bab ii tinjauan pustaka 2.1. tinjauan pustakarepository.stimart-amni.ac.id/1413/2/bab ii...

29
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Penyelenggaraan kenavigasian merupakan salah satu wujud pelayanan pemerintah dalam menunjang keselamatan pelayaran diwilayah perairan indonesia bagi kapal-kapal dalam negeri maupun luar negeri melalui penyediaan infrastruktur keselamatan bernavigasi dengan tingkat kehandalan yang sesuai dengan rekomendasi internasional. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan garis pantai terpanjang dan letak geografisnya yang sangat penting dari segi politis dan ekonomis memberikan tanggung jawab yang besar dalam hal pembinaan wilayah khususnya dibidang pelayaran. Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam angkutan laut yang merupakan penunjang dan pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Untuk itu kegiatan kenavigasian diupayakan agar mampu mencakup perairan dan situasi perairan Indonesia. Kenavigasian diselenggarakan untuk mewujudkan keselamatan pelayaran diperairan indonesia dengan mewujudkan ruang dan alur yang aman bernavigasi, keandalan, dan kecukupan sarana dan prasarana kenavigasian, pelayanan meteorologi, sumber daya manusia yang profesional, serta dukungan teknologi yang tepat, dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut pembinaan penyelenggaraan kegiatan sarana bantu navigasi pelayaran dan telekomunikasi pelayaran dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan keselamatan pelayaran. Tentang pelayaran yang dimaksud dengan navigasi adalah Proses Perencanaan, Pencatatan dan Pengendalian pergerakan sebuah kapal dari suatu tempat ketempat lainnya dengan cepat dan selamat ( undang-undang no. 17 tahun 2008).

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Pustaka

    Penyelenggaraan kenavigasian merupakan salah satu wujud pelayanan

    pemerintah dalam menunjang keselamatan pelayaran diwilayah perairan

    indonesia bagi kapal-kapal dalam negeri maupun luar negeri melalui

    penyediaan infrastruktur keselamatan bernavigasi dengan tingkat kehandalan

    yang sesuai dengan rekomendasi internasional.

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia dengan garis

    pantai terpanjang dan letak geografisnya yang sangat penting dari segi politis

    dan ekonomis memberikan tanggung jawab yang besar dalam hal pembinaan

    wilayah khususnya dibidang pelayaran. Kegiatan kenavigasian mempunyai

    peranan penting dalam angkutan laut yang merupakan penunjang dan

    pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Untuk itu kegiatan kenavigasian

    diupayakan agar mampu mencakup perairan dan situasi perairan Indonesia.

    Kenavigasian diselenggarakan untuk mewujudkan keselamatan pelayaran

    diperairan indonesia dengan mewujudkan ruang dan alur yang aman

    bernavigasi, keandalan, dan kecukupan sarana dan prasarana kenavigasian,

    pelayanan meteorologi, sumber daya manusia yang profesional, serta

    dukungan teknologi yang tepat, dalam upaya untuk mewujudkan tujuan

    tersebut pembinaan penyelenggaraan kegiatan sarana bantu navigasi pelayaran

    dan telekomunikasi pelayaran dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan

    pelayanan dan keselamatan pelayaran.

    Tentang pelayaran yang dimaksud dengan navigasi adalah Proses

    Perencanaan, Pencatatan dan Pengendalian pergerakan sebuah kapal dari suatu

    tempat ketempat lainnya dengan cepat dan selamat ( undang-undang no. 17

    tahun 2008).

  • 6

    1. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

    Sarana Bantu navigasi pelayaran adalah sarana yang dibangun atau

    dibentuk secara alami yang berada diluar kapal yang berfungsi membantu

    navigator dalam menetukan posisi dan atau haluan kapal serta

    memberitahukan bahaya dan atau rintangan pelayaran untuk kepentingan

    keselamatan berlayar (PP. No. 7 tahun 2005) Rambu-rambu navigasi

    berfungsi untuk :

    a. Digunakan oleh para navigator untuk menetukan posisi dan haluan

    kapal.

    b. Memberitahukan tentang adanya bahaya atau rintangan pelayaran.

    c. Menunjukkan batas-batas alur pelayaran yang aman.

    d. Menandai garis-garis pemisah lalu lintas kapal.

    e. Menunjukkan kawasan dan atau kegiatan khusus diperairan.

    2. Jenis-Jenis Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

    a. Rambu-Rambu Navigasi Visual

    Merupakan suatu rambu-rambu navigasi pelayaran yang dapat

    ditempatkan didarat atau diperairan pada siang hari dapat dikenali dari

    warna, tanda puncak, bentuk bangunan, kode hurup dan angka

    sedangkan pada malam hari dapat dilihat dengan irama cemerlang dan

    cahayanya.

    Rambu-rambu navigasi pelayaran ini dapat berupa :

    1) Menara Suar

    Yaitu sarana bantu navigasi pelayaran tetap yg bersuar dan

    mempunyai jarak tampak lebih 20 mil laut yang dapat membantu

    para navigator dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal,

    menunjukkan arah daratan dan adanya Pelabuhan serta dapat

    dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara (undang-

    undang no. 23 tahun 2008.

  • 7

    2) Rambu Suar

    Yaitu sarana bantu navigasi pelayaran tetap yg bersuar dan

    mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 mil laut yang

    dapat membantu para navigator adanya bahaya atau rintangan

    navigasi antara lain karang, air dangkal, gosong (karang), dan

    bahaya terpencil serta menentukan posisi dan haluan kapal serta

    dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara.

    3) Pelampung Suar

    Yaitu sarana bantu navigasi pelayaran apung yg bersuar dan

    mempunyai jarak tampak sama atau lebih 4 mil laut yang dapat

    membantu para navigator adanya bahaya atau rintangan navigasi

    antara lain karang, air dangkal, gosong (karang), kerangka kapal

    dan untuk menunjukkan perairan aman serta pemisah alur, dan

    dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara

    4) Tanda Siang (Day Mark)

    Yaitu sarana bantu navigasi pelayaran berupa anak pelampung

    dan rambu siang yg dapat membantu para navigator tentang

    adanya bahaya atau rintangan navigasi antara lain karang, air

    dangkal, gosong (karang), kerangka kapal dan menunjukkan

    perairan yg aman serta pemisah alur yg hanya dapat dipergunakan

    pada siang hari.

    b. Rambu-rambu Navigasi Elektronik

    Rambu-rambu navigasi pelayaran yang digunakan untuk

    menyampaikan informasi melalui gelombang radio atau

    systemelektromagnetik dan digunakan untuk menentukan arah dan

    haluan kapal.

    c. Rambu-rambu Navigasi Pelayaran Audible

  • 8

    Rambu-rambu navigasi pelayaran audible digunakan untuk

    menyampaikan informasi mengenai posisi sarana bantu navigasi

    pelayaran melalui suara dan sarana bantu navigasi pelayaran ini

    dipasang didaerah berkabut dan jarak pandang terbatas.

    3. Pengertian Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

    Sarana Bantu Navigasi Pelayaran adalah sarana yang dibangun atau

    terbentuk secara alamai yang berada di luar kapal yang berfungsi

    membantu navigator dalam menentukan posisi atau haluan kapal serta

    memberitahukan bahaya atau rintangan pelayaran untuk kepentingan

    keselamatan berlayar. Bab ini menguraikan jenis-jenis utama sarana bantu

    navigasi yang dipakai dewasa ini dan menjelaskan tentang penerapan dan

    kinerja teknologinya sistem identifikasi otomatis.

    (VTS) dicakup dalam bab ini. IALA (International Association of

    Lighthouse Authorities) mempertimbangkan jasa-jasa ini karena

    memenuhi defisni sarana bantu navigasi. Konsep e-navigation

    mendapatkan momentum, pada MSC 81IMO di minta untuk

    mempertimbangkan pengembangan dari suatu strategi e-navigation. IALA

    (International Association of Lighthouse Authorities) telah mengenali e-

    navigation dalam perencanaan strateginya dan telah membentuk suatu

    komite e-navigation bagi program pekerjaan 2006-2010. IALA

    (International Association of Lighthouse Authorities) juga telah

    mengembangkan defines pekerjaan bagi e-navigation.

    E-navigation merupakan kumpulan integrasi dan tampilan dari infromasi

    maritime di atas kapal dan di darat dengan alat-alat elektronik untuk

    meningkatkan navigasi tempat berlabuh ke tempat berlabuh dan jasa-jasa

    terkait lainnya, keselamatan dan keamanan di laut dan perlindungan dari

    lingkungan laut.

    2.2. Gambaran umum obyek penulisan

    Menurut catatan sejarah, Pelabuhan Probolinggo didirikan pada tahun

    2000 ketika Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) Mayangan dibangun dengan

    gabungan dana dari APBN, APBD Provinsi Jawa Timur, APBD Kota

    Probolinggo serta dan luar negeri SPL-OECF. Status PPI ini kemudian

    meningkat menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai di tahun 2004 dengan nama

    unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (UPPPP Mayangan)

    dan tanggal 23 Mei 2014, Gubernur Jawa Timur menetapkan UPPPP

    Mayangan berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan

    Mayangan (UPT PP Mayangan).

  • 9

    Tujuan awal dibangunannya Pelabuhan Perikanan Mayangan Kota

    Probolinggo adalah untuk menampung dan melayani aktifitas perekonomian

    berbasis perikanan yang dilakukan oleh nelayan baik pendatang maupun

    nelayan asli kota Probolinggo. Sebelum berdirinya Pelabuhan Perikanan

    Mayangan, aktifitas perikanan tangkap di kota probolinggo dilaksanakan

    dibeberapa pemukiman nelayan yang tersebar dipenjuru kota, serta dengan

    memanfaatkan Pelabuhan Umum dan Niaga Tanjung Tembaga sebagai

    pusat pendaratan ikan. Kegiatan perikanan yang bercampur dengan aktifitas

    kepelabuhanan umum sangat tidak sesuai dengan prinsip sanitasi dan

    higienitas, sehingga muncul ide untuk memfasilitasi kegiatan penangkapan

    ikan di kota probolinggo dengan cara membangun sebuah Pelabuhan

    perikanan yang representatif sehingga dapat tercapai tujuan bersama untuk :

    A. Menyediakan fasilitas pelabuhan yang mendukung operasional kapal

    perikanan.

    B. Meningkatkan mutu dan kuantitas hasil perikanan.

    C. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan serta

    penyerapan tenaga kerja.

    D. Meningkatkan peran serta Pelabuhan Perikanan sebagai fasilitator

    pada sector perikanan

    Sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas, Pelabuhan Perikanan Mayangan

    Kota Probolinggo memiliki misi Menuju Pelabuhan Perikanan Dengan

    Orientasi Pelayanan, Investasi dan Wisata Edukasi. Artinya bahwa dalam

    pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai sebuah pelabuhan perikanan,

    Pelabuhan Perikanan Mayangan menekankan pada pelayanan terbaik yang

    dapat diberikan bagi masyarakat khususnya nelayan dan pengguna jasa

    untuk menjamin keberlangsungan usaha perikanan sebagai penyokong

    terciptanya iklim investasi di kawasan pelabuhan perikanan serta

    menjadikan kawasan pelabuhan perikanan sebagai salah satu pilihan

    kawasan wisata baru yang berbasis pendidikan.

  • 10

    Misi tersebut kemudian diwujudkan dalam enam buah target perencanaan

    operasional yang strategis untuk meningkatkan koordinasi pemerintahan

    antara lain :

    a. Mewujudkan pelaksanaan pelayanan prima dan koordinasi dalam

    tugas operasional.

    b. Terlaksananya pengendalian dan pengawasan penangkapan ikan

    sumber daya KP

    c. Menyediakan fasilitas dan jasa yang berorientasi pada tingkat

    kebutuhan dan pertumbuhan usaha perikanan.

    d. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif guna menarik

    dukungan investor.

    1. Fasilitas Pelabuhan Probolinggo

    Fasilitas-fasilitas yang berada di pelabuhan Probolinggo antara lain:

    1. Alur Pelayaran

    2. Kolam Pelabuhan

    3. Dermaga

    4. Feeder

    5. Gudang, dan Terminal (3000 m²)

    Fasilitas dermaga pada pelabuhan Probolinggo, antara lain :

    1. Dermaga Multipurpose

    2. Zona Peti kemas

    3. Zona Curah Kering

    4. Zona Kargo

    5. Zona Perkantoran

    6. Zona Fasilitas Umum dan,

    7. Zona Fasilitas Pendukung

    Pelabuhan Probolinggo juga didukung dengan peralatan : Kapal

    Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, Gudang, Lapangan Penumpukan

    dan Alat Bongkar, serta dengan pelayanan meliputi : Pelayanan Kapal,

  • 11

    Pelayanan Barang, Pelayanan Terminal, Pelayanan Tanah, Bangunan,

    Air, dan Listrik.

    2. Peralatan Keselamatan

    Peralatan keselamatan atau safety equipment merupakan peralatan

    penunjang keamanan, keselamatan, serta perlindungan di lautan atau juga

    perairan. Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi umumnya menunjukan tidak

    ditaatinya konvensi pelayaran baik internasional maupun nasional oleh

    perusahaan pelayaran di dalam negeri, terutama SOLAS dan UU No. 17

    Tahun 2008 tentang pelayaran. Keberadaan KLM tersebut dalam upaya

    peningkatan keselamatan muatan dan awak kapal, maka maka membutuhkan

    instrumen keselamatan yang selayaknya dimiliki oleh semua kapal,

    khususnya KLM (Sulfadly, et al: 2012).

    Penyelamatan jiwa di laut mencakup berbagai aspek, antara lainyang

    terpenting adalah kewajiban dantanggung jawab untuk memberi pertolongan

    terhadap orang-orang yang dalam keadaan bahaya. Sebagai tanggung jawab

    itu, ialah Konvensi Internasional yang telah diberlakukan di Indonesia

    mengenai keselamatan jiwa di laut 1974 (SOLAS ’74) Bab V, Peraturan 10,

    tentang berita bahaya, kewajiban dan, prosedur. Untuk mencapai suatu

    keberhasilan yang maksimal di dalam proses penyelamatan di laut selain

    diperlakukan peratuaran itu, juga diperlakukan kesiapan-kesiapan baik

    personil atau awak kapal yang dalam keadaan bahaya, serta perlengkapan

    dan alat-alat penolong diatas kapal.

    Keselamatan jiwa di laut tidak saja bergantung dari kapal, atau awak

    kapalnya, akan tetapi juga kesiapan dari peralatan keselamatan safety

    equipmentuntuk dapat digunakan setiap saat, baik sebelum berangkat

    maupun di dalam perjalanan. Kesiapan peralatan penolong diatur dalam

    peraturan No. 4 SOLAS ’74, yang berbunyi :

  • 12

    a. Asas umum yang mengatur ketentuan tentang sekoci-sekoci penolong,

    rakit penolong, dan alat-alat apung di kapal bahwa kesemuanya harus

    dalam keadaan siap untuk digunakan dalam keadaan darurat.

    b. Untuk dikatakan siap, sekoci penolong, rakit penolong, dan alat apung

    lainya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    1) Harus dapat diturunkan ke air dengan selamat dan cepat dalam

    keadaan ekstrim yang tidak menguntungkan dan kemiringan 15˚

    2) Embarkasi kedalam sekoci maupun rakit penolong harus berjalan

    secara tertib.

    3) Tata susunan dari masing-masing sekoci, rakit penolong dan

    perlengkapan-perlengkapandari alat apung lainnya, harus

    sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu operasi dari alat-alat

    tersebut.

    c. Semua alat penolong harus dijaga supaya dalam keadaan baik dan siap

    digunakan sebelum meninggalkan pelabuhan dan setiap saat selama

    pelayaran.

    Sesuai dengan ketentuan konvensi internasional mengenai keselamatan

    jiwa di laut 1974 (SOLAS ’74), dan SK Dirjen Perhubungan Laut No.

    PY.66/1/2-2002 tentang persyaratan peralatan keselamatan bagi KLM

    berukuran GT 500, diri terdiri dari:

    1) Skoci penolong (Life boat)

    2) Lampu skoci

    3) Para chut signal

    4) Hand flare

    5) Smoke signal

    6) Pelampung penolong (Life buoy)

    7) Rompi renang (Life jacket)

    8) Alat pelempar tali (Line throwing apparatus)

    9) Baju tahan api

    10) Fire hause box

    11) Alat komunikasi

  • 13

    Semua alat penyelamat ini kecuali ditentukan lain secara tegas, berlaku

    untuk semua kapal-kapal penumpang dan kapal barang yang melakukan

    pelayaran Internasional. Keselamatan jiwa manusia di laut pada

    hakekatnya tidak saja bergantung dari kapal, awak maupun peralatannya,

    tetapi juga dari kesiapan peralatan tersebut untuk digunakan sewaktu-

    waktu, khususnya dalam keadaan darurat. Untuk itu, bagaimanapun juga,

    peralatan-peralatan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan

    minimalyang ditentukan oleh konvensi, terutama yang menyangkut

    konstruksi, kapasitas dalam kaki kubik, atau meter kubik, daya angkut,

    jumlah sarana yang harus dibawa di kapal, sertifikasi dan peralatan-

    peralatan tersebut dan kelengkapannya (SOLAS : 74 dalam Sulfadly,et al :

    2012).

    3. Peran Syahbandar

    Syahbandar menurut etimologisnya terdiri dari kata Syah dan Bandar.

    Syah berarti penguasa, dan kata Bandar berarti : Pelabuhan-pelabuhandan

    sungai-sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh,

    tempat-tempat kepil pada jembatan punggah dan jembatan-jembatan muat,

    dermaga-dermaga, dan tempat kepil lain yang lazim digunakan oleh kapal-

    kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat-tempat kepil

    kapal-kapal yang karena saratnya atau sebab lain, tidak dapat masuk dalam

    batas-batas tempat-tempat kepil yang lazim digunakan. Berdasarkan

    pengertian diatas terlihat bebrapa unsur yang berhubungan langsung satu

    sama lainnya yaitu adanya penguasa laut, sungai, dermaga dan kapal. Atau

    dengan kata lain ada unsur manusia (pengusaha/pemerintah) dan unsur

    sarana dan prasarana harus diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga

    dapat menunjang kelancaran lalulintas angkutan laut ( Randy Y.C, Aguw :

    2013 ).

    Syahbandar sebagai pejabat tertinggi dalam pelabuhan tentunya memiliki

    kewenangan besar, yang diberikan oleh aturan hukum indonesia, oleh UU

    No.17 Tahun 2008, maka syahbandar memiliki tugas sebagai berikut:

  • 14

    1. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan

    ketertiban di pelabuhan.

    2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-alur

    pelayaran.

    3. Mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan.

    4. Mengawasi pemanduan dan penundaan kapal.

    5. Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.

    6. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya.

    7. Mengawasi pengisian bahan bakar.

    8. Mengawasi pengerukan dan reklamasi.

    9. Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan.

    Dalam melakukan tugas yang dipercayakan sebagai pemimpin tertinggi di

    pelabuhan, maka syahbandar memiliki fungsi antara lain:

    a. Melaksanakan fungsi keselamatan dan keaman dalam pelayaran yang

    mencakup pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan hukum dibidang

    angkutan perairan.

    b. Syahbandar membantu tugas pencarian dan penyelamatan di

    pelabuhan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

    c. Syahbandar diangkat oleh menteri setelah memnuhi persyaratan

    kompetensi dibidang keselamatan dan keamanan, serta

    kesyahbandaran.

    Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas maka syahbandar memiliki

    kewenangan sebagai berikut:

    a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan pemerintahan di pelabuhan.

    b. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal.

    c. Menerbitkan surat persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan melakukan

    pemeriksaan kapal.

    d. Menerbitkan surat persetujuan berlayar.

    e. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal.

  • 15

    4. Peran KPLP

    Peran Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) sangat penting

    untuk mewujudkan program Nawa Cita Pemerintahan Presiden Joko

    Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, khususnya dalam menciptakan

    keselamatan dan keamanan pelayaran, juga mendukung Indonesia sebagai

    poros maritim dunia, kata Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Laut

    Kementerian Perhubungan DR. Umar Aris, SH, MM, MH, dalam

    sambutan tertulis yang dibacakan oleh Direktur KPLP Ditjen Hubla Capt.

    Karolus G. Sengadji pada pembukaan Rapat Kerja Teknis KPLP di

    Jakarta, Senin (2/5/2016). Menurutnya Indonesia sebagai negara

    kepulauan dan negara maritim terbesar di dunia, laut menjadi media

    pemersatu dan penghubung antar pulau, bahkan antar negara. Perairan

    Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sejak dulu telah digunakan

    sebagai jalur pelayaran dan perdagangan internasional. Sekitar 70%

    angkutan barang dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah

    pasifik dan sebaliknya, melalui perairan Indonesia. Sehingga

    mewuuljudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah sebuah

    gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektivitas antar

    pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan

    transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim. Di sinilah peran

    KPLP menjadi sangat penting mengingat tugas pokok dan fungsi KPLP di

    bidang patroli dan penanganan, penegakan hukum dan advokasi, tertib

    pelayaran, penanggulangan musibah dan pekerjaan bawah air, serta sarana

    dan prasarana.

    5. Peran Distrik Navigasi

    Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504

    pulau yang membentang dari Sabang sampai Meraoke dengan panjang

  • 16

    garis pantai kurang lebih 81.000 Km serta luas wilayah laut sekitar 5,9

    juta Km². Sebagai negara kepulauan berdasarkan UU Nomor 17 Tahun

    1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan (Archipelago State) oleh

    konfrensi PBB yang diakui oleh dunia Internasional maka lndonesia

    mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia. Indonesia

    terletak pada posisi silang yang sangat strategis di antara Benua Asia dan

    Benua Australia. Peranan laut sangat penting sebagai pemersatu bangsa

    serta wilayah lndonesia dan konsekwensinya Pemerintah berkewajiban

    atas penyelenggaraan pemerintahan dibidang penegakan hukum baik

    terhadap ancaman pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan serta

    menjaga dan menciptakan keselamatan dan keamanan pelayaran.

    Indonesia merupakan penghasil berbagai industri maritim seperti industri

    perikanan, wisata bahari, industri perkapalan dan jasa docking, jasa

    pelabuhan maupun sumberdaya mineral dan energy, disamping itu

    Indonesia juga memiliki sumberdaya alam hayati sangat beragam seperti

    tumbuh-tumbuhan dan hewan, terumbu karang dan taman wisata bawah

    laut, serta sumberdaya alam non hayati seperti mineral dan tambang serta

    harta karun dan kerangka kapal beserta barang bawaan yang terkubur

    didalamnya, maka keberaadaannya harus di pelihara dan dijaga

    kelestariannya. Laut sebagai jalur komunikasi (sea lane on

    communication) diartikan bahwa pemanfaatan laut untuk kepentingan

    lalu-lintas pelayaran antar pulau, antar negara maupun antar benua baik

    untuk angkutan penumpang maupun barang, maka perlu di tentukan alur

    perlintasan laut kepulauan Indonesia bagi kepentingan pelayaran lokal

    maupun internasional serta fasilitas keselamatan pelayaran seperti Sarana

    Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal

    Negara Kenavigasian, Bengkel Kenavigasian, Survey Hidrografi untuk

    menentukan alur pelayaran yang amam serta infrastruktur lainnya.

    Pengaturan alur lalu-lintas dan perambuannya guna kelancaran dan

    keselamatan pelayaran merupakan tanggung jawab pemerintah dan kita

    bersama sebagai penguasa, pengelola, serta pengguna atas Laut. Untuk itu

  • 17

    maka perlu ditetapkan fungsi wilayah perairan guna pemanfaatan

    sumberdaya alam agar tidak saling menggangu antar kegiatan pengelolaan

    laut yang dapat menimbulkan dampak lingkungan khususnya kecelakaan

    terhadap transportasi laut dengan menetapkan alur dan pelintasan melalui

    pelaksanaan penandaan terhadap bahaya kenavigasian serta pemutakhiran

    kondisi perairan melalui kegiatan survey hidrografi dan kemudian

    diumumkan ke dunia pelayaran.

    a. WILAYAH PERAIRAN DI INDONESIA

    Deklarasi Juanda menekankan bahwa lndonesia sebagai negara kepulauan

    yang merupakan kesatuan wilayah darat, laut termasuk dasar laut dan

    tanah dibawahnya serta udara diatasnya maupun seluruh kekayaannya

    merupakan suatu kesatuan wilayah lndonesia. Berdasarkan konvensi PBB

    tentang hukum laut 1982 (UNCLOS 1982) yang menempatkan hak dan

    kewajiban negara dalam memanfaatkan laut sesuai dengan status hukum

    bagian laut yang berbeda. Dalam mengelola potensi laut ada beberapa

    jenis laut yang dibedakan atas derajat dan tingkat kewenangan pemerintah

    lndonesia terhadap laut-laut tersebut dan perlu mendapat perhatian serta

    dikelola baik oleh pemerintah lndonesia maupun bersama negara tetangga.

    Batas maritim lndonesia ditetapkan melalui kebijakan nasional, bilateral,

    regional, serta lnternasional namun dalam konteks bilateral dan regional

    masih banyak garis batas yang belum ditetapkan khususnya yang berkaitan

    dengan berbagai kawasan laut. Melalui PP Nomor 38 Tahun 2002 tentang

    penetapan 183 garis pangkal bagi perairan dengan batas laut wilayah 12

    mil dari garis pangkal tersebut. Walaupun Indonesia belum menetapkan

    zona tambahan di luar 12 mil laut wilayah namun telah mengumumkan

    dan mengundangkan ZEE seluas 200 mil dari garis pangkal. Untuk negara

    kepulauan (Archipelago State) maka penetapan titik dasar (base point)

    dihitung dari pulau-pulau terluar ataupun karang yang tenggelam sewaktu

    air pasang (low tide elevation) yang diberi penandaan dengan SB. Secara

    lnternasional lndonesia telah berhasil menetapkan selat Malaka yang dapat

    digunakan sebagai alur lnternasional dan sumbu dari 3 (tiga) alur laut

  • 18

    kepulauan lndonesia (ALKI) melintasi perairan nusantara dan laut

    teritorial serta penetapan Traffic Separation Scheme (TSS) di selat Malaka

    melalui konsultasi yang intensif dengan negara-negara maritim dan

    konvensi organisasi maritim lnternasional.

    b. MAKSUD DAN TUJUAN

    Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang sangat

    penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan mencegah

    terjadinya kecelakaan dimana penetapan alur pelayaran dimaksudkan

    untuk menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran melalui pemberian

    koridor bagi kapal-kapal berlayar melintasi perairan yang diikuti dengan

    penandaan bagi bahaya kenavigasian. Penyelenggaraan alur pelayaran

    yang meliputi kegiatan program, penataan, pembangunan, pengoperasian

    dan pemeliharaannya ditujukan untuk mampu memberikan pelayanan dan

    arahan kepada para pihak pengguna jasa transportasi laut untuk

    memperhatikan kapasitas dan kemampuan alur dikaitkan dengan bobot

    kapal yang akan melalui alur tersebut agar dapat berlayar dengan aman,

    lancar dan nyaman. Pengaturan pemanfaatan perairan bagi transportasi

    dimaksudkan untuk menetapkan alur pelayaran yang ada di laut, sungai,

    danau serta melakukan survey hidrografi guna pemutakhiran data kondisi

    perairan untuk kepentingan keselamatan berlayar. Tujun penjelasan

    tentang keselamatan pelayaran disamping menegaskan konsekwensi untuk

    menindak lanjuti hasil konvensi IMO terhadap Pemerintah tentang

    keselamatan pelayaran sekaligus mensosialisaikan tentang tugas dan peran

    Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

    dimaksudkan juga untuk memberikan masukan bagi upaya mencari solusi

    kedepan yang diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang

    timbul. Keselamatan maritim merupakan suatu keadaan yang menjamin

    keselamatan berbagai kegiatan dilaut termasuk kegiatan pelayaran,

    eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam dan hayati serta pelestarian

    lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan tata kelautan dan penegakkan

    hukum dilaut dalam menjamin keselamatan, keamanan, ketertiban dan

  • 19

    perlindungan lingkungan laut agar tetap bersih dan lestari guna menunjang

    kelancaran lalu lintas pelayaran. Konsep kriteria dan pengaturan di bidang

    kelautan mempunyai implikasi yang luas dan harus dipertimbangkan

    dalam pemanfaatan ruang laut Nasional.

    c. PEMANFAATAN PERAIRAN

    Kedaulatan negara atas laut dapat diartikan sebagai hak bagi negara untuk

    melakukan penguasaan dan pengelolaan atas laut guna dimanfaatkan

    sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Effektivitas

    kedaulatan negara di laut sangat tergantung kepada kemampuan dan

    kapasitas pemerintah dalam pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya

    alam khususnya di laut untuk selanjutnya mendukung aplikasi peran

    seluruh komponen bangsa dalam pengelolaan laut. Undang-Undang

    Nomor 4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia menetapkan bahwa

    kepulauan dan perairan lndonesia menjadi satu kesatuan sedangkan laut

    yang menghubungkan antar pulau yang merupakan bagian yang tidak

    dapat dipisahkan dan kedaulatan Negara RI mencakup perairan Indonesia,

    ruang udara diatasnya, dasar laut dan tanah dibawahnya beserta sumber

    kekayaan yang terkandung di dalamnya serta lebar laut wilayah dinyatakan

    12 mil laut diukur dari garis pangkal menuju luar. Posisi geografi

    lndonesia yang berada dipersilangan jalur transportasi dunia yang penting,

    memberikan kedudukan dan peranan strategis bagi bangsa lndonesia dalam

    hubungan antar bangsa. Kondisi geografi ini mensyaratkan semakin

    diintensifkannya peranan Perhubungan Laut dalam penyelenggaraan

    transportasi dan komunikasi disamping untuk menjamin terwujudnya

    kesatuan dan keutuhan yang kokoh bagi seluruh bangsa dan wilayah

    Republik lndonesia. Penegakan kedaulatan di laut ditujukan untuk

    membela negara secara nyata. Penegakan hukum merupakan upaya

    penegakan undang-undang serta peraturan-peraturan yang menjadi

    instrumen pengaturan mengenai wilayah kedaulatan negara, penggunaan

    laut sebagai sarana perhubungan laut, udara dan komunikasi serta

  • 20

    mengatur tata tertib pemanfaatan sumberdaya di laut maupun lingkungan

    hidup dan ekosistemnya.

    d. PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI

    Wilayah laut dan pesisir merupakan kawasan strategis untuk berbagai

    aktivitas serta mempunyai karakteristik dan masalah yang unik dan

    kompleks yang ditandai dengan keberadaan berbagai pengguna jasa

    melakukan aktivitas dalam memanfaatkan sumberdaya alam menurut cara

    pandang yang berbeda. Keanekaragaman aktivitas yang menghasilkan

    berbagai produktivitas sumber daya alam menjadi daya tarik bagi

    pengguna jasa untuk melakukan pengelolaan dengan memanfaatkan

    kemudahan dalam pengelolaannya. Kegiatan ini dapat menimbulkan

    berbagai pemusatan pembangunan dan pengelolaan di wilayah tertentu

    yang memiliki skala dan intensitas yang tinggi. Hal ini dapat diartikan

    bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah meningkat dan untuk mendukung

    aneka kegiatan angkutan lalu-lintas laut maka perlu di alokasikan kawasan

    tertentu guna difungsikan sebagai alur pelayaran yang terbebas dari segala

    aktivitas kelautan. Dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan

    berlayar di perairan atupun di alur pelayaran guna menghindari kecelakaan

    maka dapat diartikan juga bahwa kapal di dalam melakukan pelayaran

    sekaligus menjaga kelestarian lingkungan alur pelayaran sehingga dapat

    menghindari terjadinya konflik dalam pemanfaatan wilayah

    perairan.Setiap kapal yang berlayar di wilayah alur pelayaran ataupun

    pelabuhan harus dilakukan dengan kecepatan aman serta disesuaikan

    dengan kondisi perairan dan dibawah pengawasan Adpel. Hal ini

    dimaksudkan agar lalu-lintas angkutan laut berlangsung aman dan mampu

    menjaga kondisi perairan serta dapat merangsang pembangunan yang

    berbasis pemberdayaan dan kekuatan lokal.

    Dalam melakukan berbagai kegiatan di laut dan pesisir diterapkan

    berbagai peraturan perundangan-undangan di bidang kemaritiman

    Nasional dan lnternasional seperti hasil konvensi produk lnternasional

    United Nation, International Maritime Organization dan lain sebagainya.

    Penerbitan peraturan lalu-lintas kapal dimaksudkan agar setiap kapal yang

    berlayar di perairan bebas dan menyusuri alur khususnya alur yang sempit

    ataupun berada di perairan pelabuhan akan selalu berhati-hati terhadap

    bahaya tubrukan. Artinya bahwa kapal akan melakukan gerakan

    disesuaikan dengan kondisi perairan sehingga tidak menimbulkan dampak

    baik terhadap bahaya kecelakaan maupun lingkungan. Hal ini dapat dilihat

    dari berbagai aturan diterbitkan badan dunia guna mencegah tubrukan di

    laut dalam rangka mempertahankan tingkat tinggi keselamatan di laut.

  • 21

    e. PERAN PERHUBUNGAN LAUT DALAM KESELAMATAN

    PELAYARAN

    Mengaktifkan sebuah institusi secara menyeluruh yang dikaitkan dengan

    tugas dan fungsi Kenavigasian sesuai dengan amanat Undang-undang

    Nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran bukanlah hal yang mudah bahkan

    tak semudah yang digambarkan ataupun direncanakan diatas kertas. Hal

    inilah yang dirasakan oleh Direktorat Kenavigasian yang sejak awal sudah

    menyadari beratnya tanggung jawab dan harapan yang diamanatkan oleh

    ketentuan undang-undang ataupun kewajiban dari mandatori dari hasil

    konvensi peraturan lnternasional serta rumitnya masalah bahkan konflik

    yang dihadapi dilapangan.

    Dukungan masyarakat terhadap keselamatan pelayaran dan fasilitasnya

    tidak datang dengan sendirinya namun kebutuhan dan kepercayaan

    masyarakat akan keselamatan pelayaran serta sosialisasi lebih berperan.

    Sesuai dengan PP Nomor 81 tahun 2000 tentang Kenavigasian dimana

    Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang

    berperan dan bertanggung jawab terhadap fungsi keselamatan pelayaran

    belum dikenal ataupun diakui berbagai pihak baik instansi Pemerintah

    maupun masyarakat pengguna jasa namun untuk manfaatnya sudah

    dirasakan.

    Persoalannya kepercayaan publik kepada institusi itulah yang tidak ada

    selama ini. Masyarakat hanya mengeluh dan melakukan kritik tentang

    adanya fasilitas keselamatan pelayaran yang tidak optimal serta janji-janji

    pemerintah tentang pembangunan dan perbaikan bila dalam kerusakan.

    Yang diperlukan masyarakat adalah hasil dan bukti pelaksanaan dan juga

    banyak masyarakat belum mendukung langkah-langkah yang dilakukan

    (SBNP hilang) namun pengelolaan keselamatan pelayaran tidak boleh

    berhenti. Sepanjang laporan masyarakat masih ada yang berarti

    keberadaan fasilitas masih dibutuhkan dan sangat mengganggu apabila

    tidak berfungsi. Bahkan hingga saat ini setelah banyak langkah yang telah

    ditempuh masih terus saja ada pihak yang mengecam kinerja Direktorat

    Kenavigasian diantaranya tidak berfungsinya SBNP hingga terjadinya

    kapal tubrukan ataupun kandas.

    Menurut tugas pokok dan fungsi Direktorat Kenavigasian maka langkah

    yang dilaksanakan baru sebagian antara lain kegiatan penyelenggaraan

    SBNP dan Telkompel dari tugas Kenavigasian (sesuai UU no 17). Apabila

    ditemukan berbagai kendala maka perlu diambil langkah-langkah

    maksimum guna mengatasinya namun sepanjang tidak didasari

    pertimbangan objektif perlu diambil langkah darurat.

    Melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran bukan hal yang mudah yang

    harus diikuti oleh semua instansi dan ditunjang dana yang cukup serta

    kesadaran semua pihak termasuk masyarakat pengguna serta pesisir dan

    kelautan. Untuk itu yang perlu dilakukan adalah membangun menejemen

    dan aturannya, mendorong pemerintah melakukan terobosan atau

    reformasi, mewujudkan fasilitas sarana dan prasarana keselamatan

  • 22

    pelayaran serta membangun kepercayaan ataupun kesadaran masyarakat

    dan memacu pembentukan payung aturan. Keselamatan pelayaran

    merupakan kebutuhan sehingga perlu segera diwujudkan dan

    mengaktifkan fungsi-fungsi keselamatan pelayaran melalui pembentukan

    lembaga dan menejemen serta fasilitas sarana dan prasarananya.

    f. FAKTOR MEMEPENGARUHI KESELAMATAN PELAYARAN

    Guna mendapatkan perairan yang aman perlu dipersiapkan fasilitas

    prasarana dan sarana yang sesuai dengan rencana dan persyaratan kapal

    yang melalui wilayah perairan tersebut seperti panjang dan dimensi alur,

    banyak tikungan, kondisi alam dan teknis perairan, bahaya navigasi dan

    cuaca serta sistem perambuan.

    Dalam menghadapi iklim teknologi dan era informasi komunikasi

    Navigasi khususnya dibidang pelayaran maka penyelenggaraan

    Kenavigasian perlu ditingkatkan kapasitas dan kemampuan melalui

    pemanfaatan teknologi satelit dengan penyediaan sistem informasi

    navigasi yang memenuhi standard tertinggi guna memastikan ketelitian

    ataupun peningkatan akurasi posisi dalam wilayah tertentu. System

    tersebut dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang segera dapat

    menentukan posisi kapal di seluruh dunia serta kapabilitas waktu dan

    kecepatan untuk pemakaian multi-moda transportasi.

    Melalui penerapan strategi implementasi ketetapan IMO serta dukungan

    IALA terhadap pengembangan sarana bantu navigasi di sektor maritim

    maka penggunaan teknologi dan informasi diantaranya dilakukan melalui

    penyediaan sistem radionavigasi satelit. Dengan kebijakan dan

    pemanfaatan teknologi tersebut diharapkan tingkat keselamatan dan

    keamanan pelayaran akan lebih baik oleh karena telah melalui proses

    penggunaan penentu posisi tiga dimensi dan sistem penentu kecepatan dan

    waktu.

    g. KENAVIGASIAN

    Berdasarkan UU 17 tahun 2008 tentang pelayaran menyebutkan bahwa

    Kenavigasian adalah kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu

    Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel),

    Hidrografi dan meteorologi, Alur dan Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi,

    Pemanduan, penanganan kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan

    Bawah Air (PBA) untuk kepentingan Keselamatan Pelayaran. Untuk

    kepentingan keselamatan berlayar dan kelancaran lalu-lintas kapal pada

    daerah yang terdapat bahaya navigasi ataupun kegiatan di perairan yang

    dapat membahayakan keselamatan berlayar harus ditetapkan zona

    keselamatan dengan diberi penandaan berupa SBNP sesuai ketentuan yang

    berlaku serta disiarkan melalui stasiun radio pantai (SROP) maupun Berita

    Pelaut lndonesia. Disamping itu perlu diinformasikan mengenai kondisi

  • 23

    perairan dan cuaca seperti adanya badai yang mengakibatkan timbulnya

    gelombang tinggi maupun arus yang tinggi dan perubahannya.

    Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui stasiun radio

    pantai (SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam jaringan telekomunikasi

    pelayaran sesuai urutan prioritasnya dan wajib memenuhi ketentuan

    penyiaran berita antara lain berita marabahaya, meteorologi dan siaran

    tanda waktu sandar bagi kapal yang berlayar di perairan

    lndonesia.Pemasangan SBNP yaitu sarana yang dibangun atau terbentuk

    secara alami yang berada diluar kapal dan berfungsi membantu navigator

    dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan

    bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan

    pelayaran dilakukan guna memberi petunjuk terhadap zona terlarang yang

    tidak boleh dimasuki oleh setiap kapal yang melewati daerah tersebut.

    Pembangunan Telekomunikasi Pelayaran dimaksudkan agar setiap

    pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara

    dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem kawat, optik, radio

    ataupun sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran

    yang merupakan bagian dari keselamatan pelayaran segera disampaikan

    kepada pihak atau pemerintah yang terkait.

    Guna ketertiban perairan serta keamanan dan keselamatan navigasi maka

    setiap perencanaan kegiatan kelautan harus dikoordinasikan dengan

    Direktorat Kenavigasian agar tidak terjadi tumpang tindih penempatan

    ataupun pembangunan fasilitas kelautan yang dapat mengganggu

    kelancaran aktivitas pelayaran. Oleh karenanya penyelenggaraan

    Kenavigasian perlu ditetapkan:

    Penyelenggaraan Kenavigasian dilakukan guna mengatasi terjadinya

    kecelakaan ataupun tingginya waktu tunggu kapal melalui penyesuaian

    fasilitas pengembangan fasilitas pelabuhan serta keselamatan pelayaran

    dan fasilitas alur pelayaran terhadap peningkatan kepadatan traffik.

    SBNP merupakan fasilitas keselamatan pelayaran yang meyakinkan kapal

    untuk berlayar dengan selamat, effisien, menentukan posisi kapal,

    mengetahui arah kapal yang tepat dan mengetahui posisi bahaya di bawah

    permukaan laut dalam wilayah perairan laut yang luas. Fasilitas SBNP

    tidak hanya digunakan untuk transportasi laut namun juga digunakan

    untuk pembangunan kelautan dan nelayan. SBNP diperlukan sebagai tanda

    bagi para navigator yang dipergunakan sejak adanya pelayaran

    menyeberang laut dan menyusur pantai dalam rangka melakukan kegiatan

    niaga ataupun perang.

    Pada awalnya tanda visual diwujudkan berupa nyala api diatas bukit yang

    tinggi untuk malam hari sedangkan siang hari berupa asap yang mengepul.

    Dengan berkembangnya teknologi dan informasi maka akan digunakan

    berbagai sumber cahaya SBNP antara lain jaringan PLN, generator

    (mensu) ataupun solar cell dan untuk dapat dilakukan pemantauan dan

    pengendalian dari jarak jauh diarahkan kepada otomatisasi guna effisiensi.

    h. ALUR DAN PERLINTASAN

  • 24

    Penentuan alur pelayaran ditinjau dari aspek keamanan bernavigasi

    dimaksudkan agar alur terhindar atau bebas dari gosong ataupun karang

    yang tenggelam sewaktu air pasang (low elevation tide), dangkalan

    ataupun karang tumbuh, pulau-pulau kecil. Disamping itu selat yang

    terlalu sempit, perairan yang mempunyai arus atau ombak yang

    menyulitkan olah gerak kapal serta halangan navigasi lainnya. Alur

    pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk pelayaran serta

    diumumkan oleh instansi yang berwenang kepada dunia maritim.

    Mengingat posisi lndonesia yang merupakan persilangan antara dua

    wilayah yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia

    dan juga benua Asia dengan Australia maka kehadiran kapal asing dalam

    rangka memperpendek jarak pelayarannya dan ini merupakan suatu hal

    yang tidak dapat dihindari. Dengan tetap mengutamakan kepentingan

    Nasional pemerintah tetap memberikan kelonggaran tertentu bagi

    perlintasan kapal-kapal asing di perairan lndonesia dengan menentukan

    alur laut kepulauan lndonesia (ALKI – PP 37 tahun 2002) dimaksudkan

    untuk mengakomodasi kepentingan bangsa lain untuk yang akan

    dipergunakan sebagai perlintasan pelayaran lnternasional.

    Penetapan ALKI tersebut dilakukan dengan memperhatikan keselamatan

    berlayar, pertahanan dan keamanan, jaringan kabel dan pipa dasar laut, tata

    ruang kelautan, eksplorasi dan eksploitasi serta konservasi sumberdaya

    alam, rute yang biasa digunakan pelayaran lnternasional dan rekomendasi

    organisasi lnternasional yang berwenang.

    Dengan ditentukannya alur pelayaran tersebut yang diikuti persyaratan

    berjalan terus tanpa henti, langsung dan secepatnya dimaksudkan juga

    untuk mempermudah pengawasan terhadap keberadaan kapal asing selama

    berada di wilayah lndonesia serta tidak menimbulkan pencemaran

    lingkungan (limbah kapal) ataupun bahaya penyalahgunaan oleh negara

    pengguna alur yang dapat mengganggu kestabilan negara. Masalahnya alur

    pelayaran hanya tergambar di peta laut dan pemberian beberapa SBNP

    sebagai tanda alur dimana masyarakat masih awam terhadap pengertian

    dan penggunaan SBNP tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi

    kepada masyarakat maritim tentang keberadaan alur tersebut agar tidak

    terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan perairan seperti kegiatan

    nelayan ataupun off shore di alur yang dapat menimbulkan kecelakaan

    bagi kapal yang berlayar.

    i. POLA PENENTUAN ALUR PERLINTASAN

    Tujuan penetapan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran yang ideal

    dan memenuhi berbagai aspek kepentingan keselamatan dan kelancaran

    berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya.Kawasan alur pelayaran

    ditetapkan oleh batas-batas yang ditentukan secara jelas berdasarkan

    koordinat geografis serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

    pelayaran.

  • 25

    Penentuan dan pengaturan alur pelayaran di laut, sungai, danau serta

    penyelenggaraannya dan juga pengaturan sistem rute dan tata cara berlalu

    lintas perlu diprogramkan guna kelancaran dan keselamatan berlayar.

    Disamping itu pengaturan terhadap bangunan atau instalasi dan gelaran

    kabel atau pipa bawah air di perairan khususnya di alur pelayaran.

    Dari aspek keselamatan dan strategis perairan maka pada beberapa lokasi

    perlu dilengkapi dengan fasilitas Vessel Traffic lnformation System

    (VTIS) ataupun Radar Beacon (RACON) sebagai persyaratan. Dengan

    dipenuhinya semua persyaratan alur pelayaran kemudian ditetapkan oleh

    Menteri dan disiarkan ke dunia maritim melalui lnternational Maritime

    Organisation (IMO).

    Mengacu kepada konvensi IMO pada Mei 1998 telah mengadopsi standard

    penggunaan suatu sistem pelaporan kapa-kapal di laut kepada operator di

    darat pemantau lalu-lintas (Automatic Identifikasi System-AIS) untuk

    memantau keselamatan pelayaran seperti menghindari tubrukan di laut.

    Peralatan ini dihubungkan VTIS (Vessel traffic Information System) untuk

    mengetahui nama, posisi, kecepatan dan haluan kapal yang kemudian

    informasi ini dimasukkan dalam system AIS dan dipantau terus-menerus

    j. BANGUNAN DAN INSTANSI

    Bangunan dan instalasi adalah instalasi yang berada pada suatu lokasi di

    perairan Indonesia baik yang kelihatan di permukaan maupun bawah air

    dalam jangka waktu sementara atau selamanya dapat membahayakan

    pelayaran. Pada area lokasi bangunan dan instalasi perlu ditetapkan daerah

    terlarang maupun daerah aman melalui penempatan SBNP, dipetakan dan

    diumumkan ke dunia pelayaran.

    Dengan tumbuh dan berkembangnya bangunan lepas pantai (offshore) dan

    semakin meningkatnya kegiatan lalu-lintas pelayaran di perairan Indonesia

    perlu dilakukan pengaturan mengenai penyelenggaraan SBNP dalam

    rangka membantu keamanan dan keselamatan berlayar. Tugas

    pengendalian dan pengawasan bangunan lepas pantai dilakukan oleh BP

    Migas dan Ditjen Migas Departemen Energi dan Sumberdaya Energi dan

    Mineral sedangkan terhadap pengawasan SBNP dilakukan oleh DJPL

    Association of Lighthouse Authorities (IALA) yang telah menetapkan

    “Recommendation for the making of Offshore Structure” dan Indonesia

    sebagai salah satu negara anggota IALA menganggap perlu untuk

    mengatur lebih lanjut ketentuan “Recommendation for the making of

    Offshore Structure”

    Pasca operasi adalah masa dimana instalasi minyak dan gas bumi

    dinyatakan tidak lagi operasi atau bermanfaat untuk keperluan produksi

    dan hal ini akan berdampak terhadap kegiatan pemanfaatan laut lainnya

    apabila tidak segera dikendalikan yakni melakukan pembongkaran

    instalasi atau program decomunisioning sesuai ketentuan yang berlaku dan

    kewajiban yang telah diatur dalam kontrak kerja sama Technical

    Assistance Contract (TAC).

  • 26

    k. PEMANDUAN

    Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal dan

    kerugian lain dalam pelayaran adalah dengan melaksanakan jasa

    pemanduan. Karena pandu dianggap seorang navigator yang sangat

    mengetahui kondisi dan sifat perairan setempat disamping keahliannya

    untuk mengendalikan kapal melalui saran atau komando perintahnya

    kepada nakhoda sehingga kapal dapat melayari suatu perairan dengan

    selamat.

    Perairan pandu dialokasikan untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan

    ketertiban maupun kelancaran lalu-lintas kapal pada wilayah perairan

    tertentu. Faktor yang mempengaruhi penetapan perairan tertentu menjadi

    perairan pandu antara lain :

    l. POLA PENGELOLAAN ALUR PELAYARAN

    Pada dasarnya pengelolaan alur dilakukan guna mendukung kelancaran

    lalu- lintas laut dengan memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan

    pelayaran serta aspek lingkungan dimana setiap tahunnya terjadi

    peningkatan aktivitas traffik sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan

    angkutan laut.

    Dampak belum terlaksananya pengelolaan alur pelayaran antara lain

    terjadinya kecelakaan dan kandasnya kapal di beberapa alur pelayaran

    yang disebabkan tidak terpantaunya peningkatan kepadatan traffik dan

    kondisi fisik perairan (perubahan kondisi perairan dan perilaku gerakan air

    laut dan cuaca). Disamping itu adanya beberapa aktivitas di perairan

    seperti bangunan ataupun instalasi dan gelaran kabel ataupun pipa yang

    tidak tertata dan juga perilaku nelayan di dalam melakukan aktivitasnya

    yang dapat mengganggu kelancaran lalu-lintas kapal.

    Dalam rangka memenuhi kewajiban ketentuan Internasional dalam

    menjamin keamanan, ketertiban di wilayah laut dan keselamatan pelayaran

    di perairan Indonesia maka dikeluarkan kebijakan tentang peruntukkan

    wilayah laut Indonesia beserta pengawasannya yang antara lain berupa :

    penentuan batas negara, penentuan alur pelayaran, penetapan batas-batas

    alur pelayaran, penetapan kawasan khusus antara lain kawasan wisata,

    pengeboran minyak, pipa/kabel bawah laut ataupun pelabuhan. Penetapan

    peruntukan wilayah laut harus diikuti dengan kesiapan pemberian petunjuk

    dan pengenalan wilayah laut tersebut dengan Sarana Bantu Navigasi

    Pelayaran (SBNP) serta dituangkan pada peta laut. Fungsi SBNP adalah

    sebagai penentu posisi kapal dan menunjukan wilayah yang aman bagi

    kapal yang berlayar dan juga tanda perbatasan negara serta pemberitahuan

    tentang adanya bahaya dan rintangan kenavigasian.

    m. KONDISI TRAFFIK

  • 27

    Perkembangan perekonomian selalu diikuti oleh peningkatan traffik serta

    perkembangan teknologi kapal dan informasi sehingga hal ini menjadi

    tantangan bagi penyelenggaraan alur pelayaran. Meningkatnya

    pertumbuhan ekonomi hampir di semua wilayah perlu dicermati terhadap

    peningkatan lalu-lintas angkutan laut dan kebutuhan akan alur pelayaran

    antara lain selat Malaka atau alur pelabuhan Surabaya yang menunjukkan

    peningkatan jumlah traffik dan jenis kapal yang signifikan sehingga perlu

    mendapat perhatian bagi pengelola alur.

    Beberapa kasus kecelakaan kapal baik tubrukan ataupun kandas kapal

    menunjukkan adanya kelemahan pada alur pelayaran beserta fasilitasnya

    sehingga perlu dilakukan penelitian penyebabnya.

    Seperti data traffik alur pelabuhan Surabaya yang menunjukkan bahwa

    jumlah kunjungan kapal petikemas lnternasional cenderung menurun

    namun sebaliknya total GRT kapal cenderung meningkat yang berarti

    dimensi kapal yang berkunjungan makin besar. namun untuk jenis

    pelayaran lainnya cenderung stabil.

    Berbeda dengan data traffik selat Malaka yang menunjukkan jumlah

    traffik dan dimensi kapal yang melintasi selat Malaka cenderung

    meningkat. Selat Malaka dilalui oleh sekitar 300 unit kapal setiap

    bulannya termasuk diantaranya kapal super tangker minyak dan gas alam

    cair (VLCC) serta super container dengan kapasiatas hingga 5 juta ton.

    Jalur transportasi strategis tersebut disamping memberikan manfaat secara

    ekonomi juga mengandung resiko terhadap bahaya kerugian dari aspek

    keselamatan maupun ekologi. Perhitungan terhadap biaya pemeliharaan

    alur pelayaran baik dari aspek perairan maupun perawatan fasilitas SBNP

    belum ada kritarianya yang dapat dijadikan pedoman dalam mentukan

    klaim kerugian. Pedoman tersebut merupakan dokumen yang memuat

    petunjuk praktis untuk antisipasi terjadinya kerusakan dan perawatan serta

    pemeliharaan SBNP mulai dari traffik, identifikasi kerusakan, rahabilitasi

    serta melakukan klaim.

    n. POLA PENGEMBANGAN ALUR PELAYARAN

    Alur pelayaran merupakan salah satu infrastruktur transportasi laut yang

    memanfaatkan sumberdaya kelautan dimana keberadaannya diakui dan

    kawasannya dibebaskankan dari aktivitas kelautan lainnya. Pada dasarnya

    tujuan untuk menetapkan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran

    yang ideal dan dapat memenuhi aspek keamanan, keselamatan dan

    kelancaran berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya. Kawasan alur

    pelayaran ditetapkan oleh batas-batas yang ditentukan secara jelas

    berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi dengan fasilitas sarana

    dan prasarana keselamatan pelayaran. Masalah yang mendasar dalam

    penetapan alur pelayaran adalah penentuan kawasan alur yang kurang

    mempertimbangkan berbagai aspek teknis dan ekonomis serta keterpaduan

    aktivitas kelautan sehingga fungsi alur sebagai jalur transportasi menjadi

  • 28

    terganggu sehingga belum menjamin untuk keselamatan berlayar serta

    effisien dalam melayarinya.

    Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dalam pengembangan potensi

    laut menimbulkan keanekaragaman aktivitas di perairan (laut dan pesisir)

    yang menghasilkan produktivitas sumberdaya alam dengan memanfaatkan

    berbagai kemudahan dalam pengelolaannya akan menimbulkan pemusatan

    pembangunan dan pengelolaan di wilayah tertentu yang memiliki skala

    dan intensitas yang tinggi. Oleh karenanya penetapan alur apabila dilihat

    dari aspek keselamatan adalah bertujuan untuk memperoleh jalur

    pelayaran kapal yang ideal dan dapat memenuhi perlindungan terhadap

    berbagai kepentingan aktivitas pengelolaan di laut. Peningkatan

    pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah menimbulkan

    peningkatan jumlah kunjungan kapal dan dimensi kapal oleh karenanya

    fasilitas alur pelayaran dan fasilitas sarana bantu navigasi pelayaran perlu

    disesuaikan dengan kebutuhan serta peningkatan teknologi perkapalan.

    Guna memenuhi kepentingan keselamatan pelayaran perlu ditetapkan alur

    laut dan perlintasan yang keberadaanya diakui secara nasional maupun

    lnternasional dan dituangkan dalam peta pelayaran dunia serta kawasannya

    dibebaskan dari aktivitas kelautan lainnya. Untuk itu perlu di alokasikan

    kawasan tertentu guna difungsikan sebagai alur pelayaran yang terbebas

    dari segala aktivitas kelautan serta memenuhi persyaratan ukuran dan

    jumlah kapal yang melewati guna kelancaran dan keselamatan berlayar

    serta effisien dalam penyelenggraannya.

    Penentuan dan pengaturan alur pelayaran seperti di laut, sungai, danau

    serta penyelenggaraannya dan juga pengaturan sistem rute dan tata cara

    berlalu lintas perlu diprogramkan guna kelancaran dan keselamatan

    berlayar disamping mengatur masalah bangunan atau instalasi di perairan

    khususnya di alur pelayaran. Penetapan sistem rute dan tata cara berlalu

    lintas didasarkan kepada

    o. PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI

    Tuntutan terhadap jasa transportasi laut yang cepat, tepat, aman, nyaman,

    teratur dan terjangkau oleh para pengguna jasa semakin meningkat namun

    hal tersebut kurang diimbangi oleh pemberian pelayanan yang layak dari

    aparat yang bekerja dilapangan. Peranan jasa transportasi laut yang effisien

    dan effektif sangat dominan dalam memperlancar arus barang maupun

    penumpang dan oleh karena itu perlu diperhatikan keseimbangan dalam

    penyediaan fasilitas sarana dan prasarana transportasi laut.

    Melalui perpaduan unsur teknologi dan informasi yang cukup canggih

    akan mampu menghadirkan peralatan kenavigasian bukan hanya sekedar

    alat pengaman dan komunikasi namun dapat juga sebagai alat transmisi

    data. Bagi para pengguna jasa yang mobilitasnya tinggi hal ini sangat

    membantu dan dengan adanya perkembangan teknologi dimana masalah

    jarak dan tarif sudah bukan merupakan penghalang.

  • 29

    Teknologi dan informasi dapat memberi peluang kepada pengguna jasa

    untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik yang dampak lanjutnya

    akan meningkatkan kelancaran transportasi laut. Perkembangan demi

    perkembangan sangat diharapkan dari teknologi dan informasi seperti

    munculnya AIS ataupun VTIS yang akan memudahkan kegiatan

    pengamatan laut dalam memantau keamanan dan keselamatan laut.

    Konvergensi teknologi merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan

    harus dapat diakomodsikan serta dimanfaatkan dan ditanggapi secara

    positif dalam bentuk penyesuaian maupun peningkatan menejemen dan

    peralatan serta SDM.

    lnternasional Maritime Organization (IMO) dan Savety of Life at Sea

    (SOLAS) chapter V regulation 19 tentang implementasi Automatic

    ldentification System (AIS) menetapkan setiap kapal harus dilengkapi oleh

    peralatan AIS. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas dan

    posisi kapal serta dapat menuntun kapal apabila terjadi kondisi darurat

    (emergency).

    Sejalan dengan ketentuan tersebut peralatan AIS dapat dimanfaatkan untuk

    melakukan pengawasan dan mengatur cara berlalu-lintas di alur pelayaran

    maupun di lingkungan pelabuhan serta di daerah perairan perbatasan

    ataupun wilayah terpencil dalam rangka mendukung sistem keamanan dan

    keselamatan pelayaran. Hal ini dilakukan dengan menempatkan peralatan

    AIS tersebut pada lokasi tertentu yang dinilai strategis sebagai fungsi

    SBNP.

    p. KESIMPULAN

    Dalam rangka mewujudkan Keselamatan Pelayaran maka fungsi kegiatan

    Kenavigasian yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu

    Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel),

    Hidrografi, Alur dan Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi, Pemanduan,

    penanganan kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air

    (PBA) untuk kepentingan Keselamatan Pelayaran serta harus didukung

    dengan seperangkat hukum yang memadai

    Untuk menjamin kepentingan Nasional di perairan maka semua fungsi

    keselamatan pelayaran harus dapat berjalan dengan tertib, terarah dan

    mempunyai landasan hukum yang mantap

    Kecenderungan masing-masing instansi menerbitkan produk hukum yang

    tidak terintegrasi yang mengakibatkan terjadi kesimpang-siuran dan

    tumpang tindih dalam melaksanakan pemanfaatan laut

    Bahwa sesungguhnya penetapa alur pelayaran merupakan bagian yang

    tidak terpisahkan dari tata ruang Nasionap secara keseluruhan khususnya

    di perairan sehingga merupakan satu dimensi yang tidak terpisahkan dari

    dimensi-dimensi yang lain yang membentuk tataruang nasional.

    Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan

    terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut

    angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim.

  • 30

    Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan

    keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,

    pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan

    Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen

    keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen

    keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.

    Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan

    material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata

    susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan

    radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah

    dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

    Badan Klasifikasi adalah lembaga klasifikasi kapal yang melakukan

    pengaturan kekuatan konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu

    material marine, pengawasan pembangunan, pemeliharaan, dan

    perombakan kapal sesuai dengan peraturan klasifikasi.

    Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang

    digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik

    atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis,

    kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan

    terapung yang tidak berpindah-pindah.

    Kapal Perang adalah kapal Tentara Nasional Indonesia yang ditetapkan

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Kapal Negara adalah kapal milik negara digunakan oleh instansi

    Pemerintah tertentu yang diberi fungsi dan kewenangan sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menegakkan hukum serta

    tugas-tugas Pemerintah lainnya.

    Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan

    tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia.

    Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal

    oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal

    sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.

    Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pemimpin

    tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain Nakhoda.

    Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu

    Navigasi-Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan

    meteorologi, alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan,

    penanganan kerangka kapal, salvage dan pekerjaan bawah air untuk

    kepentingan keselamatan pelayaran kapal.

    Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik

    yang lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya

    dan/atau rintangan-pelayaran.

    Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan

    bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk

    dilayari.

  • 31

    Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang

    berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan

    keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.

    Telekomunikasi-Pelayaran adalah telekomunikasi khusus untuk

    keperluan dinas pelayaran yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman

    atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam

    bentuk apa pun melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem

    elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak-pelayaran yang merupakan

    bagian dari keselamatan pelayaran.

    Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran,

    dan informasi kepada Nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang

    penting agar navigasi-pelayaran dapat dilaksanakan dengan selamat, tertib,

    dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan.

    Perairan Wajib Pandu adalah wilayah perairan yang karena kondisi

    perairannya mewajibkan dilakukan pemanduan kepada kapal yang

    melayarinya.

    Pandu adalah pelaut yang mempunyai keahlian di bidang nautika yang

    telah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan pemanduan kapal.

    Pekerjaan Bawah Air adalah pekerjaan yang berhubungan dengan

    instalasi, konstruksi, atau kapal yang dilakukan di bawah air dan/atau

    pekerjaan di bawah air yang bersifat khusus, yaitu penggunaan peralatan

    bawah air yang dioperasikan dari permukaan air.

    5. Keselamatan Pelayaran

    Keselamatan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan

    keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,

    pelabuhan dan lingkungan maritim (Sadiq Prabandi : 2014).Keselamatan

    pelayaran sangat menentukan dalam penyelenggaraan angkutan laut

    nasional maupun internasional. Indonesia sebagai negara maritim dengan

    luas wilayah dua pertiga merupakan perairan, menjadikan transportasi laut

    sebagai tulang punggung yang perlu didukung oleh aspek keselamatan

    pelayaran yang tangguh.Sebagai negara maritim, transportasi laut berperan

    besar dalam fungsinya melayani mobilitas orang, barang, dan jasa baik

    lokal, regional, nasional, maupun internasional, serta peranannya sebagai

    pendukung pembangungan sektor lainnya. Disamping ituperan transportasi

    laut tentunya sebagai sarana utama dalam mewujudkan konektifitas antar

    pulau di Indonesia.

  • 32

    Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional yang

    mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan keselamatan jiwa,

    harta laut, serta kelestarian lingkungan.Lembaga tersebut dinamakan

    International Maritime Organization (IMO) yang bernaung dibawah PBB.

    Salah satu faktor penting dalam mewujudkan keselamatan serta kelestarian

    lingkungan laut adalah keterampilan, keahlian dari manusia yang terkait

    dengan pengoperasian dari alat transportasi kapal di laut, karena

    bagaimanapun kokohnya konstruksi suatu kapal dan betapapun

    canggihnya teknologi baik sarana bantu maupun peralatan yang

    ditempatkan di atas kapal tersebut kalau dioperasikan manusia yang tidak

    mempunyai keterampilan atau keahlian sesuai dengan tugas dan fungsinya

    maka semua akan sia-sia.Sebuah dasar hukum telah menaungi jaminan

    keamanan dan keselamatan dalam pelayaran, yakni UU Nomor 17 Tahun

    2008 tentang Pelayaran yang menyatakan bahwa keselamatan dan

    keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan

    keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan,

    kepelabuhanan, dan lingkungan maritim. Meskipun telah ada dasar

    hukum, berbagai kecelakaan di laut tetap tak bisa di hindari dan semakin

    marak terjadi

    Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan penyediaan

    jaringan sarana dan prasarana transportasi yang menjamin kelancaran arus

    barang dan jasa serta penyeberangan arus investasi secara merata diseluruh

    daerah. Karena itu pembinaan dan pengembangan transportasi laut terus

    digalakan sampai mencapai tingkat pelayanan optimal bagimasyarakat

    pengguna jasa. Melalui transportasi laut, telah terbentuk jaringan

    pelayaran yang luas baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Jaringan

    pelayaran yang luas ini dapat terselenggara dengan baik apabila didukung

    oleh sistem keselamatan dan keamanan dan sumber daya manusia yang

    mengendalikan keberhasilan pelayanan ini.

    Disamping itu masalah keamanan juga menjadi isu strategis internasional

    yang berkembang diakhir-akhir ini. Pemberlakuan ketentuan mengenai

  • 33

    keamanan dikapal dan fasilitas pelabuhan yang disebut internasioanl ship

    and port facilities security (ISPS) code sejak 1 juni 2004 menuntut

    pembenahan besar-besaran serta mendasar dalam rangka penerapannya di

    Indonesia. dalam kegiatan ini tiga pihak yang tidak dapat dilepaskan dari

    penyelenggaraan keselamatan pelayaran yaitu regulator, provider dan

    user, dibutuhkan sinergi diantara ketiga pihak untuk mewujudkan

    transportasi laut yang mengutamakan keselamatan dan keamanan berlayar.

    a. Regulator

    Dari piahak regulator harus mampu menyediakan meyiapkan aturan-

    aturan yang dapat mengantisipasi berbagai fenomena yang muncul

    b. Provider

    Provider bertugas menyediakan sarana dan prasarana transportasi laut

    sesuai dengan standar pelayaran secara efektif dan efisien.

    c. User

    Dalam hal ini diharapkan dapat memahami berbagai prosedur dan

    ketentuan terkait dengan keselamatan.