7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Prosedur
Menurut Mulyadi (2013:5) prosedur adalah Suatu urutan kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang
terjadi berulang-ulang.
Pengertian prosedur menurut Rudi M Tambunan (2013:84)
mendefinisikan: prosedur sebagai pedoman yang berisi prosedur
operasional yang ada didalam suatu organisasi yang digunakan untuk
memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan
fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang didalam
organisasi yang merupakan anggota organisasi berjalan efektif dan efisien,
konsisten, standar sistematis.
Menurut Ardiyose (2013:734) menyatakan bahwa: “Prosedur adalah suatu
bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa
orang dalam suatu kegiatan usaha atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk
menjamin agar suatu kegiatan atau usaha transaksi dapat terjadi berulang kali dan
dilaksanakan secara beragam”.
2.2. Pengertian Administrasi
Menurut Herbert Simon dan Anton Anthoillah (2010:132) dalam Siswandi
(2017:1) menjelaskan bahwa administrasi adalah suatu kegiatan atau kelompok
yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama.
Menurut Siswandi (2017:1) menjelaskan bahwa:
8
8
administrasi berasal dari kata Yunani “Ad” dan “ministrate” yang berarti
pengabdian atau service atau pelayanan. Secara naluriah, manusia ingin
selalu bersama dalam suatu kelompok, hal ini retasa atau tampak dalam
9
usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang tidak dapat
dilaksanakan secara individual. Kebutuhan yang menimbulkan tujuan
bersama tersebut, menghendaki suatu kerjasama dari kelompok manusia
sebelum melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, diperlukan pemikiran pemikiran terlebih dahulu agar
proses pencapaian tujuan itu dapat dijalankan sesuai dengan yang telas
ditetapkan.
Pendapat lain bahwa kata administrasi diambil dari kata “ad” dan
“ministro”. Ad mempunyai arti “kepada” dan “ministro” berarti “melayani”.
Dengan demikian, diartikan sebagai pelayanan atau pengabdian terhadap subjek
tertentu. Selain itu, kata administrate berasal dari bahasa Belanda, yang artinya
lebih sempit dan terbatas pada aktivitas ketata usahaan, yaitu kegiatan penyusunan
dan pencatatan keterangan yang diperoleh secara sistematis, yang berfungsi
mencatat hal-hal yang terjadi dalam organisasi sebagai bahan laporan bagi
pimpinan, didalamnya merupakan kegiatan kegiatan tulis menulis, mengirim, dan
menyimpan keterangan dan dikaitkan pula dengan aktivitas administrasi
perkantoran yang hanya merupakan salah satu bidang dari aktivitas administrasi
yang sebenarnya.
Menurut Lester Robert Britel ED (1978:640) dalam Siswandi (2017:1)
menjelaskan pengertian administrasi sebagai berikut:
“The most comprehensive definition views management as an integrating
process by wich authorized individual create, maintain, an operate an
organization in tehe selection an accomplishment of it’s aims”.
Definisi paling komperhensif memandang manajemen sebagai proses
integrasi dimana individu mempunyai kewenangan menciptakan, memelihara,
sebuah organisasi beroprasi dalam pemilihan suatu prestasi dari tujuan tujuannya.
10
Menurut S.P. Siagian (2004:2) dalam Siswandi (2017:2) mendefinisikan
bahwa administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu dari penguasaan,
pengelolaan, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pentingnya upaya pemikiran dan gagasan untuk membangun administrasi
yang sesuai dengan tuntutan perusahaan, bukanlah suatu yang baru untuk
lingkungan perkembangan perusahaan bagaimanapun, menuntut dan memacu
upaya pemikiran dan gagasan yang lebih mendasar. Administrasi dan penggunan
administrasi sehingga hasil yang diperoleh bukan hanya bermanfaat bagi
pengelola administrasi, tetapi juga untuk pimpinan organisasi tersebut sebagai
bahan untuk mengadakan perbaikan organisasi.
Administrasi menurut Khaerul umam dalam Siswandi (2017:2) mengatakan
bahwa:
ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran penalaran manusia yang
disusun berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang
mengungkapkan kejelasan tentang objek formal, yaitu pemikiran untuk
menciptakan keteraturan dari berbagai aksi dan reaksi yang dilakoni oleh
manusia dan objek material, yaitu manusia yang melakukan aktivitas
administrasi dalam bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuab tertentu.
Menurut Rahmat dalam Siswandi (2017:2) menyebutkan bahwa,
administrasi adalah jenis pekerjaan yang memanfaatkan aktivitas manusia dalam
pola kerjasama sebagai upaya mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan
efisien.
Berdasarkan definisi diatas dapat diambil keputusan bahwa administrasi
dalam arti luas mengandung tiga unsur pokok, yaitu
1. Kelompok manusia,
11
2. Kerjasama,
3. Tujuan Tertentu
Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa administrasi dalam
arti luas yaitu keseluruhan proses kerjasama dalam setiap usaha dari dua orang
atau lebih.
2.2.1 Ruang Lingkup Administrasi
Menurut Siswandi dalam buku “Administrasi Logistik & Gudang”
(2017:4) mengemukakan bahwa:
Administrasi sebagai ilmu mempunyai karakteristik tersendiri, terutama
pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip yang
sifatnya umum. Dengan demikian, sebagai ilmu ia memiliki ruang lingkup
khas yang seharusnya bukan merupakan bagian dari ilmu lain. Jikalau ada
yang memiliki kesamaan, hal itu merupakan bukti adanya hubungan antara
ilmu administrasi dan ilmu lainnya, misalnya dengan manajemen.
Administrasi merupakan penyelenggaraan yang berkaitan dengan seluruh
kebutuhan materil organisasi yang sekaligus berkaitan dengan semua aspek yang
ada didalam usaha penyelenggaraannya, yang berhubungan langsung dengan
proses perencanaan, fasilitas atau sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan
media laiinya. Dengan demikian, semua kegiatan lembaga harus
teradministrasikan dengan sempurna.
Administrasi berbicara tentang sinergitas personal dalam organisasi
berkaitan dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sebagai keseluruhan proses
pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan sesuai
dengan rencana yang telah direncanakan. Administrasi diselenggarakan dengan
cara yang sistematis, rasional, efisien, dan efektif, baik yang formal maupun
nonformal. Kesimpulan berdasarkan uraiandi atas administrasi menyangkut
12
kemampuan mengendalikan kegiatan operasional organisasi untuk terwujudnya
efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi.
Sebelum menguraikan ruang lingkup administrasi, perlu dikemukakan
terlebih dahulu prinsip-prinsip administrasi umum karena administrasi akan
dikaitkan dengan berbagai cabang kajian dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Misalnya, ada administrasi perusahaan, administrasi Negara, administrasi
pemerintah, administrasi keuangan, administrasi pendidikan, administrasi
perkantoran dan sebagainya. Hal itu menjadikan indikator bahwa administrasi
merupakan bidang kajian yang dapat melekat dalam berbagai cabang ilmu dari
disiplin ilmu-ilmu sosial.
Konsep administrasi mempunyai konotasi yang luas, antara lain sebagai
berikut:
1. Mempunyai pengertian sama dengan manajemen yang berusaha mempengaruhi
dan menyuruh bekerja secara produktif.
2. Memanfaatkan manusia, material, uang, dan metode secara terpadu guna
mencapai tujuan institusional.
3. Mencapai suatu tujuan melalui orang lain, fungsi eksekutif pemerintah, dan
memanfaatkan sistem kerja sama interaktif yang efisien dan efektif.”
Pada dasarnya, perhatian utama administrasi adalah tujuan, manusia,
sumber, dan waktu. Jika digabungkan dan dilihat dari bentuk dan perilakunya,
keempat unsur tersebut akan tampak sebagai suatu satuan sosial tertentu, yang
sering disebut organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
13
administrasi adalah subsistem dari organisasi yang unsur-unsurnya terdiri atas
unsur-unsur.
Menurut Rahmat dalam Siswandi (2017:6), mengemukakan bahwa secara
umum ruang lingkup administrasi meliputi bidang kegiatan sebagai berikut:
1. Manajemen administrasi (Administrative Management)
Bidang kegiatan ini disebut juga management of administrative function, yaitu
kegiatan yang bertujuan mengarahkan agar semua orang dalam organisasi atau
kelompok kerjasama mengajarkan hal-hal yang tepat sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
2. Manajemen operatif (Operative management)
Bidang kegiatan ini disebut juga management of operative function, yaitu
kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengarahkan dan membina agar pekerjaan
yang menjadi beban tugas masing-masing, dilaksanakan dengan tepat dan
benar.
2.2.2 Fungsi Administrasi
Suatu administrasi mempunyai fungsi yang dikemukakan oleh Haryadi
dalam Siswandi (2017:25), ada lima jenis fungsi pendukung administrasi dalam
perkantoran sebagai berikut:
1. Fungsi rutin
Fungsi administrasi perkantoran yang membutuhkan pemikiran minimal
mencangkup dan pengadaan. Biasanya fungsi ini dilaksanakan oleh staff
administrasi yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari.
2. Fungsi teknis
14
Fungsi administrasi yang membutuhkan pendapat, keputusan, dan keterampilan
perkantoran yang memadai, seperti bias menggunakan beberapa program
aplikasi komputer. Fungsi ini biasanya dilakukan oleh staff administrasi yang
dalam departemen teknologi informasi.
3. Fungsi analis
Fungsi ini membutuhkan pemikiran yang kritis dan kreatif, mampu untuk
mengambil keputusan, dilakukan oleh seorang manajer yang bertanggung
jawab mendukung semua keputusan yang akan dibuat oleh atasannya.
4. Fungsi interpersonal
Fungsi ini membutuhkan penilaian dan analis sebagai dasar pengambilan
keputusan, keterampilan yang berhungan dengan orang biasanya dilakukan
oleh seorang staff administrasi sebagai jenjang karier sebelum menjadi manajer
pada organisasi.
5. Fungsi manajerial
Fungsi ini membutuhkan perencanaan pengorganisasian pengukuran, dan
pemotivasian, fungsi ini dilakukan oleh staff setingkat manajer yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem dan prosedur administrasi.
Administrasi memiliki tujuh fungsi-fungsi sendiri, sebagaimana dalam
manjemen. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan perlengkapan
Pengelolaan perlengkapan merupakan salah satu fungsi administrasi, yang juga
merupakan fungsi manjemen, dalam organisasi yang berkaitan dengan unsur-
unsur administrasi lainnya, yaitu perencanaan, penentuan, kebutuhan,
15
anggaran, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pemeliharaan,
penghapusan, serta pengendalian.
2. Pembukaan dalam perencanaan
Dalam administrasi fungsi perencanaan berkaitan dengan perencanaan
kebutuhan perlengkapan dan penganggaran secara keseluruhan,
pengadministrasian diartikan dengan pencatatan dan pembukuan yang jelas
sebagai laporan pertanggungjawaban sebagai data penting mengenai
perncanaan organisasi yang berhubungan dengan material organisasi.
3. Pelaporan
Secara keselurahan data-data dan fakta-fakta organisasi dapat dijadikan bahan
utama untuk dilaporkan, baik dalam rapat-rapat organisasi maupun laporan
pertanggungjawaban tahunan. Laporan-laporan yang biasanya berlaku secara
tertulis dapat diketahui oleh seluruh personal organisasi, baik laporan
inventaris, laporan barang-barang habis pakai, laporan rapat bulanan, laporan
tahunan, dan sebagainya.
4. Fungsi pengawasan administratif
Didasarkan pada data-data dan fakta yang tertulis misalnya, pembukuan
seluruh aktivitas organisasi, jadwal kegiatan, absensi karyawan,
pembendaharaan, dan sebagainya. Pencocokan antara data yang tertulis dengan
fakta di lapangan sangat penting agar pengawasan dapat terus ditingkatkan.
5. Fungsi kerja sama
Setiap pegawai kantor harus bekerja sama dengan pegawai-pegawai lain karena
tidak semua pekerjaan bagian dari tugas dan tanggung jawabnya dapat
16
diselesaikan sendiri. Pada umumnya agar penugasan dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya diperlukan penjelasan, baik mengenai isi cara
melaksanakannya, maupun hal-hal lain yang dipandang perlu.
