1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.1.1 Peran Transportasi Terhadap Perkembangan Sebuah Kota
Pertumbuhan Kendaraan
Yogyakarta adalah sebuah kota yang dikenal dengan budaya, kuliner, dan tempat
wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain
itu Yogyakarta juga memiliki daya tarik untuk tujuan pendidikan maupun
perdagangan. Berkembangnya infrastruktur di Yogyakarta tentu berkaitan dengan
banyaknya pendatang di Yogyakarta. Selain kota wisata, banyak pendatang dari luar
kota yang memutuskan untuk menetap di Yogyakarta. Hal ini berdampak pada
peningkatan ekonomi masyarakat.
Gambar 1.1 Daya Tarik Kota Yogyakarta
Sumber: berita.suaramerdeka.com
Peningkatan ekonomi ini diperkirakan akan mendatangkan lebih banyak
masyarakat. Menurut survey, perbandingan jumlah penduduk asli dan pendatang
dari kota/negara lain adalah 35:65. Setiap bulan, sedikitnya ada sekitar 1.320
pendatang menyerbu Kota Jogja. Angka ini adalah data yang secara resmi melapor
ke Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Jogja untuk
mengurus Surat Keterangan Pindah Datang dari daerah asal mereka. Kebanyakan
pendatang adalah pelajar dan mahasiswa. Hanya sekitar 10 persen pendatang yang
datang ke Jogja untuk bekerja (Radio Swaragama FM, 26 Januari 2015).
2
Dilihat dari aspek penduduk tidak tetap, jumlah kunjungan ke Yogyakarta rata-
rata meningkat sebesar 5,87%1 tiap tahunnya dan diperkirakan akan terus
bertambah. Tabel 1.1 Data kepadatan penduduk Provinsi DIY
Kabupaten
/Kota
Luas
(Km2) Kepadatan Penduduk/
(jiwa/km2)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kulonprogo 586,27 656 658 661 663 666 670
Bantul 506,85 1.722 1.748 1.774 1.798 1.818 1.831
Gunungkidul 1.485,36 455 455 455 455 456 461
Sleman 574,82 1.801 1.835 1.870 1.902 1.926 1.939
Yogyakarta 32,5 12.056 12.024 11.990 11.958 12.017 12.123
DIY 3.185,8 1.054 1.065 1.076 1.085 1.095 1.103 Sumber: Estimasi Penduduk berdasarkan SP 2010
Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Yogyakarta sudah berusaha
menambah kapasitas jaringan jalan dengan menambah ruas jalan, memperlebar
ruas dan simpang. Upaya tersebut belum mampu mengimbangi pertumbuhan
kendaraan; keadaan dimana demand lebih tinggi dari supply; sehingga yang perlu
dilakukan menambah supply dan mengendalikan demand. Permasalahan yang
dirasakan sehari-hari adalah kemacetan yang semakin tinggi dan penggunaan lahan
untuk parkir yang semakin besar. (Dalam buku Kajian Rencana Pengembangan
Transportasi Perkeretaapian di Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa
Yogyakarta)
Berkaitan dengan bertambahnya jumlah penduduk asli maupun pendatang,
pertumbuhan kendaraan pun semakin meningkat. Kondisi ini membuat kota
Yogyakarta menjadi lebih macet. Pertumbuhan kendaraan pribadi yang semakin
meraja lela dan kurangnya transportasi masal menjadi penyebab utama dari
kemacetan lalu lintas. Beberapa upaya dalam mengurangi kemacetan sudah
1yogyakarta.bps.go.id/diakses pada 20/10/2015, 9:58
3
dicanangkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah penambahan fasilitas kendaran
umum berupa trem.
