53
Bab III Metodologi Penelitian
III.1 Umum
Untuk memperlancar jalannya penelitian ini, maka dilakukan urutan pekerjaan
yang dapat dilihat pada diagram alir analisis program kerja. Analisis stabilitas
lereng dalam penelitian ini menggunakan metode elemen hingga dengan program
komputer Plaxis. Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar III.1.
III.2 Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan analisis yang cermat, maka diperlukan data yang baik, untuk
itu maka dilakukan survei topografi, penyelidikan tanah yang terdiri dari:
(1) Bore-Log Standard Penetration Test (SPT)
(2) Dutch Cone Penetration Test (Sondir)
(3) Pengamatan Inklinometer.
(4) Pengamatan Slope Indicator (Unting-unting)
54
Gambar III.1 Diagram Alir Prosedur Analisis
55
III.3. Proyek Jalan Tol Cipularang
Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang atau Cipularang didesain untuk
mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas Jakarta-Bandung. Jalan tol ini akan
menghubungkan jalan tol Jakarta-Cikampek dan jalan tol Padalarang-Cileunyi
(Padaleunyi) yang sudah lebih dulu beroperasi.
Dasar pembangunannya adalah studi tentang pembangunan jaringan jalan di Jawa
(Trans Jawa), yang dilakukan Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
(PU) pada tahun 1970, dan studi kelayakan jaringan jalan (Trans Route) oleh
sebuah perusahaan konsultan Perancis yang meliputi studi kelayakan teknis,
lingkungan dan ekonomi/finansial. Sementara engineering study jalan tol
Cipularang sendiri dilakukan oleh konsultan Inggris yaitu Randall & Palmer.
Hasil dari engineering study inilah yang menjadi dasar bagi pembebasan tanah
untuk proyek pada tahun 1990-1992.
Konsesi jalan tol ini semula dipegang PT Citra Ganesha Marga Nusantara
(CGMN). Departemen Pekerjaan Umum sudah melakukan pembebasan tanah
pada 1990-1992. Namun sampai Pemerintah mengeluarkan Kepres 30/1997 yang
menunda pembangunan sejumlah proyek infrastuktur besar (termasuk jalan tol
Cipularang) akibat krisis moneter, perusahaan joint venture Citra Lamtoro Group
dan Travalgar Group (Inggris) itu juga belum memulai konstruksi karena
kesulitan mendapatkan pendanaan.
Karena itu pertengahan 2001 pemerintah cq Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) mencabut konsesi jalan tol itu dari CGMN
dan diserahkan pembangunannya kepada PT Jasa Marga.
Pada Februari 2002 pembangunan jalan tol Cipularang tahap I sepanjang 18 km
dimulai dengan investasi Rp. 488 miliar. Cipularang tahap I meliputi ruas
Dawuan-Dangdeur (6 km), Dangdeur-Sadang (6,5 km), dan Padalarang-
Cikamuning atau Padalarang By Pass (5,5 km). Pengerjaannya menghabiskan
56
waktu 19 bulan atau 0,95 km per bulan, dan dioperasikan secara resmi Januari
2004.
Pada Oktober 2002, pemerintah dengan mencabut Keppres 39/1997, dan
mencanangkan secara resmi pembangunan sejumlah ruas tol senilai Rp. 32 triliun
di Jawa dan Sumatera, termasuk jalan tol Cipularang sesuai Gambar III.2.
Jalan tol Cipularang tahap II sepanjang 41 km melintasi dua Kabupaten:
Purwakarta dan Bandung di Propinsi Jawa Barat sesuai peta pada Gambar III.3.
Dibangun pada bulan April 2004 dan selesai pada April 2005 (12 bulan) dengan
empat jembatan utama, dibagi dalam dua jalur – dua lajur dengan lebar setiap
lajur 3,6 meter. Perkerasan yang dipakai adalah perkerasan kaku, sedangkan bahu
jalan memakai asphalt treated base (ATB).
Proyek pembangunan jalan tol Cipularang tahap II ini diputuskan sebagai proyek
crash program yang intinya adalah bagaimana menyelesaikan proyek sesuai
dengan target yang ditetapkan yaitu 12 bulan tanpa mengorbankan spesifikasi
mutu yang disyaratkan. Untuk itu digunakan metode fast track dimana disamping
segi desain dilakukan pula satu sistem yang memungkinkan perencanan,
pelaksanaan dan pengawasan dapat dilakukan bersamaan. Dalam sistem ini disain
dan pelaksanaan dijalankan secara berurutan (design and build). Adapun data
proyek pembangunan jalan tol Cipularang tahap II dapat dilihat pada Tabel III.1,
Tabel III.2, Tabel III.3, Tabel III.4.
57
Gambar III.2 Rencana Jalan Tol Di Pulau Jawa (Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2003)
SurabayaSampang
Bangkalan Pamekasan
Pamekasan
Kalianget
Merak
Serang
Pandeglang
JAKARTA
Bogor
Bandung
Bekasi Cikampek
Padalarang
SumedangSukabumi
CiawiCirebon
Pemalang Semarang
Demak
Kudus
Yogjakarta
Surakarta
Ngawi
Mojokerto
Malang
Pandaan
PasuruanProbolinggo
Panarukan
Banyuwangi
Bondowoso Bajulmati
Gresik
Tuban
Bojonegoro
Lamongan
Caruban
Madiun Kertosono
Batang
PurwokertoWonosobo
CilacapKebumen
Kuningan
Garut
TasikmalayaSindangbarang
Dawuan
SubangPurwakarta
Pacitan
Wonogiri Ponorogo
Labuhan
Pejagan
Tangerang
Cianjur
Gempol
Gempol- Pandaan (14 km)
Probolinggo-Banyuwngi 156 km)
Gempol- Pasuruan (32 km)
Solo-Mantingan (58 km)
Kertosono-Mojokerto (38 km)
Pemalang-Batang (35 km)
Bawen-Solo (58 km)
Semarang-Batang (75 km)
Semarang-Bawen (22 km)
Semarang-Demak (58 km)Cirebon-Pejagan (34 km)
Pejagan-Pemalang (56 km)
Yogja-Solo (45 km)
Dawuan-Palimanan (24,5 km)
Subang-Dawuan (52,5 km)
Sukabumi-Ciranjang (31 km)
Cileunyi-Sumedang-Dawuan(Phs I : Cileunyi-Sumedang (25 km))
Cikampek-Padalarang (52 km)
Pandaan-Malang (30 km)
Ngawi-Kertosono (84 km)
SS Waru -Tj. Perak (13,5 km)
Waru (Aloha)-Tj. Perak (18,4 km)
Pasuruan-Probolinggo (40 km)
Mojokerto-Surabaya (37 km)
JORR (SectionE2, E3, N (19,2 km))
JORR 2 (157 km)
Ciawi-Sukabumi (54 km)
JORR (Sectioni W1 (9,8 km))
Cikampek-Subang (37 km)
Bogor Ring Road (10,5 km)
Ciranjang-Padalarang (33 km)
Jembt. Suramadu (5,44 km)
In OperationPlannedArterial Road
NOTE :
58
Gambar III.3 Peta Jalan Tol Cipularang Tahap II
(Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004)
59
Tabel III.1 Proyek Pembangunan Jalan Tol Cipularang Tahap II
KONSULTANMANAJEMENKONSTRUKSI
PT Parama Loka Consultant PT Wirama Karya; PT Eskapindo Matra;konsorsium dengan PT Seecons; PT Tridaya Cipta Pratama- SMEC International Ltd Aust PT Cipta Strada; PT Indah Karya; Australia PT Saka Adhi Prada
Ciujung (500 m) - PT Sanitek Konsultindo PT Multi Phi Beta; PT Indec & Asociates; Jembatan
UtamaCisomang (252 m) POLA PENDANAAN PT Wiratman & Asocietes
Design & Built
Cikubang (520 m) Contractor’s Full Pre-financed PT Bina Karya; PT Delta Tama Waja;
Cipada (708 m) (CPF) PT Disiplan Consult; PT Widya Graha
Seksi III
Seksi III
40,955 KM
Rp. 1.470.031.971.683,-
URAIAN KONSULTAN PERENCANAAN
Panjang
Kontrak Awal
Seksi I
Seksi II
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
60
Tabel III.2 Pembagian Seksi Pembangunan Jalan Tol Cipularang Tahap II
PANJANG KONTRAK AWALkm Rp.
SEKSI I : PURWAKARTA UTARA - SELATANSTA 75+338 - STA 84+500SEKSI II : PURWAKARTA SELATAN - PLEREDSTA 84+500 - STA 93+050SEKSI III.1 : PLERED - CIKALONG WETANTERMASUK JEMBATAN CIUJUNGSTA 93+050 - STA 99+350SEKSI III.2 : PLERED - CIKALONG WETANSTA 99+350 - STA 104+055SEKSI III.3 : JEMBATAN CISOMANGSTA 100+550 - STA 101+300SEKSI IV.1 : CIKALONG WETANG - CIKAMUNINGSTA 104+055 - STA 109+516SEKSI IV.2 : JEMBATAN CIKUBANG PT PropelatSTA 109+516 - STA 110+076SEKSI IV.3 : CIKALONG WETAN - CIKAMUNINGTERMASUK JEMBATAN CIPADASTA 110+076 - STA 112+574SEKSI IV.4 : CIKALONG WETAN - CIKAMUNINGSTA 112+574 - STA 116+333
TOTAL 40,995 1.471.031.971.683
2
156.647.876.000
209.652.329.000
PT Virama Karya
PT Cipta Strada
NO SEKSIKONSULTAN PENGAWASKONTRAKTOR
1
9
9,162
8,550
6,300
3,955
0,750
5,461
0,560
2,498
3,759
3
4
5
6
7
8
93.091.077.170
PT Mawatindo
PT Adhi Karya
PT Waskita Karya -Yasa (JO)
PT Nindya Karya
PT L&M System Indonesia
PT Daya Mulia Turangga
PT Hutama Karya
PT Sumber Mitra Jaya - Ircon (JO)
332.241.323.000
120.507.490.000
75.885.899.000
106.202.489.513
140.429.940.000
236.373.548.000
PT Indah Karya
PT Delta Tama Waja
PT Multi Phi Beta
PT Global Profex Synergy
PT Bina Karya
PT Yodya Karya
PT Indec & Ass
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
61
Tabel III.3 Pekerjaan Tanah, Drainase dan Concrete Barrier Proyek Pembangunan Jalan Tol Cipularang Tahap II
Excavation for Excavation for Excavation Borrow Pipe RC Box ARMCOEmbankment other Section to Spoil material Culvents Culvents Culvents
km m3 m3 m3 m3 No No No mSECTION 1 9,162 1.110.544 - 1.060.142 874.380 - 17 - 16.800 SECTION 2 8,55 2.514.734 - 3.013.282 1.248.382 9 - - 17.125
SECTION 3.1 6,3 2.744.388 240.634 2.252.884 - 8 - 10 12.600 SECTION 3.2 3,955 863.500 883.952 700.000 - 2 - 7 7.920 SECTION 3.3 0,75 154.456 - 7.719 9.625 1 1 - 113 SECTION 4.1 5,461 1.446.184 - 190.854 - 10 1 3 5.480 SECTION 4.2 0,56 3.400 - - - - - - 580 SECTION 4.3 2,498 192.572 - 744.217 - 5 1 - 1.644 SECTION 4.4 3,759 1.586.078 - 388.700 663.680 9 - 6 3.769
TOTAL 40,995 10.615.856 1.124.586 8.357.798 2.796.067 44 20 26 66.031 Total EARTHWORKS 22.894.307
SECTION
EARTHWORKS DRAINAGECONCRETE
BARRIERLENGTH
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
62
Tabel III.4 Pekerjaan Struktur dan Perkerasan Proyek Pembangunan Jalan Tol Cipularang Tahap II
Pedestrian Pedestrian Lean Rigid AsphaltUnderpass Overpass Concrete Pavement Treated Base
km No No No No m2 m2 m2 tonSECTION 1 9,162 1 7 - - 303.702 190.098 171.798 25.534SECTION 2 8,550 5 9 - 1 244.184 158.066 154.581 21.541
SECTION 3.1 6,300 - 5 2 1 158.954 108.960 106.350 11.937SECTION 3.2 3,955 5 1 1 - 123.200 66.483 64.280 8.581SECTION 3.3 0,750 5 1 - 1 12.168 8.424 8.143 1.562SECTION 4.1 5,461 - 2 2 1 161.326 95.490 93.116 11.284SECTION 4.2 0,560 4 - - - 4.000 22.000 2.150 265SECTION 4.3 2,498 - 2 1 - 47.415 27.124 26.458 1.492SECTION 4.4 3,759 - - 1 2 104.141 63.775 62.268 3.040
Overpass SubgradeSECTION LENGTHSTRUCTURES PAVEMENTS
Underpass
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
63
Daerah penelitian pada km 96+600/B jalan tol Cipularang berada pada seksi 3.1
(STA 93+050 – 99+350) antara Plered-Darangdan Kabupaten Purwakarta. Lebih
dari lima juta meter kubik harus digali karena lima bukit dengan rata-rata
ketinggian berkisar 25 sampai 35 meter adalah area kerja. Disamping itu terdapat
sekitar 200 ribu meter kubik galian lumpur yang harus dibuang keluar area kerja.
III.4 Pekerjaan Proyek Seksi 3.1 Jalan Tol Cipularang
Pekerjaan proyek jalan tol Cipularang seksi 3.1 dikerjakan oleh kontraktor PT
Waskita Karya (Persero) – Yasa (JO) dengan konsultan pengawas PT Delta Tama
Waja bekerja sama dengan PT Buana Archicon dan PT Prosys Bangun Persada
dengan nilai kontrak Rp. 343.397.298.782,-. Kondisi awal lokasi pekerjaan
sebagaimana terlihat pada Gambar III.4 berikut ini.
Gambar III.4 Kondisi Awal Sebelum Pekerjaan Proyek
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
64
Awal pekerjaan proyek dilakukan dengan pengukuran staking out center line dan
right of way (ROW) yang selanjutnya dilakukan land clearing atau persiapan
lahan kerja. Pada saat land clearing tersebut (Gambar III.5) diketahui bahwa
lapisan tanah mengandung clay shale.
Gambar III.5 Pekerjaan Land Clearing
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Profil lapisan tanah terlihat pada Gambar III.6. Tanah jenis clay shale yang
berwarna abu-abu tersebut harus dikupas dan dibuang sebagai disposal diluar area
kerja karena termasuk unsuitable material. Pengupasan dan pembuangan tanah
jenis clay shale dapat dilihat pada Gambar III.7.
65
Gambar III.6 Lapisan Tanah Awal
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
Gambar III.7 Pengupasan dan pembuangan tanah Clay Shale
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
66
Kondisi tanah dasar sebagai landasan timbunan perlu dipastikan kestabilannya
sebagai dasar timbunan. Untuk itu dilakukan test pit (penggalian manual) dan test
menggunakan penetrometer (Gambar III.8) yang bertujuan untuk mengetahui
konsistensi tanah serta kedalaman tanah dasar yang harus dikupas. Hasil tes
tersebut dikorelasikan dengan tes sondir.
Gambar III.8 Test tanah dasar menggunakan penetrometer
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
Setelah dipastikan bahwa tanah dasar yang akan ditimbun memenuhi syarat
kestabilan dan settlement, maka dilakukan penimbunan secara bertahap atau lapis
demi lapis sesuai gambar kerja. Penimbunan dilakukan dengan alat-alat berat
seperti bulldozer, excavator, loader dan dump truck. Proses penimbunan badan
jalan tol dan lerengnya dapat dilihat pada Gambar III.9, Gambar III.10, Gambar
III.11 dan Gambar III.12.