6. Fungsi komunikasi
Kerjasama tidak dapat berlangsung dengan sempurna apabila di dalamnya
tidak terjadi komunikasi yang baik. Komunikasi adalah hubungan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk menyampaikan pesan dengan baik.
Pihak pertama disebut komunikator dan pihak kedua disebut komunikan.
Ketiga unsur ini (komunikator, komunikan, dan pesan) harus ada dalam
komunikasi, unsur lainnya antara lain sarana komunikasi. Dalam komunikasi
ini menggunakan pendekatan birokratis dan mungkin menggunakan
pendekatan personal atau individual.
7. Fungsi laporan
Fungsi laporan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Laporan secara lisan
biasanya berlaku untuk kegiatan yang tidak resmi yang permintaannya pun
dalam keadaan tidak resmi.
2.3 Pengertian Konsep Dasar Administrasi Logistik
Menurut Siswandi (2017:15) menjelaskan bahwa administrasi logistik
adalah:
1. Administrasi logistik dalam istilah asing disebut “supply management” yaitu
proses kegiatan dari fungsi-fungsi yang merupakan panduan dalam bidang-
bidang perkiraan, kebutuhan, anggaran, pengadaan, penyimpanan, distrubusi,
pemeliharaan, dan penghapusan.
17
2. Administrasi logistik adalah tanggung jawab manajerial mendesain dan
mengurus suatu sistem untuk mengawasi arus dan penyimpangan yang
strategis bagi materil, suku cadang, dan barang jadi agar dapat diperoleh
manfaat maksimum bagi perusahaan (Bowersox 2002:14)
3. Administrasi logistik rangkaian-rangkaian dalam administrasi perbekalan yaitu
pandangan, penyediaan, penggunaan, serta pemiliharaannya, dan penyingkiran
apabila tidak digunakan lagi.
Mengacu pada konsep dari administrasi dan logistik di atas maka dapat
disentesakan administrasi logistik adalah suata cabang atau turunan dari ilmu
administrasi yang menekankan pada segala proses pengelolaan barang dari mulai
pengadaan, penyimpanan, pemiliharaan, sampai penghapusan barang-barang
yang dapat berupa barang habis pakai maupun tahan lama agar nantinya dapat
tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
Administrasi logistik merupakan salah satu disiplin ilmu yang akan selalu
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sama halnya seperti disiplin
ilmu lainnya yang akan selalu mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan
tersebut bias dilihat dari semakin berkembangnya istilah-istilah yang berkaitan
dengan disiplin ilmu tersebut sampai pada kajian yang dibahas ilmu tersebut.
2.4 Konsep Dasar Manajemen Logistik
Menurut Cristopher dalam Siswandi (2017:29) mendefinisikan pengertian
mengenai Logistic and Supply Chain Management sebagai berikut:
“Logic is the process of strategically managing the procurement,
movement, and stroge of materials, part and finished inventory (and the related
information floes) through the organization and its marketing channels in such a
18
way that current and future profitability are maximized through the cost effective
fulfillment of orders”.
Logistik adalah proses dari pengelolaan secara strategis dalam usaha
perolehan, pergerakan dan penyimpanan bagian material dan persediaan akhir,
juga hubungan dengan arus informasi, melalui organisasi dan jalur pemasarannya
dalam beberapa cara untuk mendapatkan keuntungan tertentu di masa depan yang
maksimal melalui ongkos pemenuhan pemesanan yang efektif.
Sementara itu Herry Gunawan dalam Siswandi (2017:30) menjelaskan
bahwa “Logistik” merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus
barang, energy informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan
manusia, dari sumber produksi ke pasardengan tujuan mengoptimalkan
penggunaan modal.
Selain itu logistik juga dapat didefinisikan sebagai proses pengelolahan
yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, dan
barang jadi dari penyedia sampai pada para pelanggan atau penerima dan hal ini
juga merupakan ciri-ciri utama logistik yaitu “Pemindahan dan penyimpanan yang
strategis”.
Dari beberapa definisi ini kita dapat mengambil sisi lain dari istilah
logistik, yaitu logistik tidak hanya berkaitan dengan barangnya itu sendiri tetapi
berkaitan dengan proses-proses yang berkaitan dengan penyediaan, penyimpanan,
serta pemindahan barang-barang tersebut.
19
2.4.1 Ruang Lingkup Aktivitas Manajemen Logistik Dalam Perusahaan
Ruang Lingkup Aktivitas Manajemen Logistik Dalam Perusahaan dalam
Siswandi (2017:31) menjelaskan bahwa :
1. Peran manajemen logistik dan pergudangan dalam kehidupan perusahaan
a) Evolusi sitem manajemen logistic
b) Siklus manajemen logistik
c) Pergudangan sebagai subsistem dalam sistem logistik
d) Objektif manajemen logistik dan pergudangan
e) Fungsi-fungsi manajemen dan pergudangan
f) Aktivitas gudang
g) Struktur pergudangan
h) Pemilihan lokasi gudang
2. Pemeriksaan atau penguji barang
a) Dasar pemeriksaan barang
b) Destructive dan nondestructive test
c) Kriteria pemeriksaan total dan sampling
d) Penentuan ukuran sample
e) Penentuan acceptance level
f) Pembuatan berita acara pemeriksaan barang
3. Administrasi penerimaan barang
a) Prasyarat penerimaan barang
b) Pembentukan team penerimaan barang
c) Kriteria penerimaan barang
d) Sistem dan prosedur penerimaan barang
20
e) Dokumen penerimaan barang
f) Berita acara penerimaan sementara
g) Berita acara penerimaan barang
h) Penyusunan laporan transaksi
i) Rekomendasi pembayaran
4. Administrasi dan teknik penyimpanan barang
a) Sistem dan prosedur penyimpanan barang
b) Dokumen yang digunakan untuk penyimpanan barang
c) Tatacara pengisian kartu barang
d) Tata cara pengisian kartu administrasi persediaan
e) Tata cara perhitungan nilai persediaan barang
5. Teknik penyimpanan barang berukuran kecil
a) Aktivitas unloading barang ukuran kecil
b) Pengendalian kualitas dan kuantitas
c) Packaging
d) Identifikasi produk
e) Teknik penyimpanan dan pelayanan pelanggan
f) Pengendalian persediaan
g) Authomatic identification mrthod
6. Pengelolaan barang yang disimpan menggunakan karton (full-case)
a) Manfaat penggunaan penyimpanan menggunakan karton
b) Order-pick methods
c) Teknik pengaturan penyimpanan menggunakan karton
d) Identifikasi posisi karton dan pallet
21
7. Akutansi persediaan
a) Peran akutansi dalam mengelola persediaan
b) Kontrol intern dilihat dari segi organisasi serta sistem dan prosedur
administrasi pergudangan
c) Perhitungan biaya material dengan metode FIFO (First In First Out), LIFO
(Last In First Out), dan AVERAGE.
d) Laporan persediaan yang diperlukan akutansi
8. Laporan sistem pergudangan
a) Laporan status persediaan
b) Laporan transaksi barang
c) Klasifikasi barang
d) Statistic pemakaian barang
e) Laporan perhitungan Inventory Control
9. Manajemen pergudangan dan distrubusi
a) Konsep dasar Distribution Requirement Planning (DRP)
b) Multi-echelon distribution system
c) Pull system
d) Push system
e) Illustrasi order-point system
f) Solusi order point
g) Base-stock system
h) Illustrasi perhitungan DRP
i) Studi kasus DRP dengan menggunakan software
22
10. Inventory control teghniques
a) Klasifikasi persediaan
b) Biaya persediaan
c) Sistem pengendalian persediaan
d) Economic order quality, Reorder point dan safety stock
e) Untuk independent material
f) Fixed order period inventory system
g) Latihan perhitungan optimasi persediaan
11. Inventarisasi dan auditing persediaan
a) Manfaat inventarisasi persediaan
b) Teknik inventarisasi persediaan
c) Inventarisasi total dan inventarisasi sebagian
d) Laporan hasil inventarisasi
2.4.2 Tujuan Manajemen Logistik
Siswandi (2017:45) menjelaskan bahwa tujuan dari manajemen logistik
adalah untuk mendistribusikan produk barang dan jasa secara tepat, baik bahan,
waktu, tempat, pengiriman dengan kualitas produk yang tetap terjamin dengan
biaya serendah mungkin untuk mencapai keuntungan perusahaan semaksimal
mungkin. Dengan adanya penentuan logistik ini, perusahaan akan semakin
menyadari pentingnya dilakukan suatu sistem logistik yang diimplementasikan
secara tepat dalam perusahaan. Hal ini akan menjadi salah satu target dalam upaya
pencapaian keuntungan perusahaan.
2.4.3 Aktivitas Manajemen Logistik
23
Siswandi (2017:45) menjelaskan bahwa secara umum kegiatan logistik
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan pergerakan (move) yang bersifat dinamis
dan keinginan penyimpanan (store) yang bersifat statis.
Dua kegiatan utama tersebut diuraikan menjadi beberapa kegiatan yaitu:
1. Pemrosesan pesanan, transportasi, persediaan, penanganan barang, struktur
fasilitas, serta sistem informasi dan komunikasi.
2. Kegiatan-kegiatan itu disebut juga sebagai bauran kegiatan logistic dimana
semua kegiatan tersebut tidak dapat dihindarkan keberadaannya dalam sebuah
rantai pasok.
Aktivitas manajmen logistik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
aktivitas besar antara lain:
A. Aktivitas utama
1. Standar layanan pelanggan
Tugas utama adalah berkolaborasi dengan marketing untuk:
a. Menentukan kebutuhan & keinginan pelanggan untuk customer service
b. Menentukan respon pelanggan
c. Menentukan tingkat pelayanan pelanggan
2. Standar transportasi
Tugas transportasi berkaitan dengan:
a. Menyeleksi modal dan layanan transportasi
b. Konsolidasi pengiriman
c. Route pengantaran
d. Penjadwalan kendaraan
e. Seleksi kendaraan
24
f. Seleksi peralatan
g. Proses klaim
h. Audit tingkat pelayanan
3. Manajemen persediaan
Tugas utama manajemen persediaan berkaitan dengan:
a. Kebijakan raw material dan barang jadi
b. Perkiraan penjualan jangka pendek
c. Pengontrolan produk pada titik persediaan
d. Just in time, push & pull strategies
4. Proses pemesanan
Tugasnya berkaitan dengan beberapa hal
a. Aturan pemesanan
b. Informasi order
c. Pengontrolan proses order
d. Rencana penjualan dibandingkan inventori
B. Aktivitas pendukung
1. Pergudangan
a. Pembagian ruang
b. Lay out stok & design stok
c. Aturan pergudangan
d. Penempatan stok
2. Penanganan material
a. Seleksi peralatan
25
b. Kebijakan penempatan peralatan
c. Prosedur penanganan pesanan
d. Penyimpanan stok
3. Pembelian
a. Seleksi sumber daya pasokan
b. Waktu pembelian
c. Jumlah pembelian
d. Penyimpanan stok
4. Pengemasan
a. Pergerakan material
b. Penyimpanan
c. Kehilangan & kerusakan
5. Kerja sama dengan produksi
a. Spesifikasi jumlah yang akan dibuat
b. Urutan & waktu output produksi
c. Perhitungan produk yang disimpan & dikirim
6. Pemeliharaan informasi
a. Pengumpulan & penyimpanan data
b. Analisis data
c. Prosedur pengendalian
2.5 Pengertian Freight Forwader
Menurut Wynd Rizaldy et.al (2013:4) dalam Jurnal Manajemen Bisnis
Transportasi dan Logistik (2016:12) Freight Forwarder adalah suatu badan atau
operator yang mengatur kegiatan pengiriman / penerimaan barang yang
26
menggunakan beberapa dokumen yang diperlukan oleh transportasi dan Negara
yang terkait dengan aktifitas tersebut.
Menurut Suyono (2005) dalam Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik
(2014:3) Produk Jasa Freight forwarding bukan hanya diartikan sebagai arsitek di
dalam pengangkutan barang, akan tetapi, dapat diperluas dengan beberapa
peranan dalam usahanya untuk meningkatkan ekspor. Untuk itu, mengingat
pentingnya peran freight forwarder bagi pengiriman barang umum, sehingga ia
dianggap sebagai physical distribution yang mencakup beberapa hal yang
berhubungan dengan kegiatan logistik; seperti transportasi, pengelolaan,
pengiriman barang dengan kapal, gudang, pengepakan, penamaan, pengawasan
terhadap kualitas, manajemen dan ketentuan-ketentuan bea cukai. (Chairuddin &
Hanifah, 2014)
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.10 Tahun 1988 dalam jurnal
Administrasi Bisnis (2018:116) Jasa pengurusan transportasi (Freight
Forwarding) adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik
barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksannya
pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut, atau udara
yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan,
penandaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen,
penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim, asuransi atas
pengiriman barang, serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan
dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan di erimanya barang
oleh yang berhak menerimanya. (Syahputra, Suharyono, & Supriono, 2018)
2.6 Pengertian Jasa dan Karakteristik Jasa
27
Banyak para pakar pemasaran jasa yang telah mendefinisikan pengertian
jasa dan karakteristik jasa. Adapaun pengertian jasa dan karakteristik jasa menurut
para pakar sebagai berikut:
Kotler dan Keller (2006:441) dalam Subagio Ali Mardo (2016:17)
mengemukakan bahwa A service is any activity or performance that one party can
ofter to another that is essentially intangible and does not result in the ownership
of anything. It’s production may or many be tied to a physical product. Demikian
juga Stabton (1994:494) dalam Subagio Ali Mardo (2016:17) menyatakan :
Services are those separately identifiable, essentially intangible activities
which provide satisfaction and there are not necessarily tied to a sale of product
or another service. To produce a service may or may not require the use tangible
goods. However when such use is required, there is not transfer of tittle (parment
ownership) to these tangible goods.
Dari definisi tersebut, mereka pada prinsipnya sama, yaitu menyatakan
bahwa jasa pada dasarnya merupakan suatu yang tidak berwujud, yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam memproduksi suatu jasa
dapat menggunakan bantuan suatu produk fisik tetapi bisa juga tidak. Di samping
itu juga jasa tidak mengakibatkan peralihan hak suatu barang secara fisik atau
nyata, jadi jika seseorang pemberi jasa memberikan jasanya pada orang lain, maka
tidak ada perpindahan hak milik secara fisik dan yang paling penting adalah jasa
melibatkan dua unsur yang menjadi ujung tombak layanan pada konsumen adalah
prasaranan / fasilitas (facility) dan kontak SDM (people).
Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2014:7) dalam Subagio Ali Mardo
(2016:17) menyatakan “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
28
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin
berkaitan dengan produk fisik atau tidak.”
Menurut Zethaml dan Bitner dalam Lupioyadi (2014:7) memberikan
batasan tentang jasa sebagai berikut “Service is all economic activities whose
output is not a physical product or construction is generally consumed at that
time it is produced, and provides added value in forms (such as convenience,
amusement, comfort, or health). Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya bukan berbentuk pruduk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan
dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya
kenyamanan, hiburan, kesenangan, dan kesehtan) konsumen.”
Menurut Kotler dan Keller dalam jurnal Henry G. Piri, Kualitas Pelayanan
Jasa (2013:506) Karakteristik Jasa Karakteristik jasa adalah sebagai berikut:
1. Intangibility (tidak berwujud) Berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat
dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli.
2. Inseparability (tidak terpisahkan) Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi
secara bersamaan. Hal ini tidak berlaku bagi barang-barang fisik yang
diproduksi, disimpan sebagai persediaan, didistribusikan melalui banyak
penjual, dan dionsumsi kemudian. Jika seseorang memberikan jasa tersebut,
penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Karena klien tersebut juga hadir pada
saat jasa itu dihasilkan, interaksi penyediaan klien merupakan ciri khusus
pemasaran jasa.
3. Variability (bervariasi) Karena bergantung pada siapa memberikannya serta
kapan dan di mana diberikan, jasa sangat bervariasi.
29
4. Persihability (tidak tahan lama) Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang
mudah rusa tersebut tidak akan menjadi masalah apabila permintaan tetap
berjalan lancar.(Piri, 2013)