BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah
merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga
tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh
jaringan ( Tarwoto dan Warsidar, 2007).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin kurang dari 10,0 gram per 100 milimeter (10 gram/desiliter)
(Varney, 2006). Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi,
sehingga sering dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Anemia
defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi selama
kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme
besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat
kadar hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III
(Waryana, 2010).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui
beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi.
Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat besi, lama kelamaan
timbul gejala anemia disertai penurunan Hb ( Arief, 2008).
b. Etiologi Anemia
Menurut Tarwoto dan Warsidah (2007) etiologi anemia
defisiensi besi yaitu tidak adekuatnya diet besi dan salah satu penyebab
terjadinya adalah akibat ketidak seimbangan pola makan dalam
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dengan kebutuhan
dalam tubuh. Kebutuhan zat besi yang berasal dari makanan belum tentu
menjamin kebutuhan tubuh zat besi yang memadai karena jumlah zat
besi yang diabsorpsi sangat dipengaruhi oleh jenis makanan, sumber zat
besi serta ada atau tidaknya zat penghambat maupun yang meningkatkan
absorpsi besi dalam tubuh.
c. Penyebab Anemia
Menurut Arisman (2010) secara umum ada tiga penye-bab
anemia defisiensi besi yaitu :
1) Kehilangan darah secara kronis, sebagai dampak pendarahan kronis
seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infestasi parasit dan
proses keganasan. Perdarahan menstruasi yang berat, panjang atau
sering (Atikah, 2011).
2) Asupan zat besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat. Tidak
menerima cukup zat besi dalam diet (misalnya, jika seseorang adalah
vegetarian yang ketat) (Atikah, 2011).
3) Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah
merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa
pubertas, masa kehamilan dan menyusui.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil
Kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan individu,
sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Berkembangnya
anemia kurang besi melalui beberapa tingkatan dimana masing-masing
tingkatan berkaitan dengan ketidak normalan indikator tertentu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi anemia adalah :
1) Faktor dasar
a) Sosial ekonomi
Menurut Istiarti (2000) menyatakan bahwa perilaku seseorang
dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi.
Sekitar 2/3 wanita hamil di negara maju yaitu hanya 14%.
b) Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media
elektronik, buku petunjuk kesehatan, media poster, kerabat dekat
dan sebagainya (Istiarti, 2000). Kebutuhan ibu hamil akan zat besi
(Fe) meningkat 0,8 mg sehari pada trimester I dan meningkat tajam
selama trimester III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak
mungkin tercukupi hanya melalui makanan apalagi didukung
dengan pengetahuan ibu hamil yang kurang terhadap peningkatan
kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil sehingga menyebabkan
mudah terjadinya anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil
(Arisman, 2004).
c) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan
dan penyempurnaan hidup. Biasanya seorang ibu khususnya ibu
hamil yang berpendidikan tinggi dapat menyeimbangkan pola
konsumsinya. Apabila pola konsumsinya sesuai maka asupan zat
gizi yang diperoleh akan tercukupi, sehingga kemungkinan besar
bisa terhindar dari masalah anemia. Tablet besi dapat menimbulkan
efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung
menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya
berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan
mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti wanita
hamil hasus diberi pendidikan yang tepat misalnya bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa
salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi (Arisman,
2004)
d) Budaya
Faktor sosial budaya setempat juga berpengaruh pada terjadinya
anemia. Pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak
berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga, serta pantangan-pantangan yang harus diikuti
oleh kelompok khusus misalnya ibu hamil, bayi, ibu nifas
merupakan kebiasaan-kebiasaan adat-istiadat dan perilaku
masyarakat yang menghambat terciptanya pola hidup sehat
dimasyarakat.
2) Faktor tidak langsung
a) Kunjungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus
anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi
infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk
menjalani pengawasan antenatal. Dengan ANC keadaan anemia ibu
akan lebih dini terdeteksi, sebab pada tahap awal anemia pada ibu
hamil jarang sekali menimbulkan keluhan bermakna. Keluhan
timbul setelah anemia sudah ke tahap yang lanjut (Arisman, 2004).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim. Paritas > 3 merupakan faktor terjadinya
anemia. Hal ini disebabkan karena terlalu sering hamil dapat
menguras cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman, 2004).
c) Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 tahun) tidak atau belum siap
untuk memperhatikan lingkungan yang diperlukan untuk
pertumbuhan janin. Disamping itu akan terjadi kompetisi makanan
antar janin dan ibunya sendiri yang masih dalam pertumbuhan dan
adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun lebih cenderung mengalami
anemia, hal ini disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan zat
besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Arisman, 2004).
d) Dukungan Suami
Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung
jawab suami dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang
diberikan oleh suami pada ibu untuk mengkonsumsi tablet besi
semakin tinggi pula keinginan ibu hamil untuk mengkonsumsi
tablet besi.
3) Faktor Langsung
a) Pola konsumsi tablet besi (Fe)
Penyebab anemia gizi besi dikarenakan kurang masuknya unsur
besi dalam makanan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat
untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-
300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil
ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg
besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah
merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini
tidak mungkin tercukupi hanya dengan melalui diet. Karena itu,
suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada
wanita yang bergizi baik (Arisman, 2004).
Survey Depkes terhadap program kesehatan ibu (1994)
menemukan baru sekitar 14% wanita hamil memperoleh tablet besi
sebanyak lebih kurang 90 tablet (jumlah yang seharusnya didapat
selama hamil, 90 tablet); sementara 26% tidak sama sekali. Wanita
hamil yang berusia <20 tahun atau >35 tahun, paritas tinggi, dan
berpendidikan rendah, umumnya tidak pernah mengenal tablet Fe
selama hamil. Konsumsi tablet Fe dikategorikan menjadi baik
(konsumsi tablet Fe lebih dari atau sama dengan 90 tablet) dan
kurang (konsumsi tablet Fe kurang dari 90 tablet (Arisman, 2004).
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga
penyebab terjadinya anemia karena menyebabkan terjadinya
peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit.
c) Perdarahan
Penyebab anemia besi juga dikarenakan terlampau banyaknya besi
keluar dari badan misalnya perdarahan (Wiknjosastro, 2007).
e. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi
Menurut Arisman (2010) tanda dan gejala anemia defisiensi
besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah,
berdebar, takikardia dan sesak nafas. kepucatan dapat diperiksa pada
telapak tangan, kuku dan konjungtivanya.
Tanda dan gejala anemia pada kehamilan menurut Varney,H.
(2007) adalah :
1) Letih, sering mengantuk,malas
2) Pusing, lemah
3) Nyeri kepal
4) Luka pada lidah
5) Kulit pucat
6) Membran mukosa pucat (misalnya konjungtiva)
7) Bantalan kuku pucat
8) Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
f. Macam-macam anemia selama kehamilan
Pembagian anemia dalam kehamilan menurut Wiknjosastro
(2007) anemia dalam kehamilan meliputi:
1) Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan
resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya
besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
2) Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12. Berbeda di
Eropa dan di Amerika Serikat frekuensi anemia megaloblastik dalam
kehamilan cukup tinggi di Asia, seperti di India, Malaysia, dan di
Indonesia. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
3) Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru, dinamakan anemia
hipoplastik dalam kehamilan.
4) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya
biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa
kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia.
g. Klasifikasi Anemia menurut WHO
1) Bila tidak anemia >11 g/dl
2) Bila anemia ringan 9-10 g/dl
3) Bila anemia sedang 7-8 g/dl
4) Bila anemia berat <7 g/dl
Pemeriksaan darah minimal dilakukan dua kali selama
kehamilan yaitu pada Trimester I dan III dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar ibu hamil mengalami anemia maka dilakukan pemberian
preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas
(Manuaba, 2010).
h . Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin
Menurut (Manuaba, 2010) pengaruh anemia pada keha-milan
dan janin adalah :
1) Pengaruh anemia pada kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan prema-
ruritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah
terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola
hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini (KPD).
b. Bahaya saat persalinan : gangguan his (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala
dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti
retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena atonia uteri,
kala empat dapat terjadi perdarahan pospartum sekunder dan atonia
uteri.
c. Pada kala nifas : terjadi sub involusi uteri menimbulkan perdarahan
pospartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah
persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
2) Bahaya anemia terhadap janin, sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia
dapat terjadi gangguan dalam bentuk: abortus, kematian intrauterin,
persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran
dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat
infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah.
i . Cara Pencegahan Anemia
Menurut Arisman (2004) sejauh ini ada empat pende-katan
dasar pencegahan anemia defisiensi zat besi, keempat pendekatan
tersebut adalah:
a) Memberikan tablet atau suntikan zat besi, atau meningkatkan
konsumsi zat besi. Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan
b) peningkatan asupan zat besi melalui makanan.
c) Pengawasan penyakit infeksi dan
d) Fortifikasi makanan pokok dengan zat
Sedangkan menurut Waryana (2010) cara pencegahan anemia
yaitu:
1) Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari.
2) Istirahat yang cukup.
3) Makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya :
daun pepaya, kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu.
4) Pada ibu hamil, dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4
kali selama hamil untuk mendapatkan tablet besi (Fe) dan vitamin
yang lainnya pada tugas kesehatan, serta makan makanan yang bergizi
3 X 1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.
j . Pengobatan anemia pada kehamilan
Bagi penderita anemia karena kekurangan zat besi, sebaiknya
mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, seperti bayam, juga
makanan yang banyak menganduung vitamin C, seperti jeruk, tomat,
mangga, dan sebagainya. Sebab kandungan asam askorbat dan vitamin C
bisa meningkatkan penyerapan zat besi.
Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr/dl / bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Saifuddin, 2002).
Bagi pasien yang tidak bisa mentolerir besi melalu mulut dapat
menerimanya melalui injeksi vena atau dengan suntikan kedalam otot
(Atikah, 2011). Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu
hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan
kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan
feses sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2010).
2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia,
yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga
(Notoadmojo, 2003) dalam (Wawan dan Dewi M, 2010, p.11).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan
perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat
mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya
pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang
positif menjadi lebih positif, selain itu pengetahuan juga membentuk
kepercayaan (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan dalam
dominan kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
1).Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah diajarkan
sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini adalah pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur orang tau terhadap apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatukan, dan
sebagainya.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar, orang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3).Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan suatu
materi yang telah dipelajari pada situasi/kondisi yang riil. Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan rumus,
hukum-hukum metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5).Sintetis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
mengukur formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian
terhadap suatu materi atau obyek. Baik penelitian yang berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri maupun menggunakan kriteria
yang telah ada. Pengetahuan akan mempengaruhi tindakan, apabila
pengetahuan baik diharapkan tindakan yang dilakukan akan sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Dalam proses seseorang mengetahui akan dipengaruhi oleh
beberapa hal atau faktor, menurut Sukmadinata (2003) dalam (Wawan
dan Dewi M, 2010) faktor yang mempengaruhi digolongkan menjadi dua
yaitu faktor internal dan eksternal yaitu dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian
respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang akan mereka dapatkan.
b) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain-
lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa.
c) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih
tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan
informasi pendidikan yang termasuk ke dalam kebutuhan sekunder.
d) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat
berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia
terpapar informasi.
e) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari
pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.
Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu pengetahuan.
2) Faktor Internal
a) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indra seseorang.
Kesehatan jasmani adalah kesehatan badan seseorang, jika
seseorang dalam keadaan sehat diharapkan seseorang tersebut
dapat melakukan pencarian pengetahuan, dapat menerima
pengetahuan yang diperolehnya ,memahami ,mengaplikasi dan
menganalisisnya serta menerapkan dalam kehidupannya.
b) Rohani
Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotorik, serta kondisi efektif dan kognitif individu.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010) ada 2 cara untuk memperoleh
pengetahuan :
1) Cara Tradisional
a) Cara coba salah
Cara yang paling tradisional dalah melalui cara coba-coba atau
dengan kata mudah dikenal trial and eror. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah,dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba
kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan
baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun
ilmu ahli pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebabitu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagi upaya
memperoleh kebenaran pengetahuan.
d) Melalui jalan pikiran
Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dalam
memperoleh pengetahuannya.
2) Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sintesis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah.
e. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : Hasil presentase >75%
2) Cukup : Hasil presentase 60%-75%
3) Kurang : Hasil presentase <60%
3. Pendidikan
a. Definisi Pendidikan
Menurut UU RI No 20 th 2003 dalam BAB I pasal 1 ayat 1
pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
b. Jalur pendidikan
Menurut UU RI No. 20 th. 2003 dalam BAB VI pasal 13 Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
1) Pendidikan formal (BAB VI pasal 14)
Terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
2) Pendidikan non formal (BAB VI pasal 26)
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan / atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Satuan pendidikan
nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
3) Pendidikan informal (BAB VI pasal 27)
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri atau dalam
BAB I pasal I merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
contoh pendidikan sopan santun.
c. Tingkat pendidikan
Menurut undang-undang No 20 tahun 2003 dalam BAB VI Pasal
17,18,19 dan 20 yaitu
a) Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah umum. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan MI atau bentuk selanjutnya yang sederajat
serta sekolah menengah pertama (SMP) dan MTS dan bentuk lain
yang sederajat.
b) Pendidikan menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah atas SMA, MA, SMK, atau bentuk lain yang
sederajat.
c) Pendidikan tinggi
Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, perguruan tinggi,
sekolah tinggi, institut dan universitas.
4. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita
(Widyastuti, 2002). bahwa ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4 kali
juga dapat meningkatkan resiko mengalami anemia, paritas dibedakan
menjadi tiga yaitu : 1) Primipara: 1 anak, 2) Multipara: 2-4 anak, 3) Grande
multipara: > 4 anak(Soebroto, 2009).
Jumlah paritas lebih dari 3 merupakan faktor terjadinya anemia
yang berhubungan dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang
dari 2 tahun yang disebabkan karena terlalu sering hamil dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh ibu (Arisman, 2004). Semakin sering seseorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemis (Soebroto, 2009).
5. Kehamilan
a. Definisi kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu (prawirohardjo, 2008).
Menurut prawirohardjo (2008) kehamilan terbagi akan 3
trimester yaitu:
1) trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu (minggu ke-1 hingga
ke-12).
2) trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27).
3) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
Ketika seorang wanita dikatakan hamil, perubahan fisiologi
tubuh turut berubah, sehingga kebutuhan gizinya pun juga berubah
(waryana, 2010), seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak.
Kekurangan gizi selama kehamilan bisa menyebabkan anemia gizi
(Waryana, 2010).
b. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
Kebutuhan akan zat besi selama trimester I relatif sedikit yaitu
0.8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III
yaitu 6,3 mg sehari (Arisman, 2010). Khusus masa kehamilan terutama
trimester III merupakan masa kritis dimana kebutuhan akan zat gizi
meningkat. Jika zat besi dalam darah kurang maka kadar hemoglobin
akan menurun yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa kadar Hb ibu hamil trimester
akhir dan tingginya angka anemia pada trimester III dapat mempengaruhi
berat badan lahir.
Pada masa tersebut kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan
dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya mengandung zat besi
yang cukup, ibu hamil tetap perlu tambahan tablet besi atau vitamin yang
mengandung zat besi. Zat besi bukan hanya penting untuk memelihara
kehamilan. Ibu hamil yang kekurangan zat besi dapat menimbulkan
perdarahan setelah melahirkan, bahkan infeksi, kematian janin intra uteri,
cacat bawaan dan abortus.
Bumil yang anemia gizi akan melahirkan bayi yang anemia
pula, yang dapat menimbulkan disfungsi pada otaknya dan gangguan
proses tumbuh kembang otak. Selanjutnya, maka bumil dianjurkan
mengkonsumsi zat besi sebanyak 60-100 mg/ hari (Waryana, 2010).
6. Tablet Fe
a. Pengertian Tablet Fe
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di
dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam
tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial
didalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, sebagai alat angkut elektron didalam sel, dan sebagai bagian
terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuh (Almatzier, 2003).
b. Fungsi zat besi
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena
terjadi menstruasi dengan perdarahan seanyak 50-80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu, kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta (Manuaba,
2010).
Menurut Almatsier (2002) fungsi dari zat besi adalah:
1) Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
2) Sebagai alat angkut eletron pada metabolisme energi
3) Sebagai enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-
obatan.
c. Sumber makanan yang mengandung zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang banyak mengandung daging hewan. Disamping banyak
mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut
mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sayangnya sebagian
besar penduduk di negara yang (belum) sedang berkembang tidak
(belum) mampu menghadirkan bahan makanan tersebut di meja makan.
Ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat
mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersaman
pada waktu makan menyebab-kan serapan zat besi semakin rendah
(Arisman, 2010). Sumber baik besi diantaranya makanan hewani, seperti
daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serial tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah (Almatsier,
2003).
Menurut Almatsier (2003) Kandungan besi beberapa bahan
makanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Nilai besi berbagai bahan makanan (mg/100 gram)
Menurut Waryana (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
absorpsi Fe yaitu :
1) Bentuk Fe
Besi-Hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin
yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat
daripada besi-nonhem yang berasal dari makanan nabati.
2) Asam organik
Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan besi-nonhem
dengan merubah bentuk feri menjadi fero.
3) Asam fitat, asam oksalat dan tanin
Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga menghambat
penyerapannya. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan
mengkonsumsi vitamin C.
Bahan makanan Nilai
Fe
Bahan makanan Nilai
Fe
Tempe Kacang Kedelai murni
Kacang kedelai kering
Kacang hijau
Kacang merah
Kelapa tua, daging
Udang super
Hati sapi
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
Ikan segar
Ayam
Gula kelapa
10.0
8,0
6,7
5,0
2,0
8,0
6,6
2,8
2,8
2,7
2,0
1,5
2,8
Biskuit
Jagungkuning,pipil lama
Roti putih
Beras setengah giling
Kentang
Daun kacang panjang
Bayam
Sawi
Daun katuk
Kangkung
Daun singkong
Pisang ambon
Keju
2,7
2,4
1,5
1,2
0,7
6,2
3,9
2,9
2,7
2,5
2,0
0,5
1,5
4) Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
5) Kebutuhan tubuh
Jika tubuh kekurangan Fe atau kebutuhan meningkat maka
penyerapannya juga akan meningkat. Maka ibu hamil dianjurkan
mengkonsumsi zat besi sebanyak 60-100mg/hari (Nestle).
d. Konsumsi tablet Fe
Pada trimester Ke 2 dan Ke 3, faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet zat besi
dan kadar hemoglobin pada trimester sebelumnya. Konsumsi tablet besi
sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia khususnya pada trimester
II, trimester III dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi
pada masa ini lebih besar dibanding trimester I dan memungkinkan
pentingnya tablet besi untuk mencegah terjadinya anemia pada
kehamilan dan nifas (Notobroto, 2003).
e. Kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berati taat.kepatuhan
adalah tingkat pasien melakukan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2004 ). Ketidak patuhan
ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar
peluang untuk terkena anemia. pemberian informasi tentang anemia akan
menambah pengetahuan mereka tentang anemia karena pengetahuan
memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh
meminum zat besi (Arisman, 2004).
f. Kebutuhan zat besi selama hamil
Kebutuhan akan zat-zat selama kehamilan yang meningkat,
ditujukan untuk memasok kebutuhan janin dalam pertumbuhan
(pertumbuhan janin memerlukan banyak sekali zat besi ), pertumbuhan
plasenta dan peningkatan volume darah ibu, jumlahnya enzim 1000 mg
selama hamil. Kebutuhan zat besi selama trimester I relatif sedikit, yaitu
0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama trimester II dan
III,yaitu sekitar 6,3 mg perhari. Untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini
dapat diambil dari cadangan zat besi serta peningkatan adaptif dalam
jumlah presentase zat besi yang terserap melalui saluran cerna. Namun,
jika cadangan zat besi sangat sedikit atau tidak ada sama sekali
sedangkan kandungan dan serapan zat besi dalam dan dari makanan
sedikit, maka pemberian suplemen sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan zat besi ibu hamil (Arisman, 2004).
Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah
hilang, satu tablet sehari selama minimal 90 hari. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg dan asam folat 500 mg )
( Salmah,et al, 2006 ).
g. Efek samping terapi tablet tambah darah pada ibu hamil
konsumsi suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual,
muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang-kadang
diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat
tergantung pada jumlah element zat besi yang diserap. Takaran zat besi
diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak dapat diterima
pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam pemakaian obat jadi
tablet zat besi denagan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi (dan
diminum) dari pada dosisi tinggi. Bagi banyak wanita dosis rendah sudah
memadai (Soe jordan, 2003).
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat
digunakan kerangka teori sebagai berikut:
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Istiarti 2000, dan Arisman 2004
Faktor Dasar:
a. Sosial Ekonomi
b. Pengetahuan
c. Pendidikan
d. budaya
Faktor Tidak Langsung:
a. Kunjungan Antenatal
Care (ANC)
b. Paritas
c. Umur
d. Dukungan Suami
Faktor Langsung :
a. Konsumsi Tablet Besi
b. Penyebab Infeksi
c. Perdarahan
Kejadian anemia
pada ibu hamil
trimester III
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ha 1 : Ada hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu hamil
trimester III tentang anemia dengan kejadian anemia.
Ha 2 : Ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ibu hamil
trimester III dengan kejadian anemia.
Ha 3 : Ada hubungan yang bermakna paritas ibu hamil trimester III
dengan kejadian anemia.
Ha 4 : Ada hubungan yang bermakna pola konsumsi tablet besi (Fe)
ibu hamil trimester III dengan kejadian anemia.
Pengetahuan Ibu
hamil trimester III
Pendidikan ibu
hamil trimester III Kejadian anemia
pada ibu hamil
trimester III
Paritas ibu hamil
trimester III
Konsumsi tablet
besi (Fe) ibu hamil
trimester III