67
Gambar III.9 Pekerjaan Awal Penimbunan Badan Jalan Tol Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
Gambar III.10 Proses Penimbunan Badan Jalan Tol
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004
68
Gambar III.11 Proses Pekerjaan Lereng Badan Jalan Tol
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Gambar III.12 Lereng Timbunan Badan Jalan Tol
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
69
Proses perataan tanah dilakukan dengan alat motor grader, sedangkan pemadatan lereng dan badan jalan dilakukan dengan vibro roller/sheep foot roller seperti pada Gambar III.13 dan Gambar III.14.
Gambar III.13 Proses Pemadatan Lereng Timbunan Badan Jalan Tol Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Gambar III.14 Proses Pemadatan Timbunan Badan Jalan Tol Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
70
Setiap lapisan tanah setinggi 30 cm padat, dilakukan tes kepadatan tanah
menggunakan alat Sand Cone Tester seperti pada Gambar III.15 dan tes
penguapan air menggunakan alat Speedy Moisture Tester seperti pada Gambar III.16
untuk memastikan pemadatan lapisan tanah tersebut telah memenuhi syarat. Hasil
pemadatan tanah yang telah memenuhi syarat dapat dilihat pada Gambar III.17.
Gambar III.15 Sand Cone Test untuk kepadatan tanah
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Gambar III.16 Speedy Moisture Test untuk kepadatan tanah
Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
71
Gambar III.17 Hasil Pemadatan Tanah Timbunan Badan Jalan Tol Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Pada saat pelaksanaan (under construction) penimbunan badan jalan di km
96+600/B, tanah clay shale sebagai unsuitable material dibuang di kaki lereng
timbunan sebagai disposal area seperti pada Gambar III.18.
Gambar III.18 Lokasi Kaki Lereng Timbunan sebagai Disposal area Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
Bulan Oktober 2004 pada saat pekerjaan penimbunan sedang berlangsung terjadi
kelongsoran pada lereng timbunan di km 96+600/B. Kelongsoran tersebut
ditanggulangi dengan pemancangan cerucuk batang pohon kelapa seperti terlihat
pada Gambar III.19.
72
Gambar III.19 Pemasangan cerucuk batang kelapa pada lereng yang longsor pada saat pekerjaan penimbunan (Oktober 2004) Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2004.
III.5 Kondisi Tanah
III.5.1 Data topografi dan geologi
Topografi merupakan daerah yang tidak rata dengan beberapa jurang yang curam.
Jurang yang curam tersebut terutama terletak pada bagian Barat dan daerah Timur
yang banyak mengandung tanah lereng yang lemah. Tanah menunjukkan gambar
topografi pada daerah pergerakan tanah seperti:
(1) Permukaan yang tidak rata pada slide block
(2) Massa tanah yang terakumulasi pada kaki lereng.
Sejarah geologi daerah ini dimulai dengan pengendapan satuan batu lempung
dengan nodul-nodul batu gamping pada masa Miosen akhir dengan sistem
pengendapan suspensi pada kedalaman 0 m-200 m.
Masa Pli-Pleitosen pada daerah penelitian terjadi aktivitas tektonik sehingga
menghasilkan struktur lipatan berupa antiklin pada satuan batu lempung.
73
Pada kala Pleitosen tengah-Pleitosen akhir terjadi pengendapan satuan breksi
dengan mekanisme traksi yang diperkirakan berasal dari letusan komplek gunung
Sunda (Burangrang, Sunda, Bukit Tunggal). Satuan breksi ini merupakan endapan
lahar berumur kwartet yang diperlihatkan dengan adanya fragmen kayu terbakar
yang belum termineralisasi. Batuan yang diendapkan sebelumnya mengalami
pelapukan dan pengikisan, bersamaan dengan ini terjadi aktivitas vulkanik
berikutnya dari komplek Gunung Sunda dan sedimentasi,dicirikan dengan adanya
endapan konglomerat, tufa, dan batu pasir yang bersifat tuffan. Akibat
pengendapan yang bersamaan maka penyebaran tufa dan konglomerat sulit
dipisahkan sehingga menjadi satu kesatuan. Sungai-sungai besar di daerah ini
terus mengikis endapan-endapan yang dilaluinya sehingga batu lempung tersier
tersingkap.
Pada kala Holosen sungai-sungai terus mengerosi batuan-batuan dan
mengendapkannya, sehingga terbentuk satuan aluvial.
Gerakan tanah di Ciganea Purwakarta pernah terjadi pada tahun 1973 (Soewartojo
dan Sutarto, 1973) mengakibatkan terjadinya pengangkatan permukaan tanah
yang berlandaskan batuan dasar batu lempung, dimana bahan longsoran yang
bergerak demikian beratnya menekan batu lempung yang plastis dan sebagai
imbangannya terjadi pengangkatan.
Susunan dari daerah ini berdasarkan formasi geologinya adalah:
(1) Alluvium-Diluvial talus Deposit (Qa)
Formasi ini terdiri atas pasir lepas sampai padat, silt, dan kerikil.
Sebagian besar terdiri dari sedimen secondary yang berasal dari
kelongsoran dulu dan proses deposit material permukaan yang
mengalami erosi. Formasi yang sebenarnya atau sebelumnya yaitu
tuffacious sandstone dan konglomerat Qos. Batuan ini sulit untuk
dikenali dengan menggunakan sample core dengan menggunakan
formasi yang lebih rendah. Hal ini terlihat dari SPT bahwa tanahnya
heterogen.
74
(2) Tuffacious Silstone, sandstone, dan konglomerat (Qos)
Formasi ini terbentuk dari aktivitas vulkanik. Sebagian besar keruntuhan
terjadi pada formasi ini. Lapisannya hampir dip datar dan strike dengan
lapisan-lapisan yang berseberangan, yang mengindikasikan bahwa
lapisan tersebut adalah sedimen marine. Lapisan terdiri dari selang-seling
silstone, batu pasir, dan konglomerat dengan ketebalan maksimum 1
meter. Pada kondisi kering, lapisan tersebut menjadi padat, tetapi
sebagian besar lapisan silt dan pasir pada formasi tersebut menjadi lepas
pada kondisi jenuh.
(3) Formasi Tertiary Clay (Msc)
Formasinya dikenal dengan nama formasi Subang. Formasi ini
merupakan batu lempung yang seragam dengan warna keabuan gelap.
Batuannya sendiri keras, meskipun terdapat lapisan tipis yang lemah.
Peta geologi dan kontur awal daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar III.20
dan Gambar III.21.
Gambar III.20 Peta geologi daerah penelitian
Sumber : Direktorat Geologi Departemen Pertambangan
III.5.2 P
Pengamata
Jalan dan
2008.
Hasil pen
menunjuk
dalam Gam
III.26.
Gamb(
GambaSumbe
Pengamatan
an lapangan
Jembatan D
ngamatan
kkan adanya
mbar III.22
bar III.22 KSumber : B
R
ar III.21 Ker : Konsulta
n lapangan
n di km 96+
Departemen
visual yan
a retakan p
2, Gambar I
Kondisi Badalai Geotek
Retakan
75
Kontur Tanahan Perencan
+600/B dilak
Pekerjaan U
ng dilakuk
pada bahu
III.23, Gam
dan Jalan diknik Puslitb
h Awal daerna PT Indec
kukan oleh
Umum pada
kan selama
jalan dan
mbar III.24,
i KM 96+66ang Jalan d
rah penelitic & Asociat
Balai Geot
a bulan Me
a monitorin
perkerasan
Gambar III
60 B (Mei –an Jembatan
an tes
eknik Pusli
i 2007 – Ja
ng kelong
n seperti te
I.25 dan Ga
– Juni 2007n DPU)
tbang
anuari
gsoran
erlihat
ambar
)