Download - BAB II ISK
BAB II
TEORI DAN KONSEP
A. DEINISI
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).Bakteriuria bermakna (significant
bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari
105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya
bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna
asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria
bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan
pandang. (Sukandar, E., 2004). bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut
bakteriuria simptomatik.Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi
jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia Coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus.Infeksi saluran
kemih dibagi berdasarkan lokasinya yaitu saluran kemih bawah dan atas.
Infeksi saluran kemih bawah
Infeksi saluran kemih bawah terjadi ketika bakteri menyerang saluran
kemih, sehingga peradangan yang pada saatnya akan menyebabkan tanda-tanda
dan gejala infeksi saluran kemih. Pada infeksi saluran kemih bawah, bakteri dan
peradangan terbatas pada uretra dan kandung kemih, tanpa melibatkan ureter
atau ginjal (Scottish Intercollegiate Guidelines Network(SIGN), 2006).
Infeksi saluran kemih atas
Infeksi saluran kemih bagian atas terjadi bila infeksi menyebar di luar
kandung kemih, sampai ureter dan berpotensi ke ginjal. Ketika infeksi mencapai
ginjal, pasien dikatakan menderita dengan pielonefritis (Stevens et al, 2009).
Pielonefritis adalah kondisi yang sangat serius dan salah satu peneybab yang
menempatkan pasien pada risiko terbesar mengembangkan sepsis.
B. Klasifikasi
Menurut Brunner Studdart (2003), Infeksi Traktus Urinarius umumnya dibagi menjadi 2 subkategori
besar yaitu:
1. Lower Urinary Tract Infection / UTI bagian bawah, meliputi :
Uretritis
adalah peradangan yang terjadi pada saluran uretra. Ada 2 jenis uretritis gonoreal dan non
gonoreal.
a. Uretritis Gonoreal
Uretritis gonoreal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui
kontak seksual.
b. Penyebab uretritis nongonoreal bukan N. Gonorrhoeae, melainkan disebabkan oleh
Clamidia trakomatik (30%-50%) dan Ureplasma urelitykum (25%-35%). Periode
inkubasi untuk NGU adalah 1-5 minggu.
Sistitis
adalah inflamasi akut pada kandung kemih/buli-buli.
a. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
b. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis
Prostatitis
adalah peradangan kelenjar prostat; dapat bersifat akut maupun kronis dan penyebabnya
dapat bakterial maupun nonbakterial.
2. Upper Urinary Tract Infection / UTI bagian atas, meliputi:
Pielonefritis
adalah infeksi pada pelvis dan interstisium ginjal
a. Pielonefritis akut
reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan parenkim ginjal
b. Pielonefritis kronis
penyakit tubulointerstitial kronik dengan peradangan dan terbentuknya jaringanparut
pada tubulointerstitial kronik akibat terlibatnya patologis pelvis ginjal dan kaliks
Abses Ginjal
Adalah abses yang terjadi pada parenkim ginjal
Abses Perinefrik
adalah abses renal yang meluas ke dalam jaringan lemak di sekitar ginjal
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun
fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi
hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
Klasifikasi menurut gejala :
Bakteriuria asimptomatis
- ISK yang tidak mempunyai gejala klinik
Bakteriuria simtomatis
- ISK yang mempunyai gejala klinis yang nyata seperti disuria, polakisuria, piuria,
urgency disertai demam atau tanpa demam, sakit pinggang/rusuk/sudut kosto-
vetebral atau tanpa sakit pinggang dan lain-lain.
Klasifikasi menurut komplikasi :
ISK simpleks (ISK sederhana)
- Isk yang tidak disertai kelainan anatomik maupun fungsional saluran kemih
ISK kompleks (ISK berkomplikasi)
- ISK yang disertai kelainan anatomi anatomik atau fungsional, yang
menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih.
C. Etiologi
Normalnya, urin adalah steril. Biasanya bebas dari bakteri-bakteri, virus-virus,
dan jamur namun mengandung cairan-cairan, garam-garam, dan produk-produk
pembuangan. Infeksi terjadi ketika organisme-organisme kecil, biasanya bakteri-bakteri
dari saluran pencernaan, melekat pada bukaan dari urethra dan mulai membiak
(berlipat ganda). Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari
vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan
(akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa
sampai ke ginjal. (Pierce A, Neil R. 2006)
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis
bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni
oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati
kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun
tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi
oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi
gram negatif.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di
bawah ini :
1. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
- Escherichia coli
- Klebsiellapneumoniae
- Enterobacter aerogenes
- Proteus
- Providencia
- Citrobacter
2. Pseudomonas aeruginosa
3. Acinetobacter
4. Enterokokus faecalis
5. Stafilokokus sarophyticus
Cara Penularan
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu:
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan
asending, tetapi asending lebih sering terjadi.
1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus
infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara
hematogen adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan
Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang
terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi struktur dan
fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :
Adanya bendungan total aliran urin
Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intratubular, misalnya sulfonamide
Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah
Pemakaian obat analgetik atau estrogen
Pijat ginjal
Penyakit ginjal polikistik
Penderita diabetes melitus
2. Infeksi asending
- Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada
bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil
difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3
bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga
banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah
E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah
tersebut diduga karena :
adanya perubahan flora normal di daerah perineum
Berkurangnya antibodi lokal
Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
D. Faktor Risiko
Faktor risiko secara umum meliputi:
1. Jenis kelamin
Infeksi saluran kemih sangat umum pada wanita, dan banyak wanita akan mengalami lebih
dari satu. Alasan utama adalah anatomi mereka. Wanita memiliki uretra lebih pendek, yang
menghemat bakteri jarak harus perjalanan untuk mencapai kandung kemih.
2. Aktif secara seksual
Wanita yang aktif secara seksual cenderung memiliki infeksi saluran kemih lebih banyak
daripada wanita yang tidak aktif secara seksual.
3. Menggunakan beberapa jenis kontrol kelahiran
Wanita yang menggunakan diafragma untuk pengendalian kelahiran juga mungkin
menghadapi risiko lebih tinggi, sebagai perempuan mungkin yang menggunakan bahan
spermisida.
Beberapa jenis alat kontrasepsi juga dapat meningkatkan risiko UTI. Secara khusus, wanita
yang menggunakan diafragma cenderung mengembangkan UTI. spring-rim diafragma
dapat menyebabkan memar pada daerah tersebut di dekat kandung kemih, sehingga
rentan terhadap bakteri. Busa spermisida atau gel digunakan dengan diafragma, dan
spermisida berlapis kondom, juga meningkatkan kerentanan terhadap UTI. Spermisida
paling mengandung nonoxynol-9, zat kimia yang dikaitkan dengan risiko ISK meningkat.
4. Menopause
Setelah menopause, infeksi saluran kemih dapat menjadi lebih umum karena kurangnya
estrogen menyebabkan perubahan pada saluran kemih yang membuatnya lebih rentan
terhadap infeksi.
5. Memiliki kelainan saluran kemih
Bayi yang lahir dengan kelainan saluran kemih yang tidak memungkinkan urin
meninggalkan tubuh atau menyebabkan urin kembali di uretra memiliki peningkatan risiko
infeksi saluran kemih.
6. Adanya sumbatan pada saluran kemih
Batu ginjal atau pembesaran prostat dapat menjebak urin dalam kandung kemih dan
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
7. Berkurangnya sistem kekebalan tubuh
Diabetes dan penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan tubuh - pertahanan tubuh
terhadap kuman - dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
8. Menggunakan kateter
Orang yang tidak bisa buang air kecil sendiri dan menggunakan tabung (kateter) untuk
buang air kecil memiliki peningkatan risiko infeksi saluran kemih. Ini mungkin termasuk
orang yang dirawat di rumah sakit, orang dengan masalah neurologis yang membuat sulit
untuk mengontrol kemampuan mereka untuk buang air kecil dan orang-orang yang
lumpuh.
9. Alergi
Wanita yang memiliki alergi kulit untuk bahan dalam sabun, krim vagina, mandi busa,
atau bahan kimia lainnya yang digunakan di area genital akan meningkatkan risiko untuk
ISK. Dalam kasus tersebut, alergi dapat menyebabkan luka kecil yang dapat
memperkenalkan bakteri.
E. Patofisiologi
(Terlampir)
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:
- Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri
suprapublik, demam biasanya tidak ada.
- Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge urethra
- Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hesitansi, aliran
lemah).
- Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.
- Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap
meskipun diobati dengan antibiotik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),
dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah
diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan
steril (Kumalawati, 2009).
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK
yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis
dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan
(Smeltzer dkk, 2010).
Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan
leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan
bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer
netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang
merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri).
Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri
patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun
akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan
spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan
negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik
dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan
dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil
negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur (Kumalawati, 2007).
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur (Williams dkk, 2007).
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada
pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu
dilakukan pemeriksaan kultur (Williams dkk, 2007).
Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin
masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105
koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan
penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml
urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi
flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml
urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan
biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah
kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika
sebelumnya (Kumalawati, 2007).
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis
bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi (Kumalawati, 2007).
Laboratorium
a. Urinalisis
- Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit nongromeluler
seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
- Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara
dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi
saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin.
- Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,
antara lain :
Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut
Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindrom nefrotik bila ditemukan
bersaman dengan proteinuria nefrotik
- Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi
saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi
b. Bakteriologis
- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria
Catteli.
c. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di antaranya
yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian
besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat
d. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastic
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus.
Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.
Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat
penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan
jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai
dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa.
Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis
kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
H. Penatalaksanaan
Obati infeksi dengan antibiotika yang sesuai berdasarkan hasil kultur urin dan obati
penyebab yang mendasari (misalnya hilangkan obstruksi). Asupan cairang yang banyak
harus diberikan dan kalium sitrat dapat menghilangkan disuria.
1. ISK bagian atas, epididimo-orkitis, dan prostatitis
a. Terapi Antibiotika i.v (siprofloksasin, gentamisin, sefuroksim, ko-trimoksazol)
b. Redakan obstruksi akut dengan drainase internal (stent) atau eksternal (nefrostomi)
terutama jika terjadi sepsis akut.
c. Abses akan memerlukan drainase baik secara radiologis maupun bedah
2. Sistitis dan ISK bagian bawah tanpa komplikasi
a. Antibiotik oral (trimetoprim, siprofloksasin, nitrofurantoin, sefradin)
b. Jika terdapat respons yang buruk terhadap terapi pertimbangkan suatu infeksi yang
tidak biasa: tuberkulosis (piuria steril), kandiduria, skistosomiasis, Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorrhoeae.
c. Infeksi berulag harus menigkatkan kecurigaan terhadapt kemungkinan kelainan yang
mendasari yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
(Grace, P. dan Neil Borley. 2007)
3. Terapi terdiri dari hidrasi dan antibiotika yang sesuai.
Pada infeksi saluran kemih yang tidak terjadi komplikasi, diberikan antibiotik
untuk E. Coli sampai hasil kulturnya diketahui. Penisilin, sulfonamide, cephalosporin,
dan nitrofurantoin, juga telah digunakan dengan hasil yang yang memuaskan.
Pasien dnegan riwayat infeksi saluran kemih kambuhan atau dengan pemasangan
kateter permanen perlu melakukan pencegahan terhadap infeksi yang kurang lazim,
seperti pencegahan terhadap Klebsiella. Perlu dipertimbangkan penggunaan Tes
kepekaan antibiotik dalam menentukan terapi.
(Rasjidi, Imam, 2008)
4. Infeksi saluran kemih berulang
Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain
trimetroprimsulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam,
Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama
pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi.
Manajemen ISK Berulang (Rani HAA, 2006)
a. Uretritis
Terapi berdasarkan The Center for Disease Control and Prevention :
Cefixime 400 mg oral
Ceftriaxone 250 mg IM
Ciprofolaxacine 500 mg oral
Ofloxacine 400 mg oral
Keempat antibioyika diatas diberikan dalam dosis tunggal
b. Sistisis
Variasi program penanganan telah berhasil menangani infeksi urinary bawah non komplikasi
pada wanita dari pemberian dosis tunggal short course (3-4 hari) atau long course (7-10 hari)
Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (Gantrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole
dan nitrofurantoin. Kadang-kadang medikasi seperti ampisilin atau amoxiilin digunakan tetapi
Escherichia coli telah resisten terhadap agen ini. (Brunner Suddart, 2001)
Pada uncompicated sistisis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis tunggal atau jangka
pendek 1-3 bulan, tetapi jika tidak dimungkinkan dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif
terhadap kuman E coli (Basuki B Purnomo,2003), antara lain
nitrofurantoin
trimethoprim-sulfametahoxazhole
atau ampisilin
c. Prostatitis
Menurut Basuki B Purnomo pengobatan dibedakan :
Prostatitis Bakterial Akut (Kategori I)
Antibiotika yamng dipilih adalah golongan fluroquinolone, trimethoprim-sulfametahoxazhole,
dan golongan aminoglikosida. Setelah keadaan membaik antibiotika per oral diteruskan hingga
30 hari
Prostatitis Bakterial kronis (Kategori II)
Contoh obat rimethoprim-sulfametahoxazhole, doksisiklin, miniksiklin, karbenisilin,
fluroquinolone
Prostatitis non Bakterial (Kategori III)
1. Subkategori III A
minoksiklin,doksisiklin, atau eritromisin selama 2-4 minggu
2. Subkategori III
Pemberian obat-obatan simtomatik berupa obat penghantar adrenergik alfa dapat
mengurangi miksi
Prostatitis inflamasi asimtomatik(Kategori IV)
Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan gejala seperti pada kategori ini tidak
memerlukan terapi tetapi didapatkannya sel-sel inflamasi pada analisis semen seorang pria
yang mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2006. Management of suspected bacterial urinary tract infection in adult.
Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2006. Management of suspected bacterial urinary tract infection in adult.