Download - Bab II Dan Bab III Fix Hipotermi
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHipotermi dan hipertermi pada neonatus merupakan kejadian umum di seluruh dunia. Di rumah sakit Ethiopia, 67% bayi dengan berat badan lahir rendah dan beresiko tinggi dari luar rumah sakit yang dimasukkan ke dalam unit perawatan khusus adalah bayi yang hipotermia. Sama halnya dengan India, angka kematian karena hipertermia dan hipotermia mencapai dua kali lipat angka kematian bayi yang tidak mengalaminya.
Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembanga. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang.
Sekelompok peneliti dari Inggris yang tergabung dalam Department International Development pernah melakukan penelitian terhadap 10.946 bayi pada tahun 2004. Sekitar bulan setiap tahun 2006 lalu, ditemukan bahwa bayi normal yang langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia 20 menit dan akan merangkak sendiri ke payudara ibu. Sementara itu, pada usia 50 menit, dengan susah payah dia akan merangkak dan menemukan puting susu ibunya untuk menyusu. Sejalan dengan penelitian tersebut, para dokter Eropa dan Amerika Serikat kini giat mengkampanyekan pemberian asi pada bayi baru lahir , proses tersebut dinamakan inisiasi dini. Bahkan Dr. Utami Roesli, dokter spesialis anak dan aktivis ASI berpendapat apabila inisiasi dini didukung oleh semua pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan , kemungkinan akan mampu mencegah kematian bayi sebelum usia 28 hari.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja batasan-batasan hipotermi ?2. Apa saja prinsip-prinsip dasar hipotermi ?3. Bagaimana langkah-langkah untuk mencegah hipotermi ?4. Bagaimana cara menegakkan diagnosis hipotermi ?5. Apa saja manajemen hipotermi berat dan hipotermi sedang ?
1.3 Tujuan Penulisan1. Mengetahui batasan-batasan hipotermi2. Mengetahui prinsip-prinsip dasar hipotermi3. Mengetahui langkah-langkah mencegah hipotermi4. Mengetahui cara menegakkan diagnosis hipotermi5. Mengetahui manajemen hipotermi berat dan hipotermi sedang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan
Hipotermi adalah suhu tubuh bayi baru lahir yang tidak normal (<36ºC) pada
pengukuran suhu melalui aksila, dimana suhu tubuh bayi baru lahir normal adalah 36,5ºC-
37,5ºC (suhu aksila).
Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
perubahan metabolism tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru dan
kematian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Hipotermi adalah temperature tubuh yang rendah, seperti yang disebabkan oleh
pemajanan terhadap cuaca dingin, atau keadaan tubuh yang diinduksi dengan cara
menurunkan metabolism dan dengan demikian menurunkan kebutuhan oksigen (Maimunah,
2005).
2.2 Prinsip Dasar
Suhu tubuh rendah (Hipotermi) dapat disebabakan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau
bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007).
Hipotermi dapat terjadi sangat cepat pada bayi sangat kecil (BBLRatau bayi yang
diresusitasi atau dipisahkan dari ibu. Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun < 35ºC
(Saifuddin, 2002).
Jika bayi sangat kecil (<1500 gram atau <32 minggu) sering terjadi masalah yang
berat misalnya sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat dan infeksi
sehingga bayi rentan terjadi hipotermi jika tidak dalam inkubator (Saifuddin, 2002).
Hipotermi dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain:
a. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan
dingin, basah atau bayi yang telanjang, cold linen, selama perjalanan dan beberapa
keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus serta
pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
b. Ketidak sanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relative luas,
kurang lemak, ketidak sanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan
memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas
yang lebih besar.
c. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat,
misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan system saraf pusat
sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia dan hipoglikemi.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat melalui 4 cara, yaitu (Departemen
Kesehatan RI, 2007) :
1. Radiasi : dari bayi ke lingkungan yang dingin di tempat terdekat. Contohnya
timbangan bayi dingin tanpa alas.
2. Evaporasi : penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contohnya air ketuban pada
tubuh bayi baru lahir yang tidak cepat dikeringkan.
3. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat di tubuh.
Contohnya pakaian bayi yang basah dan tidak cepat diganti.
4. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contohnya angin di sekitar tubuh bayi
baru lahir.
Evaporasi
2.3 Langkah Promotif/Preventif Hipotermi
Hipotermi dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
1. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam.
2. Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 25°C dan bebas dari aliran
angina).
3. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda dingin (misal dinding dingin atau
jendela) walaupun bayi dalam incubator atau dibawah pemancar panas.
4. Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (misal : alasi tempat
tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
5. Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar
panas atau kontak kulit dengan perawat.
6. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam
keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus intravena atau selama
resusitasi dengan cara :
Memakai pakaian dan mengenakan topi.
Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimut.
Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan.
7. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (misal : menggunakan
pemancar panas).
8. Ganti popok setiap kali basah.
9. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit (misal : kain kasa yang basah),
usahakan agar bayi tetap hangat.
10. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin.
11. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel (lihat lampiran).
Tabel 11.1 Pengukuran Suhu Tubuh
Tabel 11.2 Suhu Inkubator yang Direkomendasi Menurut Berat dan Umur Bayi
Berat Bayi Suhu Inkubator (°C) menurut umur.
35°C 34°C 33°C 32°C
< 1500 g 1-10 hari 11 hari – 3
minggu
3 – 5 minggu >5 minggu
1500 – 2000 g 1 – 10 hari 11 hari – 4
minggu
>4 minggu
2100 – 2500 g 1 – 2 hari 3 hari – 3
minggu
>3 minggu
>2500 g 1-2 hari >2 hari
*) Bila jenis inkubatornya berbanding tunggal, naikkan suhu inkubator 1°C setiap peredaan suhu 7°C
antara suhu ruang dan inkubator.
Sumber : Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (Poned), 2008, Hal : 8-8
Tabel 11.3 Suhu Kamar untuk Bayi dengan Pakaian
Keadaan Bayi Frekuensi Pengukuran
Bayi sakit Tiap jam
Bayi kecil Tiap 12 jam
Keadaan bayi membaik Sekali sehari
Berat Badan Suhu Ruangan
1500 – 2000 g 28 – 30°C
>2000 g 26 - 28°C
*) jangan digunakan untuk bayi < 1500 g
Sumber : Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (Poned), 2008, Hal : 8-9
12. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, Kangaroo Mother Care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
(lihat tabel Cara Menghangatkan Bayi).
Tabel 12.1 Cara Menghangatkan Bayi
CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit Untuk semua bayi.
Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan
kulit ibu, misal : dengan merangkul, menempelkan pada payudara atau
meneteki.
Untuk menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4°C) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
Kangaroo Mother
Care (KMC)
Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat
badan < 1800 g
Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat).
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti
ibu).
Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Lampu
penghangat
Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar
maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1500 g yang tidak
dapat dilakukan KMC.
Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Boks penghangat Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangatan
dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 waatt sebagai sumber
panas.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan
tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat).
Sumber : Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (Poned), 2008, Hal : 8-9
2.4 Diagnosis
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit
bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk
deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila,
rektal atau kulit. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah
(low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25oC.
Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada neonatus seperti
dibawah ini :
1. Gejala hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi tidak mau minum/menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema)
2. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)
a. Aktivitas berkurang, letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
3. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)
a. Sama dengan hipotermia sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
4. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema).
Anamnesis :
1. Riwayat asfiksia pada waktu lahir.
2. Riwayat bayi yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir.
3. Riwayat bayi yang tidak dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya.
4. Riwayat terpapar dengan lingkungan yang dingin.
5. Riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangatan pada bayi.
No Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
1. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang
rendah.
Waktu timbulnya
kurang dari 2 hari.
Suhu tubuh 32oC-36,4oC.
Gangguan napas.
Denyut jantung kurang dari 100
kali/menit.
Malas minum.
Letargi
Hipotermi sedang
2. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang
rendah.
Waktu timbulnya
kurang dari 2 hari.
Suhu tubuh <32oC.
Tanda lain hipotermia sedang.
Kulit teraba keras.
Napas pelan dan dalam.
Hipotermia berat
3. Tidak terpapar dengan Suhu tubuh berfluktuasi antara Suhu tubuh tidak
dingin atau panas yang
berlebihan.
36oC-39oC meskipun berada
disuhu lingkungan yang stabil.
Fluktuasi terjadi sesudah periode
suhu stabil.
stabil (lihat dugaan
sepsis)
Pemeriksaan fisik :
Sumber : Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (Poned), 2008, Hal : 8-10
2.3 Manajemen
2.3.1 Hipotermia Berat
1. Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan incubator atau ruangan hangat, bila perlu.
2. Gunti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah.4. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 40 kali/menit,
tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lihat bab tentang gangguan napas.5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan selang infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2.6
mmol/L), tangani hipoglikemia.7. Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal.8. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.9. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi mencapai 35°C.
10. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0.5 °C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
11. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
12. Setelah suhu tubuh bayi normal : Lakukan perawatan lanjutkan untuk bayi. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam.
13. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
2.3.2 Hipotermia Sedang
1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
2. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat).
3. Bila ibu tidak ada : Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas. Gunakan
incubator dan ruangan hangat, bila perlu; Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengaturan suhu.
Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI perah menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.5. Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (missal : gangguan napas, kejang) dan
segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.6. Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia. 7. Nilai tanda bahaya, periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5
°C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
8. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0.5°C/jam, cari tanda sepsis.9. Setelah suhu tubuh normal :
Lakukan perawatan lanjutan. Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu
tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN