-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbankan
1. Pengertian Lembaga Bank
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan)
menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Perbankan menjelaskan bahwa Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Dalam Black’s Law Dictionary, bank dirumuskan sebagai An
institution, usually incopated, whose business to receive money on
deposit, casj, checks or drafts, discount commercial paper, make loans,
and issue promissory notes payable to bearer known as bank notes.
Menurut Charlie Rudyat dalam bukunya Kamus Hukum
menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang bergerak
dalam bidang keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
7
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga merupakan suatu
badan usaha yang berfungsi menyimpan, menukar, membayar,
menerima pembayaran uang tunai atau alat-alat pembayaran yang
berwujud surat-surat berharga lainnya berdasarkan ketentuan-
ketentuan dan pertauran-peraturan yang berlaku.
Menurut Kasmir, bank memiliki pengertian sebagai berikut :
“Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.2
Prof.G.M. Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik,
berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya
sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
2. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat kita
ketahui dari ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan yang
mengemukakan bahwa, “Perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasakan demokarasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
2 Kasmir, Manajemen Perbankan, cet.11, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.12
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
8
kehati-hatian.” Menurut penjelasan resminya yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Berkaitan dengan itu, untuk memperoleh pengertian mengenai
makna demokrasi ekonomi Indonesia itu, dalam ceramahnya di
Gedung Kebangkitan nasional tanggal 16 Mei 1981, ahli ekonomi
Universitas Gadjah Mada Mubiyarto merumuskan bahwa demokrasi
ekonomi Indonesia sebagai demokrasi ekonomi Pancasila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah sokoguru
perekonomian;
2) Perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan-
rangsangan ekonomi, sosial, dan yang paling penting ialah
moral;
3) Perekonomian Pancasila hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial;
4) Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia,
yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang
Perbankan tidak ada penjelasannya secara resmi, tetapi dapat
dikemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat di dalamnya,
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
9
terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan
usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing
dengan cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh
kepercayaan masyarakat. Selain itu, bank dalm membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu
mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
konsisten dengan didasari oleh itikad baik. Kepercayaan masyaakat
merupakan kata kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu
bank, dalam arti tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat suatu bank
tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya.3
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
3 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama
perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat.” Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai
perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds)
dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of
funds).
Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan
tidak semata-mata berorientasi ekonomis, tetapi juga berorientasi
kepada hal-hal yang nonekonomis seperti masalah menyangkut
stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan
stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam
3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet.2, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hlm.18.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
10
ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi:
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.”
3. Jenis-Jenis Bank
Dalam praktiknya, di Indonesia terdapat beberapa jenis
perbankan. Menurut Undnag-Undang Perbankan, perbankan di
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatiaan, sehingga fungsi utama
perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat. Adapun jenis bank berdasarkan fungsinya dapat dibagi
menjadi: 4
a. Bank sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral,
kemudian dicabut dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa Bank Indonesia
adalah Bank Sentral Republik Indonesia dan merupakan lembaga
negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan
4 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Cet.2, (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti,1993), hlm. 55.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
11
atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas di
atur dalam peraturan perundang-undangan.
Di penghujung tahun 2013, Bank Indonesia (BI) menyerahkan
pengawasan perbankan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambilalih fungsi perbankan
maka Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki wewenang yang
meliputi kelembagaan bank mulai dari perizinan pendirian bank
dan pengaturan serta pengawsan mengenai kesehatan bank,
manajemen risiko bahkan pemeriksaan bank. Untuk diketahui,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 yang disahkan pada tanggal 27 Oktober
2011 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).5
b. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
c. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
d. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan
kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar
kepada kegiatan tertentu. Hal tersebut dimungkinkan oleh 5 http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/pengawasan-sektor-keuangan-ojk-lengkap-
sudah/47237
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
12
ketentuan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan.
Dalam hal mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan
jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi,
pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah atau
pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas dan
pengembangan pembangunan perumahan. Sedangkan prinsip
syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan
modal (musharakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh
keuntungan (muharabah) atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disebut
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah iqtina), sebagaimana diatur
dalam pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
Selain ditinjau berdasarkan fungsinya, jenis bank
berdasarkan kepemilikannya dapat dibagi menjadi antara lain:
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
13
a. Bank Milik Pemerintah, yaitu bank yang akta pendiriannya
maupun modal pendirian sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga keuntungan dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh
bank milik pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank
Tabungan Negara (BTN).
b. Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang hanya dapat
didirikan dan menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari
pimpinan Bank Indonesia yang mana seluruh saham atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional,
sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula.
Ketentuan-ketentuan tentang perizinan, bentuk hukum dan
kepemilikan bank umum swasta dietrapkan dalam pasal 16,
pasal 21 dan pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang kemudian pasal-pasal tersebut diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Sedangkan
syarat-syarat untuk pendiriannya sebelum ini diatur dalam
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
220/K.MK.017/1993 tentang Bank Umum. Setelah
diundangkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan pada 10 November 1998, maka pendirian
bank umum diatur dengan Surat Keputusan Direksi Bank
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
14
Indonesia No.32/33/KEP/DIR tentang Bank Umum tanggal 12
Mei 1999. Contoh bank milik swasta nasional adalah Bank
Central Asia, Bank Mega, Bank Danamon, Bank Bumi Putra,
Bank Internasional Indonesia.
c. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama
oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di
Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau
badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga
negara Indonesia, dengan satu atau lebih bak yang
berkedudukan di luar negeri. Ketentuan tentang pendirian
Bank Campuran diatur dan ditetapkan dalam pasal 17 Undang-
Udnang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Syarat-
syarat pendirian bank campuran semula diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.1068/KMK.00/1998 tentang pendirian bank campuran
tanggal 28 Oktober 1988. Dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, bank campuran ini tidak
disebutkan lagi dalam pasal 1 yang telah diubah. Ketentuan
tentang pendirian bank campuran yakni pasal 17 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan juga dihapus.
Namun, dalam pasal 22 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 menyatakan bahwa bank umum selain dapat didirikan
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
15
oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia
dapat didirikan oleh warga negara asing dan badan hukum
asing secara kemitraan. Dan tata cara pendirian bank kemitraan
maupun bank umum tersebut akan diatur oleh Bank Indonesia,
namun pasal 69 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.32/33/KEP/DIR tahun 1998 menyatakan bahwa bank
campuran yang telah ada sebelum adanya Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.32/33/KEP/DIR tersebut
pengertiannya sama dengan pengertian bank umum, artinya
pendirian bank campuran sama dengan pendirian bank umum
biasa. Contoh bank campuran adalah Bank Finconesia, Bank
Merincorp, Bank PDFCI, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank,
Inter Pacific Bank, dan Mitsubishi Buana Bank.
d. Bank Milik Pemerintah Daerah, yaitu bank pembangunan
daerah. Berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan dimana dinyatakan bahwa Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan
pokok Bank Pembangunan Daerah dinyatakan hanya berlaku
untuk jangka waktu 1 tahun sejak mulai berlakunya Undang-
Undang tersebut, maka bentuk Bank Pembangunan Daerah
(BPD) tersebut akan disesuaikan menjadi bank umum sesuai
dengan Undang-Undang Perbankan tahun 1992. Contoh bank
milik pemerintah daerah adalah Bank DKI, Bank Jabar, Bank
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
16
Jateng, Bank Jatim, Bank DIY, Bank Riau, Bank Sulawesi
Selatan, dan Bank Nusa Tenggara Barat.
4. Kegiatan Usaha Bank
Kegiatan usaha bank secara umumnya adalah pengumpulan
dana, pemberian kredit, mempermudah sistem pembayaran dan
penagihan, serta pemberian jasa keuangan lainnya misalnya pemberian
bank garansi, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang
berharga (safe deposit box), melakukan kegiatan penyertaan modal,
berusaha dalam kegiatan dana pensiun, kegiatan penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak (trust) dan sebagainya.
Secara garis besar kegiatan jasa perbankan tersebut bila dilihat dari
segi pendapatannya maka dikenal dengan jasa yang menghasilkan
pendapatan berupa bungan seperti pemberian kredit, pendapatan non
bunga (fee based income) seperti dari menyewakan safe deposit box,
transaksi valuta asing, bank garansi dan sebagainya. 6
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengatur bahwa kegiatan usaha bank perbankan Indonesia harus
sesuai dengan jenis banknya, yaitu bahwa jenis bank menentukan
kegiatan usaha yang dapat dilakukannya maka kegiatan usaha yang
dapat dilakukan bank konvensional akan jauh berbeda dengan usaha
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, begitu pula kegiatan usaha
6 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia. Cet.3, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000), hlm. 140.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
17
bank umum akan banyak berbeda pula dengan usaha yang dapat
dilakukan oleh bank perkreditan rakyat.
Di dalam ketentuan pasal 6 Undang-Undang Perbankan,
mengatur bahwa usaha bank umum meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh
bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada
kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud,
2) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang
masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam
perdagangan surat-surat dimaksud,
3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan
pemerintah,
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
5) Obligasi,
6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu)
tahun,
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
18
7) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan 1 (satu) tahun,
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya;
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah lainnya dalam bentuk
surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat;
l. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang in dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum
sebagaimana disebutkan diatas, Bank Umum dapat pula:
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
19
a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
c. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peratuan perundang-
undangan dana pensiun yang berlaku.
Dalam ketentuan pasal 13 Undang-Undang Perbankan,
mengatur bahwa usaha bank perkreditan rakyat meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau
tabungan pada bank lain.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
20
Dalam Undang-Undang tentang Perbankan juga mengatur
adanya larangan bank perkreditan rakyat dalam melakukan usaha-
usahanya antara lain sebagai berikut:
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. Melakukan penyertaan modal;
d. Melakukan usaha perasuransian;
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana
diatur dalam peraturan perbankan.
5. Sumber Dana Bank
Pengertian sumber dana bank menurut Kasmir (2012;50)
adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat.
Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah simpanan
dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian untuk
membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri,
yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana
disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut.
Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang
ditanggung. Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:
a. Dana yang berasal dari Bank itu sendiri
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
21
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri)
maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank.
Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank
mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar.
Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank.
Misalnya apabila bank hendak melakukan perluasan usaha atau
mengganti berbagai sarana dan prasarana yang lama dengan
yang baru. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank
itu sendiri terdiri dari:
1) Setoran modal dari pemegang saham yaitu, merupakan
modal dari para pemegang saham lama atau pemegang
saham baru,
2) Cadangan laba, yaitu merupakan laba setiap tahun
dicadangkan oleh bank dari sementara waktu belum
digunakan,
3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun
berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang
saham.
b. Dana yang berasal dari Masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan
bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
22
menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-
masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri,
sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan
sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah simpanan
giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.
c. Dana yang berasal dari Lembaga lain
Dalam praktiknya, sumber dana yang ketiga ini merupakan
tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian
sumber dana pertama dan kedua diatas. Pencairan dari sumber
dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu
saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan
untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan
kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank
yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
2) Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman
ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah
kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu
untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat
jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
23
3) Pinjaman dari bank-bank luar negeri merupakan
pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar
negeri.
4) Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Dalam hal ini
pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik
perusahaan keuangan maupun non keuangan. SPBU
diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga
sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.
6. Pihak Terafiliasi pada Bank
Pengertian pihak terafiliasi pada bank adalah pihak yang
mempunyai hubungan dengan kegiatan serta pengelolaan usaha jasa
pelayanan yang diberikan oleh bank, hubungan tersebut melalui cara
menggabungkan dirinya pada bank tersebut tetapi dengan tidak
kehilangan identitasnya. Penggabungan diri tersebut karena keterkaitan
kepemilikan bahkan adanya keterkaitan hubungan keluarga dengan
pihak tertentu, pengurusan maupun hubungan karena kerja biasa
seperti karyawan, atau karena hubungan kerja dalam rangka
memberikan jasa pelayananan jasanya kepada bank seperti konsultan
hukum.7
7 Ibid, hlm.238.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
24
Pengertian di atas belumlah secara jelas menentukan pihak
terafiliasi pada lembaga perbankan, dapat dilihat dari ketentuan pasal 1
pasal 1 angka 22 Undang-Undang Perbankan. Ketentuan tersebut
menentukan pihak-pihak yang terafiliasi yaitu:
a. Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya,
pejabat, atau karyawan bank;
b. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya,
pejabat, atau karyawan bank, khusus bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
c. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain
akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan
lainnya;
d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta
mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham
dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas,
keluarga direksi, keluarga pengurus.
B. Tinjauan Umum Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Perbankan
Dalam Hukum Perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan
yaitu:
1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle)
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
25
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi
hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana
masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga
setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap
memleihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip
ini merupakan tulang punggung dari suatu bank yang dapat
mendukung kemajuan bank. Dengan kokohnya kepercayaan yang
diterima oleh bank dari masyarakat, maka akan dapat memberikan
eksistensi dan value yang baik terhadapa bank tersebut.
Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 Ayat (3)
Undang-Undang Perbankan yang menyebutkan bahwa “Dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugiakan bank dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya kepada bank”
2. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan
bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya
wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat
yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2
Undang-Undang Perbankan bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasakan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam ketentuan ini,
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
26
menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah asas terpenting
yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam
menjalankan kegiatan usahanya.
Menurut Hermansyah, bank dalam menjalankan kegiatan
usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus
selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip
ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan konsisten
berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh
bank yang bersangkutan.8
Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal yang
penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
kokoh. Namun demikian, kelengkapan peraturan perundangan
terutama menyangkut prinsip kehati-hatian tidaklah cukup untuk
dijadikan ukuran bahwa perbankan nasional lepas dari segala
permasalahan, buktinya sebagian besar bank nasional (khususnya)
bank swasta merupakan bank bermasalah yang satu persatu masuk
kandang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Bahkan
ada yang dilikuidasi, salah satunya faktor yang membuat sistem
perbankan nasional keropos adalah akibat perilaku pengelola dan
pemilik bank yang cenderung mengeksploitasi dan atau
mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam berusaha, dan
8 Op.Cit, Hermansyah, hlm.66.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
27
disamping itu terdapat faktor penunjang lain yakni lemahnya
pengawasan dari Bank Indonesia.
3. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai
dengan Pasal 47 A Undang-Undang Perbankan. Menurut Pasal 40
Undang-Undang Perbankan, bank wajib merahasiakan keterangan
tentang data nasabah penyimpan dan simpanannya. Namun dalam
ketentuan tersebut diatas menentukan bahwa kewajiban
merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Pengecualian terhadap
kewajiban merahasiakan antara lain:
a. Untuk Kepentingan Perpajakan
b. Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank yang telah
Diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara (BUPLN) atau Panitia Urusan Piutang Negara
(PUPN)
c. Untuk Kepentingan Peradilan dalam Perkara Pidana
d. Dalam Perkara Perdata antara Bank dengan Nasabah
e. Dalam Tukar-menukar Informasi Antarbank
f. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah
penyimpan atau ahli warisnya
4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Customer Principle)
Prinsip Mengenal Nasabah adalah prinsip yang diterapkan
oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah,
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
28
memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap
transaksi yang mencurigakan kepada Bank Indonesia. Prinsip
mengenal nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal
nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan
berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan,
menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan
ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah,
dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan. Dengan
menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah berarti bank juga dapat
menimalkan kemungkinan risiko yang mungkin timbul yaitu
operational risk, legal risk, dan reputational risk.
C. Tinjauan Umum Rahasia Bank
1. Pengertian Rahasia Bank
Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman
dunia perbankan tidak boleh secara terbuka kepada pihak masyarakat.
Dalam hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh
bank, adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
29
berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal dari orang, dan badan yang
diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya.9
Menurut Munir Fuady, hubungan antara bank dengan nasabah ternyata tidaklah seperti hubungan kontraktual biasa. Akan tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dinamakan rahasia bank. 10
Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu ada rahasia
bank dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya. Karena itu,
hubungan antara nasabah dan banknya mirip dengan hubungan antara
lawyer dan kliennya atau hubungan antara dokter dan pasiennya.
Semuanya sama-sama mengandung kewajiban untuk merahasiakan
data dari klien/nasabah/pasiennya.
Menurut Kasmir, dikarenakan kegiatan dunia perbankan
mengelola uang masyarakat, maka bank wajib menjaga kepercayaan
yang diberikan masyarakat. Bank wajib menjaga keamanan uang
tersebut agar benar-benar aman. Agar keamaan uang nasabahnya
terjamin, pihak perbankan dilarang untuk memberikan keterangan yang
tercatat pada bank tentang keadaan dan hal-hal dari nasabahnya. 11
Dalam Undang-Undang Perbankan Pasal 1 Angka 28, rahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
9 Muhammad Djumhana, Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia), (Bandung:
Citra Aditya Bakti,1996) hlm.115. 10 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Buku Kesatu), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003),
hlm.87. 11 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2002), hlm.57.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
30
2. Latar Belakang Rahasia Bank
Pada dasarnya setiap orang, baik sebagai pribadi maupun
sebagai pengusaha tidak menginginkan keadaan mengenai pribadinya
termasuk keadaan keuangannya diketahui oleh orang lain. Tiap-tiap
kepentingan dari setiap orang itu harus mendapat perhatian dan
dihormati sepenuhnya oleh siapapun juga termasuk negara. Untuk itu,
jika perlu dilindungi dengan mempergunakan hukum pidana yaitu
sejauh kepentingan itu secara langsung maupun tidak langsung, juga
mempunyai arti bagi masyarakat atau negara. Bagi seorang pengusaha
kerahasiaan ini sangatlah penting artinya demi menunjang kelancaran
perusahaannya, karena tanpa hal ini setiap orang atau pengusaha akan
dengan mudah mempelajari keuangan perusahaan yang nantinya akan
dapat dipergunakan untuk mempersulit atau menjatuhkan usahanya.
Keadaan ini benar-benar disadari oleh dunia perbankan sehingga bank
merasa perlu untuk merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya yang
dipercayakan kepadanya. Tindakan ini dalam dunia perbankan dikenal
dengan sistem “Rahasia Bank”.
Guna melindungi suatu informasi dikenal adanya hukum
kerahasiaan. Hukum kerahasiaan adalah hukum yang berisikan kaidah-
kaidah yang berkaitan dengan perlindungan rahasia bank yang
menyangkut rahasia perdagangan, rahasia yang sifatnya pribadi atau
mengenai rahasia pemerintahan. Objek dari hukum kerahasiaan ini
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
31
meliputi informasi yang terjadi karena suatu tugas dan fungsi jabatan
seseorang, dan atau karena suatu kegiatan. Informasi yang harus
dirahasiakan karena tugas dan jabatan misalnya informasi hubungan
pasien dengan dokter, klien dengan pengacaranya, notaris atau
rohaniawan. Sedangan informasi yang harus dirahasiakan karena
kegiatannya, misalnya informasi bisnis mengenai data tentang desain,
dan proses-proses teknik; prosedur kendali mutu daftar pelanggan;
rencana bisnis dan sebagainya atau seorang wartawan harus
merahasiakan sumber beritanya.
Kewajiban untuk menyimpan rahasia sebuah informasi
bersumber kepada kewajiaban moral serta tuntutan kepentingan
masyarakat untuk terbentuknya suatu hubungan berdasarkan rasa
saling percaya. Semua itu merupakan asas terpenting dan berhubungan
secara intrinsik dengan tugas dan fungsi sesuatu jabatan/pekerjaan.
Informasi mengenai kegiatan bank terutama mengenai
hubungan antara nasabah dengan bank merupakan bagian dari rahasia
bank itu dan hal itu merupakan salah satu bagian yang dilindungi oleh
hukum kerahasiaan. Dasar yang melandasi hukum kerahasiaan ini
adalah bahwa hukum tersebut dapat mencegah seseorang untuk
membuka atau membocorkan informasi yang diberikan kepadanya atau
menyalahgunakan informasi yang diketahuinya tersebut. Dengan
demikian bila terjadi pembocoran atau pembukaan informasi secara
melawan hukum atau menyalahgunakan informasi tersebut maka
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
32
ketentuan hukum dapat dikenakan kepada si pelaku pembocoran atau
penyalahgunaan informasi tersebut.
Pelanggaran atas hukum kerahasiaan terjadi, bila:
a. Informasi itu dapat dikategorikan mempunyai nilai rahasia atau
untuk dirahasiakan, maksudnya informasi tersebut bukan
merupakan hal yang lumrah atau telah menjadi pengetahuan
umum;
b. Informasi tersebut diberikan kepada pihak tertentu (seperti
bank) dalam kondisi si penerima mempunyai kewajiban untuk
merahasiakannya;
c. Adanya penggunaan atas pembukaan informasi secara tidak
sah.
Oleh karena itu agar terhindar dari adanya penyelewengan-
penyelewengan ini, maka bank harus melindungi kerahasiaan
mengenai nasabah dan simpanannya. Rahasia bank mutlak diperlukan
bukan hanya untuk nasabah saja, melainkan juga mutlak diperlukan
bagi kepentingan bank itu sendiri yakni untuk menumbuhkan
kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.
Masyarakat hanya akan mempercayakan dananya pada bank apabila
ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan
keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan.
Konsep rahasia bank bermula timbul dari tujuan untuk
melindungi nasabah bank yang bersangkutan. Hal ini nyata terlihat
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
33
ketika Court of Appeal Inggris secara bulat memutuskan pendiriannya
dalam kasus Tournier v. National Provincial and Union Bank of
England tahun 1924, suatu putusan pengadilan yang kemudian menjadi
leading case law yang menyangkut ketentuan rahasia bank di Inggris
dan kemudian diacu oleh pengadilan- pengadilan negara-negara lain
yang menganut common law system. Bahkan 60 tahun sebelum putusan
Tournier tersebut, yaitu dalam perkara Foster v. The Bank of London
tahun 1862, juri telah berpendapat bahwa terdapat kewajiban bagi bank
untuk tidak boleh mengungkapkan keadaan keuangan nasabah bank
yang bersangkutan kepada pihak lain. Namun pada waktu itu pendirian
tersebut belum memperoleh afirmasi dari putusan-putusan pengadilan
berikutnya.
Timbulnya pemikiran untuk perlunya merahasiakan keadaan
keuangan nasabah bank sehingga melahirkan ketentuan hukum
mengenai kewajiban rahasia bank, adalah semula bertujuan untuk
melindungi kepentingan nasabah secara individual. Ketentuan rahasia
bank di Swiss, yaitu suatu negara yang dikenal mempunyai ketentuan
rahasia bank yang dahulunya paling ketat di dunia, adalah juga semula
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah bank secara
individual.
Pada waktu itu ketentuan rahasia bank bersifat mutlak; artinya
tidak dapat dikecualikan karena alasan apapun juga. Ketentuan rahasia
bank di Swiss lahir mula-mula sehubungan dengan kedudukan Swiss
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
34
sebagai negara yang netral secara tradisional. Alasan pertama, dalam
abad ke-17, ribuan kaum Huguenots dari Perancis melarikan diri ke
Swiss oleh karena mereka dikejar-kejar atau dilakukan penyiksaan-
penyiksaan terhadap mereka sehubungan dengan agama yang mereka
anut. Diantara mereka itu kemudian ada yang menjadi bankir, dan
menginginkan agar supaya kerahasiaan dari nasabah-nasabah mereka
untuk urusan-urusan keuangannya di negara asalnya dirahasiakan.
Alasan kedua adalah sehubungan dengan dikejar-kejarnya
orang-orang Yahudi di waktu regime Nazi berkuasa di Jerman di tahun
1930-an dan 1940-an. Namun perkembangan sehubungan dengan
keadaan politik dalam negeri, keadaan sosial, terutama yang
menyangkut timbulnya kejahatan-kejahatan di bidang money
laundering, dan kebutuhan akan adanya stabilitas ekonomi, terutama
stabilitas moneter, telah menimbulkan kebutuhan akan perlunya
pelonggaran terhadap kewajiban rahasia bank yang mutlak itu. Artinya,
apabila kepentingan negara, bangsa dan masyarakat umum harus
didahulukan daripada kepentingan nasabah secara pribadi, maka
kewajiban bank untuk melindungi kepentingan nasabah secara
individual itu (dalam arti tidak boleh mengungkapkan keadaan
keuangan nasabah) harus dapat dikesampingkan.
Contoh yang konkrit mengenai hal ini adalah berkaitan dengan
kepentingan negara yakni pajak nasabah yang bersangkutan,
penindakan korupsi, dan pemberantasan money laundering. Hal
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
35
tersebut merupakan hal yang kontradiktif bahwa dalam hal-hal
tertentu, justru demi kepentingan negara, bangsa dan masyarakat
umum, dikehendaki agar kewajiban rahasia bank diperketat.
Kepentingan negara yang dimaksud adalah pengerahan dana
perbankan untuk keperluan pembangunan. Kepentingan negara, bangsa
dan masyarakat umum itu dilandasi oleh alasan bahwa dijunjung
tingginya dan dipegang teguhnya kewajiban rahasia bank merupakan
faktor terpenting bagi keberhasilan bank dalam upaya bank itu
mengerahkan tabungan masyarakat. Selain itu terganggunya stabilitas
moneter adalah antara lain dapat diakibatkan oleh runtuhnya
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan karena terlalu longgarnya
rahasia bank.
3. Teori-Teori Rahasia Bank
Tinjauan teori tentang rahasia bank, menunjukkan ada dua
pendapat yakni: 12
a. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Mutlak (Absolutely Theory)
Menurut teori ini, rahasia bank bersifat mutlak. Bank mempunyai
kewajiban untuk menyimpan rahasia atau keterangan-keterangan
mengenai nasabahnya yang diketahui bank karena kegiatan
usahanya dalam keadaan apapun juga, dalam keadaan biasa atau
dalam keadaan luar biasa tanpa pengecualian dan pembatasan.
Dengan alasan apapun dan oleh siapapun, kerahasiaan mengenai
12 Hermansyah, Op.Cit, hlm.131
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
36
nasabah dan keuangannya tidak boleh dibuka (diungkapkan).
Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan tersebut, bank
yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat
yang ditimbulkannya. Teori ini menonjolkan kepentingan
individualis, artinya hanya mementingkan hak individu
(perseorangan). Disamping itu, teori mutlak juga bertentangan
dengan kepentingan negara atau masyarakat banyak
dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan negara
atau masyarakat banyak. Teori mutlak ini terutama dianut di
Negara Swiss sejak tahun 1934. Sifat multak rahasia bank tidak
dapat diterobos dengan alasan apapun. Hal ini dapat dilihat di
dalam Undang-Undang Pemerintah Swiss No. 47 mengenai
“Perbankan dan Bank Tabungan” November 1934. Dengan
demikian, para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap di
dunia merasa aman menyimpan uang hasil kejahatannya di bank-
bank Swiss. Salah satu contoh pelaku yang memanfaatkan teori
mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank Swiss adalah
mantan Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, dan gembong
narkotika Dennis Levine. Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di
Swiss, mengakibatkan beberapa negara tidak dapat menjangkau
uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan negara ataru
masyarakat banyaj yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena
itu, teori mutlak yang dianut oleh negara Swiss mendapat reaksi
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
37
keras dari beberapa negara yang kepentingannya dirugikan.
Sebagai contoh adalah kasus gugatan pemerintah Amerika Serikat
melalui Stock Exchange Commission (SEC) kepada sejumlah bank
di Swiss sehubungan dengan penampungan dana hasil insider
trading yang disimpan di beberapa bank di Swiss, agar bank-bank
yang bersangkutan membuka rahasia keuangan nasabahnya.
Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat
dikompromikan. Sifat mutlak ini ditinggalkan oleh bank-bank di
Swiss sejak tahun 1991 dengan menghapuskan nama samaran dari
kode rekening nasabah yang terkenal dengan “Formulir B”, yang
harus diganti dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang. Jika
para nasabah yang bersangkutan tidak mendaftar ulang, mereka
harus menutup rekeningnya.
b. Teori Rahasia Bank yang Bersifat Relatif (Relative Theory)
Menurut teori ini bank diperbolehkan membuka rahasia atau
memberi keterangan mengenai nasabahnya, jika untuk kepentingan
yang mendesak, misalnya untuk kepentingan negara atau
kepentingan hukum. Teori ini banyak dianut oleh bank-bank di
banyak negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Belanda,
Malaysia, Singapura dan termasuk Indonesia. Adanya pengecualian
dalam ketentuan rahasia bank memungkinkan untuk kepentingan
tertentu suatu badan atau instansi diperbolehkan meminta
keterangan atau data tentang keadaan keuangan nasabah yang
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
38
bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat
dijadikan perlindungan bagi pemilik dana yang tidak halal, yang
kebetulan tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum (law
enforcer) karena tidak terkena penyidikan. Dengan demikian, dana
tetap aman, namun teori relatif sesuai dengan rasa keadilan (sense
of justice), artinya kepentingan negara atau kepentingan
masyarakat tidak dikesampingkan begitu saja. Apabila ada alasan
dan sesuai dengan prosedur hukum maka rahasia keuangan nasabah
boleh dibuka (diungkapkan).
4. Peraturan Rahasia Bank
a. Peraturan Perundang-undangan Negara Indonesia
1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan
Ketentuan rahasia bank dicantumkan dalam penelitian ini
dikarenakan terdapat perbedaan pengaturan tentang perbankan
dengan ketentuan perubahannya, sehingga penulis merasa perlu
untuk dijelaskan berdasarkan asas lex posterior derograt legi priori
yang berarti bahwa aturan baru mengenyampingkan aturan yang
lama.
Ketentuan rahasia bank menurut Pasal 40 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa; “Bank dilarang
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
39
memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan
keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib
dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia
perbankan”. Bahkan dalam penjelasannya dijelaskan bahwa: “yang
menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh
data informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui
oleh bank karena kegiatan usahanya”.
Pemerintah bahkan pernah mengeluarkan penafsiran resmi
tentang rahasia bank seperti tertuang dalam:
1) Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. R-
25/MK/IV/7/1969 (rahasia) tertanggal 24 Juli 1969;
2) Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. R-
29/MK/IV/9/1969 (rahasia) tertanggal 03 September
1969;
3) Surat Edaran Bank Indonesia No. 2/377/UPPB/Pb.B
tanggal 11 September 1969.
Dalam surat-surat tersebut pada dasarnya menjelaskan kata-
kata “hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut
kelaziman dalam dunia perbankan” antara lain:
1) Pemberian pelayanan jasa dalam lalu lintas uang, baik
dalam maupun luar negeri;
2) Mendiskontokan dan jual beli surat-surat berharga;
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
40
3) Pemberian kredit.
Bahkan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Pasal 40 jelaslah bahwa ketentuan rahasia bank sangat luas
karena bukan saja keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, melainkan juga termasuk “seluruh data dan
informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
keterangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui
oleh karena kegiatan usahanya” dari nasabah yang berangkutan.
Adapun pasal yang mengatur tentang rahasia bank dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai
berikut:
Pasal 40 berbunyi:
1) Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada
bank tentang keadaan keuangan dan hal lain-lain dari
nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut
kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43,
dan Pasal 44.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku
pula bagi pihak terafiliasi.
Di dalam penjelasan Pasal 40 khususnya pada ayat (1)
dikatakan bahwa dalam hubungan ini yang menurut kelaziman
wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
41
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan
hal lain-lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena
kegiatan usahanya. Kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan
bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang
menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan
mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank
apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang
simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak disalahgunakan.
Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus
memegang teguh rahasia bank. Walaupun demikian pemberian data
dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan, yaitu berdasarkan
Pasal 42, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44.
Dari ketentuan rahasia bank tersebut, kalangan teoritisi dan
praktisi masih banyak mempertanyakan apa yang dimaksud
sebenarnya rahasia bank. Kerahasiaan bank karenanya harus
diberik penjelasan lebih lanjut agar bank ataupun oknum-oknum
tertentu tidak berlindung di balik pasal itu. Masalah di atas adalah
sebagian dari persoalan yang timbul sekitar kerahasiaan bank.
Kenyataan yang ada dan dihadapi saat ini, ternyata
menunjukkan belum dapatnya ketentuan rahasia bank yang ada
untuk menjawab secara tuntas dan tepat permasalahn tersebut.
Keadaan demikian mengakibatkan cara penyelesaiannya dengan
mengandalkan penafsiran ketentuan rahasia bank yang ada secara
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
42
meluas, bahkan terlihat sering menimbulkan konroversial. Dari
pendapat serta penafsiran yaitu, terutama pada kata “Kelaziman
dalam dunia perbankan”, serta data-data (informasi) perbankan
mana yang bukan termasuk kategori rahasia bank.
Penafsiran yang begitu luas bahkan seringkali kontroversial
ini dikarenakan ketentuan rahasia bank yang ada saat ini terlalu
umum. Melihat keadaan yang menunjukkan terlalu umumnya suatu
ketentuan serta disusun secara tergesa-gesa, jelas menunjukkan
bahwa ketentuan demikian telah cacat sejak lahir. Dari keadaan
demikian sudah wajar bila Indonesia saat ini menghadapi
permasalahan, yaitu ketegangan-ketegangan antara peraturan
perundang-undangan dengan kenyataan masyarakat. Salah satu
penyebab hal itu terjadi karena norma-norma yang ditetapkan
pembentuk peraturan perundang-undangan tersebut tidak lagi
sesuai dengan perkembangan hukum yang ada.
2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan
Ketentuan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rahasia
bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun pasal 40
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
43
ayat (1) dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menjadi
pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
mengemukakan bahwa Bank wajib merahasiakan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal
43, Pasal 44, dan Pasal 44A.13
Berdasarkan ketentuan di atas, menunjukkan bahwa
pengertian dan ruang lingkup mengenai rahasia bank yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 adalah berbeda. Dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 ketentuan rahasia bank tersebut lebih luas,
karena berlaku setiap nasabah dengan tidak membedakan antara
nasabah penyimpan dan nasabah peminjam. Adapun ketentuan
rahasia bank yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 lebih sempit, karena hanya berlaku bagi nasabah
penyimpan dan simpanannya saja.
Pengecualiaan terhadap ketentuan rahasia bank dalam
Undang-Undang Perbankan mengacu pada ketentuan pasal 40 ayat
(1) Undang-Undang Perbankan yang menentukan bahwa bank
wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 41, 41A, pasal 42, pasal 43, pasal 44, dan pasal 44A.
13 Ibid, hlm.135.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
44
Berdasarkan ketentuan Pasal 40 ayat (1) tersebut dapatlah
diuraikan secara sistematis pengecualian terhadap ketentuan
rahasia bank sebagai berikut:
1) Untuk Kepentingan Perpajakan
Mengenai pembukaan rahasia bank untuk kepentingan
perpajakan ini diatur dalam Pasal 41 ayat (1) yang
menentukan bahwa:
“Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia
atas permintaan Menteri Keuangan berwenang
mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar
memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti
tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan
Nasabah Penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.”
2) Untuk Kepentingan Penyelesaian Piutang Bank yang Telah
Diserahkan kepada BUPLN/PUPN
Ketentuan Pasal 41A ayat (1) Undang-Undang Perbankan
adalah landasan hukum untuk pembukaan rahasia bank
untuk kepentingan piutang bank yang telah diserahkan
kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
(BUPLN) ata Panitia Urusan Piutang Negara. Secara
lengkap ketentuan Pasal 41A ayat (1) menentukan bahwa:
“Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan
kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
45
Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia
memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
Nasabah Debitur.”
3) Untuk Kepentingan Peradilan dalam Perkara Pidana
Pembukaan atau penerobosan terhadap ketentuan rahasia
bank dapat juga dilakukan dengan alasan untuk
kepentingan peradilan dalam perkara pidana sebagaimana
ditentukan oleh Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang
Perbankan yang menentukan bahwa:
“Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada
polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari
bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada
bank.”
4) Dalam Perkara Perdata antara Bank dengan Nasabah
Menurut ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Perbankan
bahwa:
“Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya,
direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan
kepada Pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah yang
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
46
bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang relevan
dengan perkara tersebut.”
Ketentuan ini merupakan landasan hukum dan alasan dapat
dibukanya atau diterobosnya ketentuan rahasia bank untuk
kepentingan penyelesaian perkara perdata antara bank dan
nasabahnya di pengadilan. Untuk itu direksi dari bank yang
bersangkutan dapat memberikan keterangan mengenai
keadaan keuangan dari nasabah tersebut.
5) Dalam Tukar-Menukar Informasi Antarbank
Menurut ketentuan Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang
Perbankan, bahwa dalam rangka tukar-menukar informasi
antarbank juga merupakan alasan untuk pembukaan atau
penerobosan ketentuan rahasia bank.
Pasal 44 ayat (1) menyatakan bahwa:
“Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank, direksi
bank dapat memberitahukan keadaan keuangan nasabahnya
kepada bank lain.”
Ketentuan diatas tentu dapat dilakukan jika ada suatu
kepentingan dari bank yang bersangkutan yang berkaitan
dengan nasabah tersebut, dan tidak menimbulkan kerugian
bagi nasabah. Oleh sebab itu, pelaksanaan dari ketentuan
ini lebih lanjut diatur oleh Bank Indonesia sebagaimana
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
47
ditentukan oleh Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang
Perbankan.
6) Atas Permintaan, Persetujuan atau Kuasa dari Nasabah
Penyimpan atau Ahli Warisnya
Alasan-alasan pembukaan atau penerobosan ketentuan
rahasia bank yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya
mengandung suatu kepentingan dari negara, kepentingan
penyelesaian perkara, dan kepentingan dari bank.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
juga mengatur mengenai pembukaan atau penerobosan ketentuan
rahasia bank atas dasar kepentingan dari nasabah penyimpan
sebagaimana diatur dalam Pasal 44 A. Pasal 44 A ayat (1) dan (2)
menentukan bahwa:
(1) Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah
Penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib
memberikan keterangan mengenai simpanan Nasabah
Penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak
yang ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut.
(2) Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia, ahli
waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan
berhak memperoleh keterangan mengenai simpanan
Nasabah Penyimpan tersebut.
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
48
Dari ketentuan Pasal 44 A di atas, menunjukkan bahwa
bank berkewajiban untuk memberikan keterangan mengenai
simpanan dari nasabah kepada pihak yang diberi kuasa atau
ditunjuk oleh nasabah penyimpan dan/atau memberi keterangan
simpanan dari nasabah penyimpan kepada ahli warisnya apabila ia
meninggal dunia.
Oleh karena pentingnya kerahasiaan bank dalam perbankan,
maka terdapat sanksi yang dikenakan atas pelanggaran rahasia
bank yang ditentukan dalam pasal 47 ayat (2) Undang-Undang
Perbankan yang berbunyi:
“Anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank atau pihak
terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan
yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 4.000.000.000,-
(empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,-
(delapan miliar rupiah)."
3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah
atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank
Sebagai pelaksana Undang-Undang Perbankan, rahasia
bank juga diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
49
2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian
Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Lahirnya
Peraturan Bank Indonesia ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan
bahwa rahasia bank diperlukan sebagai salah satu faktor menunjang
kepercayaan nasabah penyimpan kepada bank.
Dalam Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor
2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian
Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank menyatakan
bahwa Bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpnaan
nasabah. Keterangan mengenai nasabah selain nasabah penyimpan
bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan oleh Bank.
Ketentuan untuk merahasiakan tersebut berlaku bagi pihak
terafiliasi yakni meliputi:
a) Anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau
kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank;
b) Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau
kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank, khusus bagi
Bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank,
antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum
dan konsultan lainnya;
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
50
d) Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut
serta mempengaruhi pengelolaan Bank, antara lain
pemegang saham dan keluarganya, keluarga
Komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi,
keluarga Pengurus.
Ketentuan rahasia bank tidak berlaku untuk kepentingan
perpajakan, penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan
kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan
Piutang Negara, kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara Bank dengan
Nasabahnya, tukar menukar informasi antar Bank, dan permintaan,
persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secra
tertulis serta permintaan ahli waris yang sah dari nasabah
penyimpan yang telah meninggal dunia. Untuk kepentingan
perpajakan, penyelesaian piutang Bank dan kepentingan peradilan
dalam perkara pidana wajib terlebih dahulu memperoleh perintah
atau izin tertulis untuk membuka rahasia bank dari pimpinan Bank
Indonesia.
Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada Bank agar
memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis
serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan
tertentu kepada pejabat pajak. Untuk keperluan penyelesaian
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
51
piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang
dan Lelang Negara/ Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan
Bank Indonesia memberikan izin tertulis kepada pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari Bank mengenai Simpanan
Nasabah Debitur. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara
pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin tertulis
kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari
Bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada Bank.
4) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang
Transparansi Informasi Produk dan Penggunaan Data
Pribadi Nasabah
Nasabah dihadapkan pada masalah pemberian data pribadi
oleh bank kepada pihak lain di luar bank untuk tujuan komersial
tanpa izin nasabah sering terjadi, oleh karena itu izin penggunaan
data pribadi nasabah perlu dilakukan agar hak-hak nasabah tetap
terlindungi.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka penggunaan
data pribadi nasabah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat
dihindari untuk menjaga kredibilitas perbankan sekaligus
melindungi hak-hak nasabah, sehingga muncul Peraturan Bank
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
Lily Lee, Analisa Yuridis Pertanggungjawaban Bank Terhadap Penggunaan Data Nasabah Yang Dilakukan Oleh Mantan Pegawai Bank Demi Kepentingan Pribadi Ditinjau Dari Peraturan Perbankan Negara Indonesia dan Malaysia, 2014 UIB Repository©2014
-
52
Indonesia No.7/6/PBI/2005 tentang Tranparansi Informasi Produk
Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah.
Dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Tranparansi
Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah,
yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang menggunakan
jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun
memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan.
Dan data pribadi nasabah adalah identitas yang lazim disediakan
oleh nasbah kepada Bank dalam rangka melakukan transaksi
keuangan dengan Bank.
Dalam Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia tentang
Tranparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah, dalam penggunaan data pribadi nasabah, Bank wajib
meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal Bank akan
memberikan dan atau menyebarluaskan data pribadi nasabah
kepada pihak lain untuk tujuan komersial, dan dalam permintaan
persetujuan tersebut, Bank wajib terlebih dahulu menjelaskan
tujuan dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan
data pribadi nasabah kepada pihak lain.
b. Peraturan Perundang-undangan Negara Malaysia
Financial Serivice Act 2013 merupakan peraturan