BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan dasar dari sikap, niat dan tindakan. Dengan
pengetahuan sebagai dasar maka individu akan mempertimbangkan dengan
hati hati untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Bernadib (1984) pengetahuan merupakan materi atau
perbendaharaan milik manusia sebagai hasil dari usahanya untuk
mengetahui dan lebih lanjut dikatakan bahwa pengetahuan adalah
kumpulan kesan kesan dan penerapan yang terhimpun dari pengetahuan
yang diperoleh individu.
Manurut Aristoteles ada dua bentuk dasar pengetahuan dari diri manusia :
a. Mengetahui demi demi mengetahui saja dengan arti hanya untuk
memuaskan kebutuhan hati manusia
1
b. Pengetahuan untuk digunakan untuk diterapkan misalnya untuk
melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal,
mempermudah pekerjaannya, mamperlancar hubungan satu dengan
yang lainnya, dll.
2. Aspek aspek pengetahuan
Menurut Van Peursen (1985) pengetahuan mencakup proses
mengamati, menyangka dan menalar sedangkan menurut Salam (1995)
mengatakan bahwa pengetahuan mengandung 2 aspek yaitu :
a. Pengertian adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan hal
tersebut tidak selalu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari
obyek yang bersangkutan.
b. Pemahaman adalah suatu hal yang diketahui oleh individu dan hal itu
mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari obyek yang
bersangkutan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tanpa
didasari dengan pengetahuan.
Menurut (Notoatdmojo, 2003) pengetahuan yang mencakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
2
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comperehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelasakan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
3
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Aspek aspek pengetahuan penyakit menular seksual menurut wulandari
(2000) yaitu :
a. Penularan
Pengetahuan tentang cara cara penyakit seksual tersebut menular
b. Pencegahan
Pengetahuan tentang cara pencegahan agar tidak tertular penyakit
menular seksual
c. Infeksi
Pengetahuan tentang tanda tanda timbulnya penyakit menular seksual
4
3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :
a. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
mudah menerima hal hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal
hal yang baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumbner informasi yang lebih banyak
akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi informasi yang baru disaring disesuaikan dengan
budaya dan agama yang dianut
d. Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini berkaitan dengan umur dan pendidikan
individu, maksudnya pendidikan yang tinggi akan menberikan
pengalaman yang lebih luas begitu pula dengan umur, semakin banyak
umur seseorang maka semakin banyak pula pengalaman orang tersebut
e. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pengetahuan seseorang selain dipengaruhi oleh hal tersebut diatas, juga
5
dipengaruhi adanya media informasi dan peran aktif tenaga kesehatan
dalam memberikan stimulus yang berupa informasi tentang kesehatan.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek yang
akan dipakai dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan yang terdiri dari
aspek tahu, aspek paham dan aspek evaluasi yang akan dihubungkan dengan
aspek penyakit menular seksual yang terdiri dari aspek penularan, aspek
pencegahan dan aspek infeksi.
Cara pengukuran pengetahuan dilakukan dengan cara wawancara atau
dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur disesuaikan dengan
tingkat pengetahuan diatas.
a). Penyakit menular seksual (PMS)
4. Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas
pada cara genito-genital saja tetapi dapat juga secara oro-genital dan ano-
genital sehingga kelainan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini tidak
terbatas pada daerah genital saja tetapi dapat juga pada daerah ekstra
genital (Daili, 1999).
PMS adalah singkatan dari Penyakit Menular Seksual, yang berarti
suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan
seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit
6
kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus
diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya
dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak,
dan organ tubuh lainnya. (UNAIDS dan WHO 1998).
Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika
PMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal
dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. PMS yang tidak
diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan
menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita. Bagian tubuh yang
dapat terpengaruh PMS pada wanita antara lain : Saluran indung telur,
Indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, vagina, saluran
kencing dan anus. Sedangkan pada pria antara lain : kandung kencing, vas
deferens, prostat, penis, epididymis, testicle, saluran kencing, kantung
zakar, vesika seminalis dan anus.
5. Jenis Penyakit Menular Seksual
Menurut (UNAIDS dan WHO, 1998) yang paling umum dan paling
penting untuk diperhatikan adalah : Gonore, Herpes genitalis, kondiloma
akuminata, Sifilis, HIV/AIDS. Pada saat ini, klamidia lebih banyak
diperhatikan. Seperti halnya gonore, klamidia dapat menyebabkan
kemandulan. Herpes menyebabkan gejala-gejala yang bisa muncul dan
hilang seumur hidup. Sifilis dapat menyebabkan kerusakan yang berat jika
7
tidak diobati. Sementara AIDS, yang disebabkan oleh HIV menghancurkan
sistem kekebalan tubuh, membuat orang sakit dan bahkan meninggal.
a. Infeksi genital non spesifik
Merupakan penyakit kelamin yang disebabkan oleh penyebab yang non
spesifik dan yang sering terjai karena bakteri Chlamydia Trachomatis.
Pada wanita gejala sering tidak khas atau sangat ringan, gejala berupa
keluarnya cairan dari vagina berwarna kekuningan. Pada laki laki gejala
yang muncul adalah keluarnya cairan berupa lenir yang jernih sampai
keruh dan muncul pada pagi hari. Gejala lain dapat berupa nyeri saat
kencing, rasa gatal di saluran kencing pada ujung kemaluan. Infeksi
genital non spesifik dapat terjadi melalui hubungan seksual aktif dan
berhubungan erat dengan usia muda yang pertama kali melakukan kontak
seksual serta lamanya waktu aktivitas seksual, masa inkubasi biasanya
terjadi 1-5 minggu.
b. Gonorhe
Adalah penyakit yang disebabkan oleh neiseria gonorrheae, pada pria
permulaannya keluar nanah dari orifisium uretra eksterna dan pad wanita
biasanya tanpa gejala, hanya kadang kadang keluar dari vagina. Masa
inkubasi antara tiga sampai lima hari, masa inkubasi kadang kadang
berlangsung singkat hanya dua belas jam dan ada pula yang lama hingga
empat belas hari (widjaja, 1990).
8
Pada umumnya penularan gonorhe melalui melalui hubungan kelamin
yaitu geniti-genital, oro-genital dan ano-genital, tetapi dapat juga terjadi
secara manual melalui alat alat, pakaian, handuk, termometer dan
sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal dengan gonore
genital atau gonore ekstra genital (Daili, 1999).
c. Sifilis
Adalah penyakit infeksi yanga disebabkan oleh treponema pallidum,
sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang
hampir semua alat alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Dalam
istilah indonesia disebut “Raja Singa”, istilah tersebut sangat tepat karena
keganasannya (Natahusada dan Adhi Djuanda, 1999).
Gejala yang ditimbulkan adalah luka yang tidak nyeri pada sekitar alat
kelamin, anus, dan mulut yang muncul 2-3 minggu setelah terkena infeksi.
Setelah 6-8 minggu kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening
disusul rasa badan tidak enak dan bercak kemerahan pada kulit, semua
gejala itu bisa hilang dengan sendirinya tetapi infeksi berlangsung terus
sehingga lama kelamaan akan mempengaruhi tulang, hati, jantung, paru
paru dan syaraf.
9
d. Herpes genitalis
Adalah infeksi akut pada daerah genetalia dengan gejala khas berupa
vesikel yang berkelompok pada dasar yang eritem dan bersifat rekuren
(Daili, 1990).
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau
tipe II yang ditandai adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan sedangkan infeksi
dapat berlangsung baik primer maupun rekuren (Handoko, 1999).
Infeksi herpes genitalis atau herpes simpleks ini berlangsung dalam
tiga tingkatan yaitu ; infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren.Gejala
yang timbul dapat bersifat berat yaitu pembesaran kelenjar limfe tetapi
bisa juga tanpa adanya gejala. Selain ditularkan melalui hubungan seksual
penyakit ini dapat ditularkan pada janin dalam kandungan ibu yang
terinfeksi. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya abortus, keluarnya
janin prematur, bayi mengalami kelainan pada organ tubuhnya dan bayi
tidak tumbuh secara normal.
e. Kondiloma akuminata
Kandiloma akuminata merupakan pertumbuhan yang bersifat jinak
superfisial yang disebabkan oleh virus golongan paposa, yang biasanya
tumbuh pada daerah anus dan genetalia laki laki maupun wanita. Penyakit
ini dikelompokkan dalam penyakit yang ditularkan melalui hubungan
kelamin (Siregar, 1990). Penyebaran penyakit ini melalui hubungan
10
kelamin yang mempunyai dua bentuk yaitu genital warts (kutil) di daerah
alat kelamin atau tempat lembab, dapat juga menyerang daerah mulut
sebagai akibat kontak orogenital.
f. Kandidosis Vulvovaginal
Penyakit menular seksual yang disebabkan virus candida albicans.
Gejala pada wanita adalah rasa gatal atau iritasi dengan mengeluarkan
cairan berwarna putih seperti susu yang berbau atau barbau asam.
Sedangkan pada laki laki ditandai dengan rasa gatal pada kelamin dan
daerah sekitar lipatan paha. Sumber penularannya adalah melalui
hubungan seksual dengan penderita dan seorang ibu hamil yang menderita
penyakit ini akan menularkan pada beyinya.
g. Ulkus Mole
Sering disebut changcroid yaitu penyakit infeksi alat kelamin akut
yang disebabkan oleh bakteri haemophilus ducreyi. Masa inkubasi pada
pria berkisar antara 2-35 hari, pada wanita masa inkubasi sukar ditentuka
karena gejalanya sering tidak tampak. Gejala khas berupa luka kotor yang
mudah berdarah dan sangat nyeri dengan tepi yang tidak rata pada alat
kelamin yang muncul kira kira 1 minggu setelah terinfeksi.
h. Trikomoniasis
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh tricimonas vaginalis,
masa inkubasi pada wanita sulit untuk dipastikan tetapi berkisar antara 3 -
28 hari gejala yang timbul berupa keluarnya cairan vagina yang banyak,
11
bau dan sering menimbulkan rasa gatal dan perih pada organ kelamin.
Masa inkubasi pada pria biasanya tidak melebihi 10 hari. Gejala yang
timbul adalah rasa gatal dan panas pada saat buang air kecil.
i. Limfogranuloma Venereum
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri chlamydia
Trachomatis, masa inkubasi antara 3-20 hari, kadang kadang dapat lebih
lama. Gejala yang timbul berupa demam, menggigil, mual, hilangnya
nafsu makan, sakit kepala, nyeri pinggang bawah, nyeri bagian perut,
nyeri saat buang air besar dan diare. Selain melalui hubungan seksual
dapat juga ditularkan melalui pemakaian handuk dan pakaian yang
terkontaminasi.
j. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Adalah suatu sindrom penyakit defisiensi imunitas seluler yang
didapat, yang pada penderitanya tidak akan ditemukan penyebab defisiensi
tersebut. Akibat adanya kehilangan kekebalan penderita AIDS mudah
terkena bernagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu
yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita
keganasan khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya
menyerang otak (Budimulja, 1999)
12
B. Perilaku seksual beresiko
1. Pengertian perilaku seksual beresiko
a. Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Menurut Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari
luar).
b. Perilaku Seksual
Yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan
bersenggama.obyek seksual bisa berupa orang lain, khayalan atau diri sendiri.
c. Perilaku Seksual Beresiko
menurut Jarlais (Wijanarko) yang dimaksud dengan perilaku seksual
beresiko adalah perilaku seksual yang memiliki resiko tertular penyakit
menular seksual atau HIV AIDS. Perilaku seksual beresiko tampak dalam
seringnya berganti ganti pasangan baik homoseksual maupun heteroseksual,
13
hubungan seksual tanpa kondom, serta kontak seksual dengan pasangan yang
tertular penyakit menular seksual. Perilaku seksual beresiko dilakukan tidak
dalam ikatan perkawinan yang sah karena hal tersebut tidak menjamin jumlah
pasangan dan kesehatan pasangan.
Kehidupan sopir truk memiliki liku-liku yang khas, ritme kehidupan
mereka berbeda dengan petani, pegawai atau profesi lain yang memiliki
keteraturan dalam waktu dan jarak kerja. Makin tinggi mobilitas penduduk dan
arus barang antar daerah mengisyaratkan bahwa makin banyak dan makin
tinggi pula frekuensi sopit truk untuk mengemudikan kendaraannya.
Jarak tempuh yang panjang menimbulkan ketegangan dan kelelahan fisik
secara berlebihan mambuat para sopir mencari tempat tempat untuk
beristirahat. Tidak seperti tempat peristirahatan sopir bus yang pada umumnya
hanya melayani makan minum, tempat peristirahatan sopir truk dilengkapi
dengan tempat mandi dan bahkan fasilitas tempat tidur dan tidak jarang ada
wanita yang siap mendampingi tidur sopir truk.
Dunia sopir truk mempunyai norma norma tersendiri berkaitan dengan
perilaku seksual. Bagi mereka yang melakukan hubungan seksual ditengah
tengah perjalanan tidak dengan pasangan syahnya adalah merupakan suatu
kelaziman.
Salah satu masalah sosial yang saat ini menjadi perhatian adalah masalah
perilaku seksual beresiko. Perilaku beresiko tersebut tampak dalam seringnya
14
berganti ganti pasangan, hubungan seksual tanpa kondom, serta kontak seksual
dengan pasangan yang tertular penyakit menular seksual
2. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko
Menurut Sarwono beberapa faktor yang turut mempengaruhi perilaku
seksual antara lain :
a. Meningkatnya libido
Perubahan perubahan hormonal yang meningkatkan energi seksual atau
libido membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu.
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran libido seksualitas tidak dapat segera dilakukan karena
adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya
UU perkawinan yang menetapkan batasan usia pernikahan maupun
norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan untuk
menuju perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dll).
c. Tabu dan larangan
Norma agama tetap berlaku yaitu larangan seseorang melakukan
hubungan seksual sebelum menikah, selain itu masih kuatnya tabu
dalam keluarga untuk membicarakan masalah seksual dan kurangnya
pendidikan seks.
Menurut Mundiharno (1999) perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor
antara lain
15
a. Keluarga
Bila rumah tangga yang dimiliki harmonis maka sopir truk cenderung
akan menahandiri terhadap perilaku seksual, sebaliknya jika keluarga
yang dimiliki tidak harmonis maka sopir truk cenderung untuk
mencari “jajanan” diluar.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan materi bagi pengalaman yang bersifat
seksual maupun non seksual akan terekam secara sadar maupun tidak
sadar dalam sel otak manusia.
c. Usia
Usia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku orang tersebut.
Menurut Daili 1993 kelompok usia yang tergolong beresiko tertular
penyakit menukar seksual adalah :
20-34 tahun pada laki laki seperti sopir truk, anak buah
kapal, homoseksual
15-24 tahun pada wanita seperti pekerja seks komersil
20-24 tahun pada laki laki dan perempuan
d. Mobilitas yang tinggi
Mobilitas sopit truk yang sangat tinggi dan tantangan yang banyak
dihadapi dalam perjalanan memungkinkan sopir truk untuk mencari
hiburan.
16
e. Biaya seks
Tidak adanya kepastian tarif atau biaya seks berpengaruh terhadap
tingginya frekuensi sopit truk melakukan hubungan seksual dengan
pelacur. Jika tarif pelacur tinggi dengan sistem pembayaran tidak
dapat dibon mungkin frekuensi sopir truk melakukan hubungan
seksual dapat lebih rendah.
f. Pengetahuan
Sebagai sarana eksistensi menusia pengetahuan digunakan untuk
bertahan hidup dan mengatasi masalah seperti melindungi diri dan
meningkatkan kesehatan. Minimnya pengetahuan yang dimiliki sopir
truk ditandai dengan persepsi penyakit menular seksual hanya menular
dari pihak pria ke wanita tetapi tidak menular dari wanita ke pria
g. Gaji
Banyaknya uang yang dipegang selama perjalanan berkaitan dengan
frekuensi hubungan seksual di perjalanan yaitu cenderung mendorong
sopir truk untuk sering mampir ke tempat tempat istirahat, terutama
bagi sopit truk yang beban ekonominya masih ringan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual adalah peningkatan libido, penundaan usia
perkawinan dan tabu dan larangan, keluarga, lingkungan, usia, mobilitas
yang tinggi, biaya seks, pengetahuan dan gaji.
17
3. Aspek aspek perilaku seksual beresiko pada sopir truk
Perilaku yang dilakukan seseorang dapat diungkapkan melalui aspek :
a. Aspek frekuensi
Frekuensi mencerminkan sering tidaknya perilaku muncul. Usaha
usaha sistematis untuk mengubah perilaku dianggap sebagai usaha
untuk mempengaruhi frekuensi munculnya suatu perilaku.
b. Aspek lamanya berlangsung
Waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu perilaku. Jika
perilaku mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi terjadi dalam
jangka waktu yang berbeda untuk masing masing peristiwa.
c. Aspek intensitas
Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut, aspek
intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam orang melakukan
suatu tindakan.
Thornburg mengatakan bahwa aspek aspek perilaku seksual meliputi :
a. Aspek biologis
Respon individu terhadap dorongan seksualnya, perkembangan orgfan
genital, proses reproduksi.
b. Aspek psikologis
Proses belajar yang terjadi pada individu yang mengekspresikan
dorongan seksual melalui pikiran, perasaan dan tingkah laku.
18
c. Aspek sosial
Dorongan seksual yang dimanifestasikan dalam bentuk hubungan yang
mendalam dengan individu yang lain
d. Aspek moral
Manifestasi dari dorongan seksual disesuaikan dengan norma yang
berlaku dimasyarakat.
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek
perilaku seksual beresiko terdiri dari aspek biologis yang berhubungan
dengan respon individu terhadap dorongan seksualnya, aspek psikologis
yang berhubungan dengan ekspresi dari dorongan seksualnya, aspek sosial
yang berhubungan dengan relasi dengan orang lain, dan aspek moral yang
berhubungan dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Cara memperoleh data perilaku yang paling akurat adalah melalui
pengamatan atau dapat juga dilakukan dengan wawancara dengan
pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan
oleh responden beberapa waktu yang lalu.
C. Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual
dengan perilaku beresiko pada sopir angkutan berat
Seksualitas bagi orang dewasa termasuk sopir truk merupakan bagian
penting dalam hidupnya. Tidak berbeda dengan kebutuhan biologis lainnya
seperti makan minum kebutuhan seksual juga merupakan aktivitas rutin yang
19
perlu pemenuhan dan penyaluran. Tingkat mobilitas tinggi para sopir truk
yang dialami selama dalam bekerja menyebabkan kelelahan fisik dan
memaksa mereka untuk beristirahat ditempat peristirahatan. Ditempat
peristirahatan yang disinggahi tersebut ada yang menyediakan wanita wanita
yang mau “mendampingi” tidur para sopir. Banyaknya tempat yang
disinggahi berarti banyak pula pasangan wanita yang pernah dilalui.
Dunia sopir truk mempunyai norma norma tersendiri berkaitan dengan
perilaku seksual. Bagi mereka yang melakukan hubungan seksual ditengah
tengah perjalanan tidak dengan pasangan syahnya adalah merupakan suatu
kelaziman. Salah satu masalah sosial yang saat ini menjadi perhatian adalah
masalah perilaku berisiko sopir truk yang karena sikap dan perilakunya secara
tidak langsung ikut menyebarkan penyakit menular seksual. Perilaku beresiko
tersebut tampak dalam seringnya berganti ganti pasangan, hubungan seksual
tanpa kondom, serta kontak seksual dengan pasangan yang tertular penyakit
menular seksual (Jarlis, dikutip Wijanarko 1999).
Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil dari segala pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam pengetahuan.
Pada saat ini sangat penting mengetahui secara benar tentang penyakit
menular seksual yang merupakan salah satu resiko akibat hubungan seksual
yang tidak aman, karena pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang.
20
Perilaku terbentuk melalui adanya pengetahuan. Adanya pengetahuan
akan menyebabkan individu memiliki sikap positif dan negatif. Secara teoritis
bila pengetahuan terhadap penyakit menular seksual tinggi maka
kecenderungan perilaku seksual beresiko tinggi pada sopir truk rendah dan
sebaliknya. Dari sikap yang terbentuk tersebut akan menimbulkan niat baik
positif maupun negatif dan kemudian diaktualisasikan dalam bentuk perilaku.
Dengan pengetahuan yang dimiliki tentang penyakit menular seksual
seseorang akan tahu resiko apa saja yang akan menimpanya maupun pasangan
tetapnya jika seseorang tertular penyakit menular seksual, sehingga akan
mewujudkan penerimaan perilaku yang rendah terhadap perilaku seksual
beresiko begitu pula sebaliknya, minimnya pengetahuan tentang penyakit
menular seksual akan mewujudkan penerimaan perilaku yang tinggi terhadap
perilaku seksual beresiko.
D. Kerangka teori
21
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku seksual beresiko: peningkatan libido penundaan usia perkawinan tabu dan larangan keluarga lingkungan usia mobilitas yang tinggi biaya seks pengetahuan gaji.
PERILAKU SEKS
BERESIKO
E. Kerangka konsep
variabel bebas variabel terikat
F. Variabel penelitian
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat atau disebut juga variabel yang mempengaruhi.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Tingkat pengetahuan sopir
angkutan berat tentang penyakit menular seksual (Sugiyono, 2003).
2. Variabel terikat (dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas
(Sugiyono, 2003). Variabel terikat penelitian ini adalah Perilaku seksual
beresiko.
G. Definisi operasional
1. Pengetahuan tentang penyakit menular seksual
Pengetahuan tentang penyakit menular seksual adalah hasil dari segala
sesuatu yang diketahui setelah seseorang melakukan pengindraan mengenai
penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual.
22
TINGKAT PENGETAHUAN
PERILAKU SEKS BERESIKO
Pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi pengertian, jenis,
tanda gejala, penularan, pencegahan,dan pengobatan.
Diukur dengan menggunakan kuesioner A yang terdiri dari 13 pertanyaan
dengan kemungkinan jawaban benar atau salah, hasil pengukuran data
berskala ordinal dengan hasil ukur : jawaban tinggi (80 – 100%), sedang (65 –
80%) dan rendah (<65 %).
Tinggi rendahnya skor tes menunjukkan tinggi rendahnya pengetahuan
tentang penyakit menular seksual.
2. Perilaku seksual beresiko
perilaku seksual beresiko adalah suatu bentuk perilaku yang muncul
karena meningkatnya hasrat seksual yang bertujuan untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dan beresiko tinggi tertular penyakit menular seksual dan
HIV/AIDS.
Perilaku seksual beresiko dapat diukur dengan skala yang meliputi aspek
biologis, aspek psikologis, aspek sosial dan aspek moral. Tinggi rendahnya
skor skala yang diperoleh menunjukkan sering tidaknya perilaku seksual
beresiko tersebut dilakukan. Pengukuran dengan menggunakan kuesioner B
yang terdiri dari 17 pertanyaan dengan kemungkinan jawaban Sering (S),
Jarang (J), Tidak Pernah (TP), hasil pengukuran data berskala ordinal dengan
kriteria bila jawaban terbanyak adalah sering (S) menunjukkan perilaku
seksual beresiko tinggi, bila jawaban terbanyak adalah jarang (J)
23
menunjukkan perilaku seksual beresiko rendah dan bila jawaban terbanyak
adalah tidak pernah (TP) menunjukkan perilaku seksual tidak beresiko.
H. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian yang ditegakkan
adalah Ada hubungan antara tingkat pengetahuan sopir angkutan berat tentang
penyakit menular seksual terhadap perilaku seksual beresiko
24