Download - BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
II.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi
II.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur
Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (Bodnar dan Hopwood, 2006:3)[1]. Dan
definisi sistem menurut Romney dan Steinbart (2016: 2)[2], sistem adalah “rangkaian
dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.
Pengertian menurut Mulyadi (2016:2)[3], “sistem pada dasarnya merupakan
sekelompok unsur yang erat dan berhubungan satu dengan yang lainnya, yang
berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut
Jogyanto (2005:3)[4], “sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur
yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan
atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.
Dari pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa pengertian sistem adalah sekelompok unsur atau sumber daya atau prosedur
yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
Didalam pengertian sistem pula terdapat kata “prosedur” yang merupakan
bagian dari sistem. Prosedur sendiri menurut Mulyadi (2016:2)[3] ialah suatu
kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa entitas baik orang maupun departemen
secara seragam berfungsi untuk menangani transaksi yang berulang-ulang. Sementara
Susanto (2013:264)[5] mendeskripsikan prosedur sebagai rangkaian aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang, dapat dilakukan secara seragam, dan digunakan
II-2
sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas yang dimana apabila tidak dilakukan
akan menjadi pelanggaran.
Berdasarkan pengertian dari dua ahli tersebut, ditemukan persamaan
pengertian yaitu kegiatan dari rangkaian yang dilakukan secara berulang-ulang yang
dimaksudkan untuk penanganan secara seragam.
II.1.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi menurut Krismiaji (2010 : 4)[5] adalah sebuah
sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang
bermanfaat untuk mendukung kelancaran aktivitas bisnis. Sedangkan Romney dan
Steinbart (2016:11)[2] menyatakan bahwa “Sistem informasi akuntansi adalah sistem
yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data lain untuk
menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan”.
Sementara Susanto (2004:13)[6] mendeskripsikan Sistem Informasi
Akuntansi sebagai berikut:
“Sistem Informasi Akuntansi merupakan sekumpulan (integrasi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”.
Kemudian menurut Mursyidi (2010:5)[7] “Sistem informasi akuntansi
memiliki pengertian sebagai sistem yang mencakup prosedur, formulir, peralatan, dan
manusia yang saling berkaitan satu sama lain dan bekerja secara harmonis untuk
menghasilkan informasi akuntansi”.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi
adalah kumpulan komponen akuntansi yang bergabung membentuk suatu sistem yang
dapat menyediakan informasi akuntansi yang bermanfaat untuk kegiatan bisnis dan
penunjang lainnya.
II-3
II.1.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Krismiaji (2010:23)[5], tujuan pokok sistem informasi adalah
sebagai berikut :
“Mengumpulkan dan memproses data tentang kegiatan organisasi bisnis secara efektif dan efisien, menghasilkan informasi yang berguna untuk pembuatan keputusan, melakukan pengawasan yang memadai untuk menjamin bahwa data transaksi telah dicatat dan diproses secara akurat, serta untuk melindungi data tersebut dan aktiva lain yang dimiliki perusahaan.”
Romney dan steinbart (2016:3)[2] menyebutkan bahwa sistem informasi
akuntansi memiliki tiga fungsi penting, yaitu :
1. “Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, trmasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat, dan andal.”
II.1.4 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2016:11)[2] Sistem Informasi terdiri dari enam
komponen :
1. Orang-orang yang menggunakan sistem. 2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,
dan menyimpan data. 3. Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya. 4. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data 5. Infrastruktur teknologi informasi, perangkat peripheral, dan perangkat
jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA.
II-4
6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data SIA.
Sementara Puspitawati dan Anggadini (2010:59)[8] mengemukakan bahwa sistem
informasi akuntansi terdiri dari tiga komponen:
1. Input, merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam suatu sistem, input bervariasi bisa berupa manusia, energi, data, modal, dll. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses.
2. Proses merupakan perubahan input menjadi output. Proses mungkin berupa perakitan yang menghasilkan satu macam output dan berbagai macam input yang berdasarkan aturan tertentu.
3. Output, adalah hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Output dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam berikut: a. Output langsung diberikan kepada konsumen untuk dikonsumsi. b. Output dikonsumsi oleh subsistem yang lain dalam sistem yang sama. c. Output dapat dikonsumsi oleh sistem lain atau oleh sistem yang
bersangkutan tetapi tidak menjadi berguna ketika dibuang.
