bab ii tinjauan pustaka dan landasan teori

27
II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI II.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi II.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (Bodnar dan Hopwood, 2006:3)[1]. Dan definisi sistem menurut Romney dan Steinbart (2016: 2)[2], sistem adalah “rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Pengertian menurut Mulyadi (2016:2)[3], “sistem pada dasarnya merupakan sekelompok unsur yang erat dan berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Jogyanto (2005:3)[4], “sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”. Dari pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem adalah sekelompok unsur atau sumber daya atau prosedur yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam pengertian sistem pula terdapat kata “prosedur” yang merupakan bagian dari sistem. Prosedur sendiri menurut Mulyadi (2016:2)[3] ialah suatu kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa entitas baik orang maupun departemen secara seragam berfungsi untuk menangani transaksi yang berulang-ulang. Sementara Susanto (2013:264)[5] mendeskripsikan prosedur sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat dilakukan secara seragam, dan digunakan

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Akuntansi

II.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur

Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan sumber daya yang

berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (Bodnar dan Hopwood, 2006:3)[1]. Dan

definisi sistem menurut Romney dan Steinbart (2016: 2)[2], sistem adalah “rangkaian

dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai

suatu tujuan tertentu”.

Pengertian menurut Mulyadi (2016:2)[3], “sistem pada dasarnya merupakan

sekelompok unsur yang erat dan berhubungan satu dengan yang lainnya, yang

berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut

Jogyanto (2005:3)[4], “sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.

Dari pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan

bahwa pengertian sistem adalah sekelompok unsur atau sumber daya atau prosedur

yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.

Didalam pengertian sistem pula terdapat kata “prosedur” yang merupakan

bagian dari sistem. Prosedur sendiri menurut Mulyadi (2016:2)[3] ialah suatu

kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa entitas baik orang maupun departemen

secara seragam berfungsi untuk menangani transaksi yang berulang-ulang. Sementara

Susanto (2013:264)[5] mendeskripsikan prosedur sebagai rangkaian aktivitas yang

dilakukan secara berulang-ulang, dapat dilakukan secara seragam, dan digunakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-2

sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas yang dimana apabila tidak dilakukan

akan menjadi pelanggaran.

Berdasarkan pengertian dari dua ahli tersebut, ditemukan persamaan

pengertian yaitu kegiatan dari rangkaian yang dilakukan secara berulang-ulang yang

dimaksudkan untuk penanganan secara seragam.

II.1.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi menurut Krismiaji (2010 : 4)[5] adalah sebuah

sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang

bermanfaat untuk mendukung kelancaran aktivitas bisnis. Sedangkan Romney dan

Steinbart (2016:11)[2] menyatakan bahwa “Sistem informasi akuntansi adalah sistem

yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan memproses data lain untuk

menghasilkan informasi untuk pengambilan keputusan”.

Sementara Susanto (2004:13)[6] mendeskripsikan Sistem Informasi

Akuntansi sebagai berikut:

“Sistem Informasi Akuntansi merupakan sekumpulan (integrasi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”.

Kemudian menurut Mursyidi (2010:5)[7] “Sistem informasi akuntansi

memiliki pengertian sebagai sistem yang mencakup prosedur, formulir, peralatan, dan

manusia yang saling berkaitan satu sama lain dan bekerja secara harmonis untuk

menghasilkan informasi akuntansi”.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi

adalah kumpulan komponen akuntansi yang bergabung membentuk suatu sistem yang

dapat menyediakan informasi akuntansi yang bermanfaat untuk kegiatan bisnis dan

penunjang lainnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-3

II.1.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Krismiaji (2010:23)[5], tujuan pokok sistem informasi adalah

sebagai berikut :

“Mengumpulkan dan memproses data tentang kegiatan organisasi bisnis secara efektif dan efisien, menghasilkan informasi yang berguna untuk pembuatan keputusan, melakukan pengawasan yang memadai untuk menjamin bahwa data transaksi telah dicatat dan diproses secara akurat, serta untuk melindungi data tersebut dan aktiva lain yang dimiliki perusahaan.”

Romney dan steinbart (2016:3)[2] menyebutkan bahwa sistem informasi

akuntansi memiliki tiga fungsi penting, yaitu :

1. “Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang terjadi.

2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, trmasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat, dan andal.”

II.1.4 Komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2016:11)[2] Sistem Informasi terdiri dari enam

komponen :

1. Orang-orang yang menggunakan sistem. 2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,

dan menyimpan data. 3. Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya. 4. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data 5. Infrastruktur teknologi informasi, perangkat peripheral, dan perangkat

jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-4

6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data SIA.

