5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pekerja
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja merupakan setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Dan pekerja merupakan setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan.
Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.
K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa pekerja tambang merupakan
setiap orang yang langsung bekerja pada kegiatan usaha pertambangan.
Kerja merupakan aspek evaluative yang bersifat menilai sesuatu
hal.Pekerja dalam pekerjaannya selalu mendapatkan pengaruhmdari
lingkungan kerjanya. Agar seorang pekerja dapat berprestasi secara
optimal maka disamping pekerja tersebut sehat juga bekerja dalam
lingkungan kerja serta dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan
kerja baik secara fisik maupun mental (Geertz, 1979).
6
2. Tempat Kerja
a. Pengertian
Menurut Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa tempat kerja merupakan tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tidak
bergerak, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki kerja
untuk keperluan suatu usaha dan diman terdapat sumber bahaya.
Menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No 555.
K/26/M.PE/Tahun 1995 menyatakan bahwa tempat usaha
pertambangan merupakan setiap tempat yang bertujuan atau
berhubungan langsung dengan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan, pengangkutan,
penjualan, bahan galian golongan a, b, dan c termasuk sarana
prasarana penunjang yang di atas maupun di bawah tanah. Baik yang
berada dalam satu wilayah atau pada tempat yang terpisah.
b. Kondisi tempat kerja
Menurut Aztanti dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003)
menjelaskan bahwa penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja merupakan faktor
dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang
tenaga kerja. Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
7
lingkungan kerja sehat antara lain adalah sebagai penyebab timbulnya
kelelahan kerja.
3. Pekerjaan
Secara garis besar pekerjaan merupakan beban bagi pekerja. Beban
tersebut dapat berupa beban fisik, psikis, dan sosial dalam kehidupan
individu untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan tertentu
agar kelangsungan hidup individu dapat dipertahankan, dan taraf
kehidupan lebih baik dapat dicapai oleh pekerja yang bersangkutan.
Terdapat tiga kategori pekerjaan (Kurniawan, 1977), antara lain :
a. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga pikiran.
b. Pekerjaan yang terutama memerlukan tenaga fisik.
c. Pekerjaan yang memerlukan tenaga pikiran maupun tenaga fisik.
4. Faktor Bahaya
Bahaya merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan penyakit akibat
kerja (OHSAS 18001, 2007).
Menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011, faktor
lingkungan kerja merupakan potensi-potensi bahaya yang kemungkinan
terjadi di lingkungan kerja akibat adanya suatu proses kerja. Adapun
faktor bahaya menurut PERMENAKERTRANS NO. 13 Tahun 2011
antara lain :
8
a. Faktor fisika adalah faktor di tempat kerja yang bersifat fisika yang
terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar
ultra ungu, dan medan magnet.
b. Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia
yang terdiri dari partikel atau padatan, gas, kabut, aerosol, dan uap
yang berasal dari bahan-bahan kimia.
Berdasarkan Suma’mur (2014) terdapat empat faktor bahaya di
tempat kerja, antara lain :
a. Faktor fisis yang terdiri dari getaran, iklim kerja, kebisingan, tekanan
udara, penerangan, dan bau-bauan.
b. Faktor biologi yang terdiri dari virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing,
kutu, pinjal dan mungkin tumbuhan atau hewan besar.
c. Faktor kimia
d. Faktor psikologi
Menurut Tarwaka (2008), Potensi bahaya terdapat hampir disetiap
tempat dimana dilakukan suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun
di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut tidak di kendalikan
dengan tepat, maka akan menyebabkan kelelahan, sakit, cedera, dan
bahkan kecelakaan yang serius. Upaya untuk mencegah dan mengurangi
risiko yang mungkin timbul akibat pekerjaan perlu segera dilakukan.
Melalui hazard management procces, risiko yang mungkin timbul dapat
9
diidentifikasikan, dinilai dan dikendalikan sedini mungkin melalui
pendekatan preventif, inovatif dan partisipatif.
Harrington dan Gill (1983) mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Terdapat empat fakor yang dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja yaitu faktor fisik, faktor kimia, faktor
biologi dan faktor ergonomi.
5. Kelelahan Kerja
a. Pengertian kelelahan kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan
setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada
susunan saraf terdapat sistem aktivasi dan inhibisi, istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap
individu tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2010).
Kelelahan merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot.
Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab
mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean, 1993).
Kelelahan adalah kondisi akut, yang dimulai rasa letih yang
kemudian mengarah pada kelelahan mental atau fisik dan dapat
10
menghalangi seorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam
batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari sekedar perasaan letih dan
mengantuk, perasaan lelah terjadi ketika seseorang telah sampai batas
kondisi fisik atau mental yang dimilikinya (Australan Safety and
Compentation Counsil, 2006).
Kelelahan kerja menurut Suma’mur (2009), merupakan reaksi
fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang di pengaruhi
oleh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat dan sistem
penggerak tetapi semuanya bermuara kepada pengurangan kapasitas
kerja dan ketahanan tubuh.
Kelelahan kerja menurut Grandjean (1985), kelelahan kerja
adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaaan.
Kelelahan kerja tidak dapat di definisikan secara jelas tetapi
dapat dirasakan sebagai perasaan kelelahan kerja diserta adanya
perubahan waktu reaksi yang menonjol maka indikator perasaan
kelelahan kerja dan waktu reaksi dapat dipergunakan untuk
mengetahui adanya kelelahan kerja. Perasaan kelelahan kerja adalah
gejala subjektif kelelahan kerja yang dikeluhkan pekerja yang
merupakan semua perasaan yang tidak menyenangkan (Lientje, 2011).
b. Jenis kelelahan kerja
Berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan dibagi menjadi dua
macam yaitu : kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu
11
organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kerja kronis,
terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan.
Dalam hal ini kelelahan terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan
(Grandjean dan Kogi, 1971)
Berdasarkan penyebabnya kelelahan dibagi menjadi dua yaitu
kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis
disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja yaitu suhu dan kebisingan.
Sedangkan kelelahan psikologis disebabkan oleh faktor
psikologis(Singleton, 1972)
Kelelahan pada setiap orang berbeda-beda dalam pengungkapan
dan gejalanya biasanya bersifat subyektif tetapi kelelahan dalam hal
ini yaitu berupa penurunan efisiensi dan ketahanan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Kelelahan umum dapat berupa keadaan sakit, apabila
kelelahan tersebut bersifat medis dan disertai dengan adanya gejala
yang ditemukan pada tenaga kerja berupa sakit kepala, berdebar-debar,
sesak nafas, hilangnya nafsu makan, gangguan pencernaan, gangguan
tidur dan sebagainya.Grandjean (1988), mengklasifikasikan kelelahan
kedalam 7 bagian, antara lain :
1) Kelelahan visual yaitu meningkatnya kelelahan pada mata.
2) Kelelahan pada tubuh secara umum merupakan suatu kelelahan
yang diakibatkan beban fisik yang berlebihan.
3) Kelelahan mental merupakan suatu kelelahan yang disebabkan
12
oleh pekerjaan mental atau intelektual.
4) Kelelahan syaraf merupakan kelelahan yang disebabkan
olehadanya tekanan yang berlebihan pada salah satu bagian sistem
psikomotor, seperti pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan.
5) Pekerjaan yang bersifat monoton.
6) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang disebabkan oleh
adanya akumulasi efek jangka panjang.
7) Kelelahan circadian merupakan bagian dari ritme siang-malam,
dan melalui periode tidur yang baru.
c. Penyebab Kelelahan Kerja
Kelelahan otot dapat disebabkan oleh aktivitas statis yang
berbeda dengan aktivitas dinamis, yang mana jika pengerahan otot
statis sebesar 15%-20% dengan pembebanan berlangsung sepanjang
hari akan menimbulkan rasa nyeri. Untuk mempertahankan kondisi
tubuh tanpa menimbulkan lelah yang berat, jika tenaga yang
dikeluarkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.Tiga
pendapat mengatakan bahwa kebutuhan metabolism pada aktivitas
dinamis dan statis melampaui kapasitas energi yang dihasilkan
seseorang, maka kontraksi otot terpengaruh yang menimbulkan
kelelahan pada seluruh badan. Dengan demikian semakin lambat
gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot
seseorang (Tarwaka dkk, 2004).
13
Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima kelompok sebab
kelelahan yaitu :
1) Monotoni.
2) Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.
3) Keadaan lingkungan (seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan).
4) Keadaan kejiwaan (seperti tanggung jawab, khawatir atau konflik).
5) Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.
Menurut Tarwaka (2004) faktor-faktor penyebab kelelahan kerja
sangat bervariasi diantaranya adalah akibat :
1) Aktivitas kerja fisik.
2) Aktivitas kerja mental.
3) Stasiun kerja yang tidak ergonomis.
4) Sikap paksa.
5) Kerja statis.
6) Kerja bersifat monotoni.
7) Lingkungan kerja ekstrim.
8) Psikologis.
9) Kebutuhan kalori kurang.
10) Waktu kerja dan istirahat tidak tepat.
Gizi juga mempunyai pengaruh terhadap cepat atau lambatnya
seseorang mengalami masalah kelelahan kerja. Dengan gizi yang baik,
14
maka pekerja tidak akan mudah mengalami masalah kelelahan kerja,
tetapi jika gizi kerja yang tidak baik maka seseorang akan lebih cepat
mengalami masalah kelelahan kerja. Salah satu untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas tenaga kerja adalah mengatasi masalah gizi,
yaitu dengan penyelenggaraan makan ditempat kerja yang memenuhi
nilai gizi makanan berimbang (Dewan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Nasional, 1994).
Menurut ILO (1983) bahwa penyebab kelelahan kerja umumnya
berkaitan dengan :
1) Sifat pekerjaan yang monoton.
2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental atau fisik yang tinggi.
3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan, kebisingan, dan lingkungan kerja
lain yang tidak memadai.
4) Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan, dan konflik.
5) Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi.
6) Circadian rhythm.
d. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terjadinya kelelahan kerja
mulai dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai, lama dan
ketepatan waktu istirahat, keadaan perjalanan, fasilitas kerja.Hal-hal
lain yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja
adalah adanya pemberian perhatian khusus bagi pekerja tertentu
15
seperti pekerja muda usia, pekerja wanita hamil atau menyusui,
pekerja lanjut usia, pekerja yang selalu bertugas malam dan pekerja
baru atau baru pindah dari bagian kain. Pencegahan minum alkohol
dan pencegahan kebiasaan minum obat-obatan tertentu diluar
pengawasan medis juga dapat member makna bagi penurunan
kecenderungan mengalami kelelahan kerja (Phoon, 1988).
Kondisi tempat kerja meliputi seluruh hal yang ada ditempat
kerja, dari segi ergonomi (tempat kerja, peralatan kerja, mesin
produksi), suhu di tempat kerja, kebisingan, getaran, debu dan lainnya
yang berkaitan dengan kondisi tempat kerja (Aztanti, 2003).
e. Tanda-tanda kelelahan
Menurut Suma’mur (2013), gejala atau perasaan yang
menandakan bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan adalah :
1) Perasaan berat di kepala.
2) Menjadi lelah diseluruh badan.
3) Kaki merasa berat.
4) Menguap.
5) Merasa kacau pikiran.
6) Mengantuk.
7) Merasa berat pada mata.
8) Kaku dan canggung dalam gerak.
9) Tidak seimbang dalam berdiri.
16
10) Mau berbaring.
11) Merasa susah berfikir dan lelah berbicara.
12) Gugup.
13) Tidak dapat berkosentrasi.
14) Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu.
15) Cenderung lupa.
16) Kurang kepercayaan diri.
17) Cemas terhadap sesuatu.
18) Tidak dapat mengkontrol sifat.
19) Tidak dapat tekun dalam bekerja.
20) Sakit kepala.
21) Kekakuan dibahu.
22) Merasa nyeri dipunggung.
23) Merasa pernafasan tertekan.
24) Merasa haus.
25) Merasa pening.
26) Suara serak.
27) Spasme kelopak mata.
28) Tremor pada anggota badan.
29) Merasa kurang sehat.
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan
melemahnya kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan
17
20-30 gambar terjadinya kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan
umum yang melelahkan(Suma’mur, 2013).
Kelelahan pada umumnya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam
sikap, orientasi, dan penyesuaian pekerja yang mengalami kelelahan
kerja (Chavalitsakulchai dan Shahnavas, 1991).
Gilmer (1966) dan Cameron (1973) menyebutkan bahwa gejala-
gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut :
1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti
penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan, dan hambatan
persepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok
dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan
inisiatif.
2) Gejala umum yang sering menyertai gejala di atas adalah sakit
kepala, vertigo, gangguan fungsi paru, gangguan fungsi jantung
dan, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan
Kelelahan kerja kronis terdapat gejala-gejala yang tidak spesifik
berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan
kesukaran tidur (Gilmer, 1966 dan Cameron, 1973).
Menurut Grandjean (1995), bahwa gejala kelelahan kerja kronis
ada dua macam yaitu gejala subjektif dan obyektif . Gejala kelelahan
18
kronis yang penting adalah adanya perasaan lelah, penurunan
kesiagaan, penurunan persepsi dan perlambatan kecepatan bereaksi.
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat
ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif
biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-
40% dari tenaga aerobic. Pengaruh seperti ini seperti berkumpul
didalam tubuh mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 1996).
f. Risiko terjadinya kelelahan kerja
Kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu
prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang
menurun, badan terasa tidak enak di sampig semangat kerja yang
munurun (Bartley dan Chute, 1982).
Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya
kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri
maupun perusahaan karena ada penurunan produktivitas kerja (Gilmer,
1966 dan Suma’mur, 1984).
Menurut Tarwaka (2004), kelelahan kerja dapat menimbulkan
suatu dampak yang dapat merugikan kepada perusahaan, secara
langsung kelelahan kerja dapat mengakibatkan :
19
1) Motivasi kerja menurun.
2) Performansi rendah.
3) Kualitas kerja rendah.
4) Banyak terjadi kesalahan.
5) Stres akibat kerja.
6) Penyakit akibat kerja.
7) Cedera.
8) Terjadinya kecelakaan akibat kerja.
6. Pengukuran tingkat kelelahan kerja
Kelelahan kerja dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain :
a. Reaction Timer atau Waktu Reaksi
Tingkat kelelahan kerja dapat di ukur dengan menggunakan alat
yang disebut Reaction Timer atau Alat Pemeriksa Waktu Reaksi.Alat
pemeriksa waktu reaksi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
waktu yang diperlukan antara pemberian rangsang dan respon yang
ditimbulkan oleh rangsang baik yang berupa rangsang suara maupun
rangsang cahaya yang ditampilkan secara digital (Lientje, 2011).
Menurut Suma’mur (2009) waktu reaksi adalah waktu yang
terjadi antara pemberian rangsang tunggal sampai timbulnya respon
terhadap rangsang tersebut.Waktu reaksi ini merupakan reaksi
sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan
koordinasi.
20
Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang
sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya kegiatan.
Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara,
sentuhan kulit atau goyangan badan (Tarwaka, 2010).
Kelemahan dalam uji ini adalah muncul suatu kenyataan bahwa
pada uji ini sering sekali membuat permintaan yang sulit pada subjek
yang diteliti, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan (Granjean,
1997 dalam Putri, 2008).
Uji validitasi isi dari konstruk alat waktu reaksi L77
menunjukkan hasil yang baik. Untuk pengujian reliabilitas dilakukan
dengan metode test retest hasilnya : 0,89 (Lientje, 2011).
1) Tujuan pengukuran
Tujuan pengukuran waktu reaksi adalah untuk menentukan
waktu yang diperlukan antara pemberian rangsang sampai
timbulnya respon terhadap rangsang tersebut, yang dalam hal ini
berupa rangsang suara dan rangsang cahaya yang ditampilkan
secara digital pada alat pemeriksa waktu reaksi (Lientje, 2011).
2) Tingkat kelelahan kerja
Tingkat kelelahan kerja menurut Lientje (2011)
dikategorikan menjadi empat, antara lain :
a) Normal : 150-240 milidetik
b) Ringan : 240- <410
21
c) Sedang : 410- <580
d) Berat : >580
b. Uji Finger Tapping (Uji ketuk jari)
Uji Finger Tapping (Uji ketuk jari) adalah untuk mengukur kecepatan
maksimal mengetukkan jari tangan dalam suatu periode waktu
tertentu. Uji ini sangat lemah karena banyak faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses mengetukkan jari-jari tangan dan uji ini
tidak dapat dipakai untuk menguji kelelahan kerja bermacam-macam
pekerjaan (Grandjean, 1995).
c. Uji Flicker fusion
Uji Flicker fusion adalah pengukuran kecepatan berkelipnya cahaya
yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan tertentu sehingga
cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang continue, uji ini hanya
dipergunakan untuk menilai kelelahan mata saja (Grandjean, 1995).
d. Uji Bourdon Wiersma
Uji Bourdon Wiersma adalah pengujian terhadap kecepatan bereaksi
dan ketelitian. Uji ini digunakan untuk menguji kelelahan pada
pengemudi (Manuaba dan Nala, 1971).
e. Pemeriksaan tremor pada tangan
Pemeriksaan tremor pada tangan dapat dipakai untuk mengukur
kelelahan pada tiap orang maupun pada tiap pekerjaan karena adanya
tremor pada tangan yang dapat terjadi tidak saja pada kelelahan tetapi
22
juga dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit tertentu (Sutarman,
1972).
f. Metode Blink
Metode Blink adalah pengujian untuk kelelahan tubuh secara
keseluruhan dengan melihat objek yang bergerak dengan mata yang
terkejap secara cepat dan berulang ulang, cara ini tidak dapat untuk
menguji jenis kelelahan kerja pada tiap pekerjaan (Fuki dan Marioka,
1971).
7. Manajemen kelelahan kerja
Menurut Tarwaka (2004), upaya untuk mengatasi memburuknya
kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
a. Disesuaikan dengan kapasitas kerja fisik.
b. Redesain stasiun kerja yang ergonomis.
c. Bekerja dengan sikap kerja alamiah.
d. Kerja lebih dinamis.
e. Kerja lebih bervariasi.
f. Redesain lingkungan kerja.
g. Reorganisasi kerja.
h. Kebutuhan kalori seimbang.
i. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan.
23
Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dikurangi bahkan
ditiadakan dengan melakukan pendekatan berbagai cara yang ditunjukkan
kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengolahan kondisi pekerjaan
dan lingkungan kerja di tempat kerja. Penerapan ergonomi yang bertalian
dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengolahan
lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologi dan psikologi kerja
merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.
Menurut Suma’mur (2013), kelelahan kerja dapat dikurangi dengan
penyediaan sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi,
penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, penggunaan warna dan dekorasi
pada lingkungan kerja dan pengadaan musik ditempat kerja. Pemeriksaan
kesehatan bagi pekerja dengan sistem bergilir sebaiknya dilakukan tiap
enam bulan sekali.
Manajemen kelelahan kerja adalah suatu sistem dalam perusahaan
yang bertujuan untuk melakukan suatu progam pengaturan untuk
melakukan penanggulangan terhadap kelelahan sehingga dampak dari
kelelahan tersebut dapat dicegah dan diminimalkan dan pada akhirnya
akan menciptakan suatu hasil yang berupa peningkatan produktivitas
individu tiap tenaga kerja (Suma’mur, 2013).
Agar dapat dilakukan pengendalian kelelahan kerja maka
manajemen kelelahan kerja harus terintegrasi dengan manajemen K3
24
peruahaan. Guna memberikan kejelasan dalam manajemen kelelahan kerja
diutarakan terlebih dahulu manajemen K3 di perusahaan (Lientje, 2011).
Adapun progam penanggulangan kelelahan kerja menurut Lientje,
2011 antara lain :
a. Promosi kesehatan kerja
1) Promosi intrakurikuler, yang dimaksud dengan promosi ini adalah
memasukkan materi Hiperkes ke dalam kurikulum ilmu kesehatan
secara lebih intensif, mengadakan lomba mengarang tentang
hiperkes secara periodik, dan kegiatan-kegiatan lain yang
bertujuan memasukkan ilmu hiperkes kepada kehidupan para calon
pekerja maupun pekerja.
2) Promosi ekstrakurikuler, yang dimaksuda adalah memasukkan
materi hiperkes kedalam acara-acara atau peristiwa tertentu.
3) Promosi melalui perusahaan masing-masing. Pekerja memperoleh
penerangan tentang bekerja secara sehat, dengan produktivitas
yang setinggi mungkin melalui pendekatan ilmu ergonomi,
memonitorin lingkungan kerja yang sehat dan pemberian gizi.
4) Promosi melalui media masa. Yang dimaksud adalah memasukkan
materi hiperkes kedalam acara TV, RRI, radio swasta, dan surat
kabar.
25
b. Pencegahan kelelahan kerja
Pencegahan kelelahan kerja ini terutama ditujukan kepada upaya
penekanan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada
kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh
secara positif. Faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif yang
perlu ditekan misal adanya stres kronis dan stres akut, yaitu dengan
tidak menciptakan atau menghindarkan stres buatan manusia (Lintje,
2011).
c. Pengobatan kelelahan kerja
Mengingat kelelahan kerja merupakan keadaan yang dapat
mengganggu pekerja, perusahaan dan pihak masyarakat maka pekerja
dengan kelelahan kerja perlu mendapat pengobatan sesuai dengan
penyebabnya di samping penanganan kehadiran faktor-faktor lain yang
dapat berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pengobatan kelelahan
kerja ini dapat berbentuk obat-obat, terapi kognitif dan perilaku
pekerja yang bersangkutan, penyuluhan mental, bimbingan mental,
perbaikan lingkungan kerja, ergonomi, serta pemberian gizi kerja yang
memadai (Lintje, 2011).
d. Rehabilitasi kelelahan kerja
Rehabilitasi kelelahan kerja adalah melanjutkan tindakan dan
progam pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja
tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat (Lintje, 2011).
26
Perusahaan perlu membentuk unit konseling pengendalian
kelelahan kerja, di samping perbaikan pelayanan kesehatan dan
lingkungan kerja perusahaan serta pendokumentasian dan review
secara baik. Beberapa faktor pengetahuan, kondisi fisik serta pengaruh
keluarga dan rekan kerja merupakan faktor pembentukan performansi
seseorang dalam bekerja dan manajemen kelelahan kerja (Lintje,
2011).
e. Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja
Evaluasi progam pengendalian kelelahan kerja adalah salah satu
bagian dari progam perusahaan yang antara lain bersifat pemantauan
terhadap jalannya progam terkait yang bersifat terus menerus, yang di
sesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam evaluasi ini di
simpulkan, apakah progam dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
sesuai dengan kebutuhan pekerja? Apakah kendala-kendala yang
dihadapi dan apakah perkembangan-perkembangan baru yang tidak
ada dalam progam yang perlu mendapat penanganan? Apakah hasil
progam ini secara objektf cukup bermakna dalam menurunkan kasus
kelelahan kerja kronis (Lintje, 2011).
27
B. Kerangka Pemikiran
Evaluasi
KET :
Tidak di teliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Pekerja
Faktor Bahaya
Pekerjaan
Kelelahan Kerja Penyebab
Kelelahan
Tempat Kerja
Otot
Tingkat
Kelelahan
Tidak
Tercapai
Manajemen Kelelahan :
a. Promosi kesehatan
b. Pencegahan kelelahan
c. Pengobatan kelelahan
d. Rehabilitas kelelahan
Fakto-faktor
yang
berpengaruh
Umum
Pengukuran
Kelelahan
Tercapai
Eksternal
Internal