II.1.5 Prinsip-Prinsip Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi
Pada dasarnya dalam menyusun suatu sistem akuntansi untuk suatu
perusahaan, selai sangat bergsntung pada jenis perusahaan, juga sangat bergantung
kepada organisasi berikut aktivitas perusahaan. La Midjan dan Susanto (2006:40)[9]
mengemukakan prinsip-prinsip umum dalam penyusunan sistem akuntansi sebagai
berikut:
1. Menganalisis struktur organisasi dan uraian tugas yang ada
2. Menganalisis semua transaksi yang ada pada perusahaan baik secara
harian maupun bulanan
3. Menganalisis sistem pengendalian internal berdasarkan struktur
organisasi, uraian tugas, sistem dan prosedur organisasi
4. Kumpulkan catatan berbagai jenis transaksi dalam bentuk formulir-
formulir, buku-buku, dan catatan-catatan
II-5
5. Menganaisis kegiatan internal cek (uji coba) untuk seluruh kegiatan
perusahaan
6. Menganalisis berbagai laporan akuntansi keuangan untuk pihak ektern
yang harus dipersiapkan dari catatan transaksi demikian pula laporan
akuntansi manajemen untuk pihak intern berikut laporan statistic
7. Menetapkan secara terus menerus kegiatan pengendalian intern dan secara
periodic melakukan pengawasan ekstern yang diperlukan.
II.1.6 Sistem Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi
Sistem informasi akuntansi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua, yakni
sistem secara manual dan sistem secara terkomputerisasi. Puspitawati dan Anggadini
(2010:58)[8] memberikan gambaran mengenai perbandingan sistem keduanya:
Tabel II.1 Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi.
No Sistem Akuntansi Manual Sistem Akuntansi Terkomputerisasi
1 Dimulai dari nilai sisa awal dalam
akun yang terdapat dalam buku besar.
Sama.
2 Melakukan analisa dan penjurnalan
transaksi saat terjadinya.
Melakukan analisa dan penggolongan
transaksi usaha menurut jenisnya. Pilih
menu yang sesuai untuk memasukkan
data tersebut.
3 Memindahbukukan jurnal ke dalam
akun yang ada pada buku besar.
Secara otomatis, komputer akan
memindahbukukan transaksi
perkelompok pada saat terjadinya (on-
line).
4 Pada setiap periode akuntansi
dilakukan penghitungan nilai sisa yang
Setelah pemindahbukuan dilakukan,
secara otomatis akan terdapat nilai sisa
II-6
belum disesuaikan untuk setiap akun. yang belum disesuaikan setiap akun.
5 Memasukkan neraca sisa ke dalam
neraca lajur, dan sesuaikan neraca
lajur.
Jika diperlukan, neraca sisa dapat
dicetak sebagai suatu laporan.
II.1.7 Ruang Lingkup Sistem Akuntansi
Menurut Ridwan Iskandar Sudrajat (2009)[10] ruang lingkup sistem dan
prosedur akuntansi meliputi:
1. Sistem dan prosedur akuntansi yang pokok, yaitu sistem dan prosedur
akuntansi yang bertujuan unntuk menghasilkan informasi yang bersifat umum
(neraca, laporan perhitungan rugi-laba, dan laporan posisi keuangan).
2. Sistem dan prosedur akuntansi pendukung (dari sistem dan prosedur yang
pokok), yaitu sistem dan prosedur akuntansi yang diselenggarakan dalam
rangka pengelolaan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pokok perusahaan.
Berdasarkan sifat dan jenis usahanya, dapat dibuat suatu ruang lngkup sistem
dan prosedur akuntansi pendukung yang diperlukan sesuai dengan usaha
pokok perusahaan sebagai berikut :
a. Perusahaan jasa :
- Sistem dan prosedur penjualan dan penerimaan kas.
- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja, penggajian dan
pengeluaran kas.
b. Perusahaan dagang :
- Sistem dan prosedur penjualan dan penerimaan kas.
- Sistem dan prosedur pembelian dan pengeluaran kas.
- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja dan penggajian.
c. Perusahaan manufaktur :
- Sistem dan prosedur penjualan, dan penerimaan kas.
- Sistem dan prosedur pembelian, dan pengeluaran kas.
II-7
- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja, dan penggajian.
- Sistem dan prosedur produksi dan akuntansi biaya.
II.2 Sistem Akuntansi Pokok
II.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pokok
Pengertian sistem akuntansi pokok menurut Gillepsie dalam La Midjan dan
Susanto (2001:46)[8] dalah sistem dan prosedur pembukuan yang harus ada di setiap
perusahaan dan menjadi landasan utama untuk mencatat keseluruhan transaksi utama
yang berkaitan dengan berbagai sistem dan prosedur lainnya.
Sementara Mulyadi (2016:3)[2] mengemukakan bahwa sistem akuntansi
pokok adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan
Dari pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
pokok adalah sistem yang menjadi landasan utama berbagai prosedur dan sistem
lainnya dengan mengordinasikan formulir, catatan, dan laporan untuk memudahkan
pengelolaan perusahaan.
II.2.2 Komponen Sistem Akuntansi Pokok
Seperti yang sudah dijelaskan pada pengertian sistem akuntansi pokok
sebelumnya bahwa sistem ini terdiri dari perancangan:
1. Formulir/Dokumen
Formulir adalah salah satu data yang digunakan sebagai pendukung untuk
proses pencatatan selanjutnya. Menurut Mulyadi (2016:3-4)[3], Formulir disebut
juga dengan istilah dokumen karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi
dalam organisasi direkam/didokumentasikan di atas secarik kertas. Formulir juga
II-8
sering disebut dengan media, dikarenakan formulir adalah media untuk mencatat
peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan.
Dalam sistem akuntansi manual, media yang digunakan untuk merekam
pertama kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas,
sementara dalam sistem akuntansi terkomputerisasi, digunakan berbagai macam
media untuk memasukkan data ke dalam sistem pengolahan data seperti: papan
ketik/keyboard, optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch
sensors, dan cats.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang formulir yakni:
a. Bagian atau entitas yang akan mendapat informasi dalam formulir.
b. Adanya informasi yang sama atau tidak pada formulir yang sedang
digunakan dengan yang akan dirancang.
c. Bagian-bagian yang akan dicantumkan harus disusun secara logis.
d. Bentuk penulisan formulir.
e. Metode yang digunakan dalam pengisian formulir.
f. Adanya prosedur pengarsipan atau tidak oleh perusahaan.
2. Jurnal
Menurut La Midjan dan Susanto (2001:80-81)[9] jurnal adalah buku tempat
transaksi yang kemudian dituangkan dalam satu ayat jurnal (entry), merupakan
catatan pertama dalam suatu siklus akuntansi dan merupakan pencatatan
pendahuluan sebelum transaksi dicatat lebih lanjut ke buku besar. Peranan buku
jurnal untuk menjembatani pencatatan transaksi dari bukti ke buku besar dengan
menggunakan metode akunting berpasangan berarti setiap transaksi akan
menyangkut pencatatan pada dua Akun buku besar.
Lebih lanjut bahwa buku jurnal didalam perusahaan ditemukan dalam
berbagai macam bentuk. Untuk perusahaan kecil mula-mula digunakan buku
II-9
jurnal umum yang mencatat seluruh transaksi sesuai kronologis di perusahaan
yang terdiri dari dua, atau empat kolom dan lebih dikumpulkan untuk satu
periode. Namun, semakin besar dan semakin banyak transaksi di perusahaan
membuat penggunaan jurnal umum sudah tidak memungkinkan, sehingga buku
jurnal umum dipecah menjadi buku jurnal umum dan buku jurnal khusus yang
berfungsi untuk memudahkan pengecekan atas pencatatan. Adapun beberapa
kelompok spesifikasi buku jurnal khusus sebagai berikut:
a. Buku jurnal pembelian.
b. Buku jurnal penjualan.
c. Buku jurnal kas dan bank terima/penerimaan kas.
d. Buku jurnal kas dan bank keluar/pengeluaran kas.
e. Buku jurnal umum.
f. Buku jurnal retur dan potongan penjualan.
g. Buku jurnal retur dan potongan pembelian.
Selain klasifikasi buku jurnal khusus diatas, transaksi yang sering terjadi di
perusahaan juga bisa dibuat jurnal khusus seperti buku jurnal untuk kas kecil,
biaya pabrik, dan persediaan.
3. Buku Besar
Buku besar menurut Mulyadi (2016:4)[3] adalah buku yang terdiri dari
Akun-Akun yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah
dicatat sebelumnya dalam jurnal. Sementara Akun adalah judul suatu catatan
akuntansi yang umunya berbentuk T, dibagi menjadi dua bagian, disisi
sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk
mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasarkan prinsip tata buku
berpasangan (double entry bookkeeping).
II-10
Lebih lanjut dijelaskan Mulyadi (2016:97-99)[3] Ada berbagai variasi
bentuk formulir Akun buku besar
a. Akun dengan debit lebar.
Halaman:_______
JURNAL UMUM
Tanggal Keterangan Nomor Bukti
Nomor Akun Debet Kredit
Gambar II.1 Akun dengan debit lebar.
b. Akun biasa.
Nama Akun:_________________
No Akun:__________
No Tgl Keterangan Fol v Debet Tgl Ket Fol v Kredit
Gambar II.2 Akun biasa
c. Akun berkolom saldo ditengah.
Nama Akun:_________________ No Akun:__________
Tgl Keterangan Fol. v Debet Tgl Keterangan Fol. v Kredit
Gambar II.3 Akun berkolom saldo ditengah
II-11
d. Akun berkolom saldo.
Nama Akun:_________________ No Akun:__________
Tgl Keterangan Fol. v Debit Kredit D/K Saldo
Gambar II.4 Akun berkolom saldo
e. Akun ganda berkolom saldo.
Nama Akun:_________________ No Akun:__________
Tgl Keterangan Fol. v Debit Kredit
Saldo Debet Kredit
Gambar II.5 Akun ganda berkolom saldo.
f. Akun ganda berkolom saldo debit dan kredit
Nama Akun:_________________
No Akun:__________
Tgl Ket Fol. V Debit Kredit Saldo Tgl Ket Fol. v Debit Kredit Saldo
Gambar II.6 Akun ganda berkolom saldo debit dan kredit.
II-12
g. Akun dengan saldo lama dan saldo baru.
Nama Akun:_________________ No Akun:__________
Saldo Lama Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo Baru
Gambar II.7 Akun dengan saldo lama dan saldo baru.
4. Buku Besar Pembantu
Buku Besar Pembantu menurut Mulyadi (2016:4)[3] diperlukan untuk
data keuangan dalam buku besar yang memerlukan rincian lebih lanjut. Buku
pembantu ini terdiri dari Akun-Akun pembantu yang merinci data keuangan
yang tercantum dalam Akun tertentu dalam buku besar. Umumnya perusahaan
manufaktur menyelenggarakan berbagai buku besar pembantu sebagai
berikut:
a. Buku pembantu persediaan
Buku pembantu yang terdiri dari kartu persediaan yang berisi informasi
baik mengenai kuantitas maupun harga pokok persediaan.
b. Buku pembantu piutang
Terdiri dari kartu piutang yang disusun menurut nama debitur perusahaan.
Buku pembantu ini merupakan rincian Akun piutang dalam buku besar.
c. Buku pembantu utang
Digunakan untuk mencatat saldo mutasi utang kepada tiap debitur serta
digunakan sebagai sumber informasi untuk rekonsiliasi dengan pernyataan
piutang yang diterima dari kreditur secara periodik.
d. Buku pembantu harga pokok produk
Digunakan oleh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, dan
merupakan rincian Akun.
II-13
e. Buku pembantu biaya
Buku pembantu ini terdiri dari kartu biaya yang digunakan untuk mencatat
biaya yang tidak bersangkutan dengan pesanan tertentu (biaya overhead
pabrik sesungguhya, biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran).
f. Buku pembantu aktiva tetap
Terdiri dari kartu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat semua
informasi mengenai aktiva tetap, seperti tanggal perolehan, jenis aktiva
tetap, spesifikasi, lokasi, depresiasi, dan pengeluaran modal.
5. Laporan
Hasil akhir dari laporan akuntansi ialah laporan keuangan.
Kartikahadi dkk (2016:126)[11] mengemukakan Laporan keuangan dapat
dikatakan sebagai suatu penyajian yang terstruktur tentang posisi keuangan
dan kinerja suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam
membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan wujud
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaa sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka dalam mengelola suatu entitas.
Laporan keuangan menyediakan informasi tentang suatu entitas yang
terdiri dari: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban serta kontribusi dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas.
Informasi tersebut serta informasi lain yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam prediksi arus
kas masa depan dan kinerja entitas.
Sehingga dari penjelasan diatas, laporan keuangan yang lengkap sesuai
dengan PSAK 1 terdiri dari komponen berikut:
a. Laporan posisi keuangan (Neraca) pada akhir periode.
Laporan posisi keuangan atau Neraca adalah suatu daftar yang
menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan jumlah aset,
II-14
liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada tanggal
tertentu.
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode.
Laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas
yang menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas entitas, yang
bukan berasal dari transaksi dengan atau kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, misalnya setoran modal atau
pembagian dividen yang terdiri dari:
1) Laba rugi
Laba rugi memberikan informasi mengenai pendapatan, beban,
dan laba rugi suatu entitas selama suatu periode tertentu.
2) Penghasilan Komprehensif Lain
Penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan
beban yang tidak diakui dalam laba rugi.
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.
Laporan yang berisi informasi mengenai berbagai kejadian
maupun transaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan saldo
ekuitas awal sehingga sampai pada saldo ekuitas akhir. Adapun
pada badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), laba
yang ditahan atau belum dibagikan sebagai dividen termasuk
kedalam ekuitas.
d. Laporan arus kas selama periode.
Informasi mengenai kas dan setara kas serta arus penerimaan dan
penggunaan dana kas dan setara kas adalah informasi yang sangat
penting dan berguna untuk dilaporkan kepada dan dipahami oleh
para kepentingan. Penyusunan laporan arus kas dibagi atas dua
metode menurut PSAK 2 [12] yakni:
II-15
1) Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari
penerimaan kas bruto dan pembayaran kas bruto dan
pembayaran kas bruto diungkapkan.
2) Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi
disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh transaksi yang
bersifat nonkas, penangguhan, atau operasi di masa lalu atau
masa depan, dan pos penghasilan atau beban yang
berhubungan degan arus kas investasi atau pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan informasi
komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya.
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasikan pos-pos
dalam laporan keuangannya.
II.3 Sistem Akuntansi Biaya
Berhubungan dengan perancangan pada perusahaan manufaktur, maka konsep
dasar pada sistem akuntansi biaya dibutuhkan untuk memahami perancangan yang
akan dilakukan. Konsep dasar ini meliputi pengertian sistem akuntansi biaya,
pengertian, komponen, dan manfaat informasi harga pokok produksi.
II.3.1 Pengertian Sistem Akuntansi Biaya
Menurut Murysidi (2010:5)[7] Sistem Informasi Akuntansi Biaya adalah
“Prosedur tentang pengelolaan biaya yang menggunakan beberapa formulir dan
peralatan oleh manusia secara harmonis, dalam rangka menghasilkan informasi biaya
baik untuk tujuan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Sementara Mulyadi
II-16
(2016:352)[13] mengemukakan bahwa sistem akuntansi biaya adalah jaringan
prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya.
Adapun yang dikemukakan oleh Gillepsie dalam Susanto dan La Midjan
(2001:46)[9] sistem akuntansi produksi dan biaya adalah sistem yang diperlukan
untuk menangani proses produksi, mengendalikan persediaan, dan biaya-biaya yang
terjadi selama proses tersebut.
Jogiyanto (2005:55)[4] mengemukakan bahwa sistem akuntansi biaya adalah
“Sistem yang membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan untuk membuat nilai tambah terhadap barang-barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk perusahaan manufaktur, terdapat tiga komponen biaya yang terjadi dalam membuat nilai tambah yakni biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.”
Sehingga dari pengertian para ahli tersebut didapatkan kesimpulan bahwa
Sistem Akuntansi Biaya adalah suatu prosedur yang mempunyai hasil yakni
informasi biaya yang bisa digunakan untuk keperluan internal dan eksternal. Adapun
proses yang digunakan untuk menghasilkan biaya ialah proses produksi yang terdiri
dari tiga komponen biaya.
II.3.2 Pengertian Harga Pokok Produksi
Beberapa akademisi menyebutkan pengertian Harga Pokok Produksi yang
berbeda-beda. Menurut Raiborn dan Kinney (2011:58)[14] Harga Pokok Produksi
adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer
dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode. Adapun menurut Horngren, dkk
(2006: 45)[15] “Harga Pokok Produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya
barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama
periode akuntansi berjalan”.
II-17
Selain itu, Garrison dkk (2006: 60)[16] menyebutkan “Harga Pokok Produksi
berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam
satu periode.”
Berdasarkan beberapa pendapat akademisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Harga Pokok Produksi adalah akumulasi biaya-biaya dari barang yang dibeli
kemudian diproses hingga menjadi barang siap jual yang diselesaikan atau terjadi
dalam satu periode akuntansi.
II.3.3 Komponen Harga Pokok Produksi
Seperti yang telah dibahas sebelunya bahwa harga pokok produksi adalah
harga yang dibebankan dalam proses mengolah bahan baku menjadi barang siap
dijual.
Didalam proses pengolahan tersebut, terdapat unsur-unsur didalamnya. Seperti yang dikemukakan bahwa Harga Pokok Produksi terdiri dari tiga elemen biaya produk yaitu Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik. Harga Pokok Produksi diperhitungkan dari biaya produksi yang terkait dengan produk yang telah selesai selama periode tertentu. Barang dalam proses awal harus ditambahkan dalam biaya produksi periode tersebut dan barang dalam persediaan akhir barang dalam proses harus dikurangkan untuk memperoleh Harga Pokok Produksi (Garrison dkk, 2006: 60).[16]
Sementara unsur-unsur harga pokok produksi dijelaskan oleh Raiborn dan
Kinney (2011)[14] adalah sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung adalah segala sesuatu dari sebuah produk yang
siap dan dapat diidentifikasi. Biaya baha baku langsung harus
memasukkan seluruh biaya bahan baku langsung yang digunakan untuk
memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
II-18
Biaya ini berkenaan dengan usaha setiap individu yang melakukan
produksi sebuah produk atau menggunakan sebuah jasa. Tenaga kerja
langsung juga dianggap sebagai pekerjaan yang secara langsung
menambah nilai produk akhir atau jasa.
3. Biaya overhead
Overhead merupakan berbagai factor atau biaya produksi yang tidak
langsung untuk memproduksi sebuah produk atau menyediaka sebuah
jasa. Biaya ini memasukkan tenaga kerja dan bahan baku tidak langsung,
serta semua biaya lainnya yang terjadi dalam area produksi.
II.3.4 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2016:65-67)[13], Dalam perusahaan yang berproduksi
masa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual produk, informasi biaya produksi dihitung untuk
jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per
unit. Dengan biaya produksi per unit, manajemen dapat menentukan harga
jual sesuai dengan laba yang diinginkan.
2. Memantau realisasi biaya produksi, manajemen memerlukan informasi
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana
produksi untuk memantau apakah sesuai dengan yang telah
diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi untuk mengetahui kontribusi produk dalam
menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca, di dalam neraca manajemen harus
menyajikan harga pokok produksi barang jadi dan barang dalam proses
II-19
pada tanggal neraca. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
menyelenggarakan catatan biaya produksi dalam periode.
II.4 Pengendalian Internal
Dalam perancangan sistem, rancangan akhir yang dicapai bisa mencakup
pengendalian internal didalamnya. Analis sistem harus mengerti mengenai konsep
dasar pengendalian internal sehingga dapat merancang sistem dengan baik.
II.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Pengertian pengendalian intern menurut Susanto (2013:95)[6] adalah sebagai
berikut :
“Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui : Efisiensi dan efektivitas operasi, Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, Ketaatan terhadap undang – undang dan aturan yang berlaku.”
Sedangkan pengertian pengendalian internal menurut Bodnar dan Hopwood
(2006:129)[1] Pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek
keandalan dan ketelitian data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen.
Adapun yang dikemukakan oleh Mulyadi (2016:129)[3] “pengendalian
internal adalah berbagai komponen sistem yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Sehingga kesimpulan mengenai pengertian internal ialah sebuah sistem yang
terdiri dari komponen-komponen yang disusun untuk mencapai tujuan pengendalian
internal yakni menjaga keberlansungan aktivitas perusahaan.
II-20
II.4.2 Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian intern menurut Mardi (2011:59)[17] ada empat sebagai
berikut :
“1. Menjaga keamanan harta milik perusahaan; 2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi; 3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan; dan 4. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.”
Tujuan pengendalian internal juga disampaikan oleh Romney dan Steinbart
(2016:226)[2] meliputi:
1. Mengamankan asset – mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan,
atau penempatan yang tidak sah.
2. Mengelola catatan dengan detail yang bauk untuk melaporkan asset
perusahaan yang akurat dan wajar
3. Memberikan informasi yang akurat dan reliable
4. Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan
5. Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional
6. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan
7. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
II.4.3 Komponen Pengendalian Internal
Dari penjelasan mengenai pengertian dan tujuan pengendalian internal yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengendalian internal memiliki tujuan yang
harus dicapai untuk menjaga keberlangsungan kegiatan perusahaan dan menghindari
kecurangan. Komponen pengendalian internal menurut COSO (Committee of
Sponsoring Organization) dikutip dari Krismiaji (2010:223)[5] adalah sebagai
berikut:
II-21
1. Lingkungan Pengendalian Tulang punggung sebuah perusahaan adalah adalah
karyawan – meliputi atribut indivisu seperti integritas, nilai etika, dan
kompetensi – dan lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja. Mereka
merupakan mesein penggerak organisasi dan merupakan fondasi untuk
komponen lainnya.
2. Aktivitas Pengendalian Perusahaan harus menetapkan prosedur dan kebijakan
pengendalian dan melaksanakannya, untuk membantu menjamin bahwa
manajemen dapat menetapkan tindakan-tindakan yang diperlikan untuk
menghadapi ancaman-ancaman yang muncul, sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai secara efektif.
3. Pengukuran Risiko Organisasi harus menayadari dan waspada terhadap
berbagai risiko yang dihadapinya.
4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi mengitari
kegiatan pengawasan. Sistem tersebut memungkinkan karyawan organisasi
untuk memperoleh dan menukar informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan kegiatan organisasi.
5. Pemantauan Seluruh proses bisnis harus dipantau, dan dilakukan modifikasi
seperlunya. Dengan cara ini, sistem akan bereaksi secara dinamis, yaitu
berubah jika kondisinya menghendaki perubahan.
II.5 Metodologi Pengembangan Sistem
II.5.1 Pengertian Pengembangan Sistem
Metodologi Pengembangan Sistem menurut Mulyadi (2016:31)[3] adalah
langkah-langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam mengembangkan sistem
informasi. Pengembangan sistem akuntansi dilakukan melalui tiga tahap utama yakni
analisis sistem, perancangan sistem, dan implementasi sistem.
Pengembangan sistem dapat pula didefinisikan sebagai berbagai aktivitas
yang dilaksanakan oleh pemilik sistem, analis sistem, perancang sistem, dan pemakai
II-22
sistem secara bekerja sama dan berkesinambungan untuk dapat merancang,
mengembangkan, mengimplementasikan, dan menganalisa sistem informasi dalam
suatu perusahaan/organisasi. (Puspitawati dan Anggadini, 2010)[8]
Kesimpulan dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan ialah
pengembangan sistem ialah suatu aktivitas yang dilakukan oleh analis sistem dalam
rangka pengembangan sistem informasi suatu perusahaan dengan mengganti sebagian
atau keseluruhan sistemnya.
II.5.2 Tujuan Pengembangan Sistem
Menurut Mulyadi (2016:15-16)[3] Tujuan Pengembangan sistem akuntansi
mempunyai empat tujuan :
1. “Untuk Menyediakan Informasi bagi Pengelolaan Kegiatan Usaha Baru,
kebutuhan pengembangan sistem dilakukan bagi perusahaan yang baru
didirikan atau mengembangkan usaha yang berbeda dari sebelumnya,
pengembangan ini bisa berupa pengembangan secara lengkap ataupun
sebagian.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan dari sistem yang sudah ada.
Terkadang sistem yang sudah berlaku di perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan seperti perusahaan yang sudah berkembang ataupun
perubahan internal. Untuk itu diperlukan pengembangan sistem yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Untuk memperbaiki pengendalian Akuntansi dan Pengecekan Intern.
Pengembangan sistem akuntansi bisa dilakukan untuk memperbaiki
perlindungan terhadap kekayaan organisasi juga untuk memperbaiki
pengecekan intern agar dapat memperoleh informasi yang dapat dipercaya.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan pencatatan
akuntansi. Pengembangan sistem sering kali digunakan untuk menghemat
biaya dikarenakan perusahaan menggunakan pengorbanan dari sumber
II-23
ekonomi lain yang lebih besar dari manfaatnya untuk mendapatkan
informasi.”
II.5.3 Tahap-tahap Pengembangan Sistem
Seperti yang sudah dikemukakan dalam pengertian pengembangan sistem, ada
tiga langkah utama dalam pengembangan sistem menurut Mulyadi (2016:32-42)[3]:
1. Analisis Sistem
Analisis sistem adalah langkah awal dalam pengembangan sistem yang
menentukan keberhasilan dari desain sistem. Pada tahap ini, analis sistem
membantu pemakai informasi mengidentifikasi informasi yang diperlukan.
Namun, sering kali pemakai informasi tidak mampu mengemukakan
informasi yang seharusnya dibutuhkan, sehingga analis sistem harus
mendapatkan infornasi sebenarnya dari pemakai informasi karena hal ini akan
menjadi dasar dari tahap selanjutnya.
Analisis sistem dapat dibagi menjadi empat tahap:
a. Analisis pendahuluan.
b. Penyusunan usulan pelaksanaan analisis sistem.
c. Pelaksanaan analisis sistem.
d. Penyusunan laporan hasil analisis sistem.
2. Desain sistem/perancangan sistem
Desain adalah proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam
alternative rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai
informasi untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini dibagi menjadi lima tahap:
a. Desain sistem secara garis besar
b. Penyusunan usulan desain secara garis besar
c. Evaluasi sistem
d. Penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar
e. Desain sistem secara final
II-24
f. Penyusunan laporan final desain sistem secara rinci
3. Implementasi sistem
Implementasi adalah pendidikan pelatihan pemakai informasi, pelatihan dan
koordinasi teknis yang akan menjalankan sistem, pengujian sistem yang baru,
dan pengubahan yang dilakukan untuk membuat sistem informasi yang telah
dirancang dapat dilaksanakan secara operasional. Dalam tahap ini, analis
sistem menyusun laporan final implementasi sistem yang terdiri dari dua
bagian: Rencana Implementasi dan Hasil Pelaksanaan Implementasi. Hasil
pelaksanaan sistem ini merupakan bagian dalam Laporan Final Implementasi
Sistem.
II.5.4 Alat Bantu Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem, diperlukan sebuah alat bantu yang dapat
mempermudah analis sistem untuk mengidentifikasi kelemahan sistem yang sedang
diterapkan maupun merancang sistem yang akan diusulkan.
Tabel II.2 Simbol-Simbol dalam Bagan Arus (Flowchart)
No Gambar/Simbol Keterangan
1 Dokumen Menggambarkan semua jenis dokumen yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi
2 Dokumen dan Tembusannya Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas.
3 Berbagai dokumen. Menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan di dalam satu paket nama dan nomor lembar dicantumkan di sudut kanan atas.
1 2
Faktur
2 Surat Muat 2 SOP
2 Faktur Penjualan
II-25
4 Catatan Menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen.
5 Penghubung pada halaman yang sama (On-page connector) Dalam menggambarkan bagan alir, arus dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Karena keterbatasan ruang halaman kertas untuk menggambar, maka diperlukan symbol penghubung unruk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi tertentu dan kembali berjalan di lokasi lain pada halaman yang sama.
6 Akhir arus dokumen dan mengarahkan pembaca ke simbol penghubung halaman yang sama yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.
7 Awal arus dokumen berasal dari simbol penghubung halaman yang sama, yang bernomor seperti yang tercantum didalam simbol tersebut.
8 Penghubung pada halaman yang berbeda (Off-
page connector) Digunakan untuk menunjukkan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan yang lainnya. Nomor yang tercantum di dalam simbol penghubung akan menunjukkan bagan alir yang tercantum pada halaman lain.
II-26
9 Kegiatan Manual Menggambarkan kegiatan manual seperti kegiatan menerima order dari pembeli, mengisi formulir, dan mengisi formulir
10 Keterangan, Komentar Menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir.
11 Arsip Sementara Tempat penyimpanan dokumen yang dokumennya akan diambil kembali untuk keperluan lebih lanjut.
12 Arsip Permanen Menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi.
13 Online process
Pengolahan data dengan komputer secara online.
Nama program ditulis di dalam simbol.
14 Keying, typing
Pemasukkan data ke dalam komputer melalui on-
line terminal.
15 Pita Magnetik Menggambarkan Arsip komputer yang berbentuk pita magnetik.
16 On-line storage
Arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memory komputer).
17 Keputusan Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengelolaan data.
II-27
18 Garis Alir Menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah mengarah ke bawah dan ke kanan.
19 Mulai/Berakhir (terminal) Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi