-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
2.1.1 Pengawasan Fasilitas Keselamatan
2.1.1.1 Pengawasan
Didalam manajemen, pengawasan (controlling) adalah
merupakan fungsi yang terakhir dari sebuah manajemen. Dan
akan menjadi sangat kritis dan sangat menentukan pelaksanaan
dari suatu proses manajemen, untuk itu sebuah pengawasan
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya atau dengan kata lain
sebuah proses manajemen tidak akan berhasil sesuai dengan
apa direncanakan sebelumnya jika pengawasan tidak dilakukan
dengan benar. Dan menurut beberapa ahli manajemen,
pengawasan didefinisikan sebagai berikut:
Strauss (2006) menyatakan bahwa pengawasan salah
satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan
sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehinga apa yang
sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang
benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah
digariskan. Sukamdiyo (2009) menyatakan bahwa
“pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan
menilainya, mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan
pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula. Reksohadiprodjo
(2008) mengemukakan bahwa “pengawasan merupakan usaha
memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu
bertindak sesuai dengan rencana”.
-
8
2.1.1.2 Fasilitas
Menurut Moekijat (2007) secara sederhana yang
dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat
memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output)
yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2007) fasilitas
adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk
memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga
kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat
terpenuhi.
Menurut Suryo Subroto (2012), menyatakan bahwa
fasilitas “segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan suatu usaha”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu
kegiatan.
2.1.1.3 Keselamatan
Frank E. Bird, Jr. dan George L. Germain (2006), yang
dikenal dengan teori ILCI yang menjabarkan tentang Loss
Caution Model mendefinisikan keselamatan sebagai kebebasan
dari kecelakaan atau kondisi aman dari nyeri, luka atau
kerugian dimana definisi ini berhubungan dengan kontrol dari
kerugian akibat kecelakaan dan ini sangat berkaitan dengan
fungsi pengendalian dalam sistem manajemen. Menurutnya
kecelakaan dapat terjadi terutama karena kurangnya
pengawasan manajemen (lack of control management), dimana
fungsi kontrol ini terdapat pada tingkat manajemen atau
jabatan pada tingkat tertentu. Sedangkan keselamatan
pelayaran adalah hal-hal yang berhubungan dengan keamanan
dan keselamatan pelayaran, investigasi, kecelakaan pelayaran,
dan pencegahan terjadinya kecelakaan pelayaran melalui
-
9
pembuatan peraturan, pendidikan dan pelatihan. Pada
pelayaran baik militer maupun sipil, keselamatan pelayaran
diselenggarakan oleh Pemerintah.
2.1.1.4 Pengertian Pengawasan Fasilitas Keselamatan
Pengawasan fasilitas keselamatan secara umum adalah
mengawasi secara rutin maupun bertahap terhadap seluruh
fasilitas yang ada demi keselamatan di dalam melakuakan
suatu pekerjaan.
Di dalam dunia pelayaran pengawasan fasilitas
keselamatan sangat penting karena berpengaruh terhadap
keselamatan pelayaran. Adapun fasilitas keselamatan yang
dimaksud dalam hal ini antara lain seperti Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal
Negara Kenavigasian, Bengkel Kenavigasian, Survey
Hidrografi untuk menentukan alur pelayaran yang aman serta
infrastruktur lainnya. Pengaturan alur lalu-lintas dan
perambuannya guna kelancaran dan keselamatan pelayaran.
Menurut Pasal 118, Kenavigasian sebagaimana
dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang pelayaran Pasal 117 ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Sarana Bantu Navigasi –Pelayaran
b. Telekomunikasi-Pelayaran
c. Hidrografi dan meteorologi
d. Alur dan perlintasan
e. Pengerukan dan reklamasi
f. Pemanduan
g. Penanganan kerangka kapal, dan
h. Salvage dan pekerjaan bawah air
Seksi Pengawasan fasilitas dan pelayanan pelabuhan
mempunyai tugas melakukan pengawasan kelaikan dan
keselamatan fasilitas dan peralatan pelabuhan, alur pelayaran
-
10
kolam pelabuhan, pelayanan jasa dan operasional pelabuhan
serta pengawasan pelaksanaan pembangunan fasilitas
pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan.
Menurut Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008
Tentang pelayaran :
Pasal 121 : Yang dimaksud dengan “sistem pengamanan
fasilitas pelabuhan” adalah prosedur
pengamanan di fasilitas pelabuhan pada semua
tingkatan keamanan ( security level ).
Huruf b : Sarana dan prasarana pengamanan fasilitas
pelabuhan meliputi pagar pengamanan, pos
penjagaan, peralatan monitor, peralatan
detektor, peralatan komunikasi dan penerangan.
Huruf c : Yang dimaksud dengan “sistem komunikasi” adalah
tata cara berhubungan atau komunikasi internal
fasilitas pelabuhan, komunikasi antara
koordinator keamanan pelabuhan dengan
fasilitas pelabuhan dan dengan instansi terkait.
2.1.2 Pemeriksaan Teknis
Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses
perbandingan antara kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini
adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat
pada objek yang diperiksa. Kriteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang
seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang
diperiksa.
Pemeriksaan teknis dalam dunia pelayaran secara umum adalah
pemeriksaan terhadap seluruh aspek yang mempengaruhi layak atau
tidaknya kapal tersebut mendapatkan surat izin berlayar yang
dikeluarkan oleh Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan di
-
11
pelabuhan asal sebelum bertolak ke pelabuhan tujuan berikutnya demi
keselamatan pelayaran.
Pemeriksaan teknis dilakukan dalam rangka pengendalian suatu
kegiatan yang dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Oleh karena itu,
pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan sedangkan
pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Pengawasan terdiri
dari pengawasan dan tindak lanjut. Suatu pengawasan akan
menghasilkan temuan-temuan yang memerlukan tindak lanjut. Apabila
keseluruhan tindak lanjut itu dilaksanakan, maka keseluruhan pekerjaan
tersebut merupakkan pengendalian. Akan tetapi bilamana tindak lanjut
tidak dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.
Berdasarkan Undang – Undang RI Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran :
Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan,
stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat
penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat
setelah dilakuakan pemeriksaan dan pengujian.
Sebelum kapal mendapatkan Surat Izin Berlayar harus
memenuhi kelaiklautan kapal. Kelaiklautan kapal yang dimaksud
adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran
dari kapal dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.
Pasal 73 Ayat (2) : Yang dimaksud dengan kelayakan “teknis” antara
lain mengenai kondisi lahan perairan (gelombang,
arus, kedalaman, dan pasang surut) dan kondisi
lahan (kontur permukaan tanah).
-
12
Yang dimaksud dengan “kelayakan lingkungan”
adalah tempat yang akan digunakan untuk lokasi
pelabuhan tidak mengganggu lingkungan dan
sesuai dengan peruntukannya.
Pasal 74 Ayat (2) : Yang dimaksud dengan “fasilitas pokok” antara lain
dermaga, gudang, gudang, lapangan penumpukan,
terminal penumpang, terminal peti kemas, terminal
Ro-Ro, fasilitas penampungan dan pengolahan
limbah, fasilitas bunker, fasilitas pemadam
kebakaran, fasilitas gudang untuk bahan atau
barang berbahaya dan beracun, fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan peralatan, serta Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran.
2.1.3 Pemberian Surat Izin Berlayar
2.1.3.1 Pengertian Surat Izin Berlayar
Menurut undang-undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran menyebutkan Surat Izin Berlayar (SIB) adalah Surat
persetujuan berlayar yang dalam kelaziman internasional di
sebut Port Clearance diterbitkan setelah dipenuhinya
persyaratan kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.
2.1.3.2 Ketentuan Umum
(Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang
Pelayaran) Berdasarkan peraturan menteri perhubungan tentang
tata cara penerbitan surat persetujuan berlayar (port clearance).
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)
adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh
Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan
pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal, awak kapal dan
-
13
muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta
perlindungan lingkungan maritim.
2. Surat PerSetujuan Berlayar (Port Clearance) adalah
dokumen negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada
setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan
setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan
kewajiban lainnya.
3. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang
diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi
untuk menjalankan .dan melakukan pengawasan terhadap
dipenuhinya ketentuan peraturan perundang.-undangan untuk
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.
4. Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan Kapal adalah pejabat
kesyahbandaran yang ditunjuk, dan telah memiliki kualifikasi
dan kompetensi di bidang kesyahbandaran.
5. Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi
persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran
perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan,
kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan
pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
6. Kewajiban Kapal Lainnya adalah kewajiban pembayaran atas
jasa pelayanan kepelabuhanan, jasa pengawasan di bidang
keselamatan dan keamanan pelayaran yang berlaku di bidang
pelayaran :
1. Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat
Persetujuan Berlayar (Port Clearance) yang dikeluarkan
oleh Syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.
-
14
2. Kewajiban memiliki Surat Persetujuan Berlayar (Port
Clearance) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku
bagi semua jenis dan ukuran kapal yang berlayar di laut,
kecuali bagi kapal perang dan kapal Negara / kapal
pemerintah.
2.1.3.3 Permohonan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
(Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang Pelayaran) :
Pasal 3
(1) Untuk memperoleh Surat Persetujuan Berlayar (Port
Clearance), pemilik atau operator kapal mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Syahbandar dengan
menggunakan format sebagaimana contoh Lampiran I
Peraturan ini, dengan melampirkan :
a. surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari Nakhoda
(Master Sailing Declaration) sebagaimana format pada
Lampiran Peraturan ini.
b. dokumen muatan serta bukti-bukti pemenuhan kewajiban
kapal lainnya.
(2) Bukti pemenuhan kewajiban lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat huruf b, meliputi :
a. bukti pembayaran jasa kepelabuhanan;
b. bukti pembayar.anjasa kenavigasian;
c. bukti pembayaran penerimaan uang perkapalan;
d. persetujuan (clearance) Bea dan Cukai;
e. persetujuan (clearance) Imigrasi;
f. persetujuan (clearance) Karantina kesehatan; dan
g. persetujuan (clearance) Karantina hewan dan
tumbuhan;
-
15
(3) Berkas permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
(Port Clearance) sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diserahkan kepada Syahbandar setelah semua kegiatan di
atas kapal selesai dan kapal siap untuk berlayar yang
dinyatakan dalam surat pernyataan kesiapan kapal
berangkat dari Nakhoda (Master Sailing Declaration) .
(4) Penyerahan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan dengan cara :
a. menyerahkan ke loket pelayanan satu atap pada Kantor
Syahbandar; atau
b. mengirimkan secara elektronik (upload) melalui
Inaportnet pada pelabuhan yang telah menerapkan
National Single Window (NSW).
2.1.3.4 Pemeriksaan Kelaiklautan Kapal
(Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang Pelayaran) :
Pasal4 :
Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1), pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal melakukan
pemeriksaan kelaiklautan kapal, meliputi:
a. administratif; dan
b. fisik di atas kapal.
Pasal5 :
(1) Pemeriksaan administratif kelaiklautan kapal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilakukan untuk meneliti
kelengkapan, dan masa berlaku atas:
a. surat-surat dan dokumen yang di lampirkan pada saat
penyerahan surat permohonan penerbitan Surat
Persetujuan Berlayar (Port Clearance); dan
-
16
b. sertifikat dan surat-surat kapal yang telah diterima oleh
Syahbandar pada saat kapal tiba di pelabuhan.
(2) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1),
pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal membuat kesimpulan
atau resume tingkat pemenuhan persyaratan administratif
dengan menggunakan daftar pemeriksaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini.
(3) Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan
persyaratan administratif telah terpenuhi maka pemeriksaan
fisik dapat dilakukan.
(4) Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan
persyaratan administratif belum terpenuhi, Pejabat
Pemeriksa Kelaiklautan Kapal menyampaikan secara
tertulis kepada pemilik atau operator kapal untuk
melengkapi dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini.
2.1.4 Keselamatan Pelayaran
Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat
dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan
kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian pemerintah dan pebisnis
sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pemeliharaan
kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif (Mahruzar, 2009).
Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir
32 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah
suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
-
17
yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan
maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,
permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status
hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran
dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu. Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional
yang mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan
keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga
tersebut dinamakan International Maritime Organization (IMO) yang
bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan
keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan,
keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat
transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi
suatu kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu
maupun peralatan yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau
dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan/keahlian
sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam
kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan
manusia (human error).
2.1.4.1 Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan kapal
Pada dasarnya ancaman terhadap keselamatan dan
keamanan kapal dapat datang dari berbagai sumber, seperti :
a. Bahaya alam dapat berupa gelombang pasang (tsunami),
badai (topan), gempa bumi dan suhu udara yang luar biasa.
Kebakaran dan pencemaran dapat juga dianggap bahaya alam
meskipun kebanyakan disebabkan oleh manusia. Gejalanya
dapat diramalkan dan untuk penanggulangannya dengan
meningkatkan kewaspadaan dan menghindarinya.
-
18
b. Bahaya yang disebabkan oleh manusia terdiri dari bermacam-
macam bentuk seperti perompakan/pembajakan, terror,
sabotase, pengrusakan, pembunuhan dll. Ancaman ini dapat
diantisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan nakhoda dan
seluruh awak kapal pada waktu kapalnya sedang berlayara di
perairan yang rawan/berbahaya seperti di selat-selat, sungai-
sungai dan di perairan yang sempit dan pada waktu kapal
sedang berlabuh/sandar di pelabuhan.
c. Bahaya yang disebabkan oleh karena sifat-sifat muatan
tertentu yang menuntut persyaratan penanganan khusus untuk
melindungi muatan dari pengaruh luar yang dapat
menyebabkan reaksi kimia yang membahayakan keselamatan
jiwa dan harta benda maupun lingkungan hidup dari bahaya-
bahaya muatan tersebut.
2.1.4.2 Antisipasi Terhadap Ancaman Bahaya
Menurut Capt. Hengky Supit (2009) dalam bukunya tentang
Pedoman Khusus Keselamatan dan Keamanan Pelayaran :
a. Syahbandar melakukan monitoring serta mengadakan
pengawasan terhadap semua kegiatan didaerah lingkungan
kerja pelabuhan yang dinyatakan terlarang dengan tetap
berkoordinasi dengan para nakhoda, petugas keamanan
fasilitas pelabuhan dan instansi terkait lainnya.
b. Nakhoda dapat meminta bantuan kepada Syahbandar
(Harbour Master) setempat apabila memerlukan bantuan
pengamanan yang lebih ketat seperti patroli disekitar kapal
tempat berlabuh atau sedang bersandar di dermaga.
c. Setiap nakhoda Negara bendera, bertanggung jawab atas
tindakan keselamatan dan keamanan kapalnya masing-
masing dengan memperhatikan urutan tindakan sebagai
berikut pada waktu kapal tiba di pelabuhan :
-
19
1. Berdasarkan petunjuk dari nakhoda, perwira deck, dan
mesin yang ditugaskan untuk mengatur tata pengamanan
di atas kapal.
2. Ruangan-ruangan yang tidak dipakai harus dikunci dengan
baik dan diadakan pengawasan secara terus menerus.
3. Masuknya orang-orang keatas kapal harus dibatasi hanya
kepada orang-orang yang ada sangkut-pautnya dengan
urusan kapal-atau orang-orang yang diwenangkan oleh
nakhoda.
4. Harus diadakan penjagaan 24 jam penuh selama kapal
tambat / berlabuh dan untuk daerah-daerah yang rawan
perlu ditambah petugas keamanan dengan cara menambah
petugas dan personil kapal itu sendiri atau dengan
meminta bantuan petugas keamanan dan pelabuhan
setempat.
5. Pada waktu berlabuh jangkar dan kurang dapat
dilaksanakan pengawasan maka tangga-tangga kapal
hanya dapat diturunkan pada kerendahan yang diperlukan
dan pada malam hari lampulampu geladak harus
dinyalakan untuk memungkinkan dilakukan pengawasan
yang baik didaerah geladak dan sekitarnya dan dinas jaga
di anjungan secara khusus meningkatkan kewaspadaan
terhadap kapal-kapal kecil yang mendekati kapal.
6. Peningkatan penjagaan pada tangga-tangga naik dengan
menempatkan petugas keamanan kapal.
7. Pemeriksaan pada rantai jangkar dan tali tambat pada
waktu tertentu terhadap objek luar harus dilakukan selama
kapal berada dipelabuhan.
8. Slang-slang yang telah diatur konsistennya dengan
prosedur keselamatan normal harus digelar sejauh yang
dapat dilakukan dengan cara sedemikian sehingga bisa
-
20
dipergunakan secara berdaya guna dan berhasil guna
seperti untuk menahan /mengusir orang-orang yang akan
mengganggu dengan cara paksa untuk naik ke atas kapal.
9. Tidak dibenarkan orang-orang yang tidak berkepentingan
berada di atas anjungan kapal terutama pada ruang
kemudi. (Capt.Hengky Supit : 2009)
2.1.4.3 Aspek Kepelabuhanan
1. Melakukan pengawasan keselamatan fasilitas dan peralatan
pelabuhan, alur pelayaran dan kolam bandar
2. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan fasilitas
pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan.
2.1.4.4 Aspek Keselamatan Pelayaran
1. Melakukan pengawasan tertib bandar, tertib berlayar dan
pemberian surat izin berlayar.
2. Melakukan pengusutan kecelakaan kapal, memberikan
bantuan Search and Rescue laut, penanggulangan
pencemaran dan penanganan kerangka kapal.
3. Melakukan kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air serta
pengamanan.
4. Melakukan penertiban dan menegakkan peraturan di bidang
pelayaran di pelabuhan dan perairan bandar.
5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan
usaha / perbaikan docking kapal.
6. Mengadakan sosialisasi peraturan dibidang pelayaran baik
peraturan Nasional maupun peraturan Internasional.
7. Melakukan pemantauan dan meningkatkan pengawasan
terhadap kegiatan kapal-kapal yang berlabuh dan melakukan
kegiatan baik dikolam bandar maupun dikolam pelabuhan
-
21
dan dititik beratkan pengawasan terhadap kegiatan Ship To
Ship ( STS ) Transfer di area STS yang di tetapkan.
8. Membuat laporan yang berkaitan dengan tugas penilikan dan
pengawakan kelaiklautan kapal, sertifikasi dan ketertiban
bandar kepada Direktur Jendral Perhubungan Laut.
2.1.4.5 Aspek Kelaiklautan Kapal
1. Melakukan pemeriksaan keselamatan kapal.
2. Melakukan pengukuran pencemaran, pengurusan dokumen
pelaut, perjanjian kerja laut dan penyijilan awak kapal.
3. Melakukan persiapan penertiban sertifikasi keselamatan
kapal, surat kebangsaan dan hipotek kapal (Laporan tahunan
Kantor Administrator Pelabuhan Kelas II Tanjung Balai
Karimun).
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N
O
PENULIS DAN
JUDUL
VARIABEL KESIMPULAN
1 Sulfadly. (2013)
KETERSEDIAAN
PERALATAN
KESELAMATAN
TRANSPORTASI
KAPAL LAYAR
MOTOR DI
PELABUHAN
PAOTERE
Alat keselamatan
(kondisi dan
kuantitas) dan
tingkat
kecelakaan KLM
kaitannya dengan
kelengkapan alat
keselamatan.
Metode yang digunakan
dalam analisi ini adalah
bersifat Deskriptif
Kualitatif. Hasil analisis
ditemukan bahwa kondisi
kelengkapan alat
keselamatan KLM
dipelabuhan Paotere untuk
kategori administrasi berada
pada kategori rendah
sekali (0%). Sedangkan
untuk kategori teknis alat
-
22
keselamatan berada pada
kategori rendah life jacket
dan sekoci (30,04% dan
27,34%) dan alat lifebouy
berada pada kategori cukup
tinggi (41,63%), untuk
kuantitas alat keselamatan
fire hous box, lampu sekoci
para chut signal, hand flare,
smoke signal dan baju tahan
api masih dalam kategori
“Tidak Baik”. Botol
pemadam, life jacket, life
buoy, sekoci dan alat
komunikasi dikategorikan
“Baik”.
2 Wiji Santoso. (2013)
EVALUASI
PROGRAM
REVITALISASI
SARANA BANTU
NAVIGASI
PELAYARAN DAN
PRASARANA
KESELAMATAN
PELAYARAN DI
DISTRIK NAVIGASI
TARAKAN
KALIMANTAN
TIMUR
Variabel
Independen :
Sarana bantu
navigasi
pelayaran (X1),
dan
Telekomunikasi
pelayaran (X2).
Variabel
dependen :
Keamanan,
keselamatan
pelayaran (Y).
Analisis ini menggunakan
Uji Validitas dan Reabilitas,
Uji Asumsi Klasik, Regresi
Linier Berganda, Uji
Hipotesis.
Hasil dari penelitian ini
adalah prioritas
pembangunan SBNP dan
sarana penunjangnya adalah
bagian yang berkaitan
langsung dengan
peningkatan keselamatan
pelayaran dan keamanan
transportasi laut
-
23
3 Benny Agus Setiono.
(2010)
PENGARUH
SAFETY
EQUIPMENT
TERHADAP
KESELAMATAN
BERLAYAR
Peralatan
keselamatan
terhadap
keselamatan
berlayar
Metode yang digunakan
adalah Deskriptif Kualitatif.
Hasil analisis ditemukan
dalam kecelakaan faktor
manusia hanya
menyumbang 20 persen saja
dari angka kecelakaan,
sebanyak 30 persen
disebabkan oleh Human
eror, yang salah satunya
adalah tiadanya jaminan
keselamatan yang memadai.
Syahbandar memang
memegang semua izin-izin
kapal, tapi kalau ada
kerusakan nakhoda harus
lapor ke syahbandar.
Tanggung jawab dikapal
ada pada Nakhoda Nakhoda
memberangkatkan kapal
atau tidak ada di nakhoda,
bukan syahbandar. Nakhoda
wajib memastikan kapal
dalam keadaan layak.
4 Rinto B. (2012)
KEBUTUHAN
NAKHODA
MELAKUAKAN
PEMERIKSAAN
BOAT
BERDASARKAN
Kepatuhan
Nakhoda dalam
pemeriksaan alat
keselamatan Boat
berdasarkan
Checklist harian
kapal terhadap
Analisis ini menggunakan
Metode Analisis Deskriptif
dan Kualitatif.
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
Penggunaan checklist
dalam pemeriksaan
-
24
CHECKLIST
HARIAN UNTUK
KESELAMATAN
PELAYARAN DI
PERUSAHAAN
PELAYARAN
keselamatan
pelayaran.
boat adalah sebagai
panduan bagi para nahkoda
agar tidak ada bagian-
bagian peralatan
keselamatan dan mesin boat
yang terlewatkan
pada saat inspeksi harian
sebelum memulai
pelayaran. Hasil penelitian
menggambarkan
sebagian besar kepatuhan
nahkoda dalam
memeriksa boat
berdasarkan checklist masih
rendah dimana para
responden melakukan
pencontrengan checklist
tanpa memeriksa
peralatan keselamatan dan
kondisi mesin boat
mengikuti poin-poin di
dalam checklist.
5 Lazuardi Saputra.
(2013)
TANGGUNG
JAWAB NAKHODA
KAPAL CEPAT
ANGKUTAN
PENYEBRANGAN
TERHADAP
tanggung jawab
seorang Nakhoda
kapal cepat yang
menjadi angkutan
penyeberangan
terhadap
kelaiklautan
kapalnya yang
1. Nakhoda dalam
menjalankan tanggung
jawabnya sebagai
pemimpin tertinggi dikapal
yang bertanggung jawab
terhadap
Keselamatan dan keamanan
pelayaran belum maksimal.
-
25
KELAIKLAUTAN
KAPAL DALAM
KESELAMATAN
DAN KEAMANAN
PELAYARAN
bertujuan
menjamin
terciptanya
keselamatan dan
keamanan di
dalam pelayaran.
Hal tersebut dikarenakan
ketidaktegasan Nakhoda
dan intervensi dari
perusahaan pelayaran
terhadap kewenangan
Nakhoda.
2. Nakhoda telah
menjalakan tanggung
jawabnya sebagai pengawas
dan pemelihara
peralatan keselamatan
kapal, namun hal tersebut
tidak besar berarti dalam
menjamin
keselamatan kapal jika
Nakhoda selaku pemimpin
kapal masih saja
membiarkan terjadi
kelebihan muatan baik itu
penumpang atau barang
walaupun dengan alasan
kebijakan perusahaan
pelayaran, hal ini tetap saja
menganggu atau
mengancam keselamatan
pelayaran.
Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan beberapa variabel
yang berbeda, namun terdapat hubungan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan bukti Variabel (Y) yaitu
tentang Keselamatan Pelayaran. Disetiap penelitian masing-masing penelitian
-
26
terdahulu peneliti mengambil satu variabel dan dikembangkan pada penelitian
ini dengan tempat dan sasaran responden yang berbeda. Berharap dengan
pengembangan penelitian ini terdapat perbedaan hasil dimana beberapa
variabel yang digunakan dapat saling mempengaruhi dan menghasilkan
kesimpulan yang baik dan bermanfaat.
2.2 Hipotesis
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2006)
hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Sugiyono (2007) mengatakan dalam statistic, hipotesis dapat
diartikan sebagai pernyataan statistic tentang parameter popolasi. Statistic
adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel, sedangkan parameter
adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi. Jadi hipotesis
merupakan taksiran terhadap parameter populasi, malalui data-data sampel.
Didalam usulan penelitian ini penulis menarik beberapa anggapan
sementara antara lain :
1. Diduga bahwa faktor Pengawasan Fasilitas Keselamatan berpengaruh
positif terhadap Keselamatan Pelayaran.
2. Diduga bahwa faktor Pemeriksaan Teknis berpengaruh positif terhadap
Keselamatan Pelayaran.
3. Diduga bahwa factor Pemberian Surat Izin Berlayar berpengaruh positif
terhadap Keselamatan Pelayaran.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori mengenai Pengawasan fasilitas
keselamatan, Pemeriksaan teknis dan Pemberian Surat Izin berlayar
berpengaruh terhadap Keselamatan pelayaran, maka kerangka pemikiran
teoritis yang mendasari penelitian ini, sebagai berikut:
-
27
Gambar Kerangka Pemikira
Gambar 2.1 Alur Penelitian
Latar Belakang masalah
Identifikasi Permasalahan
Penentuan Daerah
Studi
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Data Primer
Data utama yang
digunakan oleh peneliti
yaitu melalui daftar
pertanyaan atau
kuesioner. Daftar
pertanyaan dibuat
sedemikian rupa,
sehingga
obyektivitasnya atau
tujuannya menjadi jelas
bagi pihak responden.
Data Skunder
Data yang digunakan
untuk mendukung
penelitian, seperti
studi kepustakaan
dan internet.
Data
Cukup Tidak Ya Analisis Data
Pemeriksaan
Teknis
Pemberian Surat Izin
Berlayar
Pengawasan fasilitas
Keselamatan
Keselamatan
Pelayaran
Implikasi Manajerial
Kesimpulan & Saran
-
28
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Indikator = Pengukur
= Variabel = Pengaruh
Pengawasan
Fasilitas
Keselamatan
(X1)
Pemeriksaan
Teknis
(X2
Pemberian
Surat Izin
Berlayar
(X3)
Keselamatan
Pelayaran
(Y)
X3.3
X3.2
X3.1
X2.3
X2.2
X2.1
Y.3
Y.2
Y.1 H1
H2
H3
X1.1
X1.2
X1.3
-
29
Variabel dalam penelitian ini meliputi Pengawasan fasilitas Keselamatan,
Pemeriksaan teknis dan Pemberian Surat Izin Berlayar berpengaruh terhadap
Keselamatan Pelayaran.
Variabel Pengawasan Fasilitas Keselamatan (X1) mempunyai indikator yaitu :
1. (X1.1) = Kelengkapan fasilitas keselamatan
2. (X1.2) = Penyediaan fasilitas keselamatan
3. (X1.3) = Pemeriksaan fasilitas keselamatan
Variabel Pemeriksaan Teknis (X2) mempunyai indikator yaitu :
1. (X2.1) = Kelengkapan dokumen kapal
2. (X2.2) = Perlengkapan keselamatan kapal
3. (X2.3) = Pencegahan pencemaran lingkungan
Variabel Pemberian Surat Izin Berlayar (X3) mempunyai indikator yaitu :
1. (X3.1) = Kelengkapan dokumen Clearance In dan Clearance Out
2. (X3.2) = Kelaiklautan kapal
3. (X3.3) = Cuaca
Variabel Keselamatan Pelayaran (Y) mempunyai indikator yaitu :
1. (Y.1) = Penertiban dan penegakan peraturan
2. (Y.2) = Pemantauan dan pengawasan
3. (Y.3) = Pelayanan