Download - BAB I print
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan
investasi portofolio (portofolio investment). Investasi portofolio dilakukan melalui
pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi.
Sedangkan investasi lansung dikenal dengan penanaman modal asing (PMA).
Investasi langsung adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari
suatu negara mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di
negara-negara lain.
Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct investment (FDI) lebih
banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang,
penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting
diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja merupakan
masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah di setiap Negara.
Secara garis besar, peran penanaman modal asing terhadap pembangunan
bagi negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi empat: (1) Sumber dana
eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang
sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. (2)
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur
produksi dan perdagangan. (3) Modal asing dapat berperan penting dalam
memobilisasi dana maupun transformasi struktural. (4) Kebutuhan akan modal
1
2
asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi
meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif.
Namun, masuknya modal asing menimbulkan pro dan kontra dalam
menanggapinya. Beberapa alasan yang menentang masuknya PMA antara lain
adalah : (1) Di dalam kenyataannya, sangat jarang perusahaan multinasional
bersedia menanamkan kembali keuntungan yang diperolehnya di Negara-negara
berkemban. (2) Dilihat dari kepentingan neraca pembayaran, apabila neraca
pembayaran mengalami tidak keseimbangan, suatu kondisi dimana uang yang
dibayarkan dari negara itu lebih besar dibandingkan dengan uang yang diterima
dari negara lain, kondisi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif,
seperti ; kurs valuta asing yang tidak stabil, kondisi ekonomi menjadi menurun
perkembangannya, aliran uang berpindah keluar negeri, hingga pendapatan rata –
rata masyarakat menjadi menurun. (3) Meskipun perusahaan multinasional turut
menyetor pajak kepada Negara, mereka sering mendapatkan keringanan pajak dari
pemerintah, serta perlindungan-perlindungan lainnya. (4) Tidak jarang tujuan
transfer teknologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping kesempatan
tenaga kerja lokal yang masih sulit untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam
perusahaan.
Terlepas dari pandangan-pandangan menentang tersebut, Negara
Indonesia dinilai masih banyak membutuhkan uluran penanaman modal asing
tersebut. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya adalah : (1) Kemampuan
menabung masyarakat Indonesia yang belum baik, sehingga kebutuhan modal
dalam negeri masih kurang. (2) Masih banyak sektor yang belum dapat dikelola
3
sendiri oleh tenaga dan manajemen dalam negeri. (3) Belum mampunya
perusahaan dalam negri untuk meminimumkan biaya produksi per unit dan
memaksimalkan kemampuan tenaga kerja dalam meningkatakan produksi,
sehingga lebih menguntungkan jika diserahkan pengelolaannya pada investor
asing. (4) Meskipun masih sedikit, kita dapat belajar mencoba proses transfer
‘kemampuan’ dari para perusahaan multinasional tersebut, disamping perusahaan
tersebut banyak juga turut membantu pemerintah dalam membuka pusat usaha
baru di tempat-tempat yang selama ini jauh dari kegiatan ekonomi.
Sebagai Negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan
yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, sehingga salah satu
cara yang dilakukan Indonesia demi tercapainya hal tersebut adalah dengan
menarik sebanyak mungkin investor asing untuk masuk ke Indonesia. Indonesia
merupakan Negara dengan memiliki begitu banyak kelebihan dan keuntungan
yang menjadi daya tarik bagi investor asing, mulai dari sumber daya alam yang
melimpah yang dapat menjadi sumber bahan baku bagi perusahaan.
Selain itu Indonesia memiliki luas geografis dengan beanekaragam
budaya, membuat Indonesia memiliki pasar ekonomi yang variatif, dimana
dengan beanekaragamnya budaya di Indonesia, bentuk konsumen pun memiliki
tipikal yang berbeda dengan kebutuhan yang beaneka ragam. Sehingga berbagai
produk yang berbeda dapat dipasarkan di Indonesia.
Masuknya PMA ke Indonesia juga membawa keuntungan bagi masyarakat
dan pemerintah. Kepada masyarakat, penanaman modal asing akan menambah
kesempatan kerja dan mengurangi masalah pengangguran yang dihadapi
4
pemerintah. Kemampuan perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi
yang lebih tinggi menyebabkan tingkat produktivitasnya tinggi dan oleh
karenanya dapat membayar gaji yang lebih tinggi daripada yang sanggup dibayar
oleh perusahaan nasional. Teknologi yang lebih tinggi tersebut memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan
lebih baik mutunya. Sedangkan bagi pemerintah, keuntungan dari penanaman
modal asing adalah sebagai sumber penghasilan pendapatan, berupa pajak yang
dikenakan atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan asing.
Table 1 memperlihatkan bahwa sepanjang periode tahun 1980-2009
investasi asing di Indonesia cenderung berfluktuasi. Sejak 1981-1983 laju
pertumbuhan investasi asing terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 41,06
persen pada tahun1983. Pertumbuhan investasi asing tertinggi pada tahun 1988
yaitu mencapai 204,34 persen dengan besar investasi yang mencapai Rp 4.434,5
miliar rupiah. Kenaikan ini disebabkan karna dikeluarkannya kebijakan paket
oktober 1988, tentang paket deregulasi penanaman modal asing. Paket deregulasi
penanaman modal asing praktis telah membuka hampir semua sektor usaha bagi
modal asing termasuk cabang-cabang produksi yang penting, dan menguasai hajat
hidup orang banyak. Dan juga dalam kebijakan pakto 1988 pemerintah membuka
kembali perizinan pendirian bank swasta nasional baru dengan modal disetor
minimum sebesar Rp10 milyar dan bank perkreditan rakyat (BPR) dengan modal
disetor minimum sebesar Rp50 juta.
5
Tabel 5. Perkembangan Investasi Asing di Indonesia Tahun 1980-2009
Tahun Investasi Asing (Milyar Rp)
Laju Pertumbuhan (%)
1980 899,5 -1981 914,4 1,661982 1.774,3 90,761983 2.460,5 41,061984 1.332,3 -45,851985 946,5 -28,961986 826,2 -12,711987 1.457,1 76,361988 4.434,5 204,341989 4.718.8 6,411990 8.750,1 85,431991 8.778,2 -89,981992 10.340 1078,751993 8.141,8 -21,261994 23.724,3 191,391995 39.914,7 68,241996 29.931,4 -25,011997 33.832,5 13,031998 13.550,7 -59,951999 10.890,6 -19,632000 15.413,1 41,532001 15.044,2 -2,392002 944,1 -93,722003 13.207,2 1298,922004 10.277,5 -22,182005 13.579,3 32,132006 15.623,9 15,062007 40.145,8 156,952008 42.102,8 4,872009 43.270,5 2,77Sumber: badan pusat statistik
Pada tahun 1998 merupakan laju pertumbuhan investasi yang terendah
yaitu sebesar -59,95 persen. Hal ini disebabkan karena pihak investor takut untuk
menanamkan modalnya akibat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil
yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi.
6
Investasi asing secara garis besar dipengaruhi oleh: (1) Suku bunga, suku
bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang atau pinjaman,
yang dinyatakan sebagai persentase. Para pengusaha hanya akan melaksanakan
keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari
investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang akan diperoleh
sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab
itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan
kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi
dan akibat perubahan suku bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional.
(2) Inflasi, inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum
mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai mata uang
dalam negeri. Dengan kata lain, inflasi juga berarti menurunnya nilai mata
uang secara kontinyu. Jika inflasi meningkat, nilai uang juga secara otomatis akan
menyusut. Akibatnya, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli
produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit. Berdasarkan tingkat
kenaikannya, inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi
ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan
harga berada di bawah angka 10% setahun, inflasi sedang antara 10%—30%
setahun, berat antara 30%—100% setahun, dan hiperinflasi atau inflasi tak
terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Jika tingkat inflasi ringan, mempunyai pengaruh yang positif
dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
7
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau
(3) Kurs, Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu : 1. Model
Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote, Model ini merupakan cara yang
paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antarbank diseluruh
dunia. Penetepan kursnya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang
asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. 2. Model
Amerika yang sering disebut Direct Quote, Model ini disebut sebagai harga satu
unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Model ini menjelaskan berapa
unit rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US$. Kurs ini merupakan
kurs yang biasa dipakai di Indonesia.
Kurs juga turut mempengaruhi keputusan foreign direct investment yang
dilakukan oleh perusahaan asing. Hal ini berkaitan dengan risiko nilai tukar dan
bagaimana preferensi investor dalam menyimpan aset yang dimilikinya dalam
bentuk mata uang tertentu. Anggaplah seorang investor asing (amerika) ber
investasi di Indonesia dengan membawa uang sebesar satu juta dollar, jika pada
saat itu satu dollar bernilai 9000 rp, maka nilai investasinya sebesar 9.000.000.000
milliar rp. Dan setahun kemudian investor tersebut ingin mengambil kembali uang
yang telah di investasikan tersebut dengan nilai $1 adalah 8500 rp, jadi nilai uang
yang dibawa kembali ke amerika adalah sebesar $1.058.823.
(4) PDB, Pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan
masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan
8
memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang
dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada
akhirnya akan mendorong investasi-investasi baru pada berbagai sektor usaha.
Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan nasional (PDB)
semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dan
sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional (PDB), maka nilai
permintaan investasinya akan semakin rendah pula.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat perkembangan suku bunga internasional
pada tahun 1994-2009. Suku bunga internasional yang tertinggi yaitu pada tahun
2005 dengan pertumbuhan 89,62 %. Tingginya tingkat suku bunga internasional
pada tahun ini di sebabkan karna akibat naiknya harga minyak dunia
yang mencapai level tertinggi di US$ 71 per barel di akhir
Agustus 2005. Dan perkembangan yang paling rendah pada tahun 2009
dengan pertumbuhan -50,00 %. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat perkembangan
inflasi yang cendrung berfluktuasi. Inflasi yang paling tinggi yaitu pada tahun
1998 dengan pertumbuhan 602,53 %. Hal ini disebabkan karna krisis ekonomi
yang terjadi pada tahun tersebut. Dan yang paling rendah pada tahun 2009 dengan
pertumbuhan -74,86 %.
9
Tabel 2: Suku bunga internasianal, Inflasi, kurs dan PDB di Indonesia dari tahun 1997-2009
Tahun
Suku Bunga Internasional Inflasi Kurs PDB
(LIBOR)(%)
Laju Pertumbuha
n (%)
Inflasi (%)
Laju Pertumbuhan
(%)
Kurs Rp/US$
Laju Pertumbuha
n (%)
PDB(Milyar
Rp)
Laju Pertumbuha
n (%)1990 7,56 - 9,53 - 1.901 - 949.641 -1991 6,34 -16,14 9,52 -0,10 1.992 4,79 1.018.063 7,211992 4,24 -33,12 4,94 -48,11 2.062 3,51 1.061.248 4,241993 3,34 -21,22 9,77 97,77 2.110 2,33 1.151.490 8,501994 4,79 43,41 9,24 -5,42 2.200 4,27 1.238.321 7,541995 6,05 26,30 8,64 -6,49 2.308 4,91 1.340.101 8,221996 5,78 -4,46 6,47 -25,12 2.383 3,25 1.444.873 7,821997 6,06 4,84 11,05 70,79 4.650 95,13 1.512.781 4,701998 5,54 -8,58 77,63 602,53 8.025 72,58 1.314.202 -13,131999 5,73 3,43 2,01 -97,41 7.100 -11,53 1.324.599 0,792000 6,84 19,37 9,35 365,17 8.405 35,14 1.389.770 4,922001 3,85 -43,71 12,55 34,22 10.256 8,39 1.442.985 3,832002 2,21 -42,60 10,03 -20,08 9.318 -14,04 1.504.381 4,252003 1,35 -38,91 5,16 -48,55 8.593 -5,13 1.577.171 4,842004 2,12 57,04 6,40 24,03 8.940 9,75 1.656.517 5,032005 4,02 89,62 17,11 167,34 9.705 5,81 1.750.815 5,692006 5,32 32,34 6,60 -61,43 9.168 -8,24 1.847.293 5,512007 5,12 -3,76 6,59 -0,15 9.139 4,42 1.963.974 6,322008 3,08 -39,84 11,06 67,83 9.697 16,25 2.082.104 6,012009 1,54 -50,00 2,78 -74,86 9.400 -14,16 2.189.102 5,14
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, statistik Indonesia 1990-2009
10
Serta pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp)
terhadap Dollar Amerika Serikat (US$) mengalami pergerakan secara
berfluktuasi. Perkembangan kurs yang paling tertinggi yaitu pada tahun 1997 nilai
tukar dalar terhadap rupiah yaitu sebesar Rp 4.650, dengan laju pertumbuhan
95.13 %. Dan paling rendah terjadi pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan -
14,16 %, dan nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.400.
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia
cendrung berfluktuasi. Mulai dari tahun1981 sampai tahun 1987 pertumbuhan
PDB terus mengalami penurunan kecuali pada tahun 1984 yang disebabkan oleh
masalah kejayaan dan melemahnya pasar minyak bumi. Sedangkan laju
pertumbuhan PDB yang paling tinggi dapat di lihat pada tahun 1993 sebesar 8,5
%. Pertumbuhan PDB ini meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah
investasi dan tenaga kerja di Indonesia. Namun, pada tahun 1998 terjadi
penurunan PDB sehingga mencapai -13,13 % yang merupakan pertumbuhan
ekonomi yang paling terendah. Hal ini juga disebabkan karena terjadinya krisis
ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik
untuk mengkaji secara statistik apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat, dengan tidak mengabaikan variabel lain. Untuk membuktikan hal
ini, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi
yang berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Pendapatan Nasional, dan
Inflasi Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia.”
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka di dalam
penelitian ini dapat dirumuskan permasalahnya sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh suku bunga internasional terhadap PMA di
Indonesia?
2. Sejauhmana pengaruh pendapatan nasional terhadap PMA di Indonesia?
3. Sejauhmana pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia?
4. Sejauhmana pengaruh secara bersama-sama suku bunga kredit, pendapatan
nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap PMA di
Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap PMA di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama suku bunga kredit,
pendapatan nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Penulis sendiri sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Padang.
12
2. Pengembangan ilmu pengetahuan yaitu Ekonomi Moneter, Ekonomi
Mikro, Ekonomi Makro dan Ekonomi Pembangunan.
3. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi dalam menetapkan suatu
kebijakan tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia.
4. Bagi penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang pengaruh suku bunga
kredit, pendapatan nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia.
13
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
A. Konsep dan Defenisi PMA
Menurut Krugman (2005: 214) yang dimaksud dengan penanaman modal
asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak
hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol
terhadap perusahaan di luar negeri.
Menurut Todaro (2004: 165) penanaman modal asing atau investasi asing
ialah : Penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana investasinya lansung
digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau
fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan
mesin-mesin, membeli bahan baku dan sejenisnya.
Menurut Mudrajad Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber
pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan
bantuan luar negeri. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya
sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya
penerimaan Negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi.
Penanaman modal asing (PMA) lazim disebut dengan investasi asing Menurut
Sukirno (2001: 107) dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
14
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa yang tersedia.
Penanaman modal asing dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, antara lain :
a. Penanam Modal Langsung (direct foreign investment)
Penanam modal yang dimaksud dapat memberikan sumbangan
sumbangan yang sangat berharga pada pembangunan ekonomi. Dalam hal
ini, penanam modal langsung tidak hanya menyediakan dana modal dari
mata uang asing yang di butuhkan tetapi juga membawa tenaga
managemen, keahlian keusahawan, keahlian teknik, dan pengetahuan
mengenai pasar dan pemasaran dari barang yang akan mereka hasilkan.
b. Penanaman Modal Portfolio (portfolio investmen)
Penanam modal portfolio merupakan penanam modal dalam
bentuk pemilik surat-surat pinjaman jangka panjang dan saham-saham dari
perusahaan yang terdapat di Negara berkembang. Peranan yang dilakukan
oleh penanam modal portfolio ini hanya sebatas menyediakan modal yang
di butuhkan dalam pengembangan perusahaan-perusahaan industry dan
kegiatan modern lainnya.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang
Undang No. 25 Tahun 2007) :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
15
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah
menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing
maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
berdasarkan criteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada penanaman
modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) :
1. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
16
2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
3. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan
persyaratan tertentu.
4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor
barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
Jenis usaha yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan PMA di atur
dalam perpes No. 76, 77, 111 tahun 2007. Adapun klasifikasi daftar bidang usaha
dalam rangka penanamam modal asing terbagi atas:
1. Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanam modal, seperti
Perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala, museum
pemerintah, pemukiman/linkungan adat, monumen, objek ziarah,
pemanfaatan koral alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana
tercantum dalam lampiran 1 perpes No. 111 tahun 2007.
2. Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (sebagaimana
tercantum dalam lampiran II perpes No. 111 tahun 2007):
17
a) Dicadangkan untuk UMKMK
b) Kemitraan
c) Kepemilikan modal
d) Lokasi tertentu
e) Perizinan khusus
Menurut Todaro (2004;165) penanaman modal asing langsung yakni:
Penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana-danainvestasi nya langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti membeli lahan,membuka pabrik-pabrik,mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku dan sebagai nya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing
merupakan jenis penanaman modal oleh pihak asing yang masuk ke suatu negara,
dimana modal langsung digunkan untuk kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat
atau fasilitas produksi.
B. Teori Investasi
Investasi merupakan faktor penting dalam memberikan kontribusi yang besar
terhadap proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka sangat diperlukan
kegiatan – kegiatan proses produksi (barang dan jasa) di semua sektor – sektor
ekonomi yang akan terciptanya kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat
meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan tercipta. (Tambunan, 2001 : 40)
Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian,
banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan,
18
sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan
ekonomi (Rosyidi 2000:10).
Menurut Sukirno (2006:) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat
terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,
yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat pendapatan
nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat
investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi.
Menurut Mankiw (2004:12) investasi terdiri dari barang-barang yang
dibeli untuk panggunaan masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Investasi dapat dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu:
a. Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.
b. Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali.
c. Residential investment, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah.
Menurut Sukirno (2006:122), faktor-faktor yang menentukan tingkat
investasi adalah :
a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.b. Tingkat bunga.c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.
19
d. Kemajuan teknologi.e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Sementara itu investasi atau penanaman modal dapat dibagi sebagai
berikut: (Mulyanti , 2005: 14) :
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
PMDN diatur dalam Undang-Undang NO 6 tahun 1968 dan No
12 tahun 1970 tentang penanaman modal dalam negeri.
2. Penanaman Modal Asing (PMA)
PMA dalam Undang-undang NO 1 tahun 1957 dan Undang-
undang No 11 tahun 1970 tentang penanaman modal asing.
3. Penanaman modal proyek non PMDN/PMA
Penanaman modal ini diatur dengan peraturan perundang-
undangkan tersendiri sesuai dengan fungsi dan tugas menteri
yang membidanginya.
Menurut Soekirno (2002:109), faktor-faktor utama yang mempengaruhi
investasi adalah :
a. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan
gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi
yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan dan
besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan
tambahan barang-barang modal yang harus dilakukan untuk
mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.
20
b. Suku bunga
Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan
memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat
dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan
keinginan utuk menanamkan modal apabila tingkat pembelian
modal dari investasi yang dilakukan yaitu persentase keuntungan
yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar,
lebih besar dari bunga.
c. Ramalan mengenal keadaan ekonomi masa depan
Dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan
apakah akan dikembangkan apakah akan memperoleh untung atau
menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat
ramalan-ramalan mengenai kedaan masa depan. Ramalan ini
menunjukkan bahwa keadaan ekonomi termasuk situasi politik
dan keamanan akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan,
yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan
pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan
cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong investasi.
d. Kemajuan Teknologi
Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang
dibuat, makin banyak pula kagiatan pembaharuan yang akan
dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan
pembaharuan-pembaharuan, para pengusaha harus membeli
21
barang-barang modal yang baru dan adakalanya juga harus
mendirikan bangunan-bangunan pabrik atau industri baru. Maka
makin banyak pembaharuan yang akan dilakukan, makin tinggi
investasi yang akan dicapai.
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar
pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap
barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan
tambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak
investasi. Dengan kata lain, dalam jangka panjang apabila
pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan
bertambah tinggi pula.
f. Keuntungan perusahaan
Dana investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau
tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh
dari keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula
keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang
semakin besar ini memungkinkan perusahaan memperluas
usahanya atau mengembangkan usaha baru. Langkah seperti ini
akan menambah investasi dalam perekonomian.
C.Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing
a. Pengaruh Suku Bunga terhadap Investasi Asing
22
Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman
yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Besarnya sama dengan jumlah
bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman (Case dan Fair, 2004:153).
Menurut Samuelson dan William (2004:190),
bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang.
Dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan
untuk penggunaan uang atau pinjaman, yang dinyatakan sebagai persentase.
Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal
apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu
persentasi keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang
dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi,
analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku
bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bunga ke
atas investasi dan pendapatan nasional (Sukirno, 2006:123).
Menurut teori klasik (dalam Nopirin 1998:71) menyatakan bahwa investasi
baik asing maupun domestik tergantung pada fungsi dari tingkat bunga. Pada
investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah
pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih
besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang
merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat
23
bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab
biaya penggunaan dana juga makin kecil.
Menurut Sukirno (2006:125), Para penanam modal harus
mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat
pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh
sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan.
Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal
lebih besar atau sama dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan
besarnya investasi yang harus dilakukan ialah kita perlu menghubungkan kurva
MEI dengan suku bunga, yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Suku bunga
r0
r1
r3
I = MEI
0 I0 I1 I2
Investasi
Pada suku bunga sebesar r0 terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai
tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada suku bunga
sebanyak r0, investasi yang dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila suku bunga
adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang
24
mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada
suku bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suku bunga sangat menentukan tingkat
investasi baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Apabila suku
bunga naik maka investasi akan mengalami penurunan, dan sebaliknya apabila
tingkat suku bunga menurun maka investasi akan mengalami kenaikan.
b. Pengaruh Inflasi terhadap investasi asing
Menurut Case dan Fair (2004:6), Inflasi adalah kenaikan harga secara
keseluruhan. Pengurangan inflasi telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah.
Yang terutama sangat bermasalah adalah hiperinflasi, atau periode kenaikan yang
sangat cepat harga secara keseluruhan.
Menurut Khalwaty (2000:6), Inflasi merupakan suatu keadaan di mana
terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus-
menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga
tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-
harga tersebut.
Tingkat inflasi adalah persentasi kecepatan harga-harga dalam suatu tahun
tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002:302).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana
terjadinya kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan
25
tersebut nilai mata uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan
harga-harga tersebut.
Macam-macam inflasi berdasarkan sudut pandang menurut Khalwaty
(2000:31) sebagai berikut :
1. Asal Inflasi
a) a). Domestic inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal
dari dalam negeri (domestik).
b) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri
karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.
2. Intensitas Inflasi
a) Creeping inflation atau mild inflation atau inflasi merayap adalah
inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat
(merayap).
b) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat
berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum
yang berlangsung sangat cepat.
3). Bobot Inflasi
a. Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah
inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan
dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.
b. Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan
berada di antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan
26
sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
c. Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di
antara 30-100% per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor
produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara.
d. Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi
dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun,
sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II (1939-1945).
Menurut (Khalwaty, 2000:96) inflasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam melakukan suatu investasi. Dimana inflasi sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi, baik investasi dalam
bentuk fisik maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham
dan obligasi.
Selain hal di atas, menurut Khalwaty (2000:12), Inflasi merupakan suatu
fenomena moneter yang selalu meresahkan dan menggerogoti stabilitas ekonomi
suatu negara. Inflasi yang melebihi angka dua digit, tidak hanya mendongkrak
kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai uang, tetapi juga memperlebar
jurang (gap) antara kaya dan miskin, serta dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat internasional (investor) terhadap kewibawaan pemerintah suatu
negara.
Sehingga para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan bagi
yang terlanjur akan merelokasikan industrinya ke negara lain yang lebih stabil dan
kompetitif. Inflasi akan mendorong aparatur pemerintah bertindak korupsi dan
27
berkolusi untuk memperkaya diri tanpa memikirkan negaranya. Inflasi sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan investasi, baik investasi yang berbentuk
fisik (materi) maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham
dan obligasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi sangat
berpengaruh terhadap keinginan investor untuk menanamkan modalnya yang
mana apabila inflasi meningkat maka akan terjadi penurunan pada investasi asing
dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap tingkat inflasi maka
investasi asing akan mengalami peningkatan.
c.Pengaruh (PDB) terhadap Investasi Asing
Menurut Sukirno (2002:130), pengaruh pendapatan nasional kepada
investasi tidak dapat diabaikan. Pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka
keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan
demikian pada akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi baru pada
sektor usaha. Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan
nasional (PDB) semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi
pula. Dan sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional (PDB), maka nilai
permintaan investasinya akan semakin rendah pula.
Sukirno (2003:432) mengatakan bahwa PDB yang stabil akan berdampak
pada iklim investasi yang lebih baik, kondisi yang stabil tersebut akan merespon
para investor untuk menanamkan modalnya karena manfaat yang diharapkan akan
28
lebih besar Menurut Samuelson dan Nordaus (2005:351) tingkat output
keseluruhan suatu negara dapat diproksikan oleh Produk Domestik Bruto. Oleh
karena itu, secara umum investasi tergantung pada nilai PDB yang diperoleh dari
seluruh kegiatan ekonomi. Menurut Mankiw (2006:67) mengatakan bahwa
investasi asing dipengaruhi oleh PDB, karena merupakan cara yang dimanfaatkan
oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi akan memperbesar permintaan atas barang-barang. Maka keuntungan
perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mnedorong dilakukan lebih
banyaknya investasi. Dengan perkataan lain, dalam jangka panjang apabila
pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula
(Sukirno, 2004:130-131).
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa output (PDB) sangat
berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing. Apabila PDB
meningkat maka secara otomatis akan terjadi peningkatan pada penanaman modal
asing dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap PDB maka
penanaman modal asing akan mengalami penurunan pula.
2. Suku Bunga
a.Teori dan Konsep Suku Bunga
Suku bunga sangat mempengaruhi seorang investor untuk berinvestasi.
Menurut Kamus Besar Ekonomi (2003) suku bunga yaitu angka yang
29
menggambarkan tingkat bunga atas dasar ukuran tertentu yang harus dibayar oleh
penerima (dana) kepada pemberi pinjaman.
Menurut Soekirno (2000:377) pembayaran atas modal yang dipinjamkan dari
pihak lain dinamakan bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase dari
modal dinamakan tingkat suku bunga, berarti tingkat suku bunga adalah
persentase pembayaran modal yang di pinjamkan dari pihak lain.
Menurut Boediono (1985 : 75), tingkat bunga yaitu sebagai harga dari
penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai
harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi
pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti. Sedangkan tingkat
suku bunga SBI menurut Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah (BI) sebagai dasar penetapan
tingkat suku bunga pada perbankan Indonesia.
Jadi tingkat suku bunga merupakan persentase dari modal yang dipinjam dari
pihak luar atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh penabung di Bank atau
tingkat biaya yang dikeluarkan oleh investor yang menanamkan dananya pada
saham.
Menurut teori klasik, bunga adalah bagian dari penggunaan dana yang
tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana
investasi, ini terjadi dimana pada periode waktu tertentu anggota masyarakat
memiliki kelebihan dari pendapatan kemudian menabung kelebihan
pendapatannya. Jumlah seluruh tabungan mereka membantu penawaran (supply)
30
untuk dipinjamkan kepada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan
dana untuk investasi.
Keseluruhan investasi membentuk permintaan yang akan dipinjamkan,
selanjutnya para penabung dan para investor bertemu di pasar dana investasi
(loanable fund) untuk melakukan tawar menawar dan akan dihasilkan tingkat
bunga keseimbangan sebagai harga dari loanable fund yang digunakan oleh para
investor. Menurut teori klasik, tabungan dan investasi adalah fungsi dari tingkat
bunga. Dengan kata lain, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan
dan investasi. Pada tabungan, semakin tinggi tingkat bunga semakin tertarik
nasabah untuk menyimpan uangnya. Sedangkan pada investasi, semakin tinggi
tingkat bunga maka investor cenderung enggan untuk berinvestasi.
Menurut Case dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga
tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang
diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman.
Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga
merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang
harus dibayarkan kepada kreditur.
Dalam melakukan penanaman modal para investor harus juga memperhatikan
besar atau kecilnya tingkat bunga. Apabila tingkat bunga itu tinggi maka investasi
yang akan ditanamkan oleh para investor itu rendah atau tingkat bunga melebihi
tingkat pengembalian.
31
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan
dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu
pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut
dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila
keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar dari tingkat bunga maka
investasi dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga
investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana
(Nopirin, 2000:134-135).
b.Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Investasi
Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi
yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga
yang berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi
ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat
pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor. Secara grafik dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Kurva Fungsi Investasi (MEC)
Tingkat Bunga (r)
r2
r1
I1 I2
I = f(r)
32
Berdasarkan Gambar 1 diatas, dapat dilihat terdapat pengaruh negative antara
tingkat suku bunga dengan investasi. Pada saat tingkat suku pada titik r1 jumlah
investasi sebanyak I2, pada saat suku bungan naik dari r1 ke r2 maka tingkat
investasi akan turun menjadi I1.
Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat suku
bunga dengan investasi. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka investasi
akan turun dan sebaliknya.
3. Pendapatan Nasional
Indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi adalah
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan
total setiap orang dalam perekonomian. Perubahan pembangunan ekonomi dilihat
dari kenaikan PDB riil (Mankiw,2003).
Penyajian angka PDB sendiri, biasanya dibedakan menjadi dua yaitu PDB
atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan setiap tahun, sedangkan
PDB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
(base year) yakni tahun 2000.
Untuk menghitung angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan,
yaitu:
a.Pendekatan Produksi
33
PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai untit produksi dalam jangka waktu tertentu (Q), dan pada tingkat
harga tertentu (P) biasanya satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam
penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu:
1) Pertanian, Perternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan
2) Pertambangan dan Penggalian3) Industri Pengolahan4) Listrik, Gas dan Air5) Bangunan/Konstruksi6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran.7) Angkutan dan Komunikasi8) Keuangan, Sewa Bangunan, dan Jasa
Perusahaan.9) Jasa-jasa.
Sehingga dapat diperoleh:
Y = ∑Pn . Qn ………………………………………………
Dimana: Y = pendapatan / PDBPn = harga tiap-tiap unit produksiQn = kuantitas yang diproduksi
b.Pendekatan Pendapatan
Menurut Soekirno (2002:46). Faktor-faktor produksi dibedakan
menjadi empat golongan tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian
keusahaan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan dalam proses
produksi akan menghasilkan pendapatan yaitu tanah dan harta tetap
lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal
memperoleh bunga, dan keahlian kewirausahaan memperoleh keuntungan.
34
Oleh karena itu, perhitungan pendapatan nasional dengan cara
pendekatan pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang
diterima faktor-faktor produksi sebagai berikut:
1) Pendapatan para pekerja yaitu gaji dan upah (w)2) Pendapatan dari sewa (r)3) Bunga neto yaitu seluruh nilai pembayaran bunga (i)4) Keuntungan perusahaan (p)
Sehingga secara matematis dapat ditulis:Y = w+ r + i + p
………………………………………………………...
Dimana Y adalah pendapatan nasional.
c. Pendekatan Pengeluaran
Dalam pendekatan pengeluaran terdapat empat kategori utama
yaitu :
1) Konsumsi (C) : pengeluaran rumah tangga untuk barang konsumen
2) Investasi (I) : pengeluaran perusahaan dan rumah tangga untuk modal baru, misalnya : pabrik, peralatan, persediaan, dan struktur perumahan baru.
3) Konsumsi dan investasi pemerintah (G) 4) Exspor bersih (EX-IM) : pengeluaran neto oleh
luar negeri, atau ekspor (EX) minus impor (IM)
Dari empat kategori pendekatan pengeluaran di atas, untuk
menghitung GDP dapat dibentuk dalam persamaan :
Y = C + I + G + (EX – IM) …………………………………
Dimana Y adalah pendapatan ( PDB )
35
Menurut Soekirno (2002:115) pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat dan tingginya tingkat pendapatan
masyarakat tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan
jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan lebih tinggi dan ini akan mendorong
dilakukannya lebih banyak investasi. Jadi dapat disimpulkan apabila pendapatan
nasional bertambah tinggi dan maka investasi akan meningkat pula. Hubungan
antara pendapatan investasi secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Kurva Pengaruh Pendapatan Nasional Terhadap Investasi
I I= f(Y)
I1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
I0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0 Y0 Y1 Y
Gambar 1 menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional makin
tinggi pula tingkat investasi. Dapat dilihat dari grafik diatas kenaikan pendapatan
nasional dari Y0 menjadi Y1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1.
Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan
nasional (Y) dengan investasi (I). Apabila pendapatan nasional meningkat maka
investasi juga akan meningkat.
36
4.Inflasi
a. Teori dan Konsep Inflasi
Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang terjadi di Negara-negara
berkembang, dan merupakan objek kajian yang selalu menarik melihat dampak
yang di hasilkan dalam masalah pembangunan.
Menurut Cash dan Fair (2004:6) inflasi adalah kenaikan harga secara
keseluruhan. Keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian bergerak
untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang. Pada saat
Bank Sentral memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang beredar, tingkat
harga juga akan naik. Pertumbuhan penawaran uang yang berkelanjutan akan
diikuti inflasi yang berkelanjutan juga (Mankiw, 2003:202).
Menurut Friedman inflasi adalah kenaikan harga secara terus menerus pada
tingkat yang cepat. Jika uang beredar terus tumbuh pada tahun-tahun berikutnya,
perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi. Selama
uang beredar tumbuh, proses ini akan terus berlanjut, dan inflasi akan terjadi. Jadi,
pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan inflasi yang tinggi (Mishkin,
2006:366).
Khalwaty (2000:6) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus
dalam jangka yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut,
nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga
tersebut. Hampir sama dengan Nopirin (dalam Khalwaty 2000:25) menyatakan
bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
37
secara terus menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang
itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
meskipun dalam persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.
Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-
harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.
Menurut Nopirin (2000:28) berdasarkan kepada sumber penyebabnya inflasi
dapat dibedakan menjadi dua bentuk:
1) Demand pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan
permintan total akan menaikkan harga dan hasil produksi.
2) Cost push inflation
Biasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan produksi.
Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi.
Kalau proses ini berjalan terus-menerus timbulah cost push inflation.
Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan
dalam perekonomian dalam periode tertentu.
b. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi
Inflasi pada hakikatnya merupakan perubahan harga barang agregat yang
penyebabnya adalah ketidakseimbangan pada pasar barang dan pasar uang.
38
Tingkat harga agregat ditentukan pada titik keseimbangan antara permintaan
agregat (AD) dan penawaran agregat (AS). Pengambil kebijakan bisa
menggunakan kebijakan fiscal atau moneter untuk memperbesar permintaan
agregat, kebijakan ini akan meningkatkan atau menggerakkan perekonomian.
Adapun hubungan antara inflasi dengan investasi menurut Khalwaty,
(2000:105), inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
investasi, baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat
beharga seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang
naik relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of
capital) dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga
diikuti dengan kenaikan suku bunga.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat,
karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan
masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan
menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada
bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu
resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan
menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang
luar negeri.
Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat
inflasi dengan investasi. Apabila tingkat inflasi meningkat maka investasi akan
turun dan sebaliknya.
39
B. Temuan Penelitian Sejenis
Hasil penelitian sejenis ini merupakan bagian yang menguraikan tentang
beberapa pendapat/hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti. Dibawah ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan
dilapangan yang menghasilkan beberapa kesimpulan terkait adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Arief Fadillah Nerius (2011) yang berjudul :
“ Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi
Terhadap Investasi Sektor Pertambangan di Indonesia”. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi
secara signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi
dipengaruhi secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku
bunga, investasi dipengaruhi secara signifikan dan negative terhadap
inflasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Pipin Novridinata (2011) yang berjudul
“Analisis Investasi dan Inflasi Di Indonesia”. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi secara
signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi dipengaruhi
secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku bunga, inflasi
dipengaruhi secara signifikan dan positif antara oleh jumlah uang
beredar.
Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian
ini meneliti tentang suku bunga kredit, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan PMA di
Indonesia.
40
C.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti
berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan
maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berpijak pada
kajian teori.
Dalam melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga Kredit,
Pendapatan Nasional dan Inflasi Terhadap PMA di Indonesia”, dipakai beberapa
variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Dimana variabel
terikat adalah PMA (Yt) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu suku bunga
(Xt1), Pendapatan Nasional (Xt2) dan inflasi (Xt3).
Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat suku bunga (Xt1) dengan
PMA (Yt). Apabila tingkat suku bunga (Xt1) meningkat, maka PMA (Yt) akan
turun, dan sebaliknya.
Makin tinggi tingkat suku bunga, keinginan seorang investor untuk
melakukan investasi akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena seorang
investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang
diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga yang harus di bayar untuk
dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam penggunaan dana. Makin
rendah tingkat suku bunga, maka investor akan lebih cendrung untuk melakukan
investasi, sebab penggunaan dana juga akan semakin kecil.
41
Pendapatan Nasional (Xt2) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA
(Yt), apabila pendapatan nasional (Xt2) meningkat, maka investasi juga akan
meningkat, dan sebaliknya.
Pendapatan nasional (Xt2) yang tinggi akan memperbesar pendapatan
masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan
memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang
dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada
akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi atau PMA (Yt) baru pada
sektor usaha. Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan
nasional (Xt2) semakin bertambah tinggi, maka investasi (Yt) akan bertambah
tinggi pula. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai pendapatan nasional (Xt2), maka
nilai permintaan investasinya (Yt) akan semakin rendah pula.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional (X t2)
sangat berpengaruh signifikan terhadap investasi atau PMA (Yt). Apabila
pendapatan nasional (Xt2) meningkat, maka secara otomatis akan terjadi
peningkatan pada investasi (Yt) dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan
terhadap pendapatan nasional (Xt2), maka investasi (Yt) akan mengalami
penurunan pula.
Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat inflasi (Xt3) dengan PMA
(Yt), apabila tingkat inflasi (Xt3) meningkat, maka PMA (Yt) akan turun, dan
sebaliknya.
Inflasi (Xt3) sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi
(Yt), baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga
42
seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik
relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of capital)
dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga diikuti dengan
kenaikan suku bunga.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat,
karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan
masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan
menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada
bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu
resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan
menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang
luar negeri.
Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi
(Xt3) dengan investasi (Yt). Apabila tingkat inflasi (X t3) meningkat maka
investasi (Yt) akan turun dan sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat
diperlihatkan pada gambar berikut:
43
Gambar 3: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA Di Indonesia.
D.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan
PMA di Indonesia.
Ho : ß1= 0
Ha : ß1≠ 0
2. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Nasional
dengan PMA di Indonesia.
Ho : ß2= 0
Ha : ß2≠ 0
Suku Bunga (Xt1)
Pendapatan Nasional (Xt2)
Inflasi(Xt3)
PMA (Yt)
44
3. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA di
Indonesia.
Ho : ß3= 0
Ha : ß3≠ 0
4. Diduga terdapatnya pengaruh signifikan antara Suku Bunga kredit,
Pendapatan Nasional dan inflasi terhadap PMA di Indonesia.
H0 : β1 : β2: β3 = 0
Ha : β1 : β2:β3≠ 0
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian
deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menerangkan yang diteliti apa adanya dan data yang digunakan berbentuk angka-
angka. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini
menjelaskan pengaruh antara variabel bebas yaitu suku bunga kredit, pendapatan
nasional, inflasi dan variabel terikatnya PMA di Indonesia.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari instansi pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)
Sumatera Barat. Selain instansi BPS, peneliti juga mencari data pada instansi
terkait yang diakses melalui website atau situs internet.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya
adalah:
1. Berdasarkan sifatnya data yang digunakan adalah data kuantitatif karena
data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang menggambarkan,
suku bunga kredit, pendapatan nasional, inflasi dan PMA
46
2. Berdasarkan waktu pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan
data time series yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yaitu
dari tahun 1997-2009.
3. Berdasarkan kepada cara memperoleh datanya maka data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari instansi
pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat. Dengan
demikian data yang digunakan tergolong kepada data sekunder.
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi variabelnya terdiri dari variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Disini yang menjadi variabel
bebas Suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi, sedangkan yang
menjadi variabel terikatnya adalah PMA.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menganalisa dan mencari pemecahan masalah yang diinginkan,
maka teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan
studi perpustakaan. Dimana data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
terdapat pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.
F. Defenisi Operasional
Definisi operasional ini untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
konsep yang digunakan dalam penelitian ini:
1. PMA (Yt) merupakan total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia
dari tahun 1997-2009, yang diukur dalam Milyar rupiah.
47
2. Suku Bunga (Xt1) merupakan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan
oleh Bank Sentral khusus untuk investasi. Dinyatakan dalam bentuk
persentase.
3. Pendapatan nasional (Xt2) disini maksudnya merupakan nilai keseluruhan
barang dan jasa yang diproduksikan suatu Negara dalam suatu tahun
tertentu, dimana ukuran yang digunakan adalah milyar rupiah pertahun
1997-2009.
4. Inflasi (Xt3) merupakan kecendrungan meningkatnya harga-harga umum
secara terus menerus pada suatu periode waktu tertentu yang mana
kenaikan harga itu meliputi seluruh barang secara umum, yang biasa
dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang diukur dalam satuan
persen.
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Teknik deskriptif yang dimaksudkan untuk menginterprestasikan
bagaimana pengaruh suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi
terhadap PMA di Indonesia dengan menyajikan data-data dalam tabel dan
rata-rata dari masing-masing variabel penelitian.
………………………………………………………………………
……............………..…………………..................................
Koefisien Variasi: …........….…………………………...……
48
2. Analisis Induktif (inferensial)
a. Uji Asumsi Klasik
Sebelum memakai model regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang terdiri dari:
1) Uji Heterokedastisitas
Salah satu asumsi penting didalam penggunaan estimator OLS agar
bersifat Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE) adalah varians yang konstan.
Varians dari residual tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih variabel
bebas (Homokedastisitas). Pelanggaran asumsi ini yang disebut Heterokedastisitas
terjadi ketika residual tidak lagi konstan melainkan bersifat variabel sehingga
menyebabkan estimator menjadi tidak bias.
Untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas ini digunakan suatu
metode yang di sebut Uji Park, park mengemukakan metode bahwa variance (S )
merupakan fungsi dari variabel-variabel indepeden yang dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut (Gujarati, 2006:92).
² = αX …………...…………………………………………….
Kriteria pengujian :
Jika nilai sig < 0,05 varian terdapat heterokedastisitas
Jika nilai sig ≥ 0,05 varian tidak terdapat heterokedastisitas.
2) Multikolinearitas
Menurut Gujarati (1999:157), uji multikolinearitas menunjukan adanya
hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan dari model regresi.
49
Uji ini merupakan analisis dengan rumus product moment yang
dijabarkan dalam bentuk matrik korelasi semua variabel bebas. Jika
terdapat multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas tersebut harus
dikeluarkan dari analisis regresi berganda (Idris, 2004:58). Untuk
menentukan ada tidaknya multikolinearitas maka dilakukan dengan cara
membandingkan koefisien korelasi dengan nilai kritisnya α = 0,05 dengan
rumus:
………...…………………………
Jika׀ VIF ≥ 5 ׀ , maka terdapat multikolinearitas
Jika׀ VIF < 5 ׀ , maka tdak terdapat multiklinearitas
3)Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati (1999:201), uji autokorelasi merupakan korelasi
antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
(seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross
sectional).
Autokorelasi digunakan apabila data yang digunakan adalah data time
series gunanya adalah untuk menguji apakah data sebuah model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, berarti ada
problema autokorelasi maka solusi dari masalah autokorelasi adalah
dengan menstransformasikan data mengikuti prosedur persamaan
perbedaan yang digeneralisasikan. Model yang baik adalah model yang
50
bebas dari autokorelasi. Uji ini memakai rumus Durbin Watson (Gujarati,
1999:215) yaitu :
….....................................................................
Dimana :
d = Statistik Durbin Watson
Ut = Nilai Residu
Nilai tersebut dapat diklasifikasikan pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Klasifikasi Nilai d
No Nilai d Keterangan1 d < dL Ada autokorelasi2 dL d du Tidak ada kesimpulan
3 du d 4-du Tidak ada autokorelasi
4 4-du d n4-dL Tidak ada kesimpulan
5 4-dL d 4 Ada autokorelasi
Sumber : Supranto (1995:112)
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini bertujuan untuk mengaitkan dua variabel atau lebih.
Dalam hal ini penulis menetapkan pengaruh variable bebas terhadap
variabel terikat. Untuk melakukan analisis estimasi PMA di Indonesia
(Yt) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen yaitu;
suku bunga kredit (Xt1), pendapatan nasional (Xt2) dan inflasi (Xt3)
dengan melihat sejauh mana variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Digunakan model analisis regresi linear berganda
secara sistematis hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk notasi umum
51
dapat dinyatakan dalam persamaan (Gujarati, 1999:130) dibawah ini
yaitu:
Yt = f(Xt1, Xt2, Xt3, Ut)……………………………......…………….
Untuk melihat sejauh mana hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikat maka digunakan persamaan struktural non linear
sebagai berikut:
Yt = ßo.Xt1 .Xt2 .Xt3 βt3 .Ut…………......................................
dimana:
Yt : PMA pada tahun t
Xt1 : Suku bunga kredit pada tahun t
Xt2 : Pendapatan nasional pada tahun t
Xt3 : inflasi pada tahun t
ß1ß2 ß3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas
ßo : Konstanta
Ut : Kesalahan Penganggu (Error Term)
Persamaan (7) struktural non linear ditransformasikan menjadi
persamaan struktural logaritma linear terikat terhadap variabel bebas
dengan memakai logaritma linear agar dapat dijadikan ukuran
elastisitas maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
Log Yt = log ßo + ß1t log Xt1 + ß2tXt2 + ß3tXt3 + logUt
………………………………………………..…………………
dimana:
52
Yt: PMA pada tahun t
Log Xt1: Suku bunga kredit pada tahun t
Xt2: Pendapatan nasional pada tahun t
Xt3 : Inflasi pada tahun t
ßo: Konstanta
ß1ß2 ß3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas
Ut: Kesalahan Penganggu (Error Term)
c. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Supranto (1992:250), koefisien determinasi digunakan untuk
menentukan besarnya proposi sumbangan variabel dependen (Y) dengan
variabel indenpendentnya (X). dimana, R2 terletak antara 0 dan 1, jika
nilainya mendekati 0 berarti tidak ada hubungan variabel independen
dengan variabel dependen. Dan sebaliknya, jika nilainya mendekati 1
maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Untuk melihat besarnya pengaruh X terhadap fungsi PMA
dapat dirumuskan sebagai berikut:
R =1- …………………………...…………………......
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
Ut =Variabel Penganggu
Yt= Total jumlah kuadrat
d. Pengujian Hipotesis
53
1. Uji t (t-test)
Dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel indepedent terhadap variabel dependent
dalam persamaan regresi linear berganda secara partial dengan
mengasumsikan variabel lain dianggap konstan, dapat dibuktikan
dengan rumus (Gujarati, 2000:73) :
thit= ………………………..………………….
dimana :
bi = Koefisien regresi masing-masing variabel
Sbi = Koefisien error masing-masing variable
Kriteria pengujian :
a) Jika thit ≥ t tab atau –thit < ttab maka Ho ditolak, Ha diterima
berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial.
b) Jika thit < ttab atau –thit ≥ -ttab maka Ho diterima, Ha ditolak
berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel
terikat secara prasial.
2. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tak bebas secara keseluruhan. Dimana dalam
pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
54
dependen (Y) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak (Gujarati,
1999:120). Uji ini menggunakan rumus:
Fo= ..………………………………………
Dimana :
Fo : Fhitung
R : Koefisien determinasi ganda
n : Besarnya sampel ( banyak data )
k : Banyak variabel penelitian
Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan diatas dengan
tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan sebesar
(n-k-1), dengan ketentuan mengambil keputusan sebagai berikut:
Kriteria penguji hipotesis:
Ho ditolak: jika Fo ≥ Ftab
Ho diterima: jika Fo < Ftab
Jika F hitung < F tabel maka hitpotesa nol (Ho) diterima dan
hipotesa alternatif (Ha) ditolak, berarti variabel bebas tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Begitu sebaliknya, jika F
hitung ≥ F tabel maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa (Ha)
diterima, berarti variabel bebas mamiliki pengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA
55
Akhirmen. 2005. Buku Ajar Statistika 2. Padang: Fakultas Ekonomi UNP.
Case dan Fair. 2001. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Edisi Lima. PT. Indeks: Jakarta.
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Zumarno Zain. Jakarta : Erlangga
---------------------.2003. Basic Econometrics, International Edition. Hill: Mc Graw.
Idris. 2004. Analisis Model Data Kuantitatif dengan Program SPSS. Padang: MM UNP.
Jhingan. 2000.Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali Persada.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2002. Pengantar Makro Ekonomi Jakarta: Erlangga.
------------------------. 2004. Principle Of Economics, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat..
M. Hatta 2008. Membongkar Kerusakan Teori Inflasi Moderat. ( http://www.jurnal-ekonomi.org ). diakses tanggal 9 juli 2011
Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
Nerius, Arief Fadillah. 2009.Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi Sektor Pertambangan di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).
Nopirin.Ph.D. 2000.Ekonomi Moneter. BPFE. Yokyakarta.
Novridinata, Pipin. 2009. Analisis Investasi dan Inflasi di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).
Satryadi.2007.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Domestik di Indonesia (Skripsi). Padang. UNP (Tidak Dipublikasikan).
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Krisis Hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
56
--------------------. 2002. Penghantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
…………………2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Todaro, Michel.P.Stephen.2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.