11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakanpertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi sampai aterm (Manuaba IGB, 2010; h.
75).
Kehamilan adalah dimulainya dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saefudin AB, 2008; h. 89)
sedangkan menurut prawirohardjo (2008;h.213) kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
proses alamiah (bukan patologis) dan pertumbuhan dan perkembangan
janin intrauterin sejak dari konsepsi sampai aterm.
111
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
12
b. Fisiologi Kehamilan
Konsepsi merupakan pertemuan antara sperma dan sel telur yang
menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian
yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (
pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi dan embrio di
dalam uterus.
Setiap bulan satu ovum atau kadang – kadang lebih menjadi
matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Saat
ovulasi ovum keluar dari volikel ovarium yang pecah. Ovum tidak dapat
berjalan sendiri. Kadar ekstrogen yang tinggi meningkatkan gerakan
uterina, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan
menggerakannya sepanjang tuba menuju rongga rahim. Ovum dianggap
subur selama 24 jam setelah ovulasi.
Terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sel mani dan sel
telur disebut penghamilan ( fertilisasi ). Fertilisasi terjadi di ampula tuba
dan syarat dari setiap kehamilan adalah harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum ( konsepsi ) dan nidasi hasil konsepsi.
Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi
prenukleus betina, sementara spermatozoon setelah melepaskan
ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini
akhirnya melebur ditengah – tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah
zigot, sebuah sel tunggal, awal sebuah kehidupan baru makhluk
manusia (kusmiyati Y, 2009; h. 33).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
13
c. Perubahan Fisiologis dan Psikologi pada Kehamilan
1) Perubahan pada system reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi ( janin, plasenta,
amnion ) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk bertambah besar dan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam
beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau
kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mampu menampung janin, plasenta, cairan amnion
rata – rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 l
bahkan dapat mencapai 20 l atau lebih dengan berat rata – rata
1100 gr (Prawirohardjo S, 2008; h.175).
b) Indung Telur (Ovarium)
Ovulasi terhenti dan masih terdapat korpus luterum
gravidarum sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada
usia kehamilan 16 minggu (Manuaba IGB, 2010; h. 92).
c) Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina
vulva, vagina dan vulva terlihat merah atau kebiruan. Warna livid
pada vagina dan porsio servick disebut tanda Chadwick
(Manuaba IGB, 2010; h. 92).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
14
2) Perubahan Pada Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh saat
kehamilan yaitu estrogen, progesterone dan somatotropin.
Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
a) Payudara menjadi lebih besar
b) Areola payudara makin hiperpigmentasi
c) Glandula Montgomery makin tampak
d) Pengeluaran ASI belu berlangsung karena prolaktin belum
berfungsi karena hambatan PIH (Prolakting Inhibiting
Hormone)untuk mengeluarkan ASI.
e) Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga
pembuatan ASI dapat berlangsung(Manuaba IGB, 2010; h 92-
93).
3) Perubahan pada organ dan system lainnya
a) Sistem Sirkulasi Darah
(1) Volume Darah
Volume dalam semakin meningkat dimana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga
terjadi pengenceran darah.
(2) Sel Darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
15
(3) Protein darah
Jumlah protein, albumin dan glamaglobin menurun
dalam triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada
akhir kehamilan. Betaglobulindan fibrinogen terus meningkat.
(4) Jantung
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat
dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi
vaskular sistemik. Selain itu juga terjadi peningkatan denyut
jantung. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus
akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika
berada dalam posisi terlentang. Penekanan kava inferior ini
akan mengurangi darah balik vena ke jantung.
Volume darah akan meningkat secara progresif mulai
minggu ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada
minggu ke- 32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu
tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 45 %.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa
plasma dan eritrosit ( Prawiroharjo S, 2008 ; h, 182-183 ).
b) Sistem Pernafasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan
pendek nafas hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah
diafragma akibat pembesaran rahim, dan terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat karena ibu hamil selalu
bernafas lebih dalam adalah pernafasan dada (Manuaba IGB,
2010; h.93).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
16
c) Saluran Pencernaan
Karena pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung
meningkat yang dapat menyebabkan:
(1) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersaliva)
(2) Daerah lambung terasa panas
(3) Terjadi mual dan sakit atau pusing kepala terutamapagi hari
(4) Muntah berlebihan
(5) Muntah
(6) Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang
dan dapat menyebabkan obstipasi (Manuaba IGB, 2010; h.
93-94).
d) Tulang dan Gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena
ligament-ligamen melunak. Juga terjadi sakit pelebaran pada
ruang persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat
memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium materialpada
tulang-tulang akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan. Bila
konsumsikalsium cukup tinggi tidak akan kehilangan kalsium.
e) Kulit
Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi
(1) Muka: cholasma gravidarum
(2) Payudara : puting susu dan areola payudara
(3) Perut: linea nigra, striae
(4) Vulva
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
17
f) Traktus Urinarius
Karena pengaruh desakan hamilmuda turunnya kepala
bayipada hamil tua gangguan tersebut menimbulkan bentuk
sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh. Pada proses filtrasi glomerulus bertambah
sekitar 69-70%. Pada kehamilan, ureter membesar untuk dapat
menampung banyaknya pembentukan urine terutama pada
ureter kanan karena peristaltic. Ureter terhambat karena
pengaruh progesterone (Manuaba IGB, 2010; h. 94).
g) Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama
kehamilan berasal dari ekstraseluler. Diperkirakan selama
kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada trimestr
ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan
menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sementara
pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
menambah berat badan perminggu masing – masing sebesar
0,5 kg dan 0,3 kg (Prawirohardjo S, 2008; h.180).
2. Abortus
a. Pengertian Abortus
Abortus spontan merupakan kehilangan kehamilan pada usia
<20 minggu atau janin dengan berat <500 gram. Abortus dini terjadi
usia 12 minggu; sedangkan abortus tahap akhir (late abortions) terjadi
antara minggu ke-12 dan ke-20 (Sinclair C, 2010; h. 75).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
18
Abortus merupakan terminasi kehamilan secara alami dengan
keluarnya produk kontrasepsi saat usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Kriebs JM, 2010; h.
247).Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belummampu untuk hidup di luar kandungan
(Prawirohardjo S, 2008; h.145).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup di luar kandung kandungan dengan berat badan kurang dari 1000
gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba IGB, 2010;
h.287).
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan,
dimana janin belum mampu hidup diluar rahim (belum viabele); dengan
kriteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin <500 gram
(Achadiat C, 2004; h.26).
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka
istilahnya adalah kelahiran prematur (Sujiatini dkk, 2009; h.22).
b. Klasifikasi
Abortus dibedakan menjadi beberapa kelompok diantaranya:
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
19
1) Abortus spontan
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah (HK Joseph,2011;h. 86).
Abortus Spontan terdiri atas :
a) Abortus Imminens
Perdarahan pervaginam tanpa pengeluaran hasil
konsepsi. Keberadaan kram menyebabkan rasa tidak nyaman,
perdarahan biasanya mulai terjadi 2 minggu setelah kehamilan
berhenti berkembang (Sinclair C, 2010; h.76).
b) Abortus Insipiens (Inevitable Abortion)
Perdarahan pervaginam (atau kehilangan cairan amnion)
terjadi disertai dilatasi servik, dengan atau tanpa nyeri abdomen
(Sinclair C, 2010; h.76).
c) Abortus Inkomplet
Pegeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap/ekspulsi
parsial dari hasil konsepsi. Fetus biasanya sudah keluar namun
terjadi retensi plasenta, sebagian atau seluruhnya di dalam
uterus, dan perdarahan masih berlangsung (HK Joseph, 2011;
h.91).
d) Abortus komplit
Abortus komplit merupakan seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan suatu tindakan
(Manuaba IGB, 2010;h.294).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
20
e) Missed Abortion (Keguguran Tersembunyi)
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kandungan sebelum 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
(Prawirohardjo S, 2008; h. 470).
f) Abortus Rehabitualis (Keguguran Berulang)
Abortus Habitualis adalah dimana penderita mengalami
abortus spontan berturut-turut 3 kali atau lebih. Abortus spontan
terjadi dalam 10% kehamilan dan abortus habitualis 3,6-9,8 %
dari abortus spontan (HK Joshep, 2011; h.96).
2) Abortus provakatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a) Abortus medisinalis (abortus therapeutic)
Adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis) (Sastrawinata, 2005;h. 2).
b) Abortus kriminalis
Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang
oleh hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang
(Sastrawinata, 2005;h. 2).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
21
3. Abortus imminens
a. Pengertian abortus imminens
Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam pada umur
kehamilan <20 minggu.dan terjadi ancaman proses keguguran, namun
produk kehamilan belum keluar (HK Joseph, 2011;h. 86) sedangkan
Menurut Achadiat (2004;h.26) Abortus imminens adalah proses awal
dari suatu keguguran, yang ditandai dengan perdarahan pervaginam,
sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih baik
intrauterine.
Abortus imminens merupakan perdarahan per vaginam tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Keadaan kram menyebabkan rasa tidak
nyaman. Perdarahan biasanya terjadi 2 minggu setelah kehamilan
berhenti berkembang (Sinclair, 2010;h. 76).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa abortus imminens
adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada trimester pertama
atau umur kehamilan <20 minggu yang dapat berlanjut dan
mengancam kehamilan tetapi masih ada harapan untuk
mempertahankannya.
b. Etiologi Abortus Imminens
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut;
1) Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
22
konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi karena:
(a) Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
(b) Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi. Apabila kehamilan terjadi pada usia kurang 20 tahun
dan usia lebih dari 35 tahun, akan menyebabkan terjadinya
abortus (Manuaba IGB, 2010;h. 288).
2) Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada diabetus millitus. Hipertensi juga dapat
menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta hingga
menimbulkan keguguran (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
3) Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri. Keadaan ini dapat
menggangu hasil konsepsi yang menyebabkan terjadinya abortus
(Manaba IGB, 2010; h. 289).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
23
c. Faktor Predisposisi
1) Faktor dari luar
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu (Manuaba IGB, 2010;
h.288).
2) Faktor ibu
a) Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir yang dapat
ditanyakan ataupun dapat dilihat dari kartu pemeriksaan
kesehatan yang lainnya, dimana risiko abortus disebabkan oleh
ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
(Matondang S, 2009; h.5).
b) Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan melalui
plasenta:
(1) Hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan
gangguan perdarahan pada plasenta sehingga
menyebabkan terjadinya keguguran (Manuaba IGB, 2010; h.
335).
(2) Pneumonia
Penyakit radang paru-paru (pneumonia) dapat terjadi
saat hamil. Pneumonia saat kehamilan memiliki gejala suhu
tubuh tinggi dan gangguan pernafasaan yang mengganggu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
24
pertukaran CO2 dan O2 sehingga membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sampai
dapat terjadi keguguran (Manuaba IGB, 2010; h. 337).
(3) Sifilis
Penyebab penyakit ini adalah treponema pallidum yang
dapat menembus plasenta setelah usia kehamilan 16
minggu. Pengaruhnya terhadap kehamilan menebabkan
kematian dalam rahim/keguguran (Manuaba IGB, 2010; h.
338).
(4) Malaria
Pemecahan sel darah merah dapat menyebabkan
terjadinya anemia sehingga menggangu penyaluran
pertukaran nutrisi ke arah janin dan menimbulkan gangguan
perkembangan dan pertumbuhan janin yang dapat
mengakibatkan terjadinya keguguran (Manuaba IGB, 2010;
h. 339).
(5) Toksoplasmosis
Infeksi ini disebabkan oleh toksoplasmosis gondii yang
bersumber dari kucing, tikus dan peliharaan lainnya, dapat
menular kepada manusia dengan gejala klinisnya adalah
demam, kelenjar limfe membengkak dan terjadi abses.
Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat menimbulkan
kekguguran (Manuaba IGB, 2010; h. 340).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
25
3) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan
yang tidak diinginkan oleh ibu hamil, karena kekurangan nutrisi
dapat memyebabkan anemia dan juga abortus (Sulistyawati A,
2011; h. 169).
b) Aktivitas
Perlu dikaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini
memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas yang
biasa dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan pasien terlalu
berat dikhawatirkan dapat menimbulkan penyulit masa hamil.
Dan semakin dikurangi apabila ada riwayat infertilitas dan hamil
dengn perdarahan (Sulistyawati A, 2010; h. 170).
c) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ibu hamil yang mempunyai pekerjaan yang berat/bekerja
kasar mempunyai resiko keguguran. Bagitu pula pada ibu yang
bekerja pada lahan pekerja yang mempunyai efek radiasi
sehingga menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu
(Manuaba, 2010; h.120).
d) Pola seksual
Ditanyakan untuk mengetahui kapan terakhir ibu melakukan
hubungan seksual dengan suami, ibu hamil dengan mioma
uteri dapat mengganggu hasil konsepsi yang menyebabkan
terjadinya abortus (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
26
d. Patofisiologi Abortus Imminens
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya
sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan
perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2 (Manuaba IGB,
2010; h. 289). Keguguran biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam
desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan.
Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu kontraksi uterus yang
menyebabkan ekspulsi. Apabila kantung dibuka, biasanya dijumpai
janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau
mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted
ovum(Cunningham;2006.h.951). pengeluaran tersebut dapat terjadi
spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
menyebabkan berbagai penyulit (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
e. Tanda dan Gejala
Seorang wanita hamil diduga mengalami abortus imminens
apabila dijumpai tanda dan gejala sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen dalam beberapa jam hingga hari setelah vaginal
spotting. Nyeri biasanya terletak di anterior dan berirama seperti
pada persalinan biasa, serangan nyeri pinggang bawah persisten
disertai perasaan tekanan pada panggul, atau bisa berupa nyeri
tumpul pada daerah simpisis pubis yang disertai nyeri tekan
didaerah uterus (HK Joseph, 2011.h. 86).
2) Perdarahan sedikit/bercak, berwarna merah segar atau coklat
kadang disertai rasa mulas/kontraksi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
27
3) Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
4) hasil tes kehamilan positif (+) (Maryunani A, 2009; h. 20).
5) Pada pemeriksaan Palpasi: tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan (Saifudin AB, 2008; h. 146).
6) Kram abdomen bagian bawah atau sakit pinggang normal dan
dapat terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu
(marmi dkk, 2011; h. 57).
f. Pemeriksaan ginekologi
Untuk memastikan ostium uteri eksternum (OUE) tertutup dan
gestational sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar (HK.Joseph, 2011; h.86).
g. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
(a) Tes kehamilan
Tes kehamilan pada wanita hamil dengan abortus imminens
positif, menandakan janin masih hidup, bahkan sampai dengan
2-3 minggu setelah abortus.
(b) Kadar Hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu dalam
keadaan anemia atau tidak. Karena perdarahan yang terus
menerus akan menyebabkan banyak kehilangan darah
sehingga menyebabkan anemia. Kadar Hb normal pada wanita
hamil adalah 11 gr% (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
28
2) Ultrasonografi (USG)
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya GS (kantong
amnion, keadaan janin) dan pertumbuhan dan perkembangan janin
serta DJJyang ada di dalam rahim (HK Joseph, 201; h. 87).
3) Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat dan mengetahui
ada tidaknya pembukaan pada portio dengan menggunakan
spekulum cocor bebek (Prawirohardjo S, 2007; h. 146).
h. Komplikasi
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah
(Sujiyatini dkk, 2009; h.31).
2) Infeksi
Infeksi dalam uterus dapat terjadi dalam setiap abortus, hal
ini berhubungan erat dengan abortus yang tidak aman (Sujiyatini
dkk, 2009; h.31).
3) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dank karena infeksi berat (syok endoseptik) (Sujiyatini
dkk, 2009; h.31).
4) Gangguan Pertumbuhan dalam rahim (intra uterine growth
retardatiaon).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
29
Dengan adanya perdarahan pada daerah implantasi hasil
konsepsi, hal ini dapat mengganggu suplai nutrisi yang dibutuhkan
untuk perkembangan janin (Sastrawinata, 2005; h. 5).
5) Abortus inkomplit dan abortus kompletus
Jika perdarahan pada abortus imminens berlangsung lama
dan mules yang disertai pembukaan servik maka dapat teradi
abortus inkompletus dan kompletus (Sastrawinata, 2005; h. 5).
i. Penatalaksaanaan Abortus Imminens
1) Penanganan
a) Istirahat total ditempat tidur (dengan istirahat dapat
meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi rangsngan
mekanis) (Manuaba, 2010; h. 293).
b) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat (Maryunani A,
2009; h. 21).
c) Anjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang
berlebihan atau hubungan seksual (Saefudin AB, 2008; h. 149).
d) Bila perdarahan:
(1) Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian
ulang bila terjadi perdarahan lagi
(2) Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).
Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
(hamil ektopik/mola)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
30
(3) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas,
pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil
pemeriksaan ginekologik (Manuaba, 2010; h.149).
e) Obat-obatan yang diberikan:
(1) Penanganan: Fenobarbital 3 x 30 mg
(2) Anti-perdarahan: Adona, Transamin
(3) Vitamin B kompleks, Hormon progesteron
(4) Penguat plasenta: Gestanan, Duphastan
(5) Anti-kontraksi rahim: Duvadilan, papaverin.
f) Evaluasi
(1) Jumlah dan lama perdarahan
(2) Tes kehamilan dapat diulangi
(3) Konsultasi pada dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut
dan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba, 2010; h. 293).
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (PP IBI, 2006; h. 126).
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa
persalinan, nifas bayi setelah lahir serta keluarga berencana (PP IBI, 2006; h.
126).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
31
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini berubah sesuai
dengan kebutuhan klien.
Adapun penerapan 7 langkah varney tersebut yaitu:
1. Tinjauan manajemen kebidanan varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dan setiap langkah disempurnakan secara periodik yaitu:
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yag akurat
dan lengkap dari semua sumber yag berkaitan dengan kondisi klien
yang meliputi data subyektif dan data objektif (Eatiwidani D, 2008; h.
134).
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau
masaalah berdasarkan interpretasi data-data yang telah dikumpulkan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik
(Eatiwidani D, 2008; h. 134).
c. Langkah II : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi,dan membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan (Estiwidani D, 2008; h. 135).
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera untuk melakukan konsultasi dan kolaborasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
32
Mengidentifikasi perklunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
periodik atau kunjungan perinatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus (Estiwidani D, 2008; h. 136).
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan secara menyeluruh dengan
tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah–
langkah sebelumnya (Estiwidani D; 2008. h. 137).
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima yang dilaksanakan secara efesien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana (Estiwidani D, 2008; h. 138).
g. Langkah VII : Evaluasi tindakan
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
33
dianggep efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya
(Estiwidani D, 2008; h. 138).
2. Tinjauan asuhan kebidanan dengan abortus imminens
a. Langkah I : Pengkajian (pengumpulan data)
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
yang meliputi data subjektif dan data objektif (Estiwidani D, 2008; h.
134).
A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus
jelas dan lengkap: nama depan, nama tengah ( bila ada ),
nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya (Matondang
S, 2009; h.5).
b. Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir
yang dapat ditanyakan ataupun dapat dilihat dari kartu
pemeriksaan kesehatan yang lainnya, dimana risiko abortus
disebabkan oleh ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun (Matondang S, 2009; h.5).
c. Agama
Data tentang agama juga memantapkan identitas,
disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan
penyakit sering berhubungan dengan agama. Kebiasaan,
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
34
kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak
jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat. Beberapa
penyakit juga mempunyai predileksi rasial tertentu
(Matondang S,2009; h.6).
d. Pendidikan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi
tentang pendidikan, dapat mengakuratkan data yang akan
diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam
anamnesis (Matondang S,2009; h.6).
e. Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ibu hamil yang mempunyai pekerjaan
yang berat/bekerja kasar mempunyai resiko keguguran.
Bagitu pula pada ibu yang bekerja pada lahan pekerja yang
mempunyai efek radiasi sehingga menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu (Manuaba, 2010;
h.120).
f. Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas
dan lengkap dengan nomer rumah, nama jalan, RT, RW,
kelurahan dan kecamatan serta bila ada nomer telponnya.
Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar
sewaktu-waktu dapat dihubungi, disamping itu setelah
pasien pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah
(Matondang S, 2009; h.6).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
35
2. Keluhan utama
Keluhan utama dikaji tentang perdarahan
banyak/sedikit, warnanya merah segar atau coklat dan nyeri
karena kontraksi tidak/tidak sama sekali(Matondang S, 2009; h.
6-7).
3. Riwayat kesehatan
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat penyakit akut, kronis yang dapat mempengaruhi
kehamilan.Penyakit yang pernah diderita sebelumnya perlu
diketahui seperti hipertensi, pneumonia, sifilis, malaria,
toksoplasmosis, karena dapat menyebabkan gangguan
peredaran darah plasenta hingga menimbulkan keguguran
(Manuaba IGB, 2010; h. 335).
4. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat menstruasi
Pengkajian terutama difokuskan pada HPHT (hari pertama
haid terakhir) untuk dapat menentukan umur kehamilan
untuk mendeteksi sedini mungkin adanya gangguan
pertumbuhan janinyang bisa menyebabkan abortus dan hari
perkiraan kelahiran (HPL) (Kriebs JM, 2010; h. 248).
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Dikaji kehamilan, persalinan, nifas yang lalu tujuannya
untuk mengetahui adakah komplikasi atau tidak, jika pada
kehamilan lalu ditanyakan pernah abortus, merupakan
indikasinya terjadi abortus kembali. Sedangkan multigravida
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
36
merupakan faktor terbesar terjadinya abortus dibandingkan
dengan primigravida (Fraser D,2009;h.274). Wanita dengan
abortus spontan tiga kali atau lebih beresiko lebih besar
mengalami kelahiran preterm, plasenta previa, mioma uteri
presentasi bokong, dan malformasi janin pada kehamilan
berikutnya (Cunningham, 2006; h. 965).
c. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan perlu dikaji sudah melakukan tes
kehamilan, kapan dilakukan, kapan mulai perdarahan,
jumlah perdarahan, dan warnanya bagaimana (Kriebs JM,
2010; h. 248).
5. Status perkawinan
Kehamilan yang tidak diinginkan biasanya banyak dialmi
oleh remaja yang dikarenakan seks pernikahan atau seks
bebas. Pada kehamilan yang diluar nikah dan yang tidak
diinginkan kemungkinan orangtuanya akan single perents. Dan
apa bila terjadi pernikahan biasanya pernikahan tersebut akan
bermasalah dengan beban perasaan tidak nyaman, stres
dihantui rasa malu, merasa bersalah, depresi, pesimis, dan lain
–lain (Cunningham, 2006; h. 951).
6. Riwayat KB
Faktor yang meningkatkan risiko abortus pada
kehamilan yaitu masihterpasangnya IUD pada uterus (Kriebs
JM, 2010; h. 248).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
37
7. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat
menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan oleh ibu hamil,
karena kekurangan nutrisi dapat memyebabkan anemia dan
juga abortus (Sulistyawati A, 2011; h. 169).
b. Pola aktivitas
Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena
data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan
pasien terlalu berat dikhawatirkan dapat menimbulkan
penyulit masa hamil. Dan semakin dikurangi apabila ada
riwayat infertilitas dan hamil dengn perdarahan (Sulistyawati
A, 2010; h. 170).
c. Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Dengan
istirahat yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin(Sulistyawati A, 2010; h. 170).
d. Pola seksual
Ditanyakan untuk mengetahui kapan ibu melakukan
hubungan seksual dengan suami, ibu hamil dengan mioma
uteri dapat mengganggu hasil konsepsi yang menyebabkan
terjadinya abortus (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
38
8. Data Psikososial dan kultural
a. Psikososial
Psikososial dikaji untuk mengetahui sejauh mana
respon terhadap suami dan keluarga dan ibu dalam
menghadapi suatu masalah dalam proses kehamilan.
Dengan adanya dukungan dari suami dan keluarga secara
langsung dapat menciptakan situasi serta kondisi yang
nyaman dan tenang untuk ibu, dan ibi tersebut akan
merasakan aman, serta nyaman juga akan lebih semangat
dalam memenuhi gizi untuk kehamilannya yang akan
berakibat baik pada pertumbuhan dan perkembangan
janin. Hal yang paling penting adanya penyebab terjadinya
abortus adalah pengaruh gizi pada saat hamil.
b. Kultural
Pada pasien atau klien yang biasa merokok dan
mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu saat kehamilan
dapat menyebabkan resiko terjadinya abortus spontan
(Cunningham,2006;h. 954).
9. Data pengetahuan ibu
Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang kehamilannya dan pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim.
10. Lingkungan yang berpengaruh
Pada lingkungan yang terdapat bukti bahwa arsen, timbal,
benzea dan otilen oksida dapat menyebabkan abortus
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
39
(Cunningham, 2006; h. 954). Dan pada lingkungan yang
berpengaruh pada hewan kucing, tikus, dan peliharaan yang
lain melalui makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan
cacat congenital berat, persalinan prematur, dan juga sampai
terjadinya abortus (Manuaba IGB, 2010; h. 340).
B. Data Objektif
1. Keadaan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien kita dimulai melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
koma yang disebabkan karena adanya perdarahan(Sulistyawati
A, 2009; h. 172-173).
2. Tanda vital
a. Tekanan darah
Penentuan tekanan darah ( TD ) sangat penting
pada masa hamil karena peningkatan TD dapat
membahayakan kehidupan ibu dan bayi, pada kehamilan
normal TD sedikit menurun sejak minggu ke-8. Kondisi ini
menetap sepanjang trimester kedua dan kemudian mulai
kembali ke TD sebelum hamil ( Wheeler L, 2004; h. 72).
b. Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama
masa hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut per menit
(dpm). Pada ibu hamil dengan abortus imminens terjadi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
40
peningkatan tekanan darah dan mempengaruhi fungsi
nadinya yang disebabkan karena kekurangan banyak
darah(Wheeler, 2004; h. 73).
c. Respirasi
Frekuensi pernafasan selama hamil berkisar antara
16-24 kali per menit (mitayani,2011;h.5). Respirasi
berfungsi untuk mengetahui pernafasan ibu masih normal
atau tidak. Ibu hamil dengan abortus imminens dapat
meningkat (Matondang, 2009; h. 30).
3. Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk
membuat rekomendasi penambahan berat badan pada wanita
hamil dan untuk membatasi kelebihan atau kekurangan berat
karena dapat malnutrisi sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan janin (Wheeler L, 2004; h. 71).
4. Tinggi badan
Menurut (Mufdlilah, 2009; h. 15) tinggi badan diukur pada saat
kunjungan pertama. Perhatikan kemungkinan adanya panggul
sempit (terutama pada ibu yang pendek). Tubuh yang pendek
dapat menjadi indikator gangguan genetik. Jika tubuh klien
lebih pendek daripada tubuh anggota keluarga yang lain atau
tinggi badannya melebihi dua deviasi standar dibawah rerata,
konsul dengan konselor genetic tentang perlunya evaluasi
sindrom Turner (Wheeler L, 2004; h. 71).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
41
5. LILA
Pengukuran dangan cm, lingkar lengan atas normalnya lebih
dari 23,5 cm. Jika kurang dari 23,5 cm, menandakan status ibu
hamil kurang dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin yang menyebabkan terjadinya abortus
(Kriebs JM, 2010; h. 249).
6. Status present
a. Kepala
Kepala di kaji untuk mengetahui bentuk kepala dan
benjolan di kepala (Varney H, 2007; h. 35).
b. Rambut
Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah,
distribusi dan teksturnya (Varney H, 2007; h. 35).
c. Muka
Dikaji untuk mengetahui apakah muka tampak pucat atau
tidak yang disebabkan oleh anemia (Manuaba IGB, 2010;
h. 289).
d. Mata
Pemeriksaan mata meliputi bentuk kesimetrisannya,
penglihatan kabur atau tidak, warna kantong konjungtiva
bawah, warna sclera, edema kelopak mata (Varney H,
2007; h. 36). Untuk mengetahui apakah konjungtiva pucat
atau tidak, pada abortus karena perdarahan yang lama
maka akan mngalami anemia yang ditandai dengan
konjungtiva pucat (Manuaba IGB, 2010; h. 289).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
42
e. Hidung
Pemeriksaan hidung dikaji untuk mengetahui
kebersihannya, ada polip atau tidak (Varney H, 2007; h.
36).
f. Leher
Untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe (Varney H, 2007; h. 37).
g. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi atau
tidak, karena pada ibu hamil yang mempunyai riwayat
operasi pada bagian abdomen kemungkinan untuk
persalinan dilakukan operasi juga (Varney H, 2007; h. 38).
h. Genetalia
Untuk mengetahui apakah ada oedem dan varices atau
tidak, dan di temukan perdarahan dalam jumlah sedilkit
(Kriebs JM, 2010;h. 249).
i. Ekstremitas
Untuk mengetahui kondisi ekstremitas atas dan bawah
apakah berfungsi dengan baik atau tidak, apakah ada
oedem, apakah adavarices, apakah ada sianosis
(Sulistyawati A, 2011; h.176).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
43
7. Status Obstetrikus
a. Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakand
dengan menggunakan indra pengelihatan (Kriebs JM,
20010; h. 249).
1) Genetalia
Ditemukan perdarahan pervaginam dalam jumlah sedikit
(Kriebs JM, 2010; h. 249).
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik observasi yang menggunakan
indra peraba.
1) Abdomen
Pada abortus imminens disertai kontraksi uterus dan
ada nyeri tekan (Kriebs JM, 2010; h. 249).
2) Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri pada abortus imminens sesuai
dengan umur kehamilan.
c. Pemeriksaan dalam
Terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup dan dapat dirasakan kontraksi otot
rahim (Kriebs JM, 2010; h. 250).
8. Pemeriksaan penunjang
a. USG
Dengan melakukan pemeriksaan USG dapat diketahui
keadaan janin, pada abortus imminens ditemukan janin
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
44
masih hidup, menandakan janin masih bisa untuk
dipertahankan (Sastrawinata, 2004; h. 6).
b. Laboratorium
1) Tes kehamilan
Tes kehamilan pada wanita hamil dengan abortus
imminens dihasilkan positif, ini menandakan janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
(Sujiyatini dkk, 2009; h. 31).
