bab i pendahuluan -...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Peran Transportasi Terhadap Perkembangan Sebuah Kota Pertumbuhan Kendaraan Yogyakarta adalah sebuah kota yang dikenal dengan budaya, kuliner, dan tempat wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu Yogyakarta juga memiliki daya tarik untuk tujuan pendidikan maupun perdagangan. Berkembangnya infrastruktur di Yogyakarta tentu berkaitan dengan banyaknya pendatang di Yogyakarta. Selain kota wisata, banyak pendatang dari luar kota yang memutuskan untuk menetap di Yogyakarta. Hal ini berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Gambar 1.1 Daya Tarik Kota Yogyakarta Sumber: berita.suaramerdeka.com Peningkatan ekonomi ini diperkirakan akan mendatangkan lebih banyak masyarakat. Menurut survey, perbandingan jumlah penduduk asli dan pendatang dari kota/negara lain adalah 35:65. Setiap bulan, sedikitnya ada sekitar 1.320 pendatang menyerbu Kota Jogja. Angka ini adalah data yang secara resmi melapor ke Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Jogja untuk mengurus Surat Keterangan Pindah Datang dari daerah asal mereka. Kebanyakan pendatang adalah pelajar dan mahasiswa. Hanya sekitar 10 persen pendatang yang datang ke Jogja untuk bekerja (Radio Swaragama FM, 26 Januari 2015).

Upload: doanh

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1.1 Peran Transportasi Terhadap Perkembangan Sebuah Kota

Pertumbuhan Kendaraan

Yogyakarta adalah sebuah kota yang dikenal dengan budaya, kuliner, dan tempat

wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain

itu Yogyakarta juga memiliki daya tarik untuk tujuan pendidikan maupun

perdagangan. Berkembangnya infrastruktur di Yogyakarta tentu berkaitan dengan

banyaknya pendatang di Yogyakarta. Selain kota wisata, banyak pendatang dari luar

kota yang memutuskan untuk menetap di Yogyakarta. Hal ini berdampak pada

peningkatan ekonomi masyarakat.

Gambar 1.1 Daya Tarik Kota Yogyakarta

Sumber: berita.suaramerdeka.com

Peningkatan ekonomi ini diperkirakan akan mendatangkan lebih banyak

masyarakat. Menurut survey, perbandingan jumlah penduduk asli dan pendatang

dari kota/negara lain adalah 35:65. Setiap bulan, sedikitnya ada sekitar 1.320

pendatang menyerbu Kota Jogja. Angka ini adalah data yang secara resmi melapor

ke Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Jogja untuk

mengurus Surat Keterangan Pindah Datang dari daerah asal mereka. Kebanyakan

pendatang adalah pelajar dan mahasiswa. Hanya sekitar 10 persen pendatang yang

datang ke Jogja untuk bekerja (Radio Swaragama FM, 26 Januari 2015).

2

Dilihat dari aspek penduduk tidak tetap, jumlah kunjungan ke Yogyakarta rata-

rata meningkat sebesar 5,87%1 tiap tahunnya dan diperkirakan akan terus

bertambah. Tabel 1.1 Data kepadatan penduduk Provinsi DIY

Kabupaten

/Kota

Luas

(Km2) Kepadatan Penduduk/

(jiwa/km2)

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kulonprogo 586,27 656 658 661 663 666 670

Bantul 506,85 1.722 1.748 1.774 1.798 1.818 1.831

Gunungkidul 1.485,36 455 455 455 455 456 461

Sleman 574,82 1.801 1.835 1.870 1.902 1.926 1.939

Yogyakarta 32,5 12.056 12.024 11.990 11.958 12.017 12.123

DIY 3.185,8 1.054 1.065 1.076 1.085 1.095 1.103 Sumber: Estimasi Penduduk berdasarkan SP 2010

Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Yogyakarta sudah berusaha

menambah kapasitas jaringan jalan dengan menambah ruas jalan, memperlebar

ruas dan simpang. Upaya tersebut belum mampu mengimbangi pertumbuhan

kendaraan; keadaan dimana demand lebih tinggi dari supply; sehingga yang perlu

dilakukan menambah supply dan mengendalikan demand. Permasalahan yang

dirasakan sehari-hari adalah kemacetan yang semakin tinggi dan penggunaan lahan

untuk parkir yang semakin besar. (Dalam buku Kajian Rencana Pengembangan

Transportasi Perkeretaapian di Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa

Yogyakarta)

Berkaitan dengan bertambahnya jumlah penduduk asli maupun pendatang,

pertumbuhan kendaraan pun semakin meningkat. Kondisi ini membuat kota

Yogyakarta menjadi lebih macet. Pertumbuhan kendaraan pribadi yang semakin

meraja lela dan kurangnya transportasi masal menjadi penyebab utama dari

kemacetan lalu lintas. Beberapa upaya dalam mengurangi kemacetan sudah

1yogyakarta.bps.go.id/diakses pada 20/10/2015, 9:58

3

dicanangkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah penambahan fasilitas kendaran

umum berupa trem.

Tabel 1.2 Data Kendaraan provinsi DIY

Jenis Kendaraan

Bukan

Umum

Perorangan

Umum

Perusahaan Pemerintah Jumlah

Mobil Penumpang 145.918 3.273 2.987 152.178

1. Sedan/Sedan 36.121 1.114 390 37.625

2. Station Wagon 30.307 941 1.226 32.474

3. Mini bus/Mini bus 67.727 1.207 1.132 70.066

4. Jeep/Jeep 11.763 11 239 12.013

5. Lain-lain/Others - - - -

Mobil Bus/Bus 7.365 3.168 486 11.019

1. Bus Biasa/Bus 257 2.042 273 2.572

2. Mikro bus/

Microbus 7.108 1.126 213 8.447

3. Bus Tingkat/Three

Step Bus - - - -

4. Lain-lain/Others - - - -

Mobil Barang/Load

Vehicles 44.364 2.932 1.212 48.508

1. Pick Up/Pick Up 31.865 1.087 538 33.490

2. Van/Deliver Van 89 1 1 91

3. Truk Barang/Load

Truck 12.131 1.836 640 14.607

4. Truk Tank BBM 205 1 31 237

5. Doble Cabin 56 6 2 64

6. Lain-lain 18 1 - 19

Sepeda Motor 1.531 374 6.154 1.537.534

1. Sepeda Motor Solo 1.502.745 374 6.135 1.509.245

2. Sepeda Motor dg

Kereta Samping 12 - - 12

4

3. Scooter/ Scooter 2.380 - 17 2.397

4. Trail 22.597 - 2 22.599

5. Lain-lain/Others 3.272 - - 3.272

Kendaraan Khusus 202 - 297 499

1. Truk Pemadam

Api/Fires Truck 8 - 6 14

2.

Ambulans/Ambulance 181 - 208 389

3. Mobil

Jenasah/Corpse Car 9 - 82 91

4. Fork Lift 4 - 1 5

5. Lain-lain/Others - - - -

Jumlah/Total 1.728.855 9.747 11.136 1.749.738 Sumber: Kantor Ditlantas Polda D.I. Yogyakarta

Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti menegaskan (dalam Tribun Jogja, Sabtu, 30

Agustus 2014 13:47) kondisi perkotaan Yogyakarta membutuhkan moda

transportasi publik yang beragam. Sebab, cakupan wilayah yang terakses angkutan

publik itu hanya 60 persen. Akibatnya kendaraan pribadi mendominasi. Sementara

volume jalan sulit ditambah. Mengakibatkan terjadinya macet. Beliau menjelaskan

bahwa pengembangan trem ini sudah dibutuhkan di Yogyakarta.

Emisi

Tingginya penggunaan kendaraan pribadi tentu memiliki perbandingan yang

sebanding dengan tingginya penggunaan bahan bakar. Dengan meningkatnya

pertumbuhan kendaraan dan terkaitnya penggunaan bahan bakar, emisi dari

kendaraan bermotor akan berdampak negatif pada lingkungan sekitar.

5

Gambar 1.2 Emisi GHG Indonesia hingga 2020 (dalam satuan ribu Ton)

Sumber : Buku Putih Energi

Dewasa ini sudah banyak gerakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar

secara berlebihan di negara-negara yang sudah maju atau dengan beralihnya

penggunaan bahan bakar yang mudah diperbarui atau biasa disebut dengan

renewable source. Beberapa cara lain yang dapat dilakukan adalah penggunaan

transportasi umum. Di beberapa negara, penggunaan transportasi umum sudah

banyak digunakan masyarakat. Hal ini tentu dapat terlaksana dengan adanya

dukungan penuh dari pemerintah setempat untuk menyediakan fasilitas

transportasi umum yang nyaman dan murah.

Transportasi Umum

Penggunaan transportasi umum juga memiliki dampak positif salah satunya

adalah mengurangi angka kemacetan di suatu wilayah. Diagram di bawah

menunjukkan bahwa dalam suatu kota dapat diperkirakan selama satu jam pada

3,5m2 telah melintas selebihnya 19.000 manusia tanpa menggunakan moda

transportasi apapun. Sedangkan penggunaan mobil pribadi hanya mampu

mengangkut selebihnya 2.000 manusia saja. Dalam kasus ini, trem mampu

mengangkut sebanyak 22.000 manusia, lebih baik dibandingkan dengan bus biasa

yang hanya mampu mengangkut sebanyak 9.000 manusia saja.

6

Gambar 1.3 perbandingan jumlah manusia perjam dalam 3,5 m2

Sumber: http://commonweal.blogspot.co.id/

Dalam satu trem dapat mengangkut sekurang-kurangnya 240 manusia,

sebanding dengan jumlah 3 bus, dan ±180 buah mobil pribadi. Penggunaan trem

akan mengurangi tingginya jumlah angka kendaraan terutama mobil pribadi di jalan

raya, sehingga akan mengurangi angka kemacetan.

Gambar 1.4 Perbandingan jumlah manusia pada tipe moda transportasi

Sumber: analisis penulis

1.1.2 Isu Pemerintah Terkait Pengadaan LRT Sebagai Alternatif

Transportasi Massal di Yogyakarta

Pada tahun 2017, Yogyakarta berencana akan membangun angkutan kereta

perkotaan atau biasa disebut dengan trem. Rencananya trem akan berada di

lingkar dalam Jogja dan di lingkar luar hingga magelang. (Viva.co.id Kamis, 4

September 2014 | 10:58 WIB)

7

Gambar 1.5 Rencana Jalur Trem Provinsi DIY

Sumber: Olah data Studio ROD JUTAP UGM

Gambar 1.6 Rencana Titik Halte Trem Provinsi DIY

Sumber: Olah data Studio ROD JUTAP UGM

Rencana pembangunan moda transportasi trem ini didukung dengan

kerjasama antara pemerintah dengan Studio ROD UGM. Rencana pembangunan

ini sudah berjalan dan sudah memiliki data meliputi rencana titik halte, cakupan

moda trem, dan tipe moda trem pada jalur-jalur yang sudah ditentukan.

Untuk cakupan jalur Ring Road Yogyakarta, jenis angkutan umum yang

akan digunakan adalah moda LightRail yang mampu mengangkut penumpang

lebih banyak. Sedangkan untuk moda angkutan umum berupa trem akan

ditempatkan pada cakupan ruang dalam yaitu untuk memfasilitasi angkutan

umum di dalam Ring Road Yogyakarta.

Moda transportasi trem ini nantinya akan berintegrasi dengan alat

transportasi lokal seperti Trans Jogja dan juga moda transportasi lokal lainnya.

8

Moda Trans Jogja ini akan memfasilitasi masyarakat namun akan dikaji lebih

lanjut mengenai lingkup yang akan difasilitasi. Moda Trans Jogja ini akan

memiliki sistem pengangkutan per-blok yang nantinya akan lebih mencakup

jalan-jalan di Kota Yogyakarta.

Selain itu, rencana pembangunan moda transportasi trem ini juga akan

dikembangkan lebih luas lagi menuju Bandara Internasional Yogyakarta yang

sedang akan dibangun di Kulonprogo, menuju arah Magelang dan Klaten. Hal ini

dimaksudkan untuk lebih memudahkan masyarakat dari luar Yogyakarta

maupun dari dalam supaya lebih mudah untuk mencapai titik-titik penting di

sekitar Yogyakarta.

Buku Kajian Rencana Pengembangan Transportasi Perkeretaapian di

Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini banyak menjelaskan

guideline-guideline design yang bisa diikuti dan menjadi acuan dalam penulisan

dan perencanaan lebih lanjut.

Dalam buku Mitigation Strategies and Accounting Methods for Greenhouse

Gas Emission for Transportations (dalam buku Kajian Rencana Pengembangan

Transportasi Perkeretaapian di Perkotaan Yogyakarta dan Daerah Istimewa

Yogyakarta), menjelaskan bahwa transportasi publik yang baik merupakan

landasan penting bagi sebuah kota yang sedang berkembang. Selanjutnya

dikatakan bahwa transportasi publik yang baik dapat meningkatkan standar

kelayakan huni kota, kualitas hidup masyarakat, mengikatkan keragaman dungsi

lahan serta turut andil dalam mengurangi polusi udara. Untuk mencapai hal

tersebut beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Menarik minat masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi

publik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan

transportasi publik yang menawarkan keterjangkauan, kenyamanan,

dan keamanan.

2. Peningkatan kualitas layanan transportasi publik dengan meningkatkan

kecepatan, ketepatan waktu tempuh serta pelayanan kemudahan akses

penumpang.

3. Penggunaan transportasi publik yang ramah lingkungan, dengan

penggunaan kendaraan yang mutakhir dan lebih efisien dalam

konsumsi bahan bakar serta dapat menekan produksi polutan.

9

Pengembangan perkeretaapian di DIY diharapkan dapat menyelesaikan

masalah transportasi khususnya di perkotaan dan sekaligus dapat mendorong

penciptaan kota atau wilayah layak huni. Oleh karena itu, misi pengembangan

perkeretaapian DIY adalah:

1. Menyelenggarakan transportasi yang mengakomodasi kebutuhan

beragam/pro rakyat/berkelanjutan,

2. Menciptakan kota / wilayah yang layak huni.

Beberapa konsep dasar yang dipakai dalam pengembangan sistem

transportasi, tata ruang, jaringan, ekonomi, dan kelembagaan perkeretaapian DIY

adalah sebagai berikut:

1. Insentif bagi transportasi massal (disinsentif bagi transportasi privat)

2. Terintegrasi dalam sistem (hirearkhi) transportasi dan pembangunan

wilayah

3. Efisien dan berkelanjuatn (ekonomi)

4. Ramah lingkungan, sosial, dan budaya

5. Penanda / ikon jati diri dan kebanggaan masyarakat (keistimewaan

DIY)

6. Berbasis masyarakat

Dari konsep dasar tersebut selanjutnya dirumuskan konsep-konsep

turunan yang lebih operasional dan relevan dengan pengembangan sistem dan

jaringan transportasi, tata ruang, serta ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan.

Dengan berbagai uraian diatas, maka visi yang dipunyai adalah Green DIY

untuk kesejahteraan masyarakat.

1.1.3 Stasiun yang Mampu Meningkatkan Produktifitas Sebuah Kota

Berdasarkan misi rencana pembangunan moda trem di Yogyakarta

sebelumnya yaitu menyelesaikan masalah transportasi serta menciptakan kota

layak huni. Masalah transportasi seperti kemacetan dapat mengurangi tingkat

produktifitas sebuah kota. Gaya hidup masyarakat Yogyakarta yang semakin

modern, menuntut untuk perkembangan kota lebih lanjut.

10

Dengan pembangunan stasiun ini diharapkan dapat meningkatkan

produktifitas Kota Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai kota wisata,

budaya, dan pelajar ini.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagai fasilitas baru di Yogyakarta, Elevated Tramway Station perlu didesain dengan

mempertimbangkan banyak analisis dari berbagai aspek seperti efisiensi sirkulasi, akses,

maupun fungsi sosialnya. Sehingga perancangan ini diharapkan mampu mendukung pola

transportasi baru dan memberikan manfaat serta sudut pandang baru mengenai fasilitas

tram untuk masyarakat urban di Yogyakarta.

Selain itu diperlukan adanya sebuah perencanaan desain yang mampu

menggambarkan atau mewakili identitas dari Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa

Yogyakarta itu sendiri.

Gambar 1.7 Diagram Rumusan Masalah Sumber: Analisis Penulis

1.2.1 Permasalahan Makro

1. Bagaimana merancang sebuah fasilitas tram baru di Yogyakarta yang

berkesinambungan dengan Yogyakarta?

11

2. Bagaimana merancang sebuah stasiun yang mampu mendukung produktifitas

sebuah kota?

1.2.2 Permasalahan Messo

1. Bagaimana agar stasiun mampu menanggapi perkembangan moda transportasi

baru di Yogyakarta?

2. Bagaimana agar desain stasiun dapat merespon karakter lokasi secara baik dari

banyak aspek?

1.2.3 Permasalahan Mikro

1. Bagaimana fasilitas stasiun tram dapat mewadahi fungsi-fungsi dan kegiatan

publik yang terintegrasi dengan site sekitar?

2. Bagaimana merancang fasilitas stasiun yang dapat berintegrasi dengan lokasi

yaitu Ring Road Utara?

3. Bagaimana agar stasiun dapat dikenali dan memiliki ciri khas desain yang memiliki

hubungan antar desain dengan titik stasiun yang lainnya?

4. Bagaimana agar pengguna dapat mudah mengakses poin-poin utama dalam

stasiun?

1.3 Tujuan Perencanaan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan rumusan konsep dan

landasan konseptual perancangan bangunan stasiun melalui analisis standar

kebutuhan dan fungsi ruang, analisis mengenai tipologi-tipologi bangunan yang

menyerupai, dan analisis mengenai kondisi eksisting, dan kendala-kendala yang

menyangkut yang mampu menyelesaikan masalah kenyamanan ruang, daya tarik

bangunan, sirkulasi, pengaturan tata ruang serta mampu memenuhi kebutuhan dan

aktifitas sehari-hari.

1.4 Pendekatan Perancangan

1.4.1 Studi Pustaka atau Studi Literatur

Mencari data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber literatur maupun

sumber internet yang menjelaskan landasan teori tentang prinsip dan aplikasi konsep-

konsep bangunan publik pada bangunan, fakta-fakta empirik mengenai kondisi eksisting

rencana titik halte trem, studi kasus atau aspek pembanding yang berkaitan dengan halte

12

stasiun, serta standar-standar terkait halte stasiun serta penerapan konsep dalam

perancangan yang meliputi:

1. Karakteristik dan fungsi umum sebuah stasiun MRT dan LRT

2. Masterplan rencana pembangunan tram di Yogyakarta

3. Standar ruang stasiun LRT

4. Studi preseden tema terkait

5. Aturan pemerintah setempat

1.4.2 Studi Banding dan Studi Kasus

Melakukan kunjungan dan analisis terhadap bangunan dengan tipologi yang serupa

untuk kemudian dilakukan komparasi sebagai referensi dalam perumusan konsep.

Informasi lapangan juga didapatkan dengan melakukan survey bangunan-bangunan

setipe atau studi preseden untuk mendapatkan contoh rancangan pasar tradisional yang

baik maupun aplikasi prinsip-prinsip arsitektur untuk sebuah karya arsitektur. Data dan

informasi tersebut kemudian dibandingkan serta dicari kelebihan dan kekurangannya.

1.4.3 Studi Lapangan

Melakukan kegiatan survey lapangan berupa gambar, foto, beberapa data statistik

tematik, dan menganalisis terhadap lokasi terkait untuk mengetahui kondisi fisik maupun

sosial yang ada pada lokasi.

Melakukan analisis terhadap hasil observasi yang telah dilakukan melalui

pembelajaran literatur, wawancara dari pihak-pihak yang terkait, pembelajaran regulasi

dan aspek pembanding lainnya. Analisis dilakukan dengan mengambil prinsip-prinsip,

persyaratan bangunan, kebijakan setempat, standar-standar, serta aplikasi perencanaan

dan perancangan bangunan.

Analisis terhadap aspek pembanding dilakukan dengan cara indentifikasi dan

menyimpulkan kualitas serta spesifikasi dari contoh desain sebagai objek yang

dibandingkan. Hasil dari identifikasi ini kemudian menghasilkan kesimpulan mengenai

kelebihan dan kekurangan dari objek yang dibandingkan.

Hasil analisa tersebut difokuskan untuk mendasari konsep tema utama mengenai

redesain pasar tradisional melalui pendekatan arsitektur ekologi.

13

1.4.4 Seleksi Kembali

Menyaring kembali hasil analisis informasi baik secara arsitektural maupun non-

arsitektural untuk kembali diolah menjadi gagasan yang baik, sehingga dapat diterapkan

ke dalam proses perencanaan dan perancangan halte trem.

1.5 Lingkup dan Batasan Perencanaan

1. Pemilihan site berada pada lingkup site perencanaan pembangunan sistem

transportasi tram di Yogyakarta, site berupa titik-titik stasiun yang ada pada area

rencana pembangunan.

2. Perancangan mengikuti standar dan ukuran ruang terhadap masing-masing

kegiatan.

3. Pembahasan proyek mengacu pada rencana pembangunan sistem transportasi

tram di Yogyakarta.

14

1.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1.8 Kerangka Berpikir Sumber : Analisis Penulis

15

1.7 Keaslian Penulis

Penulisan karya tugas akhir mahasiswa Arsitektur Universitas Gadjah Mada yang

memiliki pembahasan tema mengenai perancangan stasiun, baik perancangan baru

maupun revitalisasi telah banyak dilakukan. Adapun karya-karya sebelumnya yang

digunakan sebagai pembanding untuk aspek teknis dan non-teknis dari perancangan

sebuah stasiun LRT. Hal yang membedakan penulisan karya ini dengan karya-karya

sebelumnya adalah lokasi dan isu pembangunan sistem tram di Yogyakarta. Selain itu

desain perancangan bangunan stasiun berfokus pada keterkaitan fungsi ruang

bangunan stasiun dengan pedestrian bridge yang dirancang dengan pendekatan

public space. Berikut tugas akhir yang mengangkat tema stasiun adalah:

1. Stasiun MRT di Lebak Bulus Gerbang Publik Sebagai Landmark Kawasan, 2012,

Maria Erna Natalia. Perbedaan terletak pada lokasi bangunan serta fokus

penekanan bangunan sebagai landmark.

2. Integrasi Stasiun dengan Bandara Melalui Pengembangan Fasilitas Ruang

Publik dan Komersial di New Yogyakarta International Airport, 2015, Dissa

Pidanti Raras. Walaupun karya ini menjelaskan mengenai moda stasiun

namun karya ini dijadikan pembanding analisis-analisis terkait. Selain itu

fokus penekanan bangunan stasiun dengan fungsi komersil terhadap

Bandara.

1.8 Sistematika Laporan

1.8.1 Bab I Pendahuluan

Berisi tentang penjelasan judul yang menguraikan setiap kata pada judul

sehingga mudah dipahami, latar belakang permasalahan yang melandasi

permasalahan yang akan diusung dalam konsep, rumusan masalah yang berisi

daftar permasalahan yang dihadapi, tujuan berisisi tujuan umum dan khusus,

sasaran mencangkup sasaran umum dan khusus, lingkup pembahasan yang akan

mengurutkan pembahasan dalam tulisan ini, metoda pembahasan menjelaskan

teknik-teknik yang akan digunakan dalam tulisan ini, sitematika penulisan yang

berisi urutan penulisan, keaslian penulisan untuk membuktikan tidak adanya

plagiasi dalam tulisan, kerangka berfikir umtuk menunjukan urutan penulisan,

serta daftar pustaka.

16

1.8.2 Bab II Tinjauan Pustaka

Merupakan pembahasan hasil observasi, analisis, dan penguraian pustaka

mengenai stasiun, LRT, dan persyaratan dan standar dari stasiun.

1.8.3 Bab III Studi Komparasi

Menjelaskan dasar pertimbangan stasiun LRT terkait dengan melakukan

komparasi preseden dari luar negeri untuk kemudian dianalisis sehingga

didapatkan guideline design dan standar-standar kebutuhan ruang maupun

sistem sirkulasi pada halte stasiun.

1.8.4 Bab IV Tinjauan Eksisting Site

Menjelaskan tinjauan lokasi terkait rencana pembangunan stasiun dengan

menghadirkan analisis yang meliputi aspe-aspek kenyamanan masyarakat dan

potensi-potensi yang mampu memperkuat konsep perancangan.

1.8.5 Bab V Perencanaan dan Perancangan Stasiun

Berisi rumusan dan menjelaskan proses pendekatan konsep perencanaan

desain dan perancangan arsitektur berdasarkan studi pustaka literatur terkait

dengan tinjauan lokasi terpilih di Ring Road Utara Hartono Mall