9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Pengertian
Thomas & Znaniecki (1920) dalam buku Wawan dan Dwi (2010,
p.27-28) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan
suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses
kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara
subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi
oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma
yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Coser, dalam
www.bolender.com).
Pendapat Allport (1935) dalam buku Wawan dan Dwi (2010, p.28)
mengenai sikap lebih memperkaya pandangan yang dikemukakan
sebelumnya. Menurut Allport sikap adalah “A mental and neural state of
readines, organised through experience, exerting a directive and dynamic
influence upon the individual’s response to all object and situations with
which it is related (810)”. Sikap adalah kondisi mental dan neural yang
diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis
mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi
yang terkait.
9
10
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto,
1998) dalam buku Wawan dan Dwi (2010, p.27).
2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
Azwar S. ,2000 dalam buku Wawan dan Dwi (2010, p.31):
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu yang kontroversial.
a. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan
perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
b. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai denga sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
tendensi atau kecnderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap
sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya.
11
3. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekijo Notoatmojo,1996
dalam buku Wawan dan Dwi 2010, p.33-34):
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi skap karena
degan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
d. Bertanggung jawab (responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
4. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dapat pula bersifat negatif (Heri
Purwanto, 1998 dalam buku Wawan dan Dwi, 2010, p.34):
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
12
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai.
5. Ciri-Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 dalam buku Wawan dan
Dwi, 2010, p.34-35):
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifet
ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah, yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan, atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
13
6. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap
antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melinatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebuyaanlah yang memberi corak
pengalamn individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
14
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran agama dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005).
7. Fungsi Sikap
Menurut Katz (Lih.Secord dan Backman, 1964) dalam buku Wawan dan
Dwi, 2010, p.23-24): sikap mempunyai 4 fungsi yaitu:
a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau manfaat
Fungsi ini adalah berkaitan denga sarana-tujuan. Disini sikap
merupaka sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana
obyek sikap dapat digunakan sebagai saran atau sebagai alat dalam
rangka mencapai tujuan. Sehingga orang yang mencapai tujuanyya
dapat bersikap positif dan sebaliknya.
b. Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang
pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau
egonya.
15
c. Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengeskpresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya.
8. Pengukuran Sikap
a. Skala Trusthone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum dari yang sangat unfavourabel hingga sangat favourabel
terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang
tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat
favourabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini
seleksi terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang
mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan.
Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala (Wawan dan Dwi,
2010 p.38).
b. Skala Likert
1) Pertanyaan Positif :
Sangat Setuju : 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
16
2) Pertanyaan Negatif:
Sangat Setuju : 1
Setuju : 2
Tidak Setuju : 3
Sangat Tidak Setuju : 4
Adapun skor sikap (Hidayat, 2010) :
kategori sikap sangat baik yaitu 76% - 100%
kategori sikap baik yaitu 51% - 75%
kategori sikap tidak baik yaitu 26% - 50%
kategori sikap sangat tidak baik yaitu < 25%
c. Skala Guttman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak,
positif dan negative, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala
Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan
interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah
nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala Likert
(Hidayat, 2010 p.103).
17
B. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dipelajari (Mubarok, 2011). Perilaku adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Teori yang mengungkapkan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan kesehaan adalah teori Lawrence
Green (Mubarok, 2011).
a. Faktor predisposisi (predisposising factor) terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan sosial.
b. Faktor pemungkin (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik
misalnya ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan.
c. Faktor penguat ( reinforsing factor) terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, tokoh masyarakat, agama.
d. Perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
praktik (Mubarok, 2011)
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata,
18
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (
Notoatmodjo,2005).
2. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokan menjadi dua, berdasarkan cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran yaitu:
a. Cara tradisional
1) Cara coba salah ( Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban yang dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan yang lain sampai masalah
dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini adalah pemimpin masyarakat
baik formal maupun nonformal, ahli agama atau pemegam
pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat
yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa
terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan
empiris maupun berdasarkan masa lalu.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
19
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
pemecahan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun
deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan – pernyataan khusus kepada umum dinamakan
induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan – pernyataan umum kepada yang khusus.
a. Cara modern
Cara ini disebut “ Metode Penelitian Ilmiah “ atau lebih populer
disebut metode penelitian. Cara ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah.
3. Tingkatan pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut
20
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang di maksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen –
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat
diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen – komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
21
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakuakn
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma – norma yang berlaku di masyarakat.
4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan kepada
seseorang dari orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak
dapat disangkal bahwa semakin tinggi pendidikan semakin mudah
pula mereka menerima informasi dan akhirnya pengetahuan yang
dimiliki akan semakin banyak.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat mempengaruhi seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan
aspek fisik dan psikologi (mental). Pertumbuhan fisik terdiri atas
empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri – ciri lama dan timbulnya ciri – ciri baru.
Perubahan ini trejadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek
22
psikologi atau mental, taraf berfikir seseorang semakin matang dan
dewasa.
d. Minat
Minat sebagai keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung
berusaha melupakan pengalamannya yang kurang baik. Sebaliknya,
jika pengalaman menyenangkan, maka secara psikologis mampu
menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila
dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersiahan maka
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
g. Informasi
23
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru ( Mubarak, 2011).
5. Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan –
tingkatan ( Notoatmodjo,2007).
a. Pengetahuan baik, responden berpengetahuan 76 % - 100 %
b. Pengetahuan cukup, responden berpengetahuan 60 % - 75 %
c. Pengetahuan kurang, responden berpengetahuan ≤ 60 %
D. Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Azwar, 1983 dalam buku Wawan dan Dwi, 2010, p.46).
Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian
dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan
penyuluhan merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan
secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance program) dan
24
Ruth Strang menyatakan guidances is broader counseling is a most
important tool of guidance. Ruth Strang, 1958 dikutip Sukardi, 1995
dalam buku Wawan dan Dwi, 2010, p.47).
Penyuluhan merupakan suatu jenis layanan yang merupakan
bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai
hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana seorang yaitu
penyuluh berusaha membantu yang lain yaitu klien untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dan hubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Natawijaya,
1987, dikutip Sukardi, 1995 dalam buku Wawan dan Dwi, 2010, p.47).
Penyuluhan itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada
klien supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada
mas yang akan datang (Surya, 1988, dikutip Sukardi, 1995 dalam buku
Wawan dan Dwi, 2010, p.47).
2. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Penyuluhan Kesehatan menurut Setiawan dan Saryono (2010)
yaitu:
a. Mengubah sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok,
masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
dan bermanfaat di mata masyarakat.
b. Terbentuk perilaku sehat dan status kesehatan yang optimal pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan konsep
25
hidup sehat baik fisik, mental maupun sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Sasaran Penyuluhan
a. Individu
Yaitu individu yang mempunyai permasalahan dengan keperawatan
dan kesehatan yang dapat dilakukan di Rumah sakit, klinik,
Puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya.
b. Keluarga
Yaitu keluarga binaan yang mempunyai permasalahan kesehatan
yang tergolong dalam resiko tinggi antara lain:
1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular
2) Keluarga yang pendidikan dan keadaan sosial ekonominya rendah
3) Keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk
4) Keluarga yang kondisi gizinya buruk
5) Keluarga yang anggota keluarganya banyak untuk tidak
memenuhi kemampuan hidup yang tidak sesuai kapasitas
keluarga.
c. Kelompok
Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam pemberian
penyuluhan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu hamil.
d. Masyarakat
Dari masyarakat yang mendapatkan penyuluhan kesehatan, yaitu:
26
1) Masyarakat di bawah binaan puskesmas
2) Masyarakat dengan sosial ekonomi rendah
3) Masyarakat pedesaan
4) Masyarakat yang datang ke pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, posyandu yang diberikan pendidikan penyuluhan
secara masal.
4. Materi atau Pesan dalam Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (2003) dalam Machfoedz (2005) materi atau pesan
yang disampaikan pada sasaran hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan individu, keluarga, masyarakat sehingga materi
yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Untuk
mempermudah pemahaman dan menarik perhatian sasaran sebaiknya
materi yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti
oleh sasaran.
5. Metode Penyuluhan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam menyampaikan penyuluhan
kesehatan terhadap masyarakat selalu di pakai komunikasi dua arah
yang dapat memperjelas permasalahan yang dihadapi. Adapun metode
penyuluhan kesehatan sebagai berikut:
a. Perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang mulai tertarik pada suatu
27
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar yang digunakan dalam
pendekatan individual tersebut berbeda karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda sehubung dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan
tersebut yaitu:
b. Bimbingan dan Penyuluhan
Cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat di bantu untuk diselesaikan.
Akhirnya klien dengan sukarela dan penuh kesadaran dapat
menerima perubahan perilaku tersebut.
c. Wawancara
Wawancara antara petugas kesehatan dan klien untuk menggali
informasi apakah sasaran dapat tertarik atau menerima perubahan
perilaku yang terjadi, apabila belum maka perlu dilakukan
penyuluhan lebih mendalam lagi.
d. Metode Penyuluhan Kelompok
Dalam metode ini harus diingat besarnya kelompok sasaran serta
tingkat pendidikan formal pada sasaran. Metode penyuluhan ini akan
berbeda ketika penyuluhan pada kelompok besar dan pada kelompok
kecil. Metode ini mencakup:
1) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.
Metode ini seperti ceramah, baik sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Penceramah harus menguasai materi yang
28
akan disampaikan dan menyiapkan materi serta peralatan,
ceramah ini dilakukan dengan cara berdiri di depan atau
pertengahan peserta, suara hendaknya cukup keras dan jelas.
Selain ceramah juga terdapat metode lain yaitu seminar, metode
ini cocok untuk sasaran besar dengan kelompok berpendidikan
menengah keatas, seminar ini penyajian dari seorang ahli tentang
suatu topik yang sedang hangat di masyarakat.
2) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15
orang, metode ini cocok seperti diskusi kelompok, curah
pendapat, bola salju, memainkan peranan, dan lainnya.
e. Metode Penyuluhan Masa
Penyampain informasi ini ditujukan pada orang banyak atau
masyarakat yang bersifat massa atau public. Sasaran ini bersifat
umum tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status ekonomi, tingkat pendidikan dan lainnya. Pada umumnya
metode pendekatan ini tidak langsung, biasanya menggunakan media
massa seperti tulisan di majalah atau koran, bill board yang di
pasang di pinggir jalan, spanduk, leaflet, poster dan lain sebagainya.
6. Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu pendidikan adalah semua sarana atau upaya untuk
menyampaikan pesan atau informasi kesehatan yang ingin disampaikan
pada responden, baik melalui media cetak maupun elektronika,
29
sehingga dapat menambah pengetahuannya dan dapat merubah
perilakunya kearah positif terhadap kesehataan (Notoatmodjo, 2005).
a. Tujuan media promosi kesehatan
1) Media yang diberikan dapat mempermudah penyampaian
informasi
2) Dapat menghindari kesalahan persepsi
3) Dapat memperjelas informasi
4) Dapat mempermudah pengertian
5) Mengurangi komunikasi yang salah atau tidak benar
6) Dapat menyampaikan objek yang tidak dapat di lihat dengan mata
7) Memperlancar komunikasi.
b. Macam alat bantu
Secara garis besar terdapat 3 macam alat bantu, yaitu sebagai
berikut:
1) Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk merangsang indra mata/penglihatan pada waktu terjadi
komunikasi.
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk merangsang alat pendengaran pada proses penyampaian
informasi. Misalnya: piring hitam, radio, pita suara, dan lainnya.
3) Alat bantu lihat dengar, alat bantu ini lebih di kenal dengan Audi
Visual Aids (AVA ), seperti televisi, radio kaset dan lainnya.
7. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan
30
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan
kesehatan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a. Faktor penyuluh
1) Kurangnya persiapan
2) Kurangnya materi yang akan disampaikan
3) Penampilan penyuluh yang kurang pada sasaran
4) Bahasa yang digunakan kurang di mengerti oleh sasaran
5) Penyampaian yang monoton sehingga sasaran kurang
mendengarkan dan tidak tertarik pada informasi yang
disampaikan.
b. Faktor sasaran
1) Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit menangkap
informasi yang telah disampaikan
2) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
3) Kepercayaan dan adat istiadat yang sulit untuk diubah
4) Kondisi lingkungan dan tempat sasaran yang tidak mungkin di
capai dan di ubah perilakunya.
c. Faktor waktu penyuluhan
1) Waktu penyuluhan tidak sesuai yang diinginkan oleh sasaran
2) Tempat penyuluhan sangat ramai
3) Jumlah sasaran yang sangat banyak sehingga sulit untuk
menenagkan suasana saat penyuluhan
4) Alat peraga yang di pakai sulit di terima oleh sasaran
31
5) Bahasa yang diucapkan sulit di terima oleh sasaran
E. ASI EKSKLUSIF
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu air teh dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai
diberikan makanan pendampiung ASI (MP-ASI).ASI dapat diberikan
sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Kristiyansari, 2009 p.23).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum
tanpa tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian
susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak
dibenarkan (Saleha, 2009 p.10).
2. Jenis- Jenis ASI
Jenis air susu yang dikeluarkan oleh ibu ternyata memiliki tiga
stadium yang memiliki kandungan berbeda. Air susu ini memiliki tiga
stadium yang terdiri atas kolostrum, air susu transisi, dan air susu
matur. Bahasan yang lebih lengkap mengenai stadium laktasi akan
dijelaskan dibawah ini (Saleha, 2009, p.20):
a. Kolostrum
32
Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling
tinggi dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan
imunoglobulin A (IgA) , yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dn mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.
Manfaat kolostrum bagi bayi
1) Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari
ketiga atau keempat.
2) Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
3) Merupakan cairan dengan viskositas kental berwarna kekuning-
kuningan, lebih kuning dibadingkan dengan susu matur.
4) Lebih banyak mengandung protein dibadingkan denga ASI yng
matur, tetapi berlainan dengan ASI yang telah matur, kolostrum
protein yang utama adalah globulin (gamma globulin).
5) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium
dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi yang akan datang.
6) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI
yang matur sehingga dapat memberikan perlindungan bayi
sampai usia 6 bulan.
7) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingka dengan
ASI matur.
33
8) Mineral, terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur.
9) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matu,
hanya 58 kal/100 ml kolostum.
10) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan
dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat
lebih tiggi atau lebih rendah.
11) Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
12) Ph lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur.
13) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin
dibandingkan dengan ASI matur.
14) Volume berkisar 150-300 ml/jam.
15) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein dalam usus
bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak
menambah kadar antibodi pada bayi.
b. Air Susu Masa Peralihan
Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut:
1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi yang
matur.
2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi
ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI mature baru
terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
34
3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi.
4) Volumenya juga akan semakin meningkat.
c. Air Susu Matur
Adapun ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut:
1) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.
Komposisi relatif konstan baru mulai pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-5.
2) Pada ibu sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan
tercukupi.ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling
baik dan cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
3) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan
karoten yang terdapat didalamnya.
4) Tidak menggumpal jika dipanaskan.
5) Terdapat antimikrobial faktor seperti antibodi, sel, enzim, protein,
dan lain sebagainya.
3. Manfaat ASI
Memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang
ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian
ASI adalah (Kristiyansari, 2009, p.15-22):
a. Bagi Bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
35
2) Mengandung antibodi
3) ASI mengandung komposisi yang tepat
4) Mengurangi kejadian karies dentis
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
6) Terhindar dari alergi
7) Asi meningkatkan kecerdasan bagi bayimembantu perkembanga
rahang dan merangsang pertumbuhan gigi kerena gerakan
menghisap mulut bayi pada payudara.
b. Bagi Ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen
akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98%
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara aka merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi
uterus dan mencegah terjadinya perdaraha pasca persalinan.
36
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.Pada
saat hamil, badan bertambah berat, selain karena adanya janin
juga karena penimbunan lemakpadea tubuh yang nantinya akan
disiapkan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Nah
dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak
lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan
tenaga akan terpakai sehingga timbunan lemak akan menyusut
dan berat badan akan turun.
4) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,
tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,
rasa yang dibutuhkan oleh semua mausia.
c. Bagi Keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Selain itu bisa menghemat karena bayi yang
mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya
berobat.
2) Aspek psikologi
37
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja.
Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot
yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.
d. Bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI.
2) Menghemat devisa negara
3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
4) Peningkatan kualitas generasi penerus.
4. Komposisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemakdalam larutan
protein, laktosa, vitamin, dan mineral (Wawan dan Dwi, 2010, p.96-
102). Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI terbentuk laktosa (gula susu) yang
jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih
banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan
PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibading dengan
PASI. Hal ini menyebabkan bayi yag sudah mengenal ASI dengan
38
baik cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian,
pemberian ASI semakin maksimal.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan
dalam pertumbuhan sel syaraf otak, serta pemberian energi untuk
kerja sel-sel syaraf. Didalam usus, sebagian laktosa akan diubah
menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri
yang berbahaya, serta membentu penyerapan kalsium dan mineral-
mineral lain.
b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI.
Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya
terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey”
ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein
yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0.2 akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang
menyebabkan bayi yang diberi PASI sering menderita susah buang
air besar, bahkan diare dan defekasi dengan feces yang berbentuk
biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap
oleh bayi yang diberinPASI.
c. Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal
dari lemak yang lebih mudah dicerna. Mengenai hal ini, perlu
diketahui bahwa vitamin tersebut bisa ditambahkan ke dala vitamin
39
D yang larut lemak. Dan, jumlah vitamin A, Tiamin, dan vitamin C
bervariasi sesuai makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
5. Hambatan Menyusui
Beragam faktor yang menjadi kendala ketika menyusui dibedakan
menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor ekstrnal (Wawan dan
Dwi, 2012, p.110-111):
a. Faktor Internal
Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan meyusui
bayi. Yang Diantaranya ialah kurangnya pengetahuan yang
terkait penyusuan. Karena tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai, ibu tidak mengerti tentang cara menyusui bayi yang
tepat, manfaat ASI, berbagai dampak yang akan ditemui bila ibu
tidak menyusui bayinya, dan lain sebagainya.
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi
bila faktor internal dapat dipenuhi oleh ibu, misalnya ASI belum
keluar pada hari-hari pertama etelah kelahiran kepada babayi,
sehingga ibu berfikir untuk memberikan susu formula kepada
bayi. Pada hari pertama, bayi belum memerlukan cairan atau
makana, sehingga tidak atau belum diperlukan pemberia cairan
tertentu, apalagi susu formula, sebelum ASI keluar.
6. Pemberian ASI ketika Ibu Bekerja
40
Semua ibu harus memberi ASI eksklusif, meskipun ibu
bekerja. Saat ini, diketahui bahwa ibu yang bekerja 70% .
Fenomena itu menunjukkan bahwa banyk ibu yang tidak bisa
menyusui bayinya secara eksklusif. Namun, hal tersebut bukan
berarti bahwa bayi tidak dapat memperoleh ASI sama sekali.
Walaupun ASI perasan tidak mampu menggantikan tindakan
menyusui, tetapi hal itu bukanlah masalah bila ibu memang mesti
bekerja (Wawan dan Dwi, 2012, p.157).
Sebenarnya, yang terjadi adalah banyak ibu khawatir dan
beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat
ibu bekerja.Tindakan menyusui berpengaruh terhadap
pertumbuhan mental dan fisik bayi. ASI perasan hanya dianjurkan
bagi ibu yang bekerja, bila ibu tidak bekerja atau bayi dapat dibawa
ibu, hendaknya diupayakan adanya menyusui secara langsung.
Jika memungkinkan, bayi bisa dibawa ditempat kerja,
namun tindakan ini sangat sulit bila dilaksanakan ditempat kerja
karena tidak tersedianya tempat penitipan bayi atau pojok laktasi.
Ibu harus segera belajar untuk memeras payudara demi
memperoleh ASI setelah bayi lahir (Wawan dan Dwi, 2012, p.157-
158).
7. Memerah dan Menyimpan ASI
41
Setidaknya sebulan sebelum masuk kerja, mulailah
memerah ASI dengan tangan. Cara memerah ASI adalah sebagai
berikut (Saleha, 2009, p.26-28):
a. Perah areola (bagian gelap sekitar puting) dengan ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah.
b. Selanjutnya tekan areola dengan ritme persisi seperti ritme bayi
yang mengisap.
c. Arahkan aliran ASI ke gelas.
d. Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastik gula dengan
spidol permaen.
e. Masukkan ASI ke dalam kantong plastik, ikat, dan simpan
dalam freezer.
Mencairkan ASI beku:
a. Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil
b. Letakkan plastik beriusi ASI beku dalam air hangat tersebut
ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit.
Penyimpanan ASI:
a. Di udara bebas/terbuka : 6-8 jam
b. Di lemari es : 24 jam
c. Di lemari pendingin/freezer : 6 bulan
8. Posisi dan Perlekatan Menyusui
42
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau
berbaring (Saleha, 2009).
Gambar 2.1 Gambar 2.2
Posisi menyusui duduk Posisi menyusui berdiri
Gambar 2.3
Posisi menyusui berbaring
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti
ibu pasca operasi caesar. Bayi diletakkan disamping ibu dengan
posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara
seperti memegang bola bila disusui sacara bersamaan, yaitu di
payudara kanan dan kiri. Pada ASI memancar penuh, bayi
43
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 2.4 Gambar 2.5
Posisi menyusui balita Posisi menyusui bayi yang benar
pada kondisi normal diruang perawatan
Gambar 2.6 Gambar 2.7
Posisi menyusui ibu Posisi menyusui bayi baru
post operasi caesar lahir dirumah
Gambar 2.8
44
Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan
9. Teknik Menyusui yang Benar
Langkah menyusui yang benar (Sarwono, 2008, p.377-378) yaitu :
a. Cuci tangan dengan air bersih dan mengalir
b. Ibu duduk dengan santai kaki tidak menggantung
c. Perah sedikit ASI dan oleskan ke putting dan areola sekitarnya.
Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban putting susu.
d. Posisikan bayi dengan benar
1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan
dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
Gambar 2.9
Cara meletakkan bayi
2) Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
45
3) Lengan yang dibawah merangkul tubuh iubu, jangan berada
diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boeh
dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.
4) Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis
lurus.
e. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka
lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke
payudara ibu dan putting serta areola dimasukkan ke dalam
mulut bayi.
Gambar 2.10
Cara merangsang mulut bayi
f. Cek apakah perlekatan sudah benar
1) Dagu menempel ke payudara ibu
2) Mulut terbuka lebar
3) Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah masuk
ke dalam mulut bayi
4) Bibir bayi terlipat keluar
5) Pipi bayi tidak kempot
46
6) Tidak boleh terdengar suara decak, hanya boleh terdengar
bayi menelan
7) Ibu tidak kesakitan
8) Bayi tenang
10. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKKM)
Setiap fasilitas kesehatan yang bersentuhan dengan kesehatan ibu
dan anak harus melakukan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan
Menyusui (LKKM)(JNPK-KR/POGI, 2007, p.104) yaitu:
a. Ada kebijakan tertulis tentang menyusui
b. Setiap petugas mempunyai keterampilan yang terkait dengan
manajemen laktasi
c. Menjelaskan manfaat menyusui kepada ibu hami
d. Membentu ibu untuk mulai menyusukan bayinya dalam waktu
30 menit setelah melahirkan
e. Memperagakan cara menyusui yang benar
f. Tidak memberi makanan atau asupan apapun selain ASI pada
bayi baru lahir
g. Melaksanakan rawat gabung
h. Member ASI sesuai kebutuhan bayi (on demand)
i. Tidak memberi dot atau kempeng pada bayi
j. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok
pendukung ASI.
47
F. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas maka dapat disusun
kerangka teori sebagai berikut:
Perilaku
Proses
Perubahan
Predisposing Factors Reinforching Factors Enabling Factor
(Pengetahuan,Sikap, (Ketersediaan sumber- (Sikap dan
perilaku,Kepercayaan, sumber dan fasilitas) Perilaku Nakes)
Tradisi, nilai, dsb.)
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Sosial
Komunikasi Training
Penyuluhan
Pendidikan Kesehatan
(Promosi Kesehatan)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi lawrence Green dan Notoatmojo (2003)
48
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konsep
dijelaskan sebagai berikut:
Variabel Bebas Variabel Terikat
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
H. HIPOTESIS
Ha : Ada pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap sikap ibu
dalam memberikan ASI eksklusif.
Penyuluhan Tentang ASI Eksklusif
Sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif