Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 40
Penyusunan Rencana Strategis ( Renstra ) Dinas Koperasi
UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung Tahun 2013-
2018 terlebih dahulu perlu digali permasalahan-permasalahan yang
terjadi, yang dirumuskan menjadi isu strategis. Isu strategis adalah
permasalahan utama yang disepakati untuk dijadikan prioritas
penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang, isu
strategis diidentifikasi dari berbagai sumber antara lain diangkat
dari situasi dan kondisi ekonomi saat ini serta kemungkinan kondisi
dimasa datang. Penentuan isu strategis melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan Dinas Koperasi UKM dan perindustrian
Perdagangan Kota Bandung
Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang
dilaksanakan oleh Dinas Koperasi UKM dan perindustrian
Perdagangan Kota Bandung yang berkaitan dengan pelayanan
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 41
bidang Koperasi, UKM, Perindustrian dan perdagangan
teridentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap koperasi;
2. Kurangnya partisipasi anggota terhadap pengembangan
koperasi;
3. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang koperasi;
4. Terbatasnya kemampuan pelaku usaha Koperasi, UKM,
Perindustrian dan Perdagangan dalam mengakses
permodalan, memanfaatkan peluang pasar dan kemampuan
SDM;
5. Terbatasnya daya saing produk KUMKM dan Perindag;
6. Belum adanya sistem informasi dan data base Koperasi,
UKM, Perindustrian dan Perdagangan yang akurat;
7. Terbatasnya kewenangan dalam upaya menanggulangi
terjadinya gejolak harga dan kelangkaan bahan pokok.
Adapun identifikasi permasalahan sebagaimana tersebut diatas
sangat dipengaruhi serta memiliki korelasi dengan lingkungan
eksternal sebagaimana tabel dibawah ini :
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 42
Tabel 3.1
Identifikasi Isu - isu Strategis
( Lingkungan Eksternal )
No.
Isu Strategis
Dinamika
Internasional Dinamika Nasional Dinamika Regional / Lokal Lain – lain
1 2 3 4 5
1.
Komitmen bersama
tentang
pengembangan
koperasi tingkat
dunia yang di canangkan oleh ICA
( International
Cooperative Aliance )
meliputi :
Kemandirian
Kemitraan Keanggotaan
Permodalan
Lahirnya UU Nomor 17
Tahun 2012 tentang
Perkoperasian
UU Nomor 01 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro
UU Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan (OJK)
PP Nomor 46 Tahun
2013 tentang Pajak
Penghasilan atas
Penghasilan Dari Usaha
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu
Maraknya rentenir
Maraknya toko modern
Adanya keinginan untuk membubarkan koperasi
Lembaga keuangan yang
berkedok koperasi
Menurunnya daya saing produk
Menurunnya daya beli
masyarakat
Menurunnya ekspor
2.
Pemberlakuan AFTA, NAFTA, AEC
Pengaturan tentang Waralaba
Kenaikan BBM dan LPG
(Liquid Petrolum Gas)
Tingginya harga beberapa bahan pokok
Merosotnya nilai tukar
rupiah
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 43
Tabel 3.2
Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan
Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Terhadap
Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah
Visi : “ Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera “
No.
Misi dan
Program
KDH dan Wakil
KDH Terpilih
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5
1 Membangun perekonomian
yang kokoh,
maju, dan
berkeadilan.
Belum optimalnya
pemahaman
masyarakat terhadap berbagai peraturan
yang berkaitan dengan
Koperasi, UKM,
Perindustrian dan
Perdagangan
Belum optimal dan
konsisten terhadap
penegakan Peraturan
Daerah
Menurunnya daya beli
masyarakat
Belum optimalnya daya dukung anggaran
Keterbatasan
jangkauan pelayanan,
fasilitasi dan
pembinaan KUMKM
Mayoritas pergerakan
harga dan distribusi
barang tidak secara
langsung dikontrol oleh Pemerintah tetapi
melalui mekanisme
pasar
Lemahnya sosialisasi
Terbatasnya SDM
Rendahnya kesadaran
hukum pelaku usaha
Kurangnya keberpihakan
terhadap dunia usaha
Terbatasnya anggaran
Keterbatasan
anggaran/alokasi
anggaran yang relatif
kecil
Belum dimilikinya data
seluruh potensi KUMKM
secara up to date
Kurangnya sinergitas
antar SKPD dan dengan stakeholder lain
Adanya peraturan
yang mendukung
Peningkatan
kesadaran hukum
Peningkatan
kemitraan usaha
Peningkatan alokasi anggaran
adanya komitmen
pengembangan
KUMKM
banyaknya jumlah BUMN, perbankan
dan pengusaha
besar yang
terdapat di Kota
Bandung tingginya jumlah
dan aktifitas
komunitas kreatif
di Kota Bandung
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 44
B. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan wakil
kepala daerah Terpilih
Visi Kota Bandung Tahun 2013-2018 adalah :
“ Terwujudnya Kota Bandung yang unggul, nyaman dan
sejahtera “. Dalam mencapai Visi tersebut dituangkan ke
dalam misi yang terkait dengan pembangunan ekonomi
terdapat pada misi ke empat yaitu “ Membangun
perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan “.
Adapun Tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Membangun perekonomian Kota yang kokoh.
2. Membangun perekonomian kota yang maju.
3. Membangun perekonomian Kota yang berkeadilan.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 45
Dengan memperhatikan visi, misi serta kebijakan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut,
maka yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas KUKM & Perindag adalah sebagai berikut :
TUJUAN VISI MISI SASARAN KEBIJAKAN
1. Membangun
Perekonomian kota yang kokoh.
2. Membangun
perekonomian kota
yang maju.
3. Membangun
perekonomian kota yang berkeadilan.
Terwujudnya Kota
Bandung yang unggul, nyaman
dan sejahtera
Membangun
perekonomian yang kokoh,
maju, dan
berkeadilan
1. Terjaganya Stabilitas harga.
2. Terjaganya pertumbuhan ekonomi.
3. Meningkatnya akses dan kualitas
usaha perdagangan dalam dan luar
negeri.
4. Berkembangnya sentra industri
potensial,industri kreatif,industri
kecil menengah dan KUKM.
5. Meningkatkan kesempatan kerja.
1. Menjaga keseimbangan antara permintaan
dan ketersediaan barang.
2. Peningkatan penataan usaha dibidang
perdagangan dan sistem distribusi yang
menjamin kelancaran arus barang dan
jasa,kepastian usaha dan daya saing produk,
3. Pembinaan dan fasilitasi untuk mendorong
potensi ekspor dan optimalisasi pangsa pasar
lokal sentra-sentra industri potensial melalui
pengenalan produk dan promosi offline dan
online.
4. Meningkatkan pendapatan sektor
perdagangan.
5. Mengoptimalkan kolaborasi peran pemerintah
daerah dan dunia usaha dalam mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan usaha UMKM di Kota
Bandung.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 46
C. Telaahan Renstra Kementerian dan Renstra Dinas yang
Membidangi Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi
Pada dasarnya, penetapan Rencana Stategis Dinas
Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
merupakan bentuk pengembangan dari Visi dan Misi Kota dan
telah diselaraskan dengan Renstra kementerian maupun
renstra dinas yang membidangi Koperasi, UKM, Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi.
Faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan
Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian dan Perdagangan Kota
Bandung ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra
Kementerian Koperasi dan UMKM, Perindustrian dan
Perdagangan adalah sebagai berikut :
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 47
Visi Kementrian Koperasi dan UMKM : “Menjadi Kementerian yang Kredibel Guna
Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Tangguh dan Mandiri sebagai Soko Guru
Perekonomian Nasional “
Misi
1. Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui perumusan
kebijakan nasional;
2. Pengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kebijakan
pemberdayaan di bidang koperasi dan UMKM;
3. Peningkatan sinergi dan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan produktivitas, daya saing dan kemandirian koperasi dan UMKM secara
sistimatis, berkelanjutan dan terintegrasi secara nasional.
Sasaran jangka menengah
Renstra Kementerian
Koperasi dan UKM
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4
1) Peningkatan jumlah
dan peran Koperasi dan
UMKM dalam
perekonomian Nasional
2) Peningkatan Pemberdayaan Koperasi
dan UMKM
3) daya saing produk
Koperasi dan UMKM
4) Peningkatan pemasaran
produk Koperasi dan UMKM
5) Penyediaan akses
pembiayaan dan
penjaminan bagi
Koperasi dan UMKM
6) Perbaikan ikLim usaha yang lebih berpihak
pada Koperasi dan
UMKM
7) Pengembangan
wirausaha Koperasi dan UKM baru
Keterbatasan
jangkauan
pelayanan,
fasilitasi dan
pembinaan KUMKM
1. Keterbatasan
anggaran
2. Belum
diketahuinya
data seluruh potensi KUMKM
3. Kurangnya
sinergitas antar
SKPD dan
dengan
stakeholder lain
1) adanya
komitmen
pengembangan
KUMKM
2) adanya kesesuaian
program dengan
Kementrian
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 48
Visi Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat : “ Mewujudkan Koperasi dan UMKM
yang Berkualitas dan Berdaya Saing “
Misi
1. Meningkatkan Kualitas dan Kapasitas SDM aparatur dan KUMKM;
2. Meningkatkan Tatakelola Kelembaagn Koperasi dan UMKM;
3. Meningkatkan Akses Pemasaran, Jaringan Usaha dan Pengembangan KUMKM;
4. Meningkatkan Akses Pembiayaan dan Teknologi bagi KUMKM;
5. Mendorong Kemandirian dan Daya Saing KUMKM.
Sasaran jangka menengah
Renstra Dinas Koperasi
dan UKM Prov. Jabar
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4
1. Kelembagaan koperasi Terbatasnya
kewenangan dan
sistem
pembelanjaan
APBD
Terbatasnya
kewenangan
provinsi dengan
Kabupaten/Kota
Sinergitas program
pemberdayaan
KUMKM tingkat
Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota
2. SDM KUMKM Terbatasnya SDM Aparatur
yang memiliki
kompetensi
dibidang
perkoperasian
Tingginya rotasi dan mutasi SDM
yang berkompeten
dalam bidang
koperasi di
Kab/Kota
Pemberdayaan koperasi merupakan
urusan wajib
3. Pembiayaan KUMKM Terbatasnya
SDM aparatur yang memiliki
kompetensi
dibidang
perbankan
Terbatasnya
kemampuan SDM aparatur dibidang
perbankan
Mengembangkan
hubungan kemitraan dengan
lembaga keuangan
4. Pemasaran produk
KUMKM
Terbatasnya
pengembangan saluran media
untuk akses
pasar
Terbatasnya
pengembangan saluran media
untuk akses pasar
Mengembangkan
hubungan interaktif antara pemerintah
dan pelaku usaha
KUMKM
5. Pemberdayaan KUMKM Alokasi
anggaran
belanja bidang
ekonomi masih relatif kecil
Kepedulian pada
sektor KUMKM
masih rendah
Terjalinnya
hubungan antar
stakeholder dalam
pemberdayaan KUMKM
6. Aspek legalitas usaha
KUMKM
Terbatasnya
alokasi anggaran
untuk fasilitasi
legalitas produk
KUMKM
Kewenangan dalam
mengeluarkan
legalitas usaha
Terjalinnya
hubungan antar
stakeholder dalam
pemberdayaan
KUMKM
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 49
Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) : “ Membawa Indonesia pada
tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia “ yang bercirikan :
1. Industri kelas dunia;
2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa; 3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.
Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi
pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:
1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya
masyarakat;
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa
aman masyarakat; 7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan
pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta
memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Sasaran jangka menengah
Renstra Kementerian
Perindustrian
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1. Perkembangan industri
yang mampu
menciptakan lapangan kerja;
2. Meningkatnya sentra
unggulan Kota
Bandung;
3. Meningkatnya daya
saing industri Kecil dan Menengah yang
berorientasi ekspor;
4. Tumbuhnya sentra –
sentra industri potensial
yang memiliki daya
saing;
5. Tumbuh
berkembangnya IKM di
Kota Bandung
6. Berkembangnya sektor
industri kreatif Kota Bandung
7. Peningkatan pemasaran
produk IKM pada
Sentra Industri dan
Industri Kreatif
- Keterbatasan
promosi dan daya saing produk
- Belum terbentuknya
Sinergi antar stake
holder (Akademisi, Pelaku Usaha,
Pemerintah dan
Komunitas)untuk
menyeimbangkan
pertumbuhan
industri
- Keterbatasan
Anggaran
- Keterbatasan
Sumber daya
manusia
- SDM yang
Kreatif
- Potensi Produk
unggulan Kota
Bandung
- Potensi Industri Kreatif Kota
Bandung
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 50
Visi Kementerian Perdagangan : ” Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan
dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”
MISI
1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas.
2. Menguatkan pasar dalam negeri.
3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional.
Sasaran jangka menengah
Renstra Kementerian
Perdagangan
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1. Meningkatnya
keunggulan komparatif
produk ekspor Indonesia di pasar global, yang
menunjukkan semakin
banyaknya produk-
produk dalam negeri
yang mampu bersaing di
pasar global; dan
2. Perbaikan citra produk
ekspor Indonesia di
pasar global,yang pada
akhirnya akan
mendukung kontinuitas dan pertumbuhan
ekspor.
3. Meningkatnya
pertumbuhan ekspor
non migas, sebagai salah
satu sumber utama pertumbuhan ekonomi
nasional;
4. Diversifikasi pasar
tujuan ekspor yang
semakin baik,sebagai indikasi berkurangnya
ketergantungan ekspor
ada suatu negara
tertentu, sehingga
keberlanjutan
pertumbuhan ekonomi semakin baik; dan
5. Diversifikasi produk
ekspor nonmigas yang
semakin baik, sehingga
ketergantungan pada produk ekspor tertentu
menjadi berkurang.
- Keterbatasan
promosi diversifikasi dan
daya saing produk
- Banyaknya jenis
barang/jasa yang harus diawasi
- Banyaknya
pertumbuhan usaha
sektor perdagangan yang tidak sesuai
dengan ketentuan
yang ada
- Keterbatasan
anggaran
- Keterbatasan
Sumber Daya
manusia
- Keterbatasan fasilitasi untuk
melaksanakan
pelayanan
- Potensi produk
unggulan Kota Bandung
- Fasilitasi
promosi dari
Kementrian
- Potensi usaha
perdagangan
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 51
Sasaran jangka menengah
Renstra Kementerian
Perdagangan
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
6. Meningkatnya output
sektor perdagangan yang senantiasa tumbuh
semakin positif setiap
tahunnya.
7. Penurunan disparitas
harga bahan pokok
antarprovinsi,sehingga kelangkaan dan
penimbunan bahan
pokok dapat
diminimalisasi.
8. Meingkatnya pembinaan dan pengawasan
perlindungan konsumen.
9. Meingkatnya upaya-
upaya menjaga stabilitas
harga dan distribusi
bahan pokok serta upaya menanggulangi gejolak
harga dan kelangkaan
pasokan.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 52
Visi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat : “ Terwujudnya
Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat yang Berdaya Saing Tinggi “
Misi
1. Meningkatkan daya saing industri Jawa Barat;
2. Mendorong peningkatan perdagangan luar negeri;
3. Meningkatkan kelancaran dan stabilitasi sistem distribusi, pengamanan pasar dalam
negeri dan peran kemetrologian;
4. Meningkatkan kinerja sumber daya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat.
Sasaran jangka
menengah Renstra
Dinas Perindag Prov.
Jabar
Permasalahan
Pelayanan
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 Bidang Industri
1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis;
2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja besar;
3. Terolahnya potensi sumberdaya alam daerah menjadi produk-produk olahan;
4. Semakin meningkatnya
daya saing industri berorientasi ekspor;
5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri masa depan
6. Tumbuh berkembangnya IKM khususnya industri menengah sekitar duakali lebih cepat dari pada industri kecil.
1. Kebijakan teknis bidang perindustrian dan kerjasama industri belum optimal;
2. Penyelenggaraan dan fasilitasi pengendalian dan pengawasan perindustrian dan kerjasama industri belum optimal;
3. Daya saing produk rendah;
4. Ketersediaan
bahan baku produk yang relatif terbatas;
5. Kompetensi sumber daya manusia pengolah industri yang rendah.
1. Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM dalam mendukung pelaksanaan program/ kegiatan belum sesuai dengan yang dibutuhkan, utamanya jumlah pejabat fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan yang semakin menurun.
2. Anggaran Provinsi relatif terbatas jumlahnya sehingga harus bisa mengefisienkan
penggunaan anggaran pada kegiatan-kegiatan tertentu.
3. Penggunaan sarana dan prasarana masih belum secara optimal dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif termasuk mengefektifkan fungsi pelayanan yang harus dilakukan seperti Instalasi di Balai Pengembangan Perindustrian
1. Jumlah Sumber daya aparatur yang banyak
2. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai
3. Meningkatnya anggaran belanja dan anggaran penerimaan baik APBD maupun dana dekonsentrasi
4. Tersedianya regulasi industri dan perdagangan
yang mendukung penanganan urusan Pemerintah Provinsi
5. Tersedianya data/ informasi sarana dan prasarana industri dan perdagangan
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 53
1 2 3 4 4. Kurangnya integrasi
berbagai kegiatan secara sinergis sehingga tujuan masing-masing kegiatan belum lebih terlihat kontribusinya terhadap tujuan utama yang ditetapkan dalam setiap program selain itu output kegiatan masih perlu lebih
diarahkan secara tegas untuk mendukung masing-masing program pembangunan Jawa Barat.
5. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan masih perlu ditingkatkan.
6. Kegiatan belum dapat menyelesaikan permasalahan menahun dan belum bersifat terobosan dan monumsesuai keTematik Kewilayahan.
7. Industri kreatif belum sepenuhnya dijadikan konsep yang utuh dalam pola pengembangan perekonomian didaerah Kabupaten/Kota;
8. Masih lemahnya daya saing produk khususnya produk yang
dihasilkan para Industri Kecil Menengah, yang tidak mampu bersaing dengan produk impor atau produk yang dihasilkan industri yang berskala besar, terutama disebabkan masih lemahnya kemampuan dalam mendesain produk yang berkualitas maupun kemasan yang menarik
yang mengarah terhadap pencitraan produk sehingga dapat tercipta produk yang memilki nilai tambah baik dalam peningkatan kapasitas maupun mutu produk;
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 54
1 2 3 4 9. Belum dilakukan kajian
rantai nilai yang utuh dan terintegrasi mulai dari kegiatan kreasi nilai, produksi, dan distribusi/bisnis.
Bidang Perdagangan
1. Pertumbuhan ekspor non migas;
2. Diversifikasi pasar ekspor;
3. Diversifikasi produk ekspor;
4. Penyederhanaan perizinan perdagangan luar negeri;
5. Pencitraan Indonesia (Anholt-Eksport);
6. Peran Indonesia di Forum Internasional
7. Keunggulan Komparatif produk ekspor;
8. Penederhanaan perizinan perdagangan dalam negeri;
9. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan;
10. Kontribusi ekonomi kreatif;
11. Akumulasi jumlah BPSK yang dibentuk;
12. Disparitas harga antar pasar;
13. Gejolak harga bahan
pokok dalam negeri; 14. Logistics Performance
Index; 15. Kinerja keuangan; 16. Performasi organisasi; 17. Tingkat kepuasan SDM.
1. Lemahnya pengawasan di bidang ekspor dan impor;
2. Terbatasnya sarana perdagangan/ distribusi yang representatif;
3. Kurang memadainya jumlah maupun kualitas SDM bidang perdagangan;
4. Adanya berbagai pungutan yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi;
5. Infratruktur sarana perhubungan antar daerah yang jelek;
6. kebijakan yang mengatur mata
rantai perdagangan sektor hulu dan hilir tidak jelas.
1. Keterbatasan jumlah dan kompetensi SDM dalam mendukung pelaksanaan program/kegiatan belum sesuai dengan yang dibutuhkan, utamanya jumlah pejabat fungsional
Penera yang semakin menurun;
2. Anggaran Provinsi relatif terbatas jumlahnya sehingga harus bisa mengefisienkan penggunaan anggaran pada kegiatan-kegiatan tertentu.
3. Keterbatasan sarana dan prasarana Balai Kemetrologian seperti fasilitas gedung dan alat-alat kemetrologian standar/ laboratorium Kemetrologian yang belum memadai.
4. Kurangnya integrasi
berbagai kegiatan secara sinergis sehingga tujuan masing-masing kegiatan belum lebih terlihat kontribusinya terhadap tujuan utama yang ditetapkan dalam setiap program selain itu output kegiatan masih perlu lebih diarahkan secara tegas untuk mendukung masing-masing program pembangunan Jawa Barat.
5. Evaluasi dan monitoring pelaksanaan kegiatan
masih perlu ditingkatkan.
1. Jumlah Sumber daya aparatur yang banyak;
2. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan public yang memadai dan tertelusur;
3. Meningkatnya anggaran belanja dan anggaran penerimaan baik APBD maupun dana dekonsentrasi;
4. Tersedianya regulasi industri dan perdagangan yang mendukung penanganan urusan Pemerintah Provinsi;
5. Tersedianya data/ informasi sarana dan prasarana
industri dan perdagangan.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 55
1 2 3 4 6. Masih lemahnya daya
saing produk khususnya produk yang dihasilkan para Industri Kecil Menengah, yang tidak mampu bersaing dengan produk impor atau produk yang dihasilkan industri yang berskala besar, terutama disebabkan masih lemahnya
kemampuan dalam mendesain produk yang berkualitas maupun kemasan yang menarik yang mengarah
terhadap pencitraan produk sehingga dapat tercipta produk yang memilki nilai tambah baik dalam peningkatan kapasitas maupun mutu produk;
7. Belum dilakukan kajian rantai nilai yang utuh dan terintegrasi mulai dari kegiatan kreasi nilai, produksi, dan distribusi/ bisnis;
8. Frekuensi, luas jangkauan dan ketersedian sarana dan prasarana aktivitas pengendalian kepada pemilik Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapan (UTTP) dalam
penggunaannya masih terbatas, hal ini akan berdampak kepada lemahnya aspek perlindungan konsumen.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 56
D. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis
Tujuan penataan ruang kota yaitu mewujudkan tata
ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien,
berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis
perdagangan, jasa dan industri kreatif.
Adapun peran yang berkenaan dengan pengaturan
ruang bagi kepentingan pengembangan Koperasi UKM dan
Perindustrian perdagangan yang harus selaras dengan
pengembangan pembangunan di masa mendatang, secara
umum dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. RTRWK berfungsi sebagai
a. Penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi
dan Kota; serta
b. Acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk
mengarahkan lokasi kegiatan dan menyusun program
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan
ruang kota.
2. Kedudukan RTRWK yaitu sebagai pedoman bagi
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), rencana rinci tata ruang kota, dan
rencana sektoral lainnya;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 57
ruang kota;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan antar sektor, antar daerah, dan antar
pemangku kepentingan;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
e. Penataan ruang kawasan strategis kota.
3. Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang
sebagaimana dimaksud terdiri atas :
a. Kebijakan dan strategi struktur ruang;
c. Kebijakan dan strategi pola ruang; dan
d. Kebijakan dan strategi kawasan strategis kota.
4. Kebijakan struktur ruang kota terdiri atas :
a. Perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan
efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota
sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung
industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan
Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional;
b. Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan
sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi
publik yang terpadu dan terkendali; dan
c. Peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan
efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan
sistem regional.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 58
Strategi untuk perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang
efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota
sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri
kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung,
Provinsi Jawa Barat dan Nasional meliputi :
a. Mengembangkan 2 (dua) Pusat Pelayanan Kota (PPK) untuk
wilayah Bandung Barat (Alun-alun) dan wilayah Bandung Timur
(Gedebage);
b. Membagi kota menjadi 8 (delapan) Sub Wilayah Kota (SWK),
masing-masing dilayani oleh 1 (satu) Sub Pelayanan Kota (SPK);
c. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara
merata;
d. Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan
sesuai skala pelayanannya; dan
e. Menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan
dengan fungsi dan kapasitas jaringan jalan.
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas
pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis
transportasi publik yang terpadu dan terkendali meliputi :
a. Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat
dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana
transportasi;
b. Mengawasi fungsi dan hirarki jalan;
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 59
c. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan
dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta
menghilangkan gangguan sisi jalan;
d. Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum
massal yang terpadu;
e. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan
pusat-pusat kegiatan;
f. Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun
terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang
dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan;
dan
g. Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem
transportasi kota.
Kebijakan pola ruang kota terdiri atas :
a. perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung;
b. optimalisasi pembangunan wilayah terbangun.
Strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan
lindung meliputi :
a. Menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di
Kawasan Bandung Utara;
b. Mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan
hutan kota;
c. Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 60
air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin
ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta
melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi;
d. Mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana
dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai, jalur tegangan
tinggi, dan jalur rel kereta api;
e. Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak
memberi izin alih fungsi ke fungsi lain didalam mencapai
penyediaan ruang terbuka hijau;
f. Melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar
budaya yang telah ditetapkan, terhadap perubahan dan
kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural;
g. Meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.
Penyusunan rencana pembangunan harus disesuaikan dengan
perencanan tata ruang sebagai wadah dimana perencanan tersebut
akan diimplementasikan, sehingga lokasi dimana kegiatan akan
dijalankan dapat diarahkan.
Dalam kebijakan Kebijakan struktur ruang kota untuk
mewujudkan pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam
menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan
dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan
Perkotaan, perencanaan yang berkaitan dengan pengembangan
Bandung sebagai kota jasa menjadi perhatian penting.
Renstra 2013 – 2018 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung
III - 61
E. Penentuan Isu-isu Strategis
Setelah melakukan kajian terhadap kondisi permasalahan
dari berbagai aspek pembangunan Koperasi, UKM, Prindustrian
dan perdagangan Kota Bandung dapat dirumuskan beberapa
kebijakan serta isu trategis Dinas Koperasi,UKM dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.Penentuan isu
strategis menjadi bagian penting bagi penyusunan RENSTRA
Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota
Bandung Tahun 2013-2018.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, maka
dapat diidentifikasi Isu Strategis Dinas Koperasi UKM dan
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung sebagai berikut :
1. Terbatasnya daya saing produk KUMKM dan Perindag;
2. Maraknya rentenir;
3. Kurang optimalnya pengembangan ekonomi kreatif dan One
Vilage One Product ( OVOP );
4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat,
terjadinya gejolak harga dan kelangkaan barang konsumsi
serta beredarnya barang-barang tiruan dan ilegal;
5. Belum tertibnya usaha PKL.