BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah terdiri dari dua kata yaitu, lingkungan dan sekolah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lingkungan adalah “daerah
(kawasan dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya” (Pusat Bahasa, 2010:
467).
Sedangkan sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran (Pusat Bahasa, 2010:542).
Menurut Oemar (2008:42) menyatakan bahwa lingkungan sekolah
adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai
lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumber
daya pendidikan yang tersedia agar tercapai tujuan pendidikan yang
optimal.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah seluruh
komponen atau bagian yang terdapat di dalam sekolah, yang mana seluruh
komponen dan bagian tersebut ikut berpengaruh dan menunjang dalam
proses pencapaian tujuan pendidikan yang ada di sekolah.
2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah
Dari penjelasan ruang lingkup di atas maka dapat dijelaskan bahwa
ruang lingkup sekolah adalah:
a. Lingkungan fisik sekolah : bangunan sekolah, sarana dan prasarana
sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah.
b. Lingkungan budaya sekolah : intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
c. Lingkungan sosial sekolah : kelompok belajar siswa, ekstrakurikuler dan
intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas.
Menurut Sukmadinata dalam Saptono (2016:23), lingkungan sekolah
meliputi:
a. Lingkungan fisik sekolah,meliputi suasana dan prasarana, prasarana dan
prasarana belajar, sumber-sumber belajar dan sarana media belajar.
1) Suasana
Pertama-tama yang harus ditata dikelola agar proses pendidikan bisa
berjalan secara efektif, efisien dan manusiawi itu adalah perwujudan
suasana dan proses belajar-mengajar yang mendukung pencapaian
tujuan pendidikan. Suasana belajar dan proses belajar-mengajar yang
baik itu termasuk ke dalam indikator pendidikan yang bermutu.
UNICEF-dalam hal ini United Nations Children’s Fund, UNCF dalam
Amirin dkk (2016: 3) , misalnya, merumuskan secara rinci apa yang
menjadi indikator pendidikan yang bermutu itu secara sistemik. Dari
rumusan indikator pendidikan bermutu menurut UNICEF itu, yang
termasuk unsur pembentuk suasana belajar dan proses
belajarmengajar yang baik (bermutu) di sekolah (Amirin dkk, 2016:
3).
2) Sarana dan prasarana
Pentingnya sarana dan prasarana untuk menunjang proses pendidikan,
diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional “Setiap satuan pendidikan formal
dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kewajiban peserta didik” (Undang-Undang RI Tahun
2003). Juga Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Bab VII pasal 42 ayat 1 dan 2 : - Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi : perabot,
peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai serta perlengkapan yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. - Dari setiap satuan
pendidikan meliputi : lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang guru,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, kantin, tempat berolah raga
dan tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang
tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.(PP RI Tahun 2005) Sarana dan
prasarana merupakan salah satu sumber daya pendidikan yang perlu
dan sangat penting dikelola dengan baik serta merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari manajemen pendidikan. Seperti gedung,
tanah, perlengkapan administrasi sampai pada sarana yang digunakan
langsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Sarana dan
prasarana pendidikan juga sebagai salah satu dari unsur manajemen
pendidikan yang memiliki peranan penting dalam proses belajar
mengajar, sarana pendidikan merupakan hal yang tidak boleh
diabaikan. Sarana dan prasarana pendidikan juga digunakan untuk
mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan
dengan mengunakan sarana dan prasarana pendidikan yang tepat
dalam program kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan
efisien (Megasari, 2014:637).
3) Sumber-sumber belajar
Mclsaac dan Gunawardena dalam Abdullah (2012:218) menjelaskan
bahwa sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
pembelajaran sangat beraneka ragam jenis dan bentuknya. Sumber
belajar tersebut bukan hanya dalam bentuk bahan cetakan seperti buku
teks akan tetapi pelajar dapat memanfaatkan sumber belajar yang lain
seperti radio pendidikan, televisi, komputer, e-mail, video interaktif,
komunikasi satelit, dan teknologi komputer multimedia dalam upaya
meningkatkan interaksi dan terjadinya umpan balik dengan peserta
didik.
4) Sarana media belajar
Pada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah dan
penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru, kepada
penerima pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih luas,
Yusuf Hadi Miarso memberikan batasan media pengajaran sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong
terjadinya proses belajar pada diri siswa (Mahnun, 2012:27).
b. Lingkungan sosial, menyangkut hubungan siswa dengan teman-
temannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain.
Menurut Hertati dalam Gunadi (2017,97) mengatakan bahwa
lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia,
pergaulan antar pendidik dengan peserta didik serta orang-orang
lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Syah (2002,132-139)
menjelaskan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
perkembangan anak terdiri dari: (a) lingkungan sosial sekolah, seperti
pendidik, tenaga administrasi dan teman-teman sekelas. Hubungan
yang harmonis diantara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah, (b) lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal akan mempengaruhi
perkembangan anak.
c. Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah, senang dan rajin, penuh
semangat dan keinginan mendalami materi.
3. Fungsi Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang mempunyai peranan penting
dalam kehidupan siswa. Karena sekolah merupakan tempat kedua selain
keluarga dalam pembentukan karakter dan pribadi anak. Menurut Hasbullah
dalam Palangda’ (2017: 26), fungsi lingkungan sekolah ada tujuh yaitu:
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
b. Mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, menyampaikan
pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
c. Spesialisasi
Semakin meningkatnya diferensiasi dalam tugas kemasyarakatan dan
lembaga sosial, sekolah juga sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
d. Efesiensi
Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang
pendidikan dan pengajaran maka pelaksana pendidikan dan pengajaran
dalam masyarakat menjadi lebih efisien.
e. Sosialisasi
Sekolah membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial,
makhluk yang beradaptasi dengan baik di masyarakat.
f. Konservasi dan transmisi kultural
Ketika masih berada di keluarga, kehidupan anak selalu menggantungkan
diri pada orang tua, maka ketika memasuki sekolah ia mendapat kesempatan
untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum
ke masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
lingkungan sekolah adalah membantu menciptakan serta menanamkan budi
pekerti serta karakter yang baik, dimana pendidikan tersebut tidak dapat
diberikan di rumah atau keluarga.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced parctice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu (Uno, 2014: 23).
Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan
yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2002:118)
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan
akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan yang
menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh
rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Uno, 2014: 23).
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan
baik (Uno, 2014: 23).
2. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar sangat diperlukan untuk mendorong seorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Sehubungan dengan
hal tersebut, Sardiman (2011: 85) mengemukakan ada tiga fungsi motivasi,
yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian mptivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan
dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dari ketiga fungsi motivasi yang telah dikemukakan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya dorongan yang kuat dari dalam diri
seorang siswa maka motivasi yang ditimbulkan pun akan menuju kearah
yang diinginkan. Artinya apabila seorang siswa memiliki tujuan tertentu
dalam belajar maka ia akan melakukan kegiatan-kegiatan yang memang
mendukung dalam pencapaian tujuan tersebut tanpa melakukan kegiatan-
kegiatan yang bukan sesuai dengan tujuannya, misalnya jika seorang siswa
akan menghadapi ujian maka ia akan senantiasa melakukan aktivitas-
aktivitas yang memang berguna dalam mencapai kesuksesan ujiannya yaitu
dengan belajar, membaca buku dan sebagainya. Sedangkan aktivitas-
aktivitas lain yang tidak mendukung ujiannya tidak dilakukan oleh siswa
yang bersangkutan, seperti main game, dan sebagainya.
3. Cara Membangun Motivasi Belajar
Meningkatkan motivasi belajar siswa adalah salah satu kegiatan
integral yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan
dan mentransfer ilmu pengetahuan guru juga bertugas untuk meningkatkan
motivasi anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi
belajar siswa satu dengan yang lain sangat berbeda.
Menurut Hamalik (2010: 156) bebrapa prinsip belajar dan motivasi,
supaya mendapat perhatian dari pihak perencanaan pengajaran khususnya
dalam rangka merencanakan kegiatan belajar-mengajar yakni:
a. Kebermaknaan,
b. Modelling,
c. Komunikasi terbuka,
d. Prasyarat,
e. Novelty,
f. Latihan /praktek yang aktif dan bermanfaat,
g. Latihan terbagi,
h. Kurangi secara sistematik pelaksanaan belajar,
i. Kondisi yang menyenangkan.
Menurut Sardiman (2010, 92) ada beberapa contoh dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah adalah:
a. Memberi angka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai
ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
b. Hadiah, hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk satu pekerjaan, mungkin tidak
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut.
c. Saingan atau kompetisi, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prstasi belajar siswa.
d. Ego-involvement, menemukan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu
bentuk moivasi yang cukup penting.
e. Memberi ulangan, para siswa menjadi giat belajar kalau mengetahui akan
ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini merupakan sarana
motivasi.
f. Mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau
terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.
g. Pujian, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu dengan dibeikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
h. Hukuman, sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi, oleh karena itu guru
harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud.
j. Minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat
sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
k. Tujuan yang diakui, rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh
siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting.
Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa antara lain :
a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009 :
59). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya
guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
b. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar
(Sanjaya, 2009). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa
dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan
minat siswa (Djiwandono, 2010).
c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana
yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar
kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa
tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
d. Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik dan asing bagi
siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang
baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana
atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga
menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2010).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor pendorong timbulnya tingkah laku atau motivasi itu
ada dua macam yaitu (Rahmawati, 2014 :25):
a. Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang timbul dari dalam diri
seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar,
misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh
pengetahuan, dan sebagainya.
Menurut Sardiman (2007:89) berpendapat, motivasi intrinsik
adalah motif -motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Faktor-faktor yang mempengengaruhi motivasi instrinsik
Menurut Uno (2014: 31) faktor – faktor yang mempengaruhi
motivasi yaitu :
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
b. Motivasi Ekstrinsik ialah motivasi yang datangnya dari luar diri
individu, motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar,
seperti: belajar karena takut kepada guru, karena ingin lulus, atau
ingin memperoleh nilai tinggi, yang semuanya itu tidak berkaitan
langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar (Sardiman, 2011:91).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
ekstrinsik mengacu pada motivasi yang datang dari luar diri
individu. Seseorang yang termotivasi oleh ekstrinsik tidak
menikmati kegiatan yang dilakukannya. Dimana seseorang terlibat
dalam suatu aktivitas hanya karena ingin mengharapkan beberapa
imbalan seperti penghargaan, hadiah, uang atau pujian. Imbalan yang
didapatkan bisa memberikan kepuasan atau kesenangan walaupun
kegiatan yang dilakukan tidak memberikan rasa kepuasaan atau
kesenangan dari dalam dirinya sendiri. Terdapat beberapa indikator
yang termasuk dalam motivasi ekstrinsik, antara lain:
1) Pengaruh lingkungan sosial
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kepribadian atau tingkah laku seseorang. Lingkungan yang
dimaksud seperti orang-orang di sekitarnya yang dapat
memberikan pengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
2) Dorongan dan harapan orang tua
Dorongan dan harapan orang tua yang diberikan pada anak dapat
berpengaruh pada perilaku yang diperbuat anak. Dorongan dan
harapan orangtua tersebut umumnya adalah hal-hal yang baik
untuk anaknya. Tetapi terkadang tidak sesuai dengan keinginan
anaknya sehingga anak mewujudkannya tetapi tidak sesuai dari
dalam dirinya sendiri.
3) Adanya imbalan
Imbalan yang didapatkan seperti uang, sarana dan prasarana serta
pujian tersebut dapat membangkitkan seseorang untuk
mengerjakan sesuatu dengan tujuan hanya mengharapkan imbalan
yang diberikan. Karena imbalan tersebut dapat memberikan rasa
kesenangan atau kepuasan walaupun kegiatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan keinginannya.
4) Pengaruh teman sebaya
Anak pada usia remaja akan lebih mudah dipengaruhi oleh teman-
teman sebayanya. Artinya alasan seseorang mengambil keputusan
dapat disebabkan karena diajak teman atau sekedar ikut-ikutan
teman.
5) Bantuan beasiswa
Bantuan beasiswa yang ditawaran oleh setiap perguruan tinggi
tentu akan mempengaruhi seseorang dan hal ini dapat menarik
minat anak untuk mendaftar dan masuk ke perguruan tinggi yang
banyak memberikan bantuan beasiswa.
Dapat dijelaskan bahwasannya, siswa yang memiliki
motivasi intrinsik akan memiliki tujuan orang yang terdidik,
berpengetahuan, dan ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya
jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa
belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin
menjadi ahli. Dan perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi
ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar
mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa
berubah-ubah, dan juga mungkin komponen- komponen lain dalam
proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
5. Motivasi Belajar dalam Islam
Berbicara motivasi dalam Al-Quran, sungguh akan membawa
kepada sebuah kesimpulan bahwa sesungguhnya Allah adalah sebaik-
baik motivator. Hal tersebut dapat dibuktikan betapa banyak ayat-ayat-
Nya yang manggunakan berbagai macam ungkapan untuk memberikan
motivasi kepada hamba-hamba-Nya untuk beramal shalih. Demikian
pula dalam hadits-hadits Nabi SAW banyak sekali ungkapan-
ungakapan yang digunakan dalam rangka memberi motivasi kepada
umatnya untuk beramal shalih. Dalam hal pendidikan atau belajar juga
bisa ditemukan hal tersebut dalam Al-Quran dan As-Sunnah di
antaranya adalah sebagai berikut: (Purwanto, 2013:229)
Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,
“Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah mahateliti apa yang kamu
kerjakan. (Q.S Al-Mujadallah : 11)
Jelas sekali ayat ini memberikan motivasi bagi umat Islam untuk
terus belajar dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, karena dengan
ilmu itulah Allah Subhanahu wata’ala akan mengangkat derajat umat
Islam.
Hadis Nabi SAW
“Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang
bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dan semua
bintangbintang yang lain.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-
Tirmidzi, An- Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Darda).
C. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar
Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh
lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut
mempengaruhi motivasi belajar. Menurut Uno (2014: 33) pada umumnya,
motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah
dibentuk oleh pengaruh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk
melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar dengan baik, dapat
dikembangkan, diperbaiki, dan diubah melalui belajar dan latihan, dengan
perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan. Menurut Slameto (2013: 58)
Dalam proses belajar haruslah memperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai
motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motivasi
belajar dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Seorang guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa agar tujuan dari pebelajaran dapat
tercapai.
Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk siswa belajar
merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru dalam memunculkan
motivasi belajar siswa. Memberikan latihan-latihan secara berkala kepada
siswa dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam belajar. Kebiasaan-
kebiasaan yang ditanamkan oleh guru dapat menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang baik bagi siswa. (Oktavia, 2015:25)
D. Tinjauan Penelitian Relevan
Dalam hal ini peneliti mengambil skripsi sebelumnya sebagai
penelitian terdahulu yang relevan, yaitu :
1. Judul : “ Pengaruh Cara Belajar, Lingkungan Keluarga, Lingkungan
Sekolah, Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Akuntansi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial di SMA Negeri 8 Purworejo”
Oleh Rasista Damayanti Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2011.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Lingkungan sekolah
tidak berpengaruh terhadap motivasi siswa XI IS SMA Negeri 8
Purworejo. Hal ini berarti lingkungan sekolah berpengaruh langsung
terhadap hasil belajar tanpa melalui motivasi. Hal tersebut disebabkan
karena lingkungan sekolah kurang mendukung dalam meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Seperti metode mengajar guru monoton
yang hanya menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa
menjadi jenuh sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar, dan
relasi guru dengan siswa kurang baik yang menyebabkan siswa
kurang nyaman untuk termotivasi dalam belajar.
2. Judul : “Pengaruh Lingkungan Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas VIII Pelajaran Ekonomi di SMP N 1 Kelam
Permai oleh Husni Syahrudin Program Studi Pendidikan Ekonomi
FKIP UNTAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa lingkungan sekolah
SMPN 1 Kelam Permai Kab. Sintang cukup baik dan memadai. Hasil
observasi lingkungan belajar disekolah akan dihubungkan dengan
motivasi belajar siswa. Dimana motivasi belajar siswa juga dikategori
baik. Hasil analisis data menunjukan bahwa lingkungan dikategorikan
baik yaitu dengan nilai rata-rata 79,56% dan motivasi dengan nilai
rata-rata 82,4% dengan kategori baik.
3. Judul : “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas VIII3 SMP Muhammadiyah 22 Pamulang” oleh Evi
Rahmawati Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2014 M / 1435 H.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Dengan menggunakan
teknik pengumpulan data observasi, penyebaran angket maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah 22 Pamulang.
E. Konsep Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan menginterprestasikan judul
ini, peneliti perlu mengemukakan agar dapat dipahami secara konkrit dan
lebih kooperasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah :
Lingkungan sekolah adalah seluruh komponen atau bagian yang
terdapat di dalam sekolah yang membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar tercapai tujuan
pendidikan yang optimal (Oemar, 2008:42).
Adapun indikator lingkungan sekolah tersebut adalah :
Tabel 01 : Konsep Operasional
Variabel Dimensi Indikator
1 2 3
Lingkungan
sekolah
Lingkungan fisik 1. Siswa merasa nyaman di
sekolah,walaupun belajar sampai jam
akhir.
2. Lingkungan belajar di sekolah terasa
nyaman dengan adanya pihak-pihak
sekolah memberikan pelayanan
kepada siswa dengan suasana
kehangatan, keakraban, dan
kekeluargaan.
3. Fasilitas yang berada di sekolah
sangat membantu siswa dalam proses
belajar.
4. Siswa memanfaatkan semua fasilitas
yang tersedia di sekolah.
5. Siswa merasa koleksi buku di
perpustakaan sudah lengkap.
6. Siswa memanfaatkan perpustakaan
untuk membaca buku pada saat jam
pelajaran kosong.
7. Guru memanfaatkan peralatan bantu
dalam proses pembelajaran.
Lingkungan sosial 1. Siswa tidak membedakan teman
yang satu dengan yang lain dalam
pergaulan sehari-hari di sekolah.
2. Siswa berkonsultasi dengan guru
ketika menghadapi masalah pelajaran
di sekolah.
3. Siswa menggunakan jasa pegawai
staf tata usaha untuk membayar
administrasi di sekolah.
Lingkungan
akademis
1. Suasana lingkungan belajar di
sekolah siswa selalu kondusif.
2. Siswa senang dalam menjalani proses
pembelajaran di kelas.
3. Siswa rajin mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
4. Walaupun nilai siswa lebih rendah
dari teman-teman, siswa tetap
bersemangat belajar untuk
mendapatkan nilai yang lebih baik.
1 2 3
5. Siswa selalu mengulangi pelajaran di
rumah.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno,
2014: 23).
Adapun indikator motivasi belajar tersebut adalah :
Variabel Dimensi Indikator
1 2 3
Motivasi
belajar
Motivasi intrinsik 1. Siswa senang membaca buku atau
artikel yang berkaitan dengan
pelajaran.
2. Siswa menggunakan waktu luang
untuk belajar.
3. Siswa berusaha belajar dari buku
paket, buku-buku di perpustakaan,
artikel, internet dan berbagai sumber
agar mendapatkan hasil optimal.
4. Siswa belajar untuk memenuhi rasa
ingin tahu siswa mengenai ilmu
pengetahuan.
5. Siswa merasa perlu mengulang
kembali materi yang diajarkan oleh
guru di rumah.
6. Siswa merasa tertantang dalam
mengerjakan tugas yang sulit.
7. Siswa belajar di sekolah untuk
mengembangkan potensi yang siswa
miliki.
8. Siswa senang belajar karena siswa
dapat mengetahui berbagai hal.
9. Pujian yang diberikan guru
menambah semangat siswa untuk
belajar dengan giat.
10. Siswa mengerjakan tugas dengan
maksimal agar memperoleh nilai yang
baik.
1 2 3
Motivasi
ekstrinsik
1. Orang yang berada disekitar siswa
memberikan semangat kepada siswa
untuk belajar dengan baik.
2. Orang tua berharap siswa dapat
berprestasi di sekolah.
3. Siswa semangat belajar apabila
menerima imbalan atas yang siswa
kerjakan.
4. Teman siswa mengajak siswa untuk
selalu belajar bersama.
5. Sekolah memberikan beasiswa
kepada siswa yang berprestasi.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :
Gambar 01: Kerangka Konseptual
Ha
G. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah serta kerangka pemikiran yang telah
disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah “Terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar
siswa SMP Negeri 04 Lingga”
Lingkungan Sekolah
(X)
Motivasi Belajar
(Y)