu, maka yang minoritas
sulit mendapat dukungan dari pemerintah. Terutama dalam hal pengurusan
administrasi dan perijinan. Untuk mendirikan masjid saja, selalu dipersulit
dalam masalah perizinan. Seperti yang diungkapkan oleh Ust. Ali Musbah:
“Kami selalu dipersulit bila mengajukan izin untuk mendirikan Masjid dan
Madrasah”. Hal in karena yang menguasai pemerintah adalah umat Hindu.
Begitupun ketika mau mengadakan kegitan-kegiatan Islam. Ada syarat dan
ketentuan yang ketat dari pemerintah dan selalu mendapat pengawasan dari
kepolisian.
Adapun solusi yang dilakukan oleh Ust. Ali Musbah adalah: Pertama,
Seharusnya setiap muslim di Bali tidak terlalu panatik terhadap satu golongan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
saja. Selama ajarannya tidak keluar dari ajaran Islam yang bawa oleh Nabi
Muhammad Saw. dan para sahabatnya maka harus saling mendukug dalam
menegakkan dan menyebarkan agama Islam di pulau dewata.
Kedua, tokoh muslim di Bali harus bersatu membangun ekonomi
umat yang berbasis syariah. Selain itu para tokoh muslim juga bisa membuat
lembaga sosial atau Amil zakat, untuk dikelola dan dikembangkan untuk
kesejahteraan umat Muslim.
Ketiga, umat Muslim harus pandai-pandai bergaul dan bersikap.
Harus saling menghargai satu sama lain. Sehingga tetap terjadi keharmonisa
dalam bermasyarakat.
Keempat, Tokoh-tokoh muslim, lebih-lebih yang sudah masuk dalam
pemerintahan, harus menjalin komunikasi yang baik dengan pihak
pemerintah. Dengan adanya komunikasi yang baik antara tokoh muslim
diharapkan pemerintah juga ikut membantu dari kegiatan yang diadakan oleh
umat muslim.
F. Analisis Strategi Dakwah Di Masyarakat Muslim Karangasem Bali
1. Strategi Dakwah di Masyarakat Muslim Karangasem Bali
Seperti yang telah disebutkan di BAB II dalam penelitian ini bahwa
strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien. Atau
Mengajak kepada kebaikan dengan menggunakan perencanaan yang baik
serta terukur sehingga tepat sasaran dan tujuannya bisa tercapai.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Berdasarkan hasil temuan lapangan di atas, maka strategi dakwah
di masyarakat muslim kecamatan Karangasem, Bali yang dilakukan oleh
Ust. Ali Musbah menggunakan strategi: Tilawah, Tazkiyah dan Ta’lim.
Dalam menjalankan strategi di atas ini Ust. Ali Musbah
menggunakan metode Ceramah, metode ini merupakan pengembangan
dari metode Mauidhoh Hasanah. Hal ini terlihat ketika Ust. Ali Musbah
mengadakan Majelis taklim dan kajian keislaman di masjid-masjid di
wilayah Karangasem. Ia juga sering diundang untuk menjadi penceramah
dalam kegiatan-kegiatan hari besar Islam.
Ust. Ali Musbah juga mendirikan musholla dan Taman Pendidikan
al-Qur’an (TPQ). Strategi tilawah ini dilakukan disaat mengajarkan al-
Qur’an baik itu ketika mengajarkan anak-anak, remaja, dewasa maupun
lanjut usia. Santri diminta untuk mendengarkan bacaan ustadznya dan
kemudian diikuti. Setelah itu santri diminta untuk membaca sendiri-
sendiri dan disimak oleh ustadznya. Sedangkan metode yang di pakai
yaitu metode ceramah dan diskusi/tanya jawab. Ini dilakukan ketika
menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Disini
juga menggunakan strategi ta’lim yaitu mentransformasikan pesan
dakwah yang bersifat lebih mendalam, dilakukan secara formal dan
sistematis. Artinya, strategi ini hanya dapat diterapkan pada mitra dakwah
yang tetap, dengan kurikulum yang telah dirancang, dilakukan secara
bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Selain itu, Ust. Ali Musbah berdakwah melalui pendidikan di
Pondok Pesantren. Karena di pondok itulah tempat untuk mengajarkan
ajaran Islam. Hal ini juga sudah menerapkan strategi Tilawah, Tazkiyah
(menyucikan jiwa) dan Ta’lim, yang mana di dalam pondok pesantren
terdapat kegiatan belajar mengajar yang disampaikan dengan strategi
Tilawah, tazkiyah dan ta’lim. Dalam menjalankan strategi itu
menggunakan metode ceramah diskusi, karya tulis dan bisa juga
berbentuk kelembagaan.
Selain mengadakan dakwah di pondok pesantren, dakwah juga
diadakan di lingkungan masyarakat. Dalam rangka untuk mensyiarkan
agama Islam di Bali secara umum dan di Karangasem secara khusus,
maka para pendakwah mengajak masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan kegamaan yang sifatnya untuk mensyiarkan agama
Islam. Seperti mengadakan yasinan, tahlilan, sholawat, bakti sosial dan
lain sebagainya.
Yang dilakukan oleh Ust. Ali Musbah juga sama seperti strategi
Rasulullah dalam berdakwah yakni menggunakan pendekatan pendidikan.
Dakwah dengan pendekatan pendidikan ini dilakukan Nabi sejak dini,
yaitu beriringan dengan masuknya Islam para sahabat satu persatu. Jadi di
samping dari rumah ke rumah, maka rumah sahabat al-Arqam bin Arqam
dijadikan sebagai tempat pertama penyampaian dakwah Islam secara
kelompok. Di tempat inilah dakwah Nabi dilakukan dengan pendekatan
pendidikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Ketika di Makkah Nabi melakukan beberapa langkah yang
dianggap sangat penting untuk kelanjutan dakwah Islam, di antaranya
adalah konsentrasi beliau terhadap pendidikan dan penyucian diri mereka
yang menerima Islam (memeluk Islam) dengan jalan pembelajaran dan
penerapan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari serta
memperdalam arti solidaritas antar sesama muslim.
Ketika di Madinah, Rasulullah masih tetap berkonsentrasi untuk
menyampaikan dakwah atau risalah Islam dengan jalan pendidikan, yaitu
pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, mengajarkan makna-makna al-Qur’an
dan hokum-hukumnya, mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan umat
Islam, mempersaudarakan antara orang-orang muhajirin dan Anshar,
menegakkan hukum-hukum syariat, dan lain-lain.
Rasulullah juga menjadikan masijid sebagai tempat pendidikan.
Madrsah pertama kali yang didirikan Rasulullah adalah madrasah al-
Suffah. Ruangan yang berada di masjid Nabawi, ditempat itulah Nabi
mengajarkan para sahabat tentang Islam.
2. Faktor pendukung dan penghambat serta solusi ketika dakwah di
masyarakat muslim Karangasem Bali
a. Faktor Pendukung
Yang menjadi faktor pendukung dakwahnya Ust. Ali Musbah
yaitu: Pertama, Mendapat dukungan dari masyarakat muslim sekitar.
Dalam menjalankan kegiatan-kegitan dakwah, masyarakat selalu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
mendukung dan mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan.
Dukungan yang diberikan berupa tenaga dan dana. Terbukti ketika
ada acara-acara yang oleh pondok, masyarakat juga ikut
berparisipasi memberikan bantuan dana utuk kegiatan tersebut.
Kedua, Mendapat dukungan dari pondok-pondok di Jawa.
Selama ini tiap tahun pondok pesantren at-Taqwim mendapat
bantuan guru tugas dai pondok pesantren sidogiri dan pondok
salafiyah ketapang banyuwangi. Meraka adalah santri yang sudah
lulus. Kemudian di minta untuk membantu mengajar di pondok at-
Taqwiim. Dengan adanya bantuan guru ini Ust. Ali Musbah merasa
sangat tebantu.