Sementara Puspitawati dan Anggadini (2010:59)[8] mengemukakan bahwa sistem

informasi akuntansi terdiri dari tiga komponen:

1. Input, merupakan segala sesuatu yang masuk kedalam suatu sistem, input bervariasi bisa berupa manusia, energi, data, modal, dll. Input merupakan pemicu bagi sistem untuk melakukan proses.

2. Proses merupakan perubahan input menjadi output. Proses mungkin berupa perakitan yang menghasilkan satu macam output dan berbagai macam input yang berdasarkan aturan tertentu.

3. Output, adalah hasil dari suatu proses yang merupakan tujuan dari keberadaan sistem. Output dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam berikut: a. Output langsung diberikan kepada konsumen untuk dikonsumsi. b. Output dikonsumsi oleh subsistem yang lain dalam sistem yang sama. c. Output dapat dikonsumsi oleh sistem lain atau oleh sistem yang

bersangkutan tetapi tidak menjadi berguna ketika dibuang.

II.1.5 Prinsip-Prinsip Penyusunan Sistem Informasi Akuntansi

Pada dasarnya dalam menyusun suatu sistem akuntansi untuk suatu

perusahaan, selai sangat bergsntung pada jenis perusahaan, juga sangat bergantung

kepada organisasi berikut aktivitas perusahaan. La Midjan dan Susanto (2006:40)[9]

mengemukakan prinsip-prinsip umum dalam penyusunan sistem akuntansi sebagai

berikut:

1. Menganalisis struktur organisasi dan uraian tugas yang ada

2. Menganalisis semua transaksi yang ada pada perusahaan baik secara

harian maupun bulanan

3. Menganalisis sistem pengendalian internal berdasarkan struktur

organisasi, uraian tugas, sistem dan prosedur organisasi

4. Kumpulkan catatan berbagai jenis transaksi dalam bentuk formulir-

formulir, buku-buku, dan catatan-catatan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-5

5. Menganaisis kegiatan internal cek (uji coba) untuk seluruh kegiatan

perusahaan

6. Menganalisis berbagai laporan akuntansi keuangan untuk pihak ektern

yang harus dipersiapkan dari catatan transaksi demikian pula laporan

akuntansi manajemen untuk pihak intern berikut laporan statistic

7. Menetapkan secara terus menerus kegiatan pengendalian intern dan secara

periodic melakukan pengawasan ekstern yang diperlukan.

II.1.6 Sistem Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi

Sistem informasi akuntansi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua, yakni

sistem secara manual dan sistem secara terkomputerisasi. Puspitawati dan Anggadini

(2010:58)[8] memberikan gambaran mengenai perbandingan sistem keduanya:

Tabel II.1 Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi Manual dan Terkomputerisasi.

No Sistem Akuntansi Manual Sistem Akuntansi Terkomputerisasi

1 Dimulai dari nilai sisa awal dalam

akun yang terdapat dalam buku besar.

Sama.

2 Melakukan analisa dan penjurnalan

transaksi saat terjadinya.

Melakukan analisa dan penggolongan

transaksi usaha menurut jenisnya. Pilih

menu yang sesuai untuk memasukkan

data tersebut.

3 Memindahbukukan jurnal ke dalam

akun yang ada pada buku besar.

Secara otomatis, komputer akan

memindahbukukan transaksi

perkelompok pada saat terjadinya (on-

line).

4 Pada setiap periode akuntansi

dilakukan penghitungan nilai sisa yang

Setelah pemindahbukuan dilakukan,

secara otomatis akan terdapat nilai sisa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-6

belum disesuaikan untuk setiap akun. yang belum disesuaikan setiap akun.

5 Memasukkan neraca sisa ke dalam

neraca lajur, dan sesuaikan neraca

lajur.

Jika diperlukan, neraca sisa dapat

dicetak sebagai suatu laporan.

II.1.7 Ruang Lingkup Sistem Akuntansi

Menurut Ridwan Iskandar Sudrajat (2009)[10] ruang lingkup sistem dan

prosedur akuntansi meliputi:

1. Sistem dan prosedur akuntansi yang pokok, yaitu sistem dan prosedur

akuntansi yang bertujuan unntuk menghasilkan informasi yang bersifat umum

(neraca, laporan perhitungan rugi-laba, dan laporan posisi keuangan).

2. Sistem dan prosedur akuntansi pendukung (dari sistem dan prosedur yang

pokok), yaitu sistem dan prosedur akuntansi yang diselenggarakan dalam

rangka pengelolaan dan pelaksanaan fungsi-fungsi pokok perusahaan.

Berdasarkan sifat dan jenis usahanya, dapat dibuat suatu ruang lngkup sistem

dan prosedur akuntansi pendukung yang diperlukan sesuai dengan usaha

pokok perusahaan sebagai berikut :

a. Perusahaan jasa :

- Sistem dan prosedur penjualan dan penerimaan kas.

- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja, penggajian dan

pengeluaran kas.

b. Perusahaan dagang :

- Sistem dan prosedur penjualan dan penerimaan kas.

- Sistem dan prosedur pembelian dan pengeluaran kas.

- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja dan penggajian.

c. Perusahaan manufaktur :

- Sistem dan prosedur penjualan, dan penerimaan kas.

- Sistem dan prosedur pembelian, dan pengeluaran kas.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-7

- Sistem dan prosedur pencatatan waktu kerja, dan penggajian.

- Sistem dan prosedur produksi dan akuntansi biaya.

II.2 Sistem Akuntansi Pokok

II.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pokok

Pengertian sistem akuntansi pokok menurut Gillepsie dalam La Midjan dan

Susanto (2001:46)[8] dalah sistem dan prosedur pembukuan yang harus ada di setiap

perusahaan dan menjadi landasan utama untuk mencatat keseluruhan transaksi utama

yang berkaitan dengan berbagai sistem dan prosedur lainnya.

Sementara Mulyadi (2016:3)[2] mengemukakan bahwa sistem akuntansi

pokok adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan

sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan

manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan

Dari pendapat dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi

pokok adalah sistem yang menjadi landasan utama berbagai prosedur dan sistem

lainnya dengan mengordinasikan formulir, catatan, dan laporan untuk memudahkan

pengelolaan perusahaan.

II.2.2 Komponen Sistem Akuntansi Pokok

Seperti yang sudah dijelaskan pada pengertian sistem akuntansi pokok

sebelumnya bahwa sistem ini terdiri dari perancangan:

1. Formulir/Dokumen

Formulir adalah salah satu data yang digunakan sebagai pendukung untuk

proses pencatatan selanjutnya. Menurut Mulyadi (2016:3-4)[3], Formulir disebut

juga dengan istilah dokumen karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi

dalam organisasi direkam/didokumentasikan di atas secarik kertas. Formulir juga

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-8

sering disebut dengan media, dikarenakan formulir adalah media untuk mencatat

peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan.

Dalam sistem akuntansi manual, media yang digunakan untuk merekam

pertama kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas,

sementara dalam sistem akuntansi terkomputerisasi, digunakan berbagai macam

media untuk memasukkan data ke dalam sistem pengolahan data seperti: papan

ketik/keyboard, optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch

sensors, dan cats.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang formulir yakni:

a. Bagian atau entitas yang akan mendapat informasi dalam formulir.

b. Adanya informasi yang sama atau tidak pada formulir yang sedang

digunakan dengan yang akan dirancang.

c. Bagian-bagian yang akan dicantumkan harus disusun secara logis.

d. Bentuk penulisan formulir.

e. Metode yang digunakan dalam pengisian formulir.

f. Adanya prosedur pengarsipan atau tidak oleh perusahaan.

2. Jurnal

Menurut La Midjan dan Susanto (2001:80-81)[9] jurnal adalah buku tempat

transaksi yang kemudian dituangkan dalam satu ayat jurnal (entry), merupakan

catatan pertama dalam suatu siklus akuntansi dan merupakan pencatatan

pendahuluan sebelum transaksi dicatat lebih lanjut ke buku besar. Peranan buku

jurnal untuk menjembatani pencatatan transaksi dari bukti ke buku besar dengan

menggunakan metode akunting berpasangan berarti setiap transaksi akan

menyangkut pencatatan pada dua Akun buku besar.

Lebih lanjut bahwa buku jurnal didalam perusahaan ditemukan dalam

berbagai macam bentuk. Untuk perusahaan kecil mula-mula digunakan buku

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-9

jurnal umum yang mencatat seluruh transaksi sesuai kronologis di perusahaan

yang terdiri dari dua, atau empat kolom dan lebih dikumpulkan untuk satu

periode. Namun, semakin besar dan semakin banyak transaksi di perusahaan

membuat penggunaan jurnal umum sudah tidak memungkinkan, sehingga buku

jurnal umum dipecah menjadi buku jurnal umum dan buku jurnal khusus yang

berfungsi untuk memudahkan pengecekan atas pencatatan. Adapun beberapa

kelompok spesifikasi buku jurnal khusus sebagai berikut:

a. Buku jurnal pembelian.

b. Buku jurnal penjualan.

c. Buku jurnal kas dan bank terima/penerimaan kas.

d. Buku jurnal kas dan bank keluar/pengeluaran kas.

e. Buku jurnal umum.

f. Buku jurnal retur dan potongan penjualan.

g. Buku jurnal retur dan potongan pembelian.

Selain klasifikasi buku jurnal khusus diatas, transaksi yang sering terjadi di

perusahaan juga bisa dibuat jurnal khusus seperti buku jurnal untuk kas kecil,

biaya pabrik, dan persediaan.

3. Buku Besar

Buku besar menurut Mulyadi (2016:4)[3] adalah buku yang terdiri dari

Akun-Akun yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah

dicatat sebelumnya dalam jurnal. Sementara Akun adalah judul suatu catatan

akuntansi yang umunya berbentuk T, dibagi menjadi dua bagian, disisi

sebelah kiri disebut debit dan sebelah kanan disebut kredit, sebagai alat untuk

mengklasifikasikan dan mencatat transaksi berdasarkan prinsip tata buku

berpasangan (double entry bookkeeping).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-10

Lebih lanjut dijelaskan Mulyadi (2016:97-99)[3] Ada berbagai variasi

bentuk formulir Akun buku besar

a. Akun dengan debit lebar.

Halaman:_______

JURNAL UMUM

Tanggal Keterangan Nomor Bukti

Nomor Akun Debet Kredit

Gambar II.1 Akun dengan debit lebar.

b. Akun biasa.

Nama Akun:_________________

No Akun:__________

No Tgl Keterangan Fol v Debet Tgl Ket Fol v Kredit

Gambar II.2 Akun biasa

c. Akun berkolom saldo ditengah.

Nama Akun:_________________ No Akun:__________

Tgl Keterangan Fol. v Debet Tgl Keterangan Fol. v Kredit

Gambar II.3 Akun berkolom saldo ditengah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-11

d. Akun berkolom saldo.

Nama Akun:_________________ No Akun:__________

Tgl Keterangan Fol. v Debit Kredit D/K Saldo

Gambar II.4 Akun berkolom saldo

e. Akun ganda berkolom saldo.

Nama Akun:_________________ No Akun:__________

Tgl Keterangan Fol. v Debit Kredit

Saldo Debet Kredit

Gambar II.5 Akun ganda berkolom saldo.

f. Akun ganda berkolom saldo debit dan kredit

Nama Akun:_________________

No Akun:__________

Tgl Ket Fol. V Debit Kredit Saldo Tgl Ket Fol. v Debit Kredit Saldo

Gambar II.6 Akun ganda berkolom saldo debit dan kredit.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-12

g. Akun dengan saldo lama dan saldo baru.

Nama Akun:_________________ No Akun:__________

Saldo Lama Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo Baru

Gambar II.7 Akun dengan saldo lama dan saldo baru.

4. Buku Besar Pembantu

Buku Besar Pembantu menurut Mulyadi (2016:4)[3] diperlukan untuk

data keuangan dalam buku besar yang memerlukan rincian lebih lanjut. Buku

pembantu ini terdiri dari Akun-Akun pembantu yang merinci data keuangan

yang tercantum dalam Akun tertentu dalam buku besar. Umumnya perusahaan

manufaktur menyelenggarakan berbagai buku besar pembantu sebagai

berikut:

a. Buku pembantu persediaan

Buku pembantu yang terdiri dari kartu persediaan yang berisi informasi

baik mengenai kuantitas maupun harga pokok persediaan.

b. Buku pembantu piutang

Terdiri dari kartu piutang yang disusun menurut nama debitur perusahaan.

Buku pembantu ini merupakan rincian Akun piutang dalam buku besar.

c. Buku pembantu utang

Digunakan untuk mencatat saldo mutasi utang kepada tiap debitur serta

digunakan sebagai sumber informasi untuk rekonsiliasi dengan pernyataan

piutang yang diterima dari kreditur secara periodik.

d. Buku pembantu harga pokok produk

Digunakan oleh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, dan

merupakan rincian Akun.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-13

e. Buku pembantu biaya

Buku pembantu ini terdiri dari kartu biaya yang digunakan untuk mencatat

biaya yang tidak bersangkutan dengan pesanan tertentu (biaya overhead

pabrik sesungguhya, biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran).

f. Buku pembantu aktiva tetap

Terdiri dari kartu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat semua

informasi mengenai aktiva tetap, seperti tanggal perolehan, jenis aktiva

tetap, spesifikasi, lokasi, depresiasi, dan pengeluaran modal.

5. Laporan

Hasil akhir dari laporan akuntansi ialah laporan keuangan.

Kartikahadi dkk (2016:126)[11] mengemukakan Laporan keuangan dapat

dikatakan sebagai suatu penyajian yang terstruktur tentang posisi keuangan

dan kinerja suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas

yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam

membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan wujud

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaa sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka dalam mengelola suatu entitas.

Laporan keuangan menyediakan informasi tentang suatu entitas yang

terdiri dari: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban serta kontribusi dan

distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas.

Informasi tersebut serta informasi lain yang terdapat dalam catatan atas

laporan keuangan membantu pengguna laporan keuangan dalam prediksi arus

kas masa depan dan kinerja entitas.

Sehingga dari penjelasan diatas, laporan keuangan yang lengkap sesuai

dengan PSAK 1 terdiri dari komponen berikut:

a. Laporan posisi keuangan (Neraca) pada akhir periode.

Laporan posisi keuangan atau Neraca adalah suatu daftar yang

menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan jumlah aset,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-14

liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada tanggal

tertentu.

b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode.

Laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

yang menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas entitas, yang

bukan berasal dari transaksi dengan atau kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik, misalnya setoran modal atau

pembagian dividen yang terdiri dari:

1) Laba rugi

Laba rugi memberikan informasi mengenai pendapatan, beban,

dan laba rugi suatu entitas selama suatu periode tertentu.

2) Penghasilan Komprehensif Lain

Penghasilan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan

beban yang tidak diakui dalam laba rugi.

c. Laporan perubahan ekuitas selama periode.

Laporan yang berisi informasi mengenai berbagai kejadian

maupun transaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan saldo

ekuitas awal sehingga sampai pada saldo ekuitas akhir. Adapun

pada badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), laba

yang ditahan atau belum dibagikan sebagai dividen termasuk

kedalam ekuitas.

d. Laporan arus kas selama periode.

Informasi mengenai kas dan setara kas serta arus penerimaan dan

penggunaan dana kas dan setara kas adalah informasi yang sangat

penting dan berguna untuk dilaporkan kepada dan dipahami oleh

para kepentingan. Penyusunan laporan arus kas dibagi atas dua

metode menurut PSAK 2 [12] yakni:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-15

1) Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari

penerimaan kas bruto dan pembayaran kas bruto dan

pembayaran kas bruto diungkapkan.

2) Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi

disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh transaksi yang

bersifat nonkas, penangguhan, atau operasi di masa lalu atau

masa depan, dan pos penghasilan atau beban yang

berhubungan degan arus kas investasi atau pendanaan.

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan

akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan informasi

komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya.

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, yang

disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi

secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos

laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasikan pos-pos

dalam laporan keuangannya.

II.3 Sistem Akuntansi Biaya

Berhubungan dengan perancangan pada perusahaan manufaktur, maka konsep

dasar pada sistem akuntansi biaya dibutuhkan untuk memahami perancangan yang

akan dilakukan. Konsep dasar ini meliputi pengertian sistem akuntansi biaya,

pengertian, komponen, dan manfaat informasi harga pokok produksi.

II.3.1 Pengertian Sistem Akuntansi Biaya

Menurut Murysidi (2010:5)[7] Sistem Informasi Akuntansi Biaya adalah

“Prosedur tentang pengelolaan biaya yang menggunakan beberapa formulir dan

peralatan oleh manusia secara harmonis, dalam rangka menghasilkan informasi biaya

baik untuk tujuan pihak internal maupun eksternal perusahaan. Sementara Mulyadi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-16

(2016:352)[13] mengemukakan bahwa sistem akuntansi biaya adalah jaringan

prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya.

Adapun yang dikemukakan oleh Gillepsie dalam Susanto dan La Midjan

(2001:46)[9] sistem akuntansi produksi dan biaya adalah sistem yang diperlukan

untuk menangani proses produksi, mengendalikan persediaan, dan biaya-biaya yang

terjadi selama proses tersebut.

Jogiyanto (2005:55)[4] mengemukakan bahwa sistem akuntansi biaya adalah

“Sistem yang membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan untuk membuat nilai tambah terhadap barang-barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk perusahaan manufaktur, terdapat tiga komponen biaya yang terjadi dalam membuat nilai tambah yakni biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.”

Sehingga dari pengertian para ahli tersebut didapatkan kesimpulan bahwa

Sistem Akuntansi Biaya adalah suatu prosedur yang mempunyai hasil yakni

informasi biaya yang bisa digunakan untuk keperluan internal dan eksternal. Adapun

proses yang digunakan untuk menghasilkan biaya ialah proses produksi yang terdiri

dari tiga komponen biaya.

II.3.2 Pengertian Harga Pokok Produksi

Beberapa akademisi menyebutkan pengertian Harga Pokok Produksi yang

berbeda-beda. Menurut Raiborn dan Kinney (2011:58)[14] Harga Pokok Produksi

adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer

dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode. Adapun menurut Horngren, dkk

(2006: 45)[15] “Harga Pokok Produksi (cost of goods manufactured) adalah biaya

barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama

periode akuntansi berjalan”.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-17

Selain itu, Garrison dkk (2006: 60)[16] menyebutkan “Harga Pokok Produksi

berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam

satu periode.”

Berdasarkan beberapa pendapat akademisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

Harga Pokok Produksi adalah akumulasi biaya-biaya dari barang yang dibeli

kemudian diproses hingga menjadi barang siap jual yang diselesaikan atau terjadi

dalam satu periode akuntansi.

II.3.3 Komponen Harga Pokok Produksi

Seperti yang telah dibahas sebelunya bahwa harga pokok produksi adalah

harga yang dibebankan dalam proses mengolah bahan baku menjadi barang siap

dijual.

Didalam proses pengolahan tersebut, terdapat unsur-unsur didalamnya. Seperti yang dikemukakan bahwa Harga Pokok Produksi terdiri dari tiga elemen biaya produk yaitu Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik. Harga Pokok Produksi diperhitungkan dari biaya produksi yang terkait dengan produk yang telah selesai selama periode tertentu. Barang dalam proses awal harus ditambahkan dalam biaya produksi periode tersebut dan barang dalam persediaan akhir barang dalam proses harus dikurangkan untuk memperoleh Harga Pokok Produksi (Garrison dkk, 2006: 60).[16]

Sementara unsur-unsur harga pokok produksi dijelaskan oleh Raiborn dan

Kinney (2011)[14] adalah sebagai berikut:

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku langsung adalah segala sesuatu dari sebuah produk yang

siap dan dapat diidentifikasi. Biaya baha baku langsung harus

memasukkan seluruh biaya bahan baku langsung yang digunakan untuk

memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-18

Biaya ini berkenaan dengan usaha setiap individu yang melakukan

produksi sebuah produk atau menggunakan sebuah jasa. Tenaga kerja

langsung juga dianggap sebagai pekerjaan yang secara langsung

menambah nilai produk akhir atau jasa.

3. Biaya overhead

Overhead merupakan berbagai factor atau biaya produksi yang tidak

langsung untuk memproduksi sebuah produk atau menyediaka sebuah

jasa. Biaya ini memasukkan tenaga kerja dan bahan baku tidak langsung,

serta semua biaya lainnya yang terjadi dalam area produksi.

II.3.4 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2016:65-67)[13], Dalam perusahaan yang berproduksi

masa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu

bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual produk, informasi biaya produksi dihitung untuk

jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per

unit. Dengan biaya produksi per unit, manajemen dapat menentukan harga

jual sesuai dengan laba yang diinginkan.

2. Memantau realisasi biaya produksi, manajemen memerlukan informasi

biaya yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana

produksi untuk memantau apakah sesuai dengan yang telah

diperhitungkan sebelumnya.

3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu, manajemen memerlukan

informasi biaya produksi untuk mengetahui kontribusi produk dalam

menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca, di dalam neraca manajemen harus

menyajikan harga pokok produksi barang jadi dan barang dalam proses

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-19

pada tanggal neraca. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu

menyelenggarakan catatan biaya produksi dalam periode.

II.4 Pengendalian Internal

Dalam perancangan sistem, rancangan akhir yang dicapai bisa mencakup

pengendalian internal didalamnya. Analis sistem harus mengerti mengenai konsep

dasar pengendalian internal sehingga dapat merancang sistem dengan baik.

II.4.1 Pengertian Pengendalian Internal

Pengertian pengendalian intern menurut Susanto (2013:95)[6] adalah sebagai

berikut :

“Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan dapat dicapai melalui : Efisiensi dan efektivitas operasi, Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya, Ketaatan terhadap undang – undang dan aturan yang berlaku.”

Sedangkan pengertian pengendalian internal menurut Bodnar dan Hopwood

(2006:129)[1] Pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek

keandalan dan ketelitian data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen.

Adapun yang dikemukakan oleh Mulyadi (2016:129)[3] “pengendalian

internal adalah berbagai komponen sistem yang dikoordinasikan untuk menjaga

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong

efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

Sehingga kesimpulan mengenai pengertian internal ialah sebuah sistem yang

terdiri dari komponen-komponen yang disusun untuk mencapai tujuan pengendalian

internal yakni menjaga keberlansungan aktivitas perusahaan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-20

II.4.2 Tujuan Pengendalian Internal

Tujuan pengendalian intern menurut Mardi (2011:59)[17] ada empat sebagai

berikut :

“1. Menjaga keamanan harta milik perusahaan; 2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi; 3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan; dan 4. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.”

Tujuan pengendalian internal juga disampaikan oleh Romney dan Steinbart

(2016:226)[2] meliputi:

1. Mengamankan asset – mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan,

atau penempatan yang tidak sah.

2. Mengelola catatan dengan detail yang bauk untuk melaporkan asset

perusahaan yang akurat dan wajar

3. Memberikan informasi yang akurat dan reliable

4. Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan

5. Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional

6. Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan

7. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku

II.4.3 Komponen Pengendalian Internal

Dari penjelasan mengenai pengertian dan tujuan pengendalian internal yang

telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengendalian internal memiliki tujuan yang

harus dicapai untuk menjaga keberlangsungan kegiatan perusahaan dan menghindari

kecurangan. Komponen pengendalian internal menurut COSO (Committee of

Sponsoring Organization) dikutip dari Krismiaji (2010:223)[5] adalah sebagai

berikut:

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-21

1. Lingkungan Pengendalian Tulang punggung sebuah perusahaan adalah adalah

karyawan – meliputi atribut indivisu seperti integritas, nilai etika, dan

kompetensi – dan lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja. Mereka

merupakan mesein penggerak organisasi dan merupakan fondasi untuk

komponen lainnya.

2. Aktivitas Pengendalian Perusahaan harus menetapkan prosedur dan kebijakan

pengendalian dan melaksanakannya, untuk membantu menjamin bahwa

manajemen dapat menetapkan tindakan-tindakan yang diperlikan untuk

menghadapi ancaman-ancaman yang muncul, sehingga tujuan organisasi

dapat dicapai secara efektif.

3. Pengukuran Risiko Organisasi harus menayadari dan waspada terhadap

berbagai risiko yang dihadapinya.

4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi dan komunikasi mengitari

kegiatan pengawasan. Sistem tersebut memungkinkan karyawan organisasi

untuk memperoleh dan menukar informasi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan kegiatan organisasi.

5. Pemantauan Seluruh proses bisnis harus dipantau, dan dilakukan modifikasi

seperlunya. Dengan cara ini, sistem akan bereaksi secara dinamis, yaitu

berubah jika kondisinya menghendaki perubahan.

II.5 Metodologi Pengembangan Sistem

II.5.1 Pengertian Pengembangan Sistem

Metodologi Pengembangan Sistem menurut Mulyadi (2016:31)[3] adalah

langkah-langkah yang dilalui oleh analis sistem dalam mengembangkan sistem

informasi. Pengembangan sistem akuntansi dilakukan melalui tiga tahap utama yakni

analisis sistem, perancangan sistem, dan implementasi sistem.

Pengembangan sistem dapat pula didefinisikan sebagai berbagai aktivitas

yang dilaksanakan oleh pemilik sistem, analis sistem, perancang sistem, dan pemakai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-22

sistem secara bekerja sama dan berkesinambungan untuk dapat merancang,

mengembangkan, mengimplementasikan, dan menganalisa sistem informasi dalam

suatu perusahaan/organisasi. (Puspitawati dan Anggadini, 2010)[8]

Kesimpulan dari pendapat para ahli yang telah dikemukakan ialah

pengembangan sistem ialah suatu aktivitas yang dilakukan oleh analis sistem dalam

rangka pengembangan sistem informasi suatu perusahaan dengan mengganti sebagian

atau keseluruhan sistemnya.

II.5.2 Tujuan Pengembangan Sistem

Menurut Mulyadi (2016:15-16)[3] Tujuan Pengembangan sistem akuntansi

mempunyai empat tujuan :

1. “Untuk Menyediakan Informasi bagi Pengelolaan Kegiatan Usaha Baru,

kebutuhan pengembangan sistem dilakukan bagi perusahaan yang baru

didirikan atau mengembangkan usaha yang berbeda dari sebelumnya,

pengembangan ini bisa berupa pengembangan secara lengkap ataupun

sebagian.

2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan dari sistem yang sudah ada.

Terkadang sistem yang sudah berlaku di perusahaan tidak dapat memenuhi

kebutuhan perusahaan seperti perusahaan yang sudah berkembang ataupun

perubahan internal. Untuk itu diperlukan pengembangan sistem yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Untuk memperbaiki pengendalian Akuntansi dan Pengecekan Intern.

Pengembangan sistem akuntansi bisa dilakukan untuk memperbaiki

perlindungan terhadap kekayaan organisasi juga untuk memperbaiki

pengecekan intern agar dapat memperoleh informasi yang dapat dipercaya.

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan pencatatan

akuntansi. Pengembangan sistem sering kali digunakan untuk menghemat

biaya dikarenakan perusahaan menggunakan pengorbanan dari sumber

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-23

ekonomi lain yang lebih besar dari manfaatnya untuk mendapatkan

informasi.”

II.5.3 Tahap-tahap Pengembangan Sistem

Seperti yang sudah dikemukakan dalam pengertian pengembangan sistem, ada

tiga langkah utama dalam pengembangan sistem menurut Mulyadi (2016:32-42)[3]:

1. Analisis Sistem

Analisis sistem adalah langkah awal dalam pengembangan sistem yang

menentukan keberhasilan dari desain sistem. Pada tahap ini, analis sistem

membantu pemakai informasi mengidentifikasi informasi yang diperlukan.

Namun, sering kali pemakai informasi tidak mampu mengemukakan

informasi yang seharusnya dibutuhkan, sehingga analis sistem harus

mendapatkan infornasi sebenarnya dari pemakai informasi karena hal ini akan

menjadi dasar dari tahap selanjutnya.

Analisis sistem dapat dibagi menjadi empat tahap:

a. Analisis pendahuluan.

b. Penyusunan usulan pelaksanaan analisis sistem.

c. Pelaksanaan analisis sistem.

d. Penyusunan laporan hasil analisis sistem.

2. Desain sistem/perancangan sistem

Desain adalah proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam

alternative rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai

informasi untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini dibagi menjadi lima tahap:

a. Desain sistem secara garis besar

b. Penyusunan usulan desain secara garis besar

c. Evaluasi sistem

d. Penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar

e. Desain sistem secara final

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-24

f. Penyusunan laporan final desain sistem secara rinci

3. Implementasi sistem

Implementasi adalah pendidikan pelatihan pemakai informasi, pelatihan dan

koordinasi teknis yang akan menjalankan sistem, pengujian sistem yang baru,

dan pengubahan yang dilakukan untuk membuat sistem informasi yang telah

dirancang dapat dilaksanakan secara operasional. Dalam tahap ini, analis

sistem menyusun laporan final implementasi sistem yang terdiri dari dua

bagian: Rencana Implementasi dan Hasil Pelaksanaan Implementasi. Hasil

pelaksanaan sistem ini merupakan bagian dalam Laporan Final Implementasi

Sistem.

II.5.4 Alat Bantu Pengembangan Sistem

Dalam pengembangan sistem, diperlukan sebuah alat bantu yang dapat

mempermudah analis sistem untuk mengidentifikasi kelemahan sistem yang sedang

diterapkan maupun merancang sistem yang akan diusulkan.

Tabel II.2 Simbol-Simbol dalam Bagan Arus (Flowchart)

No Gambar/Simbol Keterangan

1 Dokumen Menggambarkan semua jenis dokumen yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi

2 Dokumen dan Tembusannya Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas.

3 Berbagai dokumen. Menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan di dalam satu paket nama dan nomor lembar dicantumkan di sudut kanan atas.

1 2

Faktur

2 Surat Muat 2 SOP

2 Faktur Penjualan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-25

4 Catatan Menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen.

5 Penghubung pada halaman yang sama (On-page connector) Dalam menggambarkan bagan alir, arus dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Karena keterbatasan ruang halaman kertas untuk menggambar, maka diperlukan symbol penghubung unruk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi tertentu dan kembali berjalan di lokasi lain pada halaman yang sama.

6 Akhir arus dokumen dan mengarahkan pembaca ke simbol penghubung halaman yang sama yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.

7 Awal arus dokumen berasal dari simbol penghubung halaman yang sama, yang bernomor seperti yang tercantum didalam simbol tersebut.

8 Penghubung pada halaman yang berbeda (Off-

page connector) Digunakan untuk menunjukkan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan yang lainnya. Nomor yang tercantum di dalam simbol penghubung akan menunjukkan bagan alir yang tercantum pada halaman lain.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-26

9 Kegiatan Manual Menggambarkan kegiatan manual seperti kegiatan menerima order dari pembeli, mengisi formulir, dan mengisi formulir

10 Keterangan, Komentar Menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir.

11 Arsip Sementara Tempat penyimpanan dokumen yang dokumennya akan diambil kembali untuk keperluan lebih lanjut.

12 Arsip Permanen Menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi.

13 Online process

Pengolahan data dengan komputer secara online.

Nama program ditulis di dalam simbol.

14 Keying, typing

Pemasukkan data ke dalam komputer melalui on-

line terminal.

15 Pita Magnetik Menggambarkan Arsip komputer yang berbentuk pita magnetik.

16 On-line storage

Arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memory komputer).

17 Keputusan Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengelolaan data.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II-27

18 Garis Alir Menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah mengarah ke bawah dan ke kanan.

19 Mulai/Berakhir (terminal) Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi