12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Keagenan
Teori keagenan ini muncul ketika terjadi sebuah kontrak antara
manajer (agent) dengan pemilik (principal). Seorang manajer (agent) akan
lebih mengetahui mengenai keadaan perusahaannya dibandingkan dengan
pemilik (principal). Manajer (agent) berkewajiban untuk memberikan
informasi kepada pemilik (principal). Akan tetapi informasi yang
disampaikan terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di
perusahaan. Konflik kepentingan antar manajer (agent) dengan pemilik
(principal) akan menimbulkan adanya biaya keagenan (agency cost) (Putu,
2017:13).
Agency relationship didefinisikan sebagai kontrak dimana satu atau
lebih orang (disebut owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk
seorang lainnya (disebut agen atau pengurus/manajemen) untuk
melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut
termasuk pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan. Dalam
hal ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan
sumber daya yang ada di bank tersebut secara maksimal. Bila kedua pihak
memaksimalkan perannya (utility maximizers), cukup beralasan apabila
manajemen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Hal ini
sangat beralasan sekali karena pada umumnya pemilik memiliki welfare
motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya manajemen lebih bersifat
13
jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan
profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan
dalam jangka panjang. Untuk membatasi atau mengurangi kemungkinan
tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang sesuai bagi manajemen,
yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji (Andri
Veno, 2015).
Biaya keagenan atau agency cost ini mencakup biaya untuk
pengawasan oleh pemegang saham, biaya yang dikeluarkan oleh
manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya
audit yang independen dan pengendalian internal, serta biaya yang
disebabkan karena menurunnya nilai pemegang saham sebagai bentuk
“boinding expenditures” yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk
opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham. Selain agency cost, konflik yang
terjadi antara manajer (agent) dengan pemilik (principal) juga dapat
memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan
manajemen laba (Putu, 2017:13).
Dan teori keagenan juga mengungkapkan bahwa hubungan
keagenan ada ketika agen dipekerjakan oleh prinsipal untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian memberikan kewenangan kepada agen tersebut
untuk pengambilan keputusan. Tujuan dari teori keagenan ialah untuk
menaikkan kemampuan perseorangan baik itu agen maupun prinsipal
dalam menilai lingkungan dimana keputusan harus diambil, menilai hasil
14
dari keputusan yang telah ditetapkan untuk memudahkan pembagian hasil
antra agen dan prinsipal berpatokan pada kontrak kerja yang telah disetujui
bersama (Khika dan I Gede, 2017: 6).
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, Terry D. Warfield,
mendefinisikan laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian
informasi keuangan utama kepada pihak–pihak di luar korporasi. Laporan
ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai
moneter.
Laporan keuangan (financial statements) merupakan produk akhir
dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi
bisnis. Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan
data keuangan atau aktivitas keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai
alat komunikasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak
yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan perusahaan
dan kinerja perusahaan. (Hery,2016:3)
Menurut Mirawati dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap kinerja Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 menjelaskan bahwa
15
laporan keuangan dalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak–pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan.
Disisi lain perusahaan juga membuat laporan keuangan tahunan,
dari bulan Januari sampai dengan Desember. Akan tetapi manajemen tetap
manajemen tetap menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih
pendek, misalnya bulanan, triwulan, atau kuartal.
Jadi laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi
yang menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang dilaporan
dalam satu periode akuntansi (Satu tahun atau januari sampai dengan
desember) serta dijadikan sebagai alat komunikasi kepada pihak-pihak
yang memiliki kepentingan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen
perusahaan kepada pemilik perusahaan.
2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Dalam prakteknya, secara umum ada lima jenis laporan keuangan
yang bisa disusun, yaitu : (Ferra, 2015:128-129)
a. Neraca
Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menunjukkan
posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi
16
keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta)
dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan
komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan
jatuh tempo. Artinya penyusunan komponen neraca harus didasarkan
likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicairkan.
b. Laporan Laba Rugi
Laporam laba rugi (Income Statement) ialah laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan serta
sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga
tergambar jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau
rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya,
perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih
kecil dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan rugi.
c. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal ialah laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga
menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan.
Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan
modal. Artinya laporan ini baru dibuat bila mememang ada perubahan
modal.
17
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas ialah laporan yang ditunjukkan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus
disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan kas
terdiri arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama
periode tertentu. Kas masuk terdiri uang yang masuk ke perusahaan,
seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar
merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-enis pengeluarannya,
seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.
e. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan atas catatan atas laporan keuangan ialah laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen
atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan
terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-
pihak yang berkepentingan tidak salah menafsirkannya.
3. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam
pengambilan keputusan investasi dan kredit. (Hery, 2016:4)
Tujuan Khusus laporan keuangan adalah menyajikan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara
18
wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
(Hery, 2016:4) Sedangkan tujuan umum laporan keuangan adalah:
a) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi
dan kewajiban perusahaan dengan tujuan:
1) Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan,
2) Menunjukan posisi keuangan dan investasi perusahaan,
3) Menilai kemapuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya,
4) Kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan
perusahaan.
b) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
tujuan:
1) Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang
diharapkan pemegang saham,
2) Menunjukan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pemerintah, dan
kemampuannya dalam mengumpulkan dana untuk kepentingan
ekspansi perusahaan
3) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian
4) Menunjukan tingkat kemapuan perusahaan dalam
mendapatkan laba jangka panjang.
19
5) Memungkinkan untuk menaksir potensi perushaan dalam
menghasilkan laba.
6) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang
perubahan asset dan kewajiban.
7) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan
oleh para pemakaian laporan.
Tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit
organization) adalah :
a. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakailainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai
investasi, kredit, dan lainnya.
b. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor
dan kreditor serta pemakailainnya dalam menentukan jumlah, waktu,
dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga
penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang
jatuh tempo.
c. Memberikan informasi tentang sumber daya (aset) perusahaan, aset,
dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap asset
dan kewajiban.
d. Memberi informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode.
20
e. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan
dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya,
tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividend dan
pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik
atas penggunaan sumber daya (aset) yang telah dipercayakan
kepadanya.
g. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalan
proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
perusahaan.
Sedangkan tujuan laporan keuangan untuk organisasi bukan pencari
laba (non-profit organization) adalah:
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi
sumber daya (aset) perusahaan.
b. Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan
kepada publik.
c. Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan aktivitas
pembiayaan dan investasi.
d. Memberikan informasi tentang sumberdaya (aset), kewajiban, dan
kekayaan bersih perusahaan, serta perubahannya.
e. Memberikan informasi tentang kinerja organisasi.
21
f. Memberikan informasi tentang kemapuan organisasi dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya.
Tujuan laporan keuangan menurut kasmir (2013:11) adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajian dan modal
yang dimiliki perusahaan saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
4. Keterbatasan Laporan Keuangan
Keterbatasan-keterbatasan dalam laporan keuangan adalah sebagai
berikut (Arief dan Edy, 2016:6-7)
22
a. Laporan historis
Pada prinsipnya laporan keuangan bukanlah merupakan laporan final,
karena laba rui yang sebenarnya (rill) hanya dapat dtentukan apabila
perusahaan dijual atau dilikuidasi.
b. Posisi pada waktu tertentu
Laporan keuangan disusun atas dasar periode waktu tertentu. Periode
satu tahun (dua belas bulan) dianggap sebagai periode akuntansi baku.
Alokasi pendapatan dan beban sepanjang periode itu dipengaruhi pula
adanya pertimbangan pribadi (contoh: metode pnilaian persediaan,
penyusutan, deplesi, dll). Transaksi-transaksi pendapatan dan biaya
yang terjadi terus menerus akan disusupi laporan keuangan setiap
tahunnya, jadi jelas sudah bahwa laporan keuangan itu tidak bersifat
pasti dan tidak dapat diukur secara mutlak karena akibat adanya
contingent assets and liabilities, dan deferred maintenance.
c. Berdasarkan Harga perolehan
Laporan keuangan mencerminkan transaksi-transaksi dari waktu ke
waktu, selama jangka waktu tersebut kemungkinan besar nilai rupiah
sudah menurun (sebagai dampak dari inflasi). Sebagai contoh aktiva
tetap yang dibeli pada tahun 1980 sekarang sudah 3 kali lipat lebih
tinggi maka mengakibatkan biaya penyusutan menjadi kecil bila
dibandingkan dengan tingkat penyusutan berdasarkan replacement cost
basis. Begitu pula dengan kenaikan penjualan dalam rupiah, belum
tentu diikuti juga dengan kenaikan satuan unit barang yang terjual.
23
Untuk menghidari hal-hal yang menyesatkan hasil perbandingan harus
dilakukan dengan sanga hati-hati. Di setiap Negara laporan keuangan
disajikan dalam jumlah mata uang yang nampaknya pasti (contohnya:
di Indonesia menggunakan satuang rupiah), sebenarnya jumlah rupiah
dapat saja berbeda jika dipergunakan standar yang lain. Dan jika
perusahaan dilikuidasi jumlah rupiah akan sangat berbeda, aktiva tetap
dinilai berdasarkan nilai buku (historis) maka jumlah yang seharusnya
tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap tersebut, begitu pula
yang terjadi dengan aktiva tidak berwujud (hak paten, biaya,
organisasi, dll)
d. Fakta Kuantitatif
Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang menyeluruh
terhadap kondisi perusahaan dan tidak mencerminkan semua faktor
yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak
dapat diukur dalam satuan nilai uang.
5. Pihak-Pihak Yang Memanfaatkan Informasi Akuntansi (Laporan Keuangan)
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan sangat berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan yang
hendak diambil. Para pengguna informasi akuntansi ini dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu (Hery, 2015:2) :
a. Pihak Internal
24
1) Direktur dan Manajemen Keuangan
Untuk menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi
utangnya secara tepat waktu kepada kreditor (bankir, supplier)
maka Direktur dan Manajemen Keuangan membutuhkan
informasi akuntansi mengenai besarnya uang kas yang tersedia
di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman
atau utang.
2) Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran
Untuk menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk
maupun aktivitas pemasaran yang telah dilakukan perusahaan
maka Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran
membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya
penjualan.
3) Manajer dan Supervisor Produksi
Manajer dan Supervisor Produksi membutuhkan informasi
akuntansi biaya untuk menentukan besarnya harga pokok
produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar untuk
menetapkan harga jual perunit.
b. Pihak Esternal
1) Investor
Investor menggunakan informasi akuntansi investee (penerima
modal) untuk mengambil keputusan dalam hal membeli atau
melepas saham investasinya. Dalam hal ini investor perlu secara
25
cermat dan hati-hati dalam menanggapi setiap perkembangan
kondisi keuangan investee. Investor sebagai pihak luar dari
investee dapat menilai prospek terhadap dana yang akan (telah)
diinvestasikannya lewat laporan keuangan investee, apakah
menguntungkan (profitable) atau tidak.
2) Kreditor
Menggunakan informasi akuntansi dabitor untuk mengevaluasi
besarnya tingkat risiko dan pemberian kresit atau pinjaman
uang. Dalam hal ini, kreditor dapat memperkecil risiko dengan
cara mencari tahu seberapa besar tingkat bonafiditas dan
likuiditas debitor lewar laporan keuangan keuangan debitor
bersangkutan.
3) Pemerintah
Pemerintah berkepentingan terhasap laporan keuangan
perusahaan (wajib pajak) dalam hal ini perhitungan dan
penetapan besarnya pajak penghasilan yang harus disetor ke kas
negara.
4) Badan Pengawas Pasar Modal
Badan Pengawas Pasar Modal Mewajibkan Public corporation
(emiten) unuk melampirkan laporan keuangan secara rutin
kepada BAPEPAM. Dalam hal ini, pihak BAPEPAM sangat
berkepentingan terhadap kinerja keuangan emiten dengan tujuan
untuk melindungi para investor.
26
5) Ekonom, Praktis dan Analis
Ekonom, Praktis dan Analis menggunakan informasi akuntansi
untuk memprediksi situasi perekonomian, menentukan besarnya
tingkat inflasi, pertumbuhan pendapatan nasional, dan lain
sebagainya.
C. Good Corporate Governance (GCG)
1. Pengertian Good Corporate governance (GCG)
Good Corporate Governance (GCG) muncul karena terjadi
pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau
sering kali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan
keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal (principal)
dengan manajer (agent) adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau
diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak
mendatangkan return (Siti, 2011:23).
Tim Good Gorporate Governance oleh Badan Pengawan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) (2008) dalam (Alyda Noor dkk,
2015) menjelaskan Good Gorporate Governance dari segi soft
definition yg lebih mudah dimengerti, yaitu “Komitmen, peraturan
main, serta praktek pelaksanaan bisnis secara sehat dan beretika.”
Berbagai pengertian tentang Good Gorporate Governance tersebut
dapat disimpulkan bahwa Good Gorporate Governance adalah suatu
27
sistem pengendalian dan pengaturan organisasi yang dilakukan dengan
sebaik mungkin, berdasarkan ketentuan yg sudah disepakati, Untuk
kepentingan semua pihak yang berstatuskan dengan organisasi, baik
secara langsung ataupun tidak.
Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value
added) untuk semua stakeholders” (Monks, 2003) dalam (Salsabila
dan Muhamad, 2017). Corporate Governance didefiniskan oleh IICG
(Indonesian Institute of Corporate Governance) sebagai proses dan
struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.
Menurut FCGI (2001) dalam (salsabila dan muhamaad, 2017)
pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
2. Prinsip-prinsip Good Corporate governance (GCG)
Governance merupakan proses yang dipengaruhi oleh top
management dalam menyampaikan pengarahan, dan pengawasan
28
terhadap pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.
Governance merupakan proses yang dipengaruhi oleh direksi dalam
menyampaikan pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen
dalam mencapai tujuan perusahaan. Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) menyatakan bahwa corporate
governance meliputi hubungan dalam manajemen antara lain direksi,
pemegang saham, dan stakeholder lainnya (Dian,2016:7-8).
Untuk mewujudkan tujuan perusahaan, maka berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan kinerja berdasarkan paradigma baru perlu
ditetapkan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
governance (GCG). Prinsip-prinsip dasar Good Corporate governance
(GCG) yaitu transparency, accountability, responsibility,
independency, dan fairness (Mirawati,2012:30-31).
a. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan
harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pihak
yang kepentingan lainnya.
b. Akuntabilitas (Accountability)
29
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar,terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
yang berkepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.
d. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate
Governance, perusahaan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e. Kewajaran (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
30
3. Manfaat dan Tujuan Penerapan Good Corporate governance (GCG)
Esensi Corporate Governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja menajemen dan
adanya akuntabilitas manajemen terhadapa share holder dan pemakai
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang
berlaku (Tri Gunarsih, 2003)
Manfaat dari Good Corporate Governance adalah sebagai berikut
(Putu, 2017) :
a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan dengan lebih baik, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan Corparate Value.
c. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung
pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada
pihak manajemen.
d. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat
meningkatkan citra perusahaan kepada publik lebih luas dalam
jangka panjang.
e. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia
31
Sedangkan tujuan Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai
berikut:
a) Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
b) Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non
pemegang saham.
c) Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
d) Meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau
Board of Directirs dan manajemen perusahaan.
e) Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan
manajemen senior perusahaan
4. Mekanisme Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Tri Junawatiningsih, Puji Harto (2014) mengatakan bahwa
mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari dua
mekanisme, yaitu:
a. Mekanisme Internal Corporate Governance
Mekanisme pengendalian yang melibatkan pihak internal
perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat contohnya kepemilikan
saham, dewan komisaris, dewan direksi, sekertaris, karyawan, dll.
b. Mekanisme Eksternal Corporate Governance
Mekanisme eksternal corporate governance merupakan
pengendalian yang berasal dari eksternal perusahaan. pihak-pihak
32
eksternal yang terlibat diantaranya auditor eksternal, Institusi
keungan sebagai kreditor dalam pemberi pinjaman dana.
Menurut Pontoh et al. (2013:164) dalam (Febry, 2017) Corporate
Governance adalah serangkaian mekanisme yang dapat melindungi
pihak-pihak minoritas (outside investors/minority shareholders) dari
ekspropriasi yang dilakukan para manajer dan pemegang saham
pengendali dengan penekanan pada mekanisme legal. Mekanisme
dalam pengawasan Corporate Governance dibagi dalam dua
kelompok yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme
internal adalah cara untuk mengendalikan perusahaan menggunakan
struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham
(RUPS), komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan
pertemuan dengan board of director sedangkan mekanisme eksternal
adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan
mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan
pengendalian pasar (Kusrinanti, 2012:17) dalam (Febry, 2017).
Dalam penelitian ini, terdapat tiga elemen dari mekanisme Corporate
Governance yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan, yaitu:
1). Dewan Komisaris
33
Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme
yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Surat Keputusan
Direksi PT. Bursa Efek Jakarta BEJ Nomor: Kep-315/BEJ/06-2000
mengharuskan perusahaan yang terdaftar di bursa efek untuk
memiliki dewan komisaris yang memonitor perusahaan agar
tercipta Good Corporate Governance di Indonesia Secara hukum
dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan
nasehat kepada direksi. Dalam melakukan pemantauan terhadap
direksi, dewan komisaris memastikan bahwa direksi telah
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja
audit intern Bank (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan
Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lain. Dewan
Komisaris dalam melaksanakan tugasnya harus mampu mengawasi
dipenuhinya kepentingan semua stakeholders berdasarkan azas
kesetaraan, serta mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis perusahaan ( Andri Vino, 2015).
Tugas dewan komisaris adalah mengawasi tindak tanduk direksi
dalam menjalankan perusahaannya. Untuk menjamin kelancaran
perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya direksi mengangkat
beberapa orang manajer. (Kurniati,2015:173)
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan dan memberi
34
nasihat kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan Good Corporate Governance. Dewan komisaris
merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalam suatu
perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukanoleh Dewan komisaris
merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam
suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal
utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan
mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris
menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam
perusahaan (Sukandar, 2014).
2). Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas
perusahaan yang bertugas melakukan melaksanakan operasi dan
kepengurusan perusahaan. Anggota dewan direksi diangkat oleh
RUPS. Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk
operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka
melaksanakan kepentingan-kepentingan dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Dewan direksi juga bertanggung jawab terhadap
urusan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal seperti pemasok,
konsumen, regulator dan pihak legal. Dengan peran yang begitu
besar dalam pengelolaan perusahaan ini, direksi pada dasarnya
35
memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam pengelolaan
sumber daya perusahaan dan dana dari investor (Sukandar, 2014).
Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal
bank, direksi mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan,
strategi serta prosedur pengendalian intern; melaksanakan
kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh dewan komisaris;
memelihara suatu struktur organisasi; memastikan bahwa
pendelegasian wewenang berjalan secara efektif yang didukung
oleh penerapan akuntabilitas yang konsisten dan memantau
kecukupan dan efektivitas dari sistem pengendalian intern. Untuk
memantau serta memastikan sistem pengendalian internal berjalan
efektif, direksi melakukan langkahlangkah,antara lain ( Andri Vino,
2015). :
a) Menugaskan para manajer atau pejabat dan staf yang
bertanggungjawab dalam kegiatan atau fungsi tertentu untuk
menyusun kebijakan dan prosedur pengendalian intern
terhadap kegiatan operasional serta kecukupan organisasi
b) Melakukan pengendalian yang efektif untuk memastikan bahwa
para manajer atau pejabat dan pegawai telah mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan
c) Mendokumentasikan dan mensosialisasikan struktur organisasi
yang secara jelas menggambarkan jalur kewenangan dan
36
tanggung jawab pelaporan serta menyelenggarakan suatu
sistem komunikasi yang efektif kepada seluruh jenjang
organisasi Perusahaan
d) Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan
bahwa kegiatan fungsi pengendalian intern telah
dilaksanakan oleh manajer atau pejabat dan pegawai yang
memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai
e) Melaksanakan secara efektif langkah perbaikan atau
rekomendasi dari auditor intern dan atau auditor ekstern,
antara lain dengan cara menugaskan pegawai yang
bertanggungjawab untuk melaksanakannya.
3). Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan
oleh dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan
atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite
audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang
diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat
yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit , sedangkan
dua anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen,
dan salah satu diantaranya harus memiliki kemampuan dibidang
akuntansi dan/atau keuangan (Mohamad Samsul,2006:72-73).
37
Komite audit bertugas memberikan pendapat profesional yang
independen kepada komisaris mengenai laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, serta
mengindetifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan
komisaris, yang meliputi:
a) Menelaah informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan seperti laporan keuangan serta proyeksi dan
informasi keuangan lainnya.
b) Menelaah independendi dan objektivitas akuntan publik.
c) Menelah kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik untuk memastikan semua risiko yang
penting telah dipertimbangkan.
d) Menelaah efektifitas pengedalian internal perusahaan
e) Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan tercatat terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan
peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan perusahaan.
f) Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan adanya
kesalahan dalam keputusan rapat direksi ataupenyimpanan
dalam pelaksanaan keputusan rapat direksi. Pemeriksaan
tersebut dapat dilakukan oleh komite audit atau pihak
independen yang ditunjuk oleh komite audit atas biaya
perusahaan yang bersangkutan
38
D. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual
yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu dalam
menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor
yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam
pencapaian tujuan. Efektivitas diukur melalui kemampuan manajemen
untuk memilih suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan. Efisien dapat
diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran ( Hastuti,
2005).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dan meng-gunakan
sumber daya keuangan yang ada dengan baik dan benar. Pengendalian yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat berupa penilaian kinerja atau
prestasi seorang manajer dengan menilai atau membandingkan data
keuangan perusa-haan dalam periode berjalan (Monica Weni, 2017).
Penilaian kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari segi analisis
laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham. Tujuan dari
39
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar memperoleh tindakan dan hasil yang
diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau
rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Siti, 2011:16).
Dalam mengelola perusahaan, akan jauh lebih baik jika lebih baik jika
mengetahui keadaan faktual (sebenarnya) perusahaan. Keadaan ini
mencakup kesehatan keuangan perusahaan, masalah-masalah yang sedang
dihadapi dan peyebab-penyebabnya, serta hal-hal lain yang berhubungan
dengan perusahaan. Pengetahuan yang baik tentang hal tersebut akan dapat
meningkatkan mutu atau efektivitas manajemen, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, maupun pengedalian. Salah satu
cara untuk mendeteksi kesehatan suatu perusahaan dan masalah-masalah
yang sedang dihadapi adalah melalui analisis rasio-rasio keuangannya.
Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-
perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukan dalam
neraca atau laporan laba rugi perusahaan (Kuswadi, 2008:2).
Analisis kinerja keuangan diperlukan oleh manejemen perusahaan,
kereditor dan para investor. Jenis rasio yang sudah biasa dipergunakan
dalam dunia bisnis adalah sebagai berikut (Arief dan Edi, 2008)
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)
40
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Likuiditas terdiri atas :
a. Current Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar
perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan
jatuh tempo atau segera dibayar. Current Ration biasa digunakan untuk
mengukur solvensi
jangka pendek.
b. Quick Ratio (acid test ratio)
Pos persediaan tidak dihitung dalam rasio in karena persediaan
merupakan pos yang paling tidak likuid dalam aktiva lancar
mengingat panjangnya tahap yang dilalui untuk menjadi kas
s
a. Cash Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara kas yang ada diperusahaan
cash on hand dan di bank (termasuk surat berharga seperti deposito)
dibandingkan dengan total hutang lancar. Rasio ini menunjukkan
Total Aktiva Lancar
Total Kewajiban Lancar Current Ratio
C
u
r
r
e
n
t
R
a
t
i
o
=
Quick Ratio
C
u
r
r
e
n
t
R
a
t
Total Aktiva Lancar - Persediaan
Current Ratio
Total Kewajiban Lancar
Current
Ratio
=
41
kemampuan kas perusahaan untuk melunasi hutang lancarnya tanpa harus
mengubah aktiva lancar bukan kas (piutang dan pesediaan) menjadi kas.
b. Cash Flow Liquidity Ratio
Pendekatan lain dalam mengukur likuiditas perusahaan adalah dengan
cash flow liquidity ratio karena penggunaan pembilang adalah merupakan
kas dan setara kas serta diikut sertakan adalah arus kas dari hasil operasi
perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio likuiditas rendah belum dapat
dikategorikan mempunyai kinerja yang kurang bagus. Namun kita harus
memahami terlebih dahulu mengenai kaakteristik industri perusahaan
tersebut.
2. Rasio Solvabilitas (leverage)
Kas
Current
Ratio
Total Kewajiban Lancar
Current
Ratio
Cash Ratio =
C
u
r
r
e
n
t
R
a
t
i
o
Cash flow liquidity ratio =
Current
Ratio
Kas + Surat Berharga + CF from Operation
Current Ratio
Total Kewajiban Lancar
Current
Ratio
42
Rasio ini bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan yang dilakukan
berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio Solvabilitas terdiri atas :
a. Debt Ratio
Rasio ini membandingkan antara total hutang dan total aktiva. Para
kreditur menginginkan debt ratio yang rendah karena semakin tinggi rasio
ini maka semakin besar resiko para kreditur.
b. Financial Ratio
Rasio ini menunjukkan perbandingan hutang dan modal serta
merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah
treding on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif
terhadap retabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut.
c. Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini melihat sampai seberapa jauh laba usaha perusahaan sebelum
dikurangi bunga pinjaman dan pajak (EBIT) dan pembayaran sewa guna
Debt Ratio =
Total Kewajiban
Total aktiva
Financial Ratio = Total Kewajiban
Biaya Bunga
43
usaha (lessing) dapat diandalkan untuk membayar kewajiban finansial
berupa biaya bunga dan pembayaran leasing.
d. Cash Flow Coverage
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya berupa bunga dan pembayaran cicilan hutang baik berupa
hutang bank maupun leasing.
3. Rasio Aktivitas (activity ratio)
Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan dari harta atau
sarana modal yang dimiliki perusahaan atau dengan kata lain bertujuan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana. Rasio
ini adalah sebagai berikut :
a. Rasio perputaran persediaan (inventory turn over)
Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar dalam
setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka semakin cepat
dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas.
Fixed Charge Coverage =
Laba Operasi + Pembayaran Leasing
Biaya Bunga + Pembayaran Leasing
Cash Flow
Coverage
Cash In Flow
Beban Tetap +
Pembayaran
Leasing
Deviden Preferen
Pembayaran
Leasing (1-Tax)
=
Angsuran Pinjaman
Pembayaran
Leasing (1-Tax)
+
44
b. Inventory days in hand
Rasio ini menunjukkan berapa lamanya persediaan disimpan
sebelum dijual.
c. Rata-rata pencairan piutang (account receivable turn over)
Rasio rata-rata pencairan piutang menunjukkan berapa kali piutang
usaha dapat berputar dalam setahun.
d. Account receivable in days (average collection period)
Rasio hari rata-rata pengumpulan piutang menunjukan berapa lama
piutang usaha dapat tertagih.
e. Perputaran hutang dagang (account payable tumover)
Inventory Days In Hand=
Harga Pokok Persediaan
Persediaan Inventory Turn Over =
360
Inventory Turn Over
Account receivable Turn Over =
Penjualan Bersih
Piutang Usaha
Account Receivable In Days = 360
Account Receivable turn over
45
Rasio perputaran menunjukkan berapa kali hutang usaha dapat
berputar dalam setahun.
Atau
f. Account Payable In Days
Rasio ini menunjukan berapa lama hutang usaha dilunasi oleh
perusahaan.
g. Working capital turnover
Rasio ini menunjukan kemampuan modal kerja berputar dalam satu
siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
h. Asset Turn Over
Account Payable Turn Over = Harga Pokok Penjualan
Hutang Usaha
Account Payable Turn Over = Jumlah Pembelian
Hutang usaha
Account Payable In Days= 360
Account Payable Turn Over
Working Capital Turn Over = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Penjualan Bersih
46
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggelola
aset atau investasi untuk menghasilkan penjualan.
i. Net fixed asset turn over
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam mengelola
seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan.
4. Rasio Profitabilitas (profitability ratio)
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen
yang tercermin pada imbalan atas hasi investasi melalui kegiatan perusahaan
atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseuruhan dan
efisiensi dalam mengelolaan kewajiban dan modal.
a. Gross profit margin
Rasio ini menunjukkan berapa besar keuntungan kotor yang
deperoleh dari menjual produk.
Asset Turn Over = Penjualan Bersih
Total Aktiva
Net Fixed Asset Turn Over =
Total Aktiva Tetap (net)
Penjualan Bersih
Gross Profit Margin =
Penjualan
Laba Kotor
47
b. Net profit margin atau return on sales (ROS)
Rasio net profit margin menunjukkan berapa besar keuntungan bersih
yang diperoleh perusahaan. Jika profit margin perusahaan lebih rendah dari
rata-rata industrinya, maka hal ini dapat disebabkan oleh harga jual
perusahaan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok
penjualan lebih rendah dari pada perusahaan pesaing atau harga pokok
penjualan lebih tinggi dari perusahaan pesaing, ataupun kedua-duanya.
c. Cash flow margin
Cash flow margin adalah persentase aliran kas dari hasil operasi
terhadap penjuannya. Cash flow margin mengukur kemampuan
perusahaan untuk merubah penjualan menjadi aliran kas
d. Return on asset (ROA) atau return on investment (ROI)
Rasio return on asset mengukur tingkat pengembalian dari
bisnis atas seluruh asset yang ada. Atau rasio ini menggambarkan
efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahan, oleh karena itu
sering pula rasio ini disebut return on investment
Net Profit Margin =
Laba Bersih
Penjualan Bersih
Cash Flow Margin =
Arus Kas Hasil Operasi
Penjualan Bersih
48
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan. Rasio-rasio ini digunakan untuk memberikan indikasi
apakah manajemen untuk mengenai penilaian investor terhadap kinerja
perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang. Rasio yang umum dan
sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan yatiu Tobin’s Q.
Rasio Tobin”s Q dinilai sebagai salah satu rasio yang memberikan
informasi yang terbaik . Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran penelitian
pasar (Klapper dan Love, 2002). Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin
dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan.
E. Tobin’s Q
Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan,
khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma
manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Nilai Tobin”s Q
menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan
(Lang, et al 1989) dalam (Putu,2017) atau pontensi pertumbuhan perubahan
perusahaan (Tobin & Brainard,1968; Tobin, 1969) dalam (Putu,2017). Nilai
Tobin’q dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham (market value of all
outstanding stock) dan nilai pasar hutang (market value of all debt)
Return On Asset = Laba Bersih
Total Aktiva
49
dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang ditempatkan dalam aktiva
produksi (replacement value of all production capacity), maka Tobin’s Q
dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi
nilai pasar suatu perusahaan.
Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki
intangible asset (aktiva tidak berwujud) yang semakin besar. Hal ini bisa
terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan, semakin besar
kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk
memiliki perusahaan tersebut. (Sukamulja,2004) dalam (Sri murni, 2011)
menyebutkan bahwa perusahaan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi
biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang rendah umumnya berada
pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil.
Rumus Tobin’s Q
Keterangan :
(MVE + DEBT)
TA
Tobin’s Q =
50
MVE : harga penutupan saham diakhir tahun buku x banyaknya
saham biasa yang beredar
DEBT : (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang
jangka panjang
TA : total aktiva
F. Penelitian Terdahulu
Good Corporata Governance (GCG) sebelumnya sudah banyak peneliti
yang meneliti, khusus penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sri Murni Mulyati (2011) meneliti pengaruh penerapan Good Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini
dilakukan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2007-2009. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan melalui website Bursa Efek
Indonesia (BEI). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan dengan indikator pengukuran Tobin’s Q dan variabel inpendent
adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen dan komite Audit . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada hubungan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Kepemilikan institusional tidak mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan. kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan
51
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. komisaris independen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Dan terakhir Komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
2. Melia Agustina Tertius dan Yulius Jogi Christiawan (2015) meneliti
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan pada
Sektor Keuangan. Penelitian ini akan menguji pengaruh good corporate
governance yang diproksikan dengan dewan komisaris, komisaris
independen, dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian ini menggunakan para-digma kuantitatif. Untuk menguji
hipotesis meng-gunakan analisis regresi linier berganda. Kinerja
perusahaan diukur dengan menggunakan ROA sebagai ukuran
profitability. Penelitian ini menggunakan populasi dari perusahaan sektor
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan sektor
keuangan tersebut dipilih sebagai sampel penelitian dikarenakan memiliki
peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan mengelola dana
masyarakat. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011-2013. Dari tahun
pengamatan, perusahaan sektor keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 74 perusahaan. Sebanyak 12 per-usahaan tidak
dapat digunakan dikarenakan ketidak ketersediaan data yang diperlukan
dalam penelitian ini sehingga jumlah akhir yang diperoleh sebanyak 62
sampel. Hasil penelitian ini adalah komisaris independen, dan kepemilikan
manajerial dengan variabel kontrol ukuran perusahaan secara bersama-
52
sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu
ROA. Secara individual, dewan komisaris dan kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Semakin besar dewan
komisaris dan kepemilikan manajerial maka tidak mempengaruhi jumlah
ROA yang dihasilkan. Sedangkan, komisaris independen dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Semakin besar
komisaris independen dan ukuran perusahaan, maka ROA yang dihasilkan
semakin kecil atau menurun.
3. Zefanya Gwenda dan Juniarti (2013) meneliti Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) Pada Variabel Share Ownership, Debt
Ratio, dan Sektor Industri Terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian ini juga
melibatkan variabel kontrol yaitu share ownership, debt ratio, dan sektor
industri. Penelitian ini dilakukan dalam semua sektor industri yang tercatat
dalam BEI (Bursa Efek Indonesia). Good Corporate Governance dihitung
menggunakan Good Corporate Governance Score dengan kriteria-kriteria
tertentu. Nilai Perusahaan dihitung menggunakan Tobins’Q. Kemudian
data-data yang sudah ada diolah menggunakan SPSS 20. Penelitian ini
menggunakan uji asumsi klasik atau regresi linear berganda. Dan hasil
penelitian ini adalah penerapan Good Corporate Governance pada
variabel share ownership, debt ratio, dan sektor industri berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling dimana terdapat 31 perusahaan yang menjadi sampel. Hasil
penelitian ini adalah adanya pengaruh penerapan Good Corporate
53
Governance score, share ownership, debt ratio, dan sektor industri
berpengaruh terhadap nilai perusahaan maka didapatkan kesimpulan
adalah Good Corporate Governance score berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, share ownership mempengaruhi nilai perusahaan, debt
Ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, dan tidak semua
sektor industri mampu mempengaruhi nilai perusahaan, dalam penelitian
ini hanya sektor industri infrastruktur yang mempengaruhi nilai
perusahaan.
4. Febry Anggriani (2017) meneliti pengaruh mekanisme corporate
governance dan kinerja keuangan terhadap financial reporting lag.
Penelitian menguji pengaruh mekanisme corporate governance dan
kinerja keuangan terhadap jeda waktu publikasi laporan keuangan
(financial reporting lag) pada semua sektor perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia periode 2012–2014. Sampel menggunakan metode
stratified random sampling dengan teknik pengambilan sebesar 25%
perusahaan yang go public, dengan jumlah observasi sebanyak 269
laporan keuangan tahunan dari sektor perusahaan yang menerbitkan
laporan yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id). Pengujian ini menggunakan teknik analisis regresi
berganda dengan alat bantu SPSS (Statistical Package for Sosial Science)
versi 18, dengan variabel independen yaitu komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran komite audit,
rapat komite audit, profitabilitas, leverage keuangan dan likuiditas
54
terhadap variabel dependen yaitu jeda waktu publikasi laporan keuangan
(financial reporting lag). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
komite audit, rapat komite audit, profitabilitas, leverage keuangan dan
likuiditas berpengaruh negatif terhadap jeda waktu publikasi laporan
keuangan (financial reporting lag) sedangkan komisaris independen,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap jeda waktu publikasi (financial reporting lag), dengan kontribusi
nilai adjusted R square sebesar 57,3%.
5. Salsabila Sarafina dan Muhammad Saifi (2017) meneliti pengaruh Good
Corporate Governance terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015. Penelitian ini
menganilisis dan menjelaskan pengaruh simultan dan dominan Good
Corporate Governance yang terdiri dari variabel Dewan Komisaris
Independen dan Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan yang dihitung menggunakan Return On Assets dan Tobins’Q.
Hasil pengujian hipotesis pertama diketahui F.sig α (0,000) < 0,05
menunjukkan ada pengaruh signifikan secara simultan dari variabel
Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit terhadap Kinerja
Keuangan. Hasil pengujian hipotesis kedua diketahui F.sig α (0,000) <
0,05 menunjukkan ada pengaruh signifikan secara simultan darivariabel
Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit terhadap Nilai
Perusahaan. Secara parsial masing-masing variabel Good Corporate
55
Governance berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai
Perusahaan. Nilai Adjusted R Square Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Keuangan adalah sebesar 40,2% sedangkan 59,8%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Nilai Adjusted R Square Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan adalah sebesar 51,8% sedangkan 48,2% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
6. Angrum Pratiwi (2016) meneliti Pengaruh Kualitas Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Keuangan pada Bank
Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010-2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang beroperasi dalam kurun
waktu tahun 2010 sampai 2015. Hasil dari peneitian ini adalah kualitas
penerapan Good Corporate berpengaruh positif signifikan terhadap CAR,
kualitas penerapan Good Corporate berpengaruh positif signifikan
terhadap NPF, kualitas penerapan Good Corporate berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA, kualitas penerapan Good Corporate
berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, kualitas penerapan Good
Corporate tidak berpengaruh terhadap NIM, kualitas penerapan Good
Corporate tidak berpengaruh terhadap FDR, dan kualitas penerapan Good
Corporate berpengaruh positif signifikan terhadap BOPO.
7. Jayanti Ike Febriani, Mochammad Al Musadieq dan Tri Wulida Afrianty
(2016) meneliti pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja.
Penelitian ini mengkaji pengaruh dari Good Corporate Governance
56
(GCG) terhadap kinerja karyawan PT Pos Indonesia (Persero) Tuban,
Jawa Timur. Good Corporate Governance diukur dari segi keadilan,
transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab. Lima hipotesis
diformulasikan terkait dengan tujuan penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan 64 kuesioner dengan tingkat tanggapan 100%. Variabel
dependent dalam peneitian ini yaitu fairness, transparancy, accountability
dan responsibility dan variabel independent adalah kinerja karyawan.
Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan prinsip-prinsip pada Good
Corporate Governance yaitu berupa prinsip fairness, transparancy,
accountability dan responsibilty baik dan tepat penerapanya dan masing-
masing variabel (fairness, transparancy, accountability dan responsibilty)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
8. Andri Veno (2015) meneliti pengaruh Good Corporate Governance
terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur go public.
Jumlah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2011-2013 sebanyak 48 perusahaan. penelitian dengan tahun
pengamatan selama 3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang berpengaruh signifikan terhadap nilai Return on Equity
(ROE). Direksi, Komisaris Independent , Dewan Komisaris dan Komite
Audit berpengaruh signifikan terhadap terhadap Return on Equity (ROE).
9. Andina Nur Fathonah (2016) meneliti pengaruh penerapan Good
Corporate Governance terhadap financial distress. Tujuan dari penelitian
57
ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance
terhadap financial distress pada perusahaan-perusahaan sektor property,
real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2013. Pada penelitian ini konsep Good Corporate Governance
diproksikan menggunakan indikator kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen dan
komite audit. Sample dipilih secara purposive dan data yang diperoleh
dianalisis menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa komposisi dewan komisaris independen secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap financial distress. Sementara kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit, secara berturut-
turut, berpengaruh negatif, positif dan positif terhadap financial distress,
namun tidak signifikan.
10. Saiful Amri, Andi Tri Haryono dan M Mukery Warso meneliti pengaruh
Good Corporate Governance terhadap kinerja karyawan PT Aditec
Cakrawiyasa Semarang. Perusahaan yang mampu bersaing dan memiliki
kinerja organisasi yang baik dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan good corporate governance. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja
karyawan PT Aditec Cakrawiyasa Semarang. Populasi dalam penelitian ini
adalah karyawan PT Aditec Cakrawiyasa Semarang dengan sampel 40
orang menggunakan teknik sensus sampling. Analisis data yang digunakan
uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi sederhana
58
dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dari variabel
variabel Good Corporate Governance terhadap kinerja dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0,892, dengan nilai thitung (8,185) >ttabel
(1,686).
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu,
maka peneliti menetapkan faktor-faktor coorporate governance dalam hal
ini dapat dilihat dari mekanisme internal, seperti Dewan Komisaris,
Dewan Direksi dan komite audit yang mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tobin’s .
59
Berikut adalah kerangka pemikiran penelitian ini :
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran
Sumber : Diolah Sendiri (2018)
𝐻1
Ukuran Dewan
Komisaris
Ukuran Dewan Direksi
Ukuran Komite Audit
Kinerja
Keuangan 𝐻2
Variabel Independent :
Good Corporate
Governance
𝐻3
𝐻4
𝐻4
60
Keterangan :
= Pengaruh simultan variabel independen terhadap Kinerja
Perusahaan.
= Pengaruh individual masing-masing variabel independen
terhadap Kinerja Perusahaan.
H. Hipotesis
1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Tobin’s Q)
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan dan memberi nasihat
kepada dewan direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan Good Corporate Governance. Dewan komisaris
merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalam suatu
perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukanoleh Dewan komisaris
merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu
perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama
untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol
perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris menjebatani
kepentingan principal danmanajer di dalam perusahaan (Sukandar,
2014)
61
Andri Veno (2015) meneliti pengaruh Good Corporate Governance
terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur go public.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Direksi, Komisaris Independent ,
Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap
terhadap Return on Equity (ROE). Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s Q)
2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Tobin’s Q)
Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas perusahaan
yang bertugas melakukan melaksanakan operasi dan kepengurusan
perusahaan. Anggota dewan direksi diangkat oleh RUPS. Dewan
direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk operasional dan
kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan-
kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dewan direksi juga
bertanggung jawab terhadap urusan perusahaan dengan pihak-pihak
eksternal seperti pemasok, konsumen, regulator dan pihak legal.
Dengan peran yang begitu besar dalam pengelolaan perusahaan ini,
direksi pada dasarnya memiliki hak pengendalian yang signifikan
62
dalam pengelolaan sumber daya perusahaan dan dana dari investor
(Sukandar, 2014).
Dalam penelitian Tria Syafitri, dkk (2018) tentang pengaruh Good
Corporate Governance terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa
dewan direksi memberikan pengaruh yag signifikan terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H2 : Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (Tobin’s Q)
3. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan (Tobin’s Q)
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi
dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite audit
sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang
diantaranya merupakan komisaris independen perusahaan tercatat yang
sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit , sedangkan dua
anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen, dan
63
salah satu diantaranya harus memiliki kemampuan dibidang akuntansi
dan/atau keuangan (Mohamad Samsul,2006:72-73).
Salsabila Sarafina dan Muhammad Saifi (2017) dalam pengaruh
Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan dan nilai
perusahaan. Menyatakan bahwa Komite audit berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.
Dalam penelitan Sri Murni Mulyati (2011) tentang penerapan
Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Menunjukkan bahwa ada hubungan kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komisaris independen dan komite audit
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H3 : Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (Tobin’s Q)
4. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Dewan Direksi Dan Komite
Audit Berpengaruh Signifikan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Tobin’s Q)
Dalam penelitian Sulistyowati (2017) tentang pengaruh Good
Corporate Governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
perbankan menunjukan bahwa Dewan Direksi dan Dewan Komisaris
64
berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Akan tetapi
Komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, karena
komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor
proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan.
Inge Andhitya Rahmawati (2017) meneliti pengaruh dewan
direksi, dewan komisaris, komite audit dan corporate social
responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan menunjukkan
bahwa secara simultan variabel dewan direksi, dewan komisaris,
komite audit dan Corporate Social Responsibiity (CSR) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan return
on assets (ROA) Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
H4 :Ukuran dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (Tobin’s
Q)