Ketiga, Adanya kerja sama dengan sesama tokoh masyarakat
Muslim di Bali. Antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain
saling mendukung dalam kegiatan keislaman. Dukungan itu berupa.
Mereka selalu aktif berpartisipasi dalam kegiatan lomba MTQ, antar
kecamatan, kabupaten dan provinsi. Dengan adanya lomba MTQ
ditingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi ini maka Islam akan
terlihat keberadaannya di Bali.
b. Faktor Penghambat
Di bab II sudah dijelaskan bahwa faktor penghambat bagi
muslim minoritas menurut M. Ali Kettani, terbagi ke dalam empat
pemasalahan yaitu Organisasi, Ekonomi, Sosial dan Politik.
Berdasrkan itu maka faktor penghambat dalam berdakwah di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
masyarakat muslim Karangasem, penulis mencoba untuk
mengkelompokkan ke dalam empat permasalahan tersebut.
1) Masalah Organisasi
Mengenai masalah ini, terdapat banyak organisasi atau
aliran-aliran yang ada dalam Islam, seperti yang dikatakan oleh
Ust. Ali Musbah bahwa di kecamtan Karangasem ada Jamaah
Tablig, Muhammadiyah dan NU. Organisasi-organisasi ini
sama-sama Islam namun dalam dakwahnya memiliki cara yang
berbeda-beda, sehingga mereka terkesan jalan sendiri-sendiri dan
lebih mengutamakan kelompoknya sendiri.
Dengan adanya organisasi-organisasi yang sama tapi tidak
sama itu, maka ruang gerak umat muslim akan menjadi sempit.
Dari segi jumlah sudah sedikit, ditambah ruang gerak sempit
maka akan menghasilkan dakwah yang sempit, disebabkan
adanya aliran-aliran atau kelompok-kelompok tertentu tersebut.
Menurut Ust. Ali Musbah: “Ini merupakan permasalahan
klasik, namun untuk di Bali, bisa menjadi hambatan untuk
berdakwah.”
2) Masalah Ekonomi
Masyarakat karangasem bagian pegunungan ini, merupakan
masyarakat yang menengah kebawah dalam hal ekonomi. Akibat
dari masalah ini adalah banyak anak-anak tidak bisa melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dan juga masyarakat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
disibukkan untuk bekerja. “masyarakat disini kebanyakan
pekerja kuli, lebih-lebih para pemudanya. Mereka banyak
mencari pekerjaan di kota, dan mereka pulang sekali dalam
seminggu bahkan sebulan sekali. Sedangkan kita tahu kehidupan
di Kota seperti apa? Jelas mereka akan terpengaruh lingkungan”
kata Ali.
3) Masalah Sosial
Masalah sosial kerap menjadi permasalahan, karena muslim
menjadi minoritas yang berada di lingkungan mayoritas, Hindu.
Tidak jarang terjadi gesekan antara umat Hindu dan Muslim
yang disebabkan hanya masalah yang kecil, seperti tidak saling
menghormati, masalah perayaan hari besar Islam dan sebagainya.
Lebih-lebih setelah terjadi bom Bali. Hubungan umat Islam dan
hindu kurang harmonis. Sehinga umat muslim selalu diawasi dan
dikucilkan. Hal ini dibenarkan juga oleh Ust. Ali Musbah bahwa
setelah terjadi bom Bali, umat Muslim di Bali selalu diawasi,
lebih-lebih ketika mendatangkan guru tugas dari Jawa, mereka
harus lapor ke desa adat, di introgasi polisi, dan memiliki surat
kelakuan baik dari kepolisian daerah asal dan lain sebagainya.