Tabel 1.2 Data Kendaraan provinsi DIY
Jenis Kendaraan
Bukan
Umum
Perorangan
Umum
Perusahaan Pemerintah Jumlah
Mobil Penumpang 145.918 3.273 2.987 152.178
1. Sedan/Sedan 36.121 1.114 390 37.625
2. Station Wagon 30.307 941 1.226 32.474
3. Mini bus/Mini bus 67.727 1.207 1.132 70.066
4. Jeep/Jeep 11.763 11 239 12.013
5. Lain-lain/Others - - - -
Mobil Bus/Bus 7.365 3.168 486 11.019
1. Bus Biasa/Bus 257 2.042 273 2.572
2. Mikro bus/
Microbus 7.108 1.126 213 8.447
3. Bus Tingkat/Three
Step Bus - - - -
4. Lain-lain/Others - - - -
Mobil Barang/Load
Vehicles 44.364 2.932 1.212 48.508
1. Pick Up/Pick Up 31.865 1.087 538 33.490
2. Van/Deliver Van 89 1 1 91
3. Truk Barang/Load
Truck 12.131 1.836 640 14.607
4. Truk Tank BBM 205 1 31 237
5. Doble Cabin 56 6 2 64
6. Lain-lain 18 1 - 19
Sepeda Motor 1.531 374 6.154 1.537.534
1. Sepeda Motor Solo 1.502.745 374 6.135 1.509.245
2. Sepeda Motor dg
Kereta Samping 12 - - 12
4
3. Scooter/ Scooter 2.380 - 17 2.397
4. Trail 22.597 - 2 22.599
5. Lain-lain/Others 3.272 - - 3.272
Kendaraan Khusus 202 - 297 499
1. Truk Pemadam
Api/Fires Truck 8 - 6 14
2.
Ambulans/Ambulance 181 - 208 389
3. Mobil
Jenasah/Corpse Car 9 - 82 91
4. Fork Lift 4 - 1 5
5. Lain-lain/Others - - - -
Jumlah/Total 1.728.855 9.747 11.136 1.749.738 Sumber: Kantor Ditlantas Polda D.I. Yogyakarta
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menegaskan (dalam Tribun Jogja, Sabtu, 30
Agustus 2014 13:47) kondisi perkotaan Yogyakarta membutuhkan moda
transportasi publik yang beragam. Sebab, cakupan wilayah yang terakses angkutan
publik itu hanya 60 persen. Akibatnya kendaraan pribadi mendominasi. Sementara
volume jalan sulit ditambah. Mengakibatkan terjadinya macet. Beliau menjelaskan
bahwa pengembangan trem ini sudah dibutuhkan di Yogyakarta.
Emisi
Tingginya penggunaan kendaraan pribadi tentu memiliki perbandingan yang
sebanding dengan tingginya penggunaan bahan bakar. Dengan meningkatnya
pertumbuhan kendaraan dan terkaitnya penggunaan bahan bakar, emisi dari
kendaraan bermotor akan berdampak negatif pada lingkungan sekitar.
5
Gambar 1.2 Emisi GHG Indonesia hingga 2020 (dalam satuan ribu Ton)
Sumber : Buku Putih Energi
Dewasa ini sudah banyak gerakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar
secara berlebihan di negara-negara yang sudah maju atau dengan beralihnya
penggunaan bahan bakar yang mudah diperbarui atau biasa disebut dengan
renewable source. Beberapa cara lain yang dapat dilakukan adalah penggunaan
transportasi umum. Di beberapa negara, penggunaan transportasi umum sudah
banyak digunakan masyarakat. Hal ini tentu dapat terlaksana dengan adanya
dukungan penuh dari pemerintah setempat untuk menyediakan fasilitas
transportasi umum yang nyaman dan murah.
Transportasi Umum
Penggunaan transportasi umum juga memiliki dampak positif salah satunya
adalah mengurangi angka kemacetan di suatu wilayah. Diagram di bawah
menunjukkan bahwa dalam suatu kota dapat diperkirakan selama satu jam pada
3,5m2 telah melintas selebihnya 19.000 manusia tanpa menggunakan moda
transportasi apapun. Sedangkan penggunaan mobil pribadi hanya mampu
mengangkut selebihnya 2.000 manusia saja. Dalam kasus ini, trem mampu
mengangkut sebanyak 22.000 manusia, lebih baik dibandingkan dengan bus biasa
yang hanya mampu mengangkut sebanyak 9.000 manusia saja.