2) Kadar Haemoglobin
Kadar haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu
dalam keadaan anemia atau tidak.Karena perdarahan
yang terus menerus akan menyebabkan banyak
kehingan darah sehingga menyebabkan anemia.Kadar
Hb normalnya pada wanita hamil adalah 11 gr %
(Kriebs JM, 2010; h. 250).
c. Pemeriksaan inspekulo
Dengan menggunakan spekulum cocor bebek untuk
melihat keadaan dinding vagina dan portio (Prawirohardjo
S, 2007; h. 146).
b. Langkah II: Interpretasi Data
Langkah kedua bermula dari data dasar : menginterpretasia data untuk
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosisi serta kebutuhan
keperawatan kesehatan yang di identifikasi khusus (Varney H, 2007;
h.27)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
45
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan pada abortus terdiri dari nama, umur, gravida,
para, abortus, umur kehamilan, dan keadaan kehamilan yaitu
dengan abortus imminens.
Contoh :
Ny. ... umur ... tahun G...P..A...hamil ... minggu, dengan
abortus imminens.
Data dasar :
a. Data Subjektif
- Ibu mengatakan bernama .... dan berumur .... tahun.
- Ibu mengatakan sedang hamil yang ke .... pernah
melahirkan .... kali dan pernah keguguran .... kali.
- Umur kehamilan HPHT (hari pertama haid terakhir) untuk
dapat menentukan umur kehamilan dan HPL dengan rumus
(+7 – 3 +1) (Varney H, 2007; h. 524)
- Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluannya,
jumlah sedikit dan disertai rasa nyeri ringan pada perut
bagian bawah.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran composmentis sampai dengan
syok/koma pada kasus abortus imminens (Sulistyawati,
2011; h. 174-175).
2) Inspeksi
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
46
Pada genetalia ditemukan pengeluaran pervaginam yaitu
jumlah darah yang keluar sedikit.
3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam terdapat perdarhan dari kanalis
servikalis, kanalis servikalis masih menutup, dapat
dirasakan kontraksi otot rahim dan besar uterus sesuai
dengan umur kehamilan (Sastrawinata, 2004; h. 6).
4) Pemeriksaan laboratorium
Tes kehamilan hasilnya positif (+)
5) Pemeriksaan USG
Ditemukan janin yang ada dalam rahim masih hidup
6) Pemeriksaan inspekulo
Ditemukan servik masih menutup.
7) Palpasi
Dijumpai besarnya rahim sama dengan umur
kehamilannya dan terjadi adanya kontraksi otot rahim.
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan keadaan yang
sedang dialami oleh pasien tesebut. Masalah sering berhubungan
dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap
diagnosanya (Sulistyawati A, 2011; h. 178).
Psikologis: kecemasan terhadap keadaan yang dialami pasien saat
ini adalah perdarahan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
47
c. Diagnosa Potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
masalah lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis saat ini
berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika
memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan
tehadap semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini langkah
yang sangat penting dalam member perawatan kesehatan yang aman.
(Varney H, 2007; h.27).
1. Anemia: perdarahan yang terus menerus akan menyebabkan
pasien kehilangan banyak darah, sehingga akan mempengaruhi
kadar hemoglobin dalam darah. Dan jika kadar hemoglobin
berkurang maka akan menyebabkan anemia (Manuaba IGB, 2010;
h. 289)
2. Infeksi: infeksi dapat membawa risiko bagi janin yang sedang
berkembang didalam rahim karena terjadinya perdaraahan
yangmenyebabkan abortus yang dapat menyebabkan infeksi pada
janin (Sastrawinata, 2004; h. 2).
3. Abortus inkomplit dan abortus kompletus
Jika perdarahan pada abortus imminens berlangsung lama dan
mules yang disertai pembukaan servik maka dapat teradi abortus
inkompletus dan kompletus (Sastrawinata, 2005; h. 5).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
48
d. Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Seger atau Kolaborasi dan
Konsultasi
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses
penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan
primeratau kunjungan prenatal periodik, tatpi juga saat bidan
melakukan perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru
yang diperoleh terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa data
mengindikasikan situasi kedaruratan yang mengharuskan bidan
mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu
dan bayinya (Varney H, 2007; h.27).
Antisipasi yang perlu dilakukan adalah
1. Pada keadaan gawat darurat karena kekurangan darah, maka
dapat dipsang infus dan tranfusi darah untuk mengurangi terjadinya
kekurangan darah dan anemia serta untuk memulihkan keadaan
umum.
2. Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi yang terjadi didalam
rahim.
3. Anti perdarahan: Adona dan transamin, untuk mengurangi
terjadinya perdarahan.
4. Anti kontraksi rahim: Duvadilan dan papaverin, untuk mengurangi
kontraksi agar tidak terjadi pembukaan servik sehingga kehamilan
bisa dipertahankan (Manuaba IGB, 2010; h. 293).
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
49
e. Perencanaan
Langkah kelima, mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang
meyeluruh, ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau
diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat
diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan (Varney H,
2007; h.27).
Rencana ini meliputi:
1. Pantau KU dengan menilai keadaan ibu secara umum, pantau
TTV dengan mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi,
pantau PPV dan kontraksi dengan menilai jumlah perdarahan
banyak atau sedikit, nyeri, dan lamanya perdarahan.
2. Beri penjelasan pada ibu mengenai konsidi kehamilannya saat ini,
agar ibu mengetahui bagaimana kesehatan ibu dan janin yang ada
didalam rahim.
3. Anjurkan ibu untuk istirahat total, karena dengan istirahat dapat
meningkatkan aliran darah dan mengurangi rangsangan mekanis
dalam tubuh.
4. Beri dukungan kepada ibu dan suami untuk mengurangi rasa
cemas (Manuaba IGB, 2010; h. 293).
5. Pemberian nutrisi untuk mencegah terjadinya anemia yang dapat
menyebabkan abortus dan sebagai penambah cairan yang hilang
karena kehilangan banyak darah (Sulistyawati A, 2011; h. 169).
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi
lebih lanjut (Manuaba IGB, 2010; h. 293)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
50
f. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan dengan abortus
imminens sesuai dengan rencana asuhan menyeluruh seperti asuhan
kebidanan pada langkah diatas secara efisien dan aman.
1. Memantau KU dengan menilai keadaan ibu secara umum, pantau
TTV dengan mengukur tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi,
pantau PPV dan kontraksi dengan menilai jumlah perdarahan
banyak atau sedikit, nyeri, dan lamanya perdarahan.
2. Memberi penjelasan pada ibu mengenai konsidi kehamilannya
saat ini, bahwa ibu dalam keadaan baik.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat total, karena dengan istirahat
dapat meningkatkan aliran darah dan mengurangi rangsangan
mekanis dalam tubuh.
4. Memberikan dukungan kepada ibu dan suami untuk mengurangi
rasa cemas yang dialami ibu saat ini yaitu keadaan kehamilan ibu
kurang baik karena mengalami keguguran tetapi kemungkinan
besar dapat diperbaiki dengan beberapa terapi (Manuaba IGB,
2010; h. 293).
5. Memberikan nutrisi untuk mencegah terjadinya anemia yang dapat
menyebabkan abortus dan sebagai penambah cairan karena
kehilangan banyak darah (Sulistyawati A, 2011; h. 169).
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi gestanan dan dupghastan untuk memperkuat rahim.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
51
g. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yaitu jika
ibu masih mengalami perdarahan berlangsung lama dan terus
menerus dan juga mules yang disertai adanya pembukaan servik maka
akan dapat terjadi abortus incomlet dan komplet sehingga dapat
dilakukan curretage untuk mengeluarkan janin.
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Peran, fungsi dan kompetensi bidan
a. Peran bidan
1) Peran sebagai pelaksana
Bidan sebagai pelaksana berperan memberikan pelayanan
dasar dan asuhan kebidanan pada anak remaja, wanita pra nikah,
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan balita,
wanita subur dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause
secara mandiri, kolaborasi ataupun secara ketergantungan
merujuk.
2) Peran sebagai pengelola
Bidan sebagai pengelola berperan dalam mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan dan berpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah
kerjanya dengan melibatkan peran serta masyarakat dank lien.
3) Peran sebagai pendidik
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
52
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang
berhubungan dengan pihak terkait KIA
4) Peran sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang
kesehatan, baik secara mandiri maupun kelompok (PP IBI, 2006;
h.114 – 123).
b. Fungsi bidan
1) Fungsi mandiri
Bidan menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan yang diberikan pada wanita pranikah dan
remaja, ibu hamil normal, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas,
wanita usia subur, yang memerlukan pelayanan KB (Keluarga
Berencana) wanita dengan gangguan sistem reproduksi, wanita
dalam masa klimakterium dan menopause secara mandiri.
2) Fungsi kolaborasi
Bidan menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dan memberikan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan. Pada ibu hamil dengan resiko tinggi.
3) Fungsi ketergantungan/merujuk
Bidan menerapkan manajemen bidan pada setiap asuhan
kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi, masa persalinan dengan penyulit tertentu, masa nifas
dengan penyakit tertentu, bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
53
pada anak balita dengan kelainan tertentu dengan melibatkan
klien/keluarga.
c. Kompetensi bidan
kompetensi bidan merupakan kemampuan yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh
seseorang didan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara
aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan
kebidanan (50 tahun IBI,2006).
2. Standar pelayanan kebidanan
Standar 3: Identifikasi ibu hamil
Pernyataan standar:
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berintegrasi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini
dan secara teratur.
Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Pernyataan standar:
Bidan sedikitnya memberikan 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung denga normal.
Standar 5: Palpasi abdomen
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan bila usia kehamilan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
54
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, kepala sudah masuk
panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1464/Menkes/PER/X/2010. Dalam
praktek kebidanan harus sesuai dengan permenkes No.
1464/Menkes/PER/X/2010 dimana dalam kasus abortus imminens yang
diambil oleh penulis di RSUD Kebumen mengikuti peraturan yang ada pada
No. 1464/Menkes/PER/X/2010, yaitu:
Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan kesehatan anak, dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf
a, diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyususi, dan masa antara dua kehamilan.
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi:
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui, dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013
55
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berwenang untuk :
a) Episiotomy
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum.
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian, dan
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nurul Inayati Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013