4) Masalah Politik
Karena yang memegang roda pemerintahan adalah yang
mayoritas yaitu Hindu, maka yang minoritas sulit mendapat
dukungan dari pemerintah. Terutama dalam hal pengurusan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
administrasi dan perijinan. Untuk mendirikan masjid saja, selalu
dipersulit dalam masalah perizinan. Seperti yang diungkapkan
oleh Ust. Ali Musbah: “Kami selalu dipersulit bila mengajukan
izin untuk mendirikan Masjid dan Madrasah”. Hal in karena
yang menguasai pemerintah adalah umat Hindu. Begitupun
ketika mau mengadakan kegitan-kegiatan Islam. Ada syarat dan
ketentuan yang ketat dari pemerintah dan selalu mendapat
pengawasan dari kepolisian.
c. Solusi
Adapun yang menjadi solusi dari hambatan diatas adalah:
Pertama, dalam masalah organisasi, menjalin komunikasi yang intens
dengan tokoh-tokoh muslim yang beda organisasi, agar saling
mendukung dalam mensyiarkan agama Islam di pulau dewata. Dan
setiap muslim di Bali tidak terlalu panatik terhadap satu golongan saja.
Selama ajarannya tidak keluar dari ajaran Islam yang bawa oleh Nabi
Muhammad Saw. dan para sahabatnya maka harus saling mendukug
dalam menegakkan dan menyebarkan agama Islam di pulau dewata.
Kedua, dalam masalah ekonomi, mengajak para pengusaha
muslim untuk untuk membangun ekonomi umat. Selain itu para tokoh
muslim bekerja sama dengan pengusaha muslim dan pemerintah
membuat lembaga sosial atau Amil zakat, untuk dikelola dan
dikembangkan untuk kesejahteraan umat Muslim. Seperti yang di
katakan Dhurorudin Mashad:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
“Seiring dengan perkembangan jumlah muslim di Bali, maka
kian besar pula potensi ekonomi yang terkait dengan eksistensi
mereka (termasuk potensi Zakat) untuk kepentingan pembangunan
Bali. Menurut data Kanwil Depag Provinsi Bali jumlah penduduk
muslim Bali sekitar 558 ribu jiwa. Jika berdasar data tersebut,
maka potensi zakat di Bali mencapai 51 milyar rupiah per tahun.
Hal tersebut diakumulasi dari zakat maal (zakat harta) maupun
zakat fitrah (zakat jiwa). Potensi dana umat ini belum termasuk
infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. Total pengumpulan
ZISWAF oleh DSM Bali pada tahun 2007 misalnya, tercatat angka
Rp 2,3 milyar (sebulan). Dari angka tersebut sebenarnya bisa
disimpulkan bahwa masih banyak potensi dana zakat di Bali yang
belum terhimpun dengan baik. Dengan dana umat yang potensial
tidak kurang dari tiga milyar tiap bulan, maka betapa banyak asset
yang bisa dimiliki oleh umat dan berapa banyak program yang bisa
di gulirkan untuk mensejahterakan umat Islam Bali dan masyarakt
Bali pada umumnya. Karena penyaluran dan pemanfaatan zakat di
kalangan umat Islam pasti pada akhirya akan berpengaruh secara
menyeluruh terhadap kehidupan sosial termsuk kalangan non
Islam.”12
Ketiga, dalam masalah sosial, solusinya yaitu umat Muslim harus
pandai-pandai bergaul dan bersikap. Harus saling menghargai satu
sama lain. Sehingga tetap terjadi keharmonisa dalam bermasyarakat.
Keempat, dalam masalah politik, solusinya adalah tokoh-tokoh
muslim, lebih-lebih yang sudah masuk dalam pemerintahan, harus
menjalin komunikasi yang baik dengan pihak pemerintah. Dengan
adanya komunikasi yang baik antara tokoh muslim diharapkan
pemerintah juga ikut membantu dari kegiatan yang diadakan oleh umat
muslim.
12
Dhuroruddin Mashad, Muslim Bali, 44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
G. Analisis Berdasarkan Teori Interaksi Simbolik
Seperti yang dijelaskan dalam BAB I bahwa yang menjadi landasan
dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik. Teori ini merupakan teori
yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi antar individu melibatkan
penggunaan simbol-simbol. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita
berusaha mencari makna yang cocok dengan yang dimaksudkan oleh orang
tersebut. Selain itu, kita juga menginterpretasikan apa yang dimaksud orang
lain melalui simbolisasi yang ia bangun. Karena perspektif interaksi simbolik
berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Persepektif
ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang
memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi
mereka.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa simbol-
simbol yang diberikan oleh para da’i dalam berdakwah di masyarakat muslim
Karangasem Bali yaitu mengadakan pengajian umum, pendidikan TPQ,
mendirikan masjid, musholla dan pondok pesantren. Dengan simbol-simbol
tersebut para da’i ingin menyampaikan kepada masyarakat sekitar bahwa
walaupun berada di daerah yang mayoritas penduduknya Hindu, masyarakat
muslim juga masih eksis dengan kegiatan-kegiatan keislamannya. Dengan
adanya pengajian-pengajian dan TPQ di Masjid, ini merupakan simbol bahwa
syiar Islam terus berjalan dan berkembang. Dengan didirikannya pondok
Pesantren merupakan simbol yang memiliki makna bahwa pendidikan Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
terus diajarkan dan berkembang di Karangasem Bali. Dan simbol itu menjadi
identitas. Bila disuatu daerah terdapat masjid atau musholla atau pondok
pesantren maka itu merupakan kampung muslim. Dan untuk membedakan
antara tempat tinggal penduduk muslim dengan tempat tinggal umat Hindu
adalah disetiap rumat Umat hindu terdapat pura kecil, itu merupakan tempat
ibadah mereka, dan itu merupakan simbol bahwa mereka penduduk yang
beragama hindu.
Adapun tanggapan masyarakat terhadap simbol-simbol tersebut
adalah, bagi umat muslim, ini merupakan ajakan untuk terus mengikuti dan
mengamalkan ajaran Islam serta memperdalam pemahaman tentang
keislaman. Dengan adanya masjid makan itu merupakan ajakan kepada umat
muslim untuk melaksanakan sholat secara berjamaah. Dengan adanya TPQ
maka itu merupakan simbol bahwa umat muslim dianjurkan untuk
memasukkan putra-putri mereka untuk ikut belajar al-Qur’an begitu juga
dengan adanya pondok pesantren merupakan simbol bahwa umat muslim
memiliki wadah untuk medapatkan pendidikan yang sesuai dengan
keyakinannya. Mereka menerima simbol-simbol tersebut dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada, memasukan anak-anaknya ke TPQ dan pondok
pesantren. Ini merupakan simbol bahwa mereka umat muslim menerima dan
antusia terhadap simbol yang diberikan oleh para pelaku dakwah. Adapun
dampak dari simbol-simbol tersebut adalah terlaksananya kegiatan dakwah
islamiyah di masjid-masjid, ada pengajaran al-Qur’an di TPQ dan pendidikan
agama di pondok pesantren. Hal itu Seperti yang dikatakan George Herbert
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
Mead, bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia, baik
secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi,
memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya
masyarakt dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. setiap
isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan
bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu
bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula
perilaku orang tersebut.
Sedangkan masyarakat Hindu memahami bahwa itu merupakan bukti
akan keberadaan umat muslim di Karangasem Bali. Dan mereka menerima
keberadaan umat muslim di Karangasem. Hal ini terlihat dari simbol yang
diberikan oleh umat Hindu, yaitu dengan memunculkan sikap yang toleran
dan saling menghormati. Umat Hindu yang berdampingan dengan umat
muslim sudah terbiasa mendengarkan adzan yang di kumandangkan melalui
masjid dengan menggunakan pengeras suara. Bahkan antra umat Muslim dan
Hindu saling membantu dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Mereka setiap
hari berinteraksi dan berkomunikasi. Seperti yang dikatakan Ritzer tentang
substansi teori interaksionisme simbolik bahwa kehidupan bermasyarakat itu
terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan antar
kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya
melalui proses belajar.