6
Gambar 1.3 perbandingan jumlah manusia perjam dalam 3,5 m2
Sumber: http://commonweal.blogspot.co.id/
Dalam satu trem dapat mengangkut sekurang-kurangnya 240 manusia,
sebanding dengan jumlah 3 bus, dan ±180 buah mobil pribadi. Penggunaan trem
akan mengurangi tingginya jumlah angka kendaraan terutama mobil pribadi di jalan
raya, sehingga akan mengurangi angka kemacetan.
Gambar 1.4 Perbandingan jumlah manusia pada tipe moda transportasi
Sumber: analisis penulis
1.1.2 Isu Pemerintah Terkait Pengadaan LRT Sebagai Alternatif
Transportasi Massal di Yogyakarta
Pada tahun 2017, Yogyakarta berencana akan membangun angkutan kereta
perkotaan atau biasa disebut dengan trem. Rencananya trem akan berada di
lingkar dalam Jogja dan di lingkar luar hingga magelang. (Viva.co.id Kamis, 4
September 2014 | 10:58 WIB)
7
Gambar 1.5 Rencana Jalur Trem Provinsi DIY
Sumber: Olah data Studio ROD JUTAP UGM
Gambar 1.6 Rencana Titik Halte Trem Provinsi DIY
Sumber: Olah data Studio ROD JUTAP UGM
Rencana pembangunan moda transportasi trem ini didukung dengan
kerjasama antara pemerintah dengan Studio ROD UGM. Rencana pembangunan
ini sudah berjalan dan sudah memiliki data meliputi rencana titik halte, cakupan
moda trem, dan tipe moda trem pada jalur-jalur yang sudah ditentukan.
Untuk cakupan jalur Ring Road Yogyakarta, jenis angkutan umum yang
akan digunakan adalah moda LightRail yang mampu mengangkut penumpang
lebih banyak. Sedangkan untuk moda angkutan umum berupa trem akan
ditempatkan pada cakupan ruang dalam yaitu untuk memfasilitasi angkutan
umum di dalam Ring Road Yogyakarta.
Moda transportasi trem ini nantinya akan berintegrasi dengan alat
transportasi lokal seperti Trans Jogja dan juga moda transportasi lokal lainnya.
8
Moda Trans Jogja ini akan memfasilitasi masyarakat namun akan dikaji lebih
lanjut mengenai lingkup yang akan difasilitasi. Moda Trans Jogja ini akan
memiliki sistem pengangkutan per-blok yang nantinya akan lebih mencakup
jalan-jalan di Kota Yogyakarta.
Selain itu, rencana pembangunan moda transportasi trem ini juga akan
dikembangkan lebih luas lagi menuju Bandara Internasional Yogyakarta yang
sedang akan dibangun di Kulonprogo, menuju arah Magelang dan Klaten. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih memudahkan masyarakat dari luar Yogyakarta
maupun dari dalam supaya lebih mudah untuk mencapai titik-titik penting di
sekitar Yogyakarta.
Buku Kajian Rencana Pengembangan Transportasi Perkeretaapian di
Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini banyak menjelaskan
guideline-guideline design yang bisa diikuti dan menjadi acuan dalam penulisan
dan perencanaan lebih lanjut.
Dalam buku Mitigation Strategies and Accounting Methods for Greenhouse
Gas Emission for Transportations (dalam buku Kajian Rencana Pengembangan
Transportasi Perkeretaapian di Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa
Yogyakarta), menjelaskan bahwa transportasi publik yang baik merupakan
landasan penting bagi sebuah kota yang sedang berkembang. Selanjutnya
dikatakan bahwa transportasi publik yang baik dapat meningkatkan standar
kelayakan huni kota, kualitas hidup masyarakat, mengikatkan keragaman dungsi
lahan serta turut andil dalam mengurangi polusi udara. Untuk mencapai hal
tersebut beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Menarik minat masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi
publik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan
transportasi publik yang menawarkan keterjangkauan, kenyamanan,
dan keamanan.
2. Peningkatan kualitas layanan transportasi publik dengan meningkatkan
kecepatan, ketepatan waktu tempuh serta pelayanan kemudahan akses
penumpang.
3. Penggunaan transportasi publik yang ramah lingkungan, dengan
penggunaan kendaraan yang mutakhir dan lebih efisien dalam
konsumsi bahan bakar serta dapat menekan produksi polutan.
9
Pengembangan perkeretaapian di DIY diharapkan dapat menyelesaikan
masalah transportasi khususnya di perkotaan dan sekaligus dapat mendorong
penciptaan kota atau wilayah layak huni. Oleh karena itu, misi pengembangan
perkeretaapian DIY adalah:
1. Menyelenggarakan transportasi yang mengakomodasi kebutuhan
beragam/pro rakyat/berkelanjutan,
2. Menciptakan kota / wilayah yang layak huni.
Beberapa konsep dasar yang dipakai dalam pengembangan sistem
transportasi, tata ruang, jaringan, ekonomi, dan kelembagaan perkeretaapian DIY
adalah sebagai berikut:
1. Insentif bagi transportasi massal (disinsentif bagi transportasi privat)
2. Terintegrasi dalam sistem (hirearkhi) transportasi dan pembangunan
wilayah
3. Efisien dan berkelanjuatn (ekonomi)
4. Ramah lingkungan, sosial, dan budaya
5. Penanda / ikon jati diri dan kebanggaan masyarakat (keistimewaan
DIY)
6. Berbasis masyarakat
Dari konsep dasar tersebut selanjutnya dirumuskan konsep-konsep
turunan yang lebih operasional dan relevan dengan pengembangan sistem dan
jaringan transportasi, tata ruang, serta ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan.
Dengan berbagai uraian diatas, maka visi yang dipunyai adalah Green DIY
untuk kesejahteraan masyarakat.
1.1.3 Stasiun yang Mampu Meningkatkan Produktifitas Sebuah Kota
Berdasarkan misi rencana pembangunan moda trem di Yogyakarta
sebelumnya yaitu menyelesaikan masalah transportasi serta menciptakan kota
layak huni. Masalah transportasi seperti kemacetan dapat mengurangi tingkat
produktifitas sebuah kota. Gaya hidup masyarakat Yogyakarta yang semakin
modern, menuntut untuk perkembangan kota lebih lanjut.
10
Dengan pembangunan stasiun ini diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas Kota Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai kota wisata,
budaya, dan pelajar ini.
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai fasilitas baru di Yogyakarta, Elevated Tramway Station perlu didesain dengan
mempertimbangkan banyak analisis dari berbagai aspek seperti efisiensi sirkulasi, akses,
maupun fungsi sosialnya. Sehingga perancangan ini diharapkan mampu mendukung pola
transportasi baru dan memberikan manfaat serta sudut pandang baru mengenai fasilitas
tram untuk masyarakat urban di Yogyakarta.
Selain itu diperlukan adanya sebuah perencanaan desain yang mampu
menggambarkan atau mewakili identitas dari Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa
Yogyakarta itu sendiri.
Gambar 1.7 Diagram Rumusan Masalah Sumber: Analisis Penulis
1.2.1 Permasalahan Makro
1. Bagaimana merancang sebuah fasilitas tram baru di Yogyakarta yang
berkesinambungan dengan Yogyakarta?
11
2. Bagaimana merancang sebuah stasiun yang mampu mendukung produktifitas
sebuah kota?
1.2.2 Permasalahan Messo
1. Bagaimana agar stasiun mampu menanggapi perkembangan moda transportasi
baru di Yogyakarta?
2. Bagaimana agar desain stasiun dapat merespon karakter lokasi secara baik dari
banyak aspek?
1.2.3 Permasalahan Mikro
1. Bagaimana fasilitas stasiun tram dapat mewadahi fungsi-fungsi dan kegiatan
publik yang terintegrasi dengan site sekitar?
2. Bagaimana merancang fasilitas stasiun yang dapat berintegrasi dengan lokasi
yaitu Ring Road Utara?
3. Bagaimana agar stasiun dapat dikenali dan memiliki ciri khas desain yang memiliki
hubungan antar desain dengan titik stasiun yang lainnya?
4. Bagaimana agar pengguna dapat mudah mengakses poin-poin utama dalam
stasiun?
1.3 Tujuan Perencanaan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan rumusan konsep dan
landasan konseptual perancangan bangunan stasiun melalui analisis standar
kebutuhan dan fungsi ruang, analisis mengenai tipologi-tipologi bangunan yang
menyerupai, dan analisis mengenai kondisi eksisting, dan kendala-kendala yang
menyangkut yang mampu menyelesaikan masalah kenyamanan ruang, daya tarik
bangunan, sirkulasi, pengaturan tata ruang serta mampu memenuhi kebutuhan dan
aktifitas sehari-hari.
1.4 Pendekatan Perancangan
1.4.1 Studi Pustaka atau Studi Literatur
Mencari data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber literatur maupun
sumber internet yang menjelaskan landasan teori tentang prinsip dan aplikasi konsep-
konsep bangunan publik pada bangunan, fakta-fakta empirik mengenai kondisi eksisting
rencana titik halte trem, studi kasus atau aspek pembanding yang berkaitan dengan halte
12
stasiun, serta standar-standar terkait halte stasiun serta penerapan konsep dalam
perancangan yang meliputi:
1. Karakteristik dan fungsi umum sebuah stasiun MRT dan LRT
2. Masterplan rencana pembangunan tram di Yogyakarta
3. Standar ruang stasiun LRT
4. Studi preseden tema terkait
5. Aturan pemerintah setempat
1.4.2 Studi Banding dan Studi Kasus
Melakukan kunjungan dan analisis terhadap bangunan dengan tipologi yang serupa
untuk kemudian dilakukan komparasi sebagai referensi dalam perumusan konsep.
Informasi lapangan juga didapatkan dengan melakukan survey bangunan-bangunan
setipe atau studi preseden untuk mendapatkan contoh rancangan pasar tradisional yang
baik maupun aplikasi prinsip-prinsip arsitektur untuk sebuah karya arsitektur. Data dan
informasi tersebut kemudian dibandingkan serta dicari kelebihan dan kekurangannya.
1.4.3 Studi Lapangan
Melakukan kegiatan survey lapangan berupa gambar, foto, beberapa data statistik
tematik, dan menganalisis terhadap lokasi terkait untuk mengetahui kondisi fisik maupun
sosial yang ada pada lokasi.
Melakukan analisis terhadap hasil observasi yang telah dilakukan melalui
pembelajaran literatur, wawancara dari pihak-pihak yang terkait, pembelajaran regulasi
dan aspek pembanding lainnya. Analisis dilakukan dengan mengambil prinsip-prinsip,
persyaratan bangunan, kebijakan setempat, standar-standar, serta aplikasi perencanaan
dan perancangan bangunan.
Analisis terhadap aspek pembanding dilakukan dengan cara indentifikasi dan
menyimpulkan kualitas serta spesifikasi dari contoh desain sebagai objek yang
dibandingkan. Hasil dari identifikasi ini kemudian menghasilkan kesimpulan mengenai
kelebihan dan kekurangan dari objek yang dibandingkan.
Hasil analisa tersebut difokuskan untuk mendasari konsep tema utama mengenai
redesain pasar tradisional melalui pendekatan arsitektur ekologi.
13
1.4.4 Seleksi Kembali
Menyaring kembali hasil analisis informasi baik secara arsitektural maupun non-
arsitektural untuk kembali diolah menjadi gagasan yang baik, sehingga dapat diterapkan
ke dalam proses perencanaan dan perancangan halte trem.
1.5 Lingkup dan Batasan Perencanaan
1. Pemilihan site berada pada lingkup site perencanaan pembangunan sistem
transportasi tram di Yogyakarta, site berupa titik-titik stasiun yang ada pada area
rencana pembangunan.
2. Perancangan mengikuti standar dan ukuran ruang terhadap masing-masing
kegiatan.
3. Pembahasan proyek mengacu pada rencana pembangunan sistem transportasi
tram di Yogyakarta.
15
1.7 Keaslian Penulis
Penulisan karya tugas akhir mahasiswa Arsitektur Universitas Gadjah Mada yang
memiliki pembahasan tema mengenai perancangan stasiun, baik perancangan baru
maupun revitalisasi telah banyak dilakukan. Adapun karya-karya sebelumnya yang
digunakan sebagai pembanding untuk aspek teknis dan non-teknis dari perancangan
sebuah stasiun LRT. Hal yang membedakan penulisan karya ini dengan karya-karya
sebelumnya adalah lokasi dan isu pembangunan sistem tram di Yogyakarta. Selain itu
desain perancangan bangunan stasiun berfokus pada keterkaitan fungsi ruang
bangunan stasiun dengan pedestrian bridge yang dirancang dengan pendekatan
public space. Berikut tugas akhir yang mengangkat tema stasiun adalah:
1. Stasiun MRT di Lebak Bulus Gerbang Publik Sebagai Landmark Kawasan, 2012,
Maria Erna Natalia. Perbedaan terletak pada lokasi bangunan serta fokus
penekanan bangunan sebagai landmark.
2. Integrasi Stasiun dengan Bandara Melalui Pengembangan Fasilitas Ruang
Publik dan Komersial di New Yogyakarta International Airport, 2015, Dissa
Pidanti Raras. Walaupun karya ini menjelaskan mengenai moda stasiun
namun karya ini dijadikan pembanding analisis-analisis terkait. Selain itu
fokus penekanan bangunan stasiun dengan fungsi komersil terhadap
Bandara.
1.8 Sistematika Laporan
1.8.1 Bab I Pendahuluan
Berisi tentang penjelasan judul yang menguraikan setiap kata pada judul
sehingga mudah dipahami, latar belakang permasalahan yang melandasi
permasalahan yang akan diusung dalam konsep, rumusan masalah yang berisi
daftar permasalahan yang dihadapi, tujuan berisisi tujuan umum dan khusus,
sasaran mencangkup sasaran umum dan khusus, lingkup pembahasan yang akan
mengurutkan pembahasan dalam tulisan ini, metoda pembahasan menjelaskan
teknik-teknik yang akan digunakan dalam tulisan ini, sitematika penulisan yang
berisi urutan penulisan, keaslian penulisan untuk membuktikan tidak adanya
plagiasi dalam tulisan, kerangka berfikir umtuk menunjukan urutan penulisan,
serta daftar pustaka.
16
1.8.2 Bab II Tinjauan Pustaka
Merupakan pembahasan hasil observasi, analisis, dan penguraian pustaka
mengenai stasiun, LRT, dan persyaratan dan standar dari stasiun.
1.8.3 Bab III Studi Komparasi
Menjelaskan dasar pertimbangan stasiun LRT terkait dengan melakukan
komparasi preseden dari luar negeri untuk kemudian dianalisis sehingga
didapatkan guideline design dan standar-standar kebutuhan ruang maupun
sistem sirkulasi pada halte stasiun.
1.8.4 Bab IV Tinjauan Eksisting Site
Menjelaskan tinjauan lokasi terkait rencana pembangunan stasiun dengan
menghadirkan analisis yang meliputi aspe-aspek kenyamanan masyarakat dan
potensi-potensi yang mampu memperkuat konsep perancangan.
1.8.5 Bab V Perencanaan dan Perancangan Stasiun
Berisi rumusan dan menjelaskan proses pendekatan konsep perencanaan
desain dan perancangan arsitektur berdasarkan studi pustaka literatur terkait
dengan tinjauan lokasi terpilih di Ring Road Utara Hartono Mall