1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan energi listrik sangat penting dalam menunjang kehidupan
manusia. Hampir semua alat penunjang kehidupan membutuhkan energi listrik.
Alat yang sudah umum untuk melengkapi kehidupan manusia yaitu lampu dan
barang elektronik yang tentunya membutuhkan energi listrik dalam
pemanfaatannya. Perkembangan teknologi seperti saat ini juga sangat bergantung
pada energi listrik.
Kebutuhan akan energi listrik yang tinggi tentunya mebutuhkan sumber
pembangkit energi listrik yang besar pula. Sebagian besar pembangkit listrik di
Indonesia masih mengandalkan energi fosil (Basuki, 2007). Energi fosil dalam hal
ini merupakan energi yang bersumber dari bahan bakar minyak (BBM). Energi
fosil ini memiliki kelemahan yaitu dari jumlahnya yang semakin sedikit karena
tidak dapat diperbarui serta prosesnya yang tidak ramah lingkungan. Keadaan ini
memberikan pemikiran untuk adanya pemanfaatan energi alternatif.
Pemanfaatan energi alternatif tidak harus dilakukan dalam skala besar,
namun dapat dilakukan dengan skala kecil. Pemanfaatan energi alternatif dalam
skala kecil ini dilakukan dengan melihat potensi energi yang ada di sekitar
kehidupan kita. Terdapat beberapa alternatif energi yang ada di sekitar kita dan
berpotensi menghasilkan energi listrik, yaitu energi angin, energi matahari
(surya), dan energi air. Ketiga sumber energi ini dapat menghasilkan energi listrik
dengan bantuan alat pembangkit listrik, yaitu untuk energi angin menggunakan
kincir angin, energi surya menggunakan sel surya, dan energi air menggunakan
sistem mikrohidro.
Pemanfaatan energi alternatif juga harus memperhatikan besarnya potensi
sumber energi, energi yang ramah lingkungan, serta keterjangkauan pengadaan
alat. Energi angin, energi matahari (surya), dan energi air telah memenuhi kriteria
energi ramah lingkungan, namun dari segi potensi sumber energi sangat
tergantung pada karakteristik lingkungan. Pertimbangan lain dari segi
keterjangkauan pengadaan alat, energi air dalam pengubahannya menjadi energi
2
listrik membutuhkan sistem PLTMH yang lebih terjangkau harganya daripada
kedua sumber energi yang lain.
Energi alternatif dengan memanfaatkan potensi sumberdaya air yang ada
di sekitar permukiman menjadi alternatif untuk mengatasi ketergantungan pada
energi listrik dari PLN. Potensi sumberdaya air yang melimpah tentunya sayang
jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Daerah dengan potensi sumberdaya air
yang melimpah ini yaitu terdapat di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman.
Potensi sumberdaya air di daerah ini melimpah karena berdasarkan pengamatan
di lapangan pada saat musim kemarau debit aliran saluran irigasi mencapai
sekitar 900 liter/detik. Aliran irigasi yang dimaksud merupakan Saluran Sekunder
Sedayu-Rewulu.
Saluran Sekunder Sedayu-Rewulu merupakan percabangan dari Saluran
Induk Van Der Wijck sebagian besar berada di wilayah administrasi Kecamatan
Minggir, Kabupaten Sleman. Saluran Irigasi Van Der Wijck ini merupakan
percabangan dari Selokan Mataram yang bersumber dari Sungai Progo. Intake
Saluran Irigasi Van Der Wijck berada di Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar,
Kabupaten Magelang. Saluran Van Der Wijck merupakan saluran irigasi untuk
pengairan di Wilayah Kecamatan Minggir dan sekitarnya. Berdasarkan informasi
petugas lapangan Kantor Pengamatan Pucanganom, debit air yang disalurkan ke
Saluran Irigasi Van Der Wijck besarnya 26,41% dari seluruh debit Selokan
Mataram.
Ketersediaan air di Selokan Mataram tentu sangat mempengaruhi
ketersediaan air di Saluran Irigasi Van Der Wijck. Kegiatan penutupan pintu air di
hulu Selokan Mataram juga akan mengeringkan aliran Saluran Irigasi Van Der
Wijck. Kegiatan penutupan pintu air di hulu Selokan Mataram dilakukan hanya
pada saat akan dilakukan perbaikan infrastruktur pada aliran selokan ini, yaitu
pada tahun 2008 dilakukan penutupan selama tiga hari dan pada tahun 2007
selama tiga minggu (Antaranews, 2008)
Pemanfaatan sumberdaya air selokan untuk menghasilkan energi listrik
dapat dilakukan dengan sistem Mikrohidro. Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik skala kecil yaitu
3
menghasilkan output kurang dari 200 kW (Damastuti, 1997). Pembangkit listrik
ini memanfaatkan tenaga air dalam skala kecil sebagai sumber energi. Tenaga air
ini dapat diperoleh dari sungai, saluran irigasi, maupun air terjun. PLTMH ini
termasuk pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan karena
ketersediaan air akan tetap ada dengan kondisi ekosistem yang terjaga. Selain itu
PLTMH juga dapat disebut teknologi yang ramah lingkungan karena dari
sistemnya yang tidak menimbulkan polusi.
Aliran Saluran Irigasi Saluran Irigasi Van Der Wijck ini sebenarnya sudah
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) oleh warga
sekitar. Pemanfaatan PLTMH di daerah ini ternyata belum optimal karena
mengalami beberapa kendala, seperti terdapatnya sampah yang menganggu laju
aliran penggerak turbin, saluran air menuju turbin yang tidak terisi debit, dan
lokasi pembangkit listrik yang terlalu jauh dari pemakai (permukiman). Selain itu,
dapat juga disebabkan oleh sudah terdapatnya jaringan listrik PLN di daerah ini.
Pemanfaatan PLTMH agar lebih optimal selain dibutuhkan potensi air yang bagus
juga harus diimbangi oleh parameter lingkungan fisik yang mendukung. Melihat
keadaan ini maka diperlukan penelitian mengenai potensi sumberdaya air dan
potensi lingkungan fisik, serta arahan pemanfaatan PLTMH sebagai sumber
energi listrik untuk lampu penerangan jalan di daerah penelitian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana potensi sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck untuk
pemanfaatan PLTMH?
2. Bagaimana potensi lingkungan fisik di daerah kajian baik yang
mendukung maupun yang menghambat dalam pemanfaatan PLTMH?
3. Seberapa besarkah energi listrik maksimal yang mampu dihasilkan oleh
sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck melalui sistem PLTMH.
4. Seberapa besar nilai ekonomi yang ditimbulkan dari arahan pemanfaatan
PLTMH sebagai sumber energi listrik untuk lampu penerangan jalan.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck untuk
pemanfaatan PLTMH.
2. Mengidentifikasi parameter lingkungan fisik sebagai faktor pertimbangan
pembangunan sistem PLTMH.
3. Memperkirakan besarnya energi listrik maksimal yang mampu dihasilkan
oleh sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck melalui sistem
PLTMH.
4. Memperkirakan nilai ekonomi yang ditimbulkan dari arahan pemanfaatan
PLTMH sebagai sumber energi listrik untuk lampu penerangan jalan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran tentang potensi pemanfaatan sumberdaya air untuk
menghasilkan sumber energi alternatif melalui sistem mikrohidro.
2. Memberikan sumbangan ilmu geografi khususnya hidrologi dalam
aplikasinya untuk pemanfaatan energi.
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1. Sumberdaya Air
Potensi dan pemanfaatannya tenaga air pada umumnya berbeda dengan
penggunaan tenaga yang berasal dari bahan bakar fosil (Kadir, 1982). Perbedaan
ini dapat ditunjukkan dengan beberapa alasan. Perbedaan pertama tampak pada
energi air yang secara teratur dibangkitkan kembali karena pemanasan lautan oleh
matahari, sehingga energi air merupakan suatu sumber yang secara sikis
diperbarui. Hal ini dapat terlihat di siklus hidrologi seperti pada Gambar 1.1.
5
Sumber: USGS
Gambar 1.1. Siklus Hidrologi
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa sumberdaya air merupakan sumberdaya
yang terbarui dan menjadi poin positif daripada sumber energi dari bahan bakar
fosil. Namun, jika dilihat dari kuantitasnya ternyata potensi tenaga air relatif lebih
kecil daripada jumlah bahan bakar fosil.
Dilihat dari pemanfaatannya, tenaga air biasanya dimanfaatkan secara
multiguna, yaitu dikaitkan dengan irigasi, pengendalian banjir, perikanan, rekreasi
dan navigasi. Bahkan sering terjadi bahwa pembangkitan tenaga listrik hanya
merupakan manfaat sampingan dari saluran irigasi dan pengendalian banjir
sebagai penggunaan utama.
Perbedaan selanjutnya yaitu pembangkitan listrik dari tenaga air dilakukan
tanpa ada perubahan suhu, yaitu karena tidak ada proses pembakaran. Hal ini
tentunya berpengaruh positif dalam masa manfaat mesin-mesin hidro yang lebih
lama daripada mesin-mesin termis.
Terdapat tiga faktor yang dalam penentuan potensi sumberdaya air (tenaga
air) untuk pembangkitan energi listrik (Kadir, 1982), yaitu:
a. Jumlah air yang tersedia yang merupakan fungsi dari jatuh hujan atau
salju.
6
b. Tinggi terjun yang mampu dimanfaatkan yang tentunya tergantung dari
topografi suatu daerah.
c. Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat beban atau
jaringan transmisi.
1.5.2. Energi dan Listrik
Energi listrik dihasilkan dengan mengubah energi mekanik menjadi energi
listrik melalui sistem pembangkit listrik. Menurut Wijaya (2001) sistem
pembangkit merupakan suatu sistem yang memproses dan menghasilkan energi
listrik dan terdiri dari penggerak mula dan generator. Penggerak mula ini
merupakan alat untuk memutar kumparan generator, sedangkan generator sendiri
merupakan mesin listrik yang dapat mengubah energi mekanis menjadi energi
listrik.
Energi penggerak mula yang merupakan alat untuk memutar generator
menurut Marsudi (2005) dapat bersumber dari mesin diesel, turbin uap, turbin air,
dan turbin gas. Alat-alat ini merupakan alat yang merubah energi primer menjadi
energi mekanik untuk menggerakkan turbin. Proses konversi energi ini biasanya
menghasilkan produk sampingan berupa limbah dan kebisingan.
Sumber-sumber energi berdasarkan ketersediaannya dibedakan menjadi
sumber energi konvensional dan non-konvensional (Dandekar, 1991). Sumber
energi yang masuk pada sumber energi konvensional yaitu energi uap, energi air,
dan energi nuklir. Tingkat di bawahnya yang masuk pada sumber energi non-
konvensional yaitu energi pasang surut, energi surya, energi panas bumi, energi
angin, dan energi medan magnet hidrodinamik.
Dandekar (1991) juga menyebutkan beberapa keuntungan tenaga air, yaitu
energi air tidak habis terpakai dan tidak berubah menjadi sesuatu yang lain, biaya
pengoperasian dan pemeliharaan PLTA sangat rendah, turbin-turbin pada PLTA
bisa dioperasikan dan dihentikan setiap saat, sederhana dan mudah dioperasikan,
alatnya tahan lama, serta dapat menimbulkan manfaat lain yaitu pariwisata dan
perikanan.
7
1.5.3. Listrik Pedesaan
Tenaga listrik menjadi kebutuhan yang penting bagi kehidupan
masyarakat, terutama masyarakat modern. Peranan tenaga listrik dalam
menunjang kehidupan masyarakat dapat diukur dari beberapa konteks, salah
satunya yaitu berdasarkan besarnya komponen tenaga listrik. Komponen tenaga
listrik ini tentunya berkaitan dengan penyediaan energi listrik dalam suatu
masyarakat secara keseluruhan (Kadir, 1982). Semakin besar komponen energi
listrik yang dibutuhkan, maka dapat menunjukkan tingkat kemajuan
masyarakatnya yang semakin maju. Selain itu, pengukuran peranan energi listrik
ini juga dapat diketahui dari konstek investasi, yaitu perbandingan antara
komponen investasi pada energi listrik di suatu negara dengan komponen
investasi lainnya.
Listrik pedesaan merupakan upaya untuk memberikan ataupun
menyalurkan energi listrik untuk wilayah pedesaan. Upaya ini memiliki beberapa
tujuan yang diantaranya yaitu penggunaan listrik untuk tujuan produksi dan untuk
tujuan sosial serta lingkungan. Penggunaan listrik dengan tujuan produktif yaitu
adanya energi listrik yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan
produktif di pedesaan. Kegiatan produktif ini selanjutnya dapat meningkatkan
taraf perekonomian masyarakat.
Menutut Kadir (1982), kegiatan produktif yang didukung oleh energi
listrik dapat meningkatkan nilai produksi dari barang dan jasa. Tanpa adanya
energi listrik masyarakat hanya mengandalkan tenaga manusia dan hewan serta
lingkungan sekitar dalam kegiatan produksi. Kegiatan dengan cara ini hanya
menghasilkan nilai produksi yang rendah. Oleh karena itu, penggunaan energi
listrik dalam kegiatan produksi akan meningkatkan nilai produksi, yang
selanjutnya dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat pedesaan.
Penggunaan listrik untuk manfaat sosial lebih merujuk kepada kegunaan
listrik yang berpengaruh pada aspek-aspek sosial. Pemanfaatan energi listrik
dalam hal ini dapat menunjang peningkatan aspek-aspek sosial seperti
peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan. Selain itu juga dapat menunjang
keberhasilan program keluarga berencana, karena saat malam hari dapat didisi
8
dengan kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Reksohadiprojo (1988), sejarah telah
menunjukkan bahwa masyarakat yang dapat mencapai kemakmuran yaitu
masyarakat yang bisa memanfaatkan sumberdaya dan energi. Hal ini menujukkan
betapa pentingnya peran sumberdaya dan energi dalam pembangunan ekonomi.
Daerah pedesaan biasanya memiliki potensi lingkungan fisik yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik. Potensi lingkungan fisik ini
dapat berupa potensi sumberdaya air, angin, biogas, dan biomassa. Potensi
sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan energi listrik yaitu
misalnya air terjun kecil maupun saluran irigasi. Pembangkitan energi listrik ini
dilakukan dengan bantuan sistem pembangkit listrik mikrohidro.
1.5.4. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit
listrik skala kecil yaitu menghasilkan output kurang dari 200 kW. Pembangkit
listrik ini memanfaatkan tenaga air dalam skala kecil sebagai sumber energi.
Tenaga air ini dapat diperoleh dari sungai, saluran irigasi, maupun air terjun.
PLTMH ini termasuk pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan
karena ketersediaan air akan tetap ada dengan kondisi ekosistem yang terjaga.
Selain itu PLTMH juga dapat disebut teknologi yang ramah lingkungan karena
dari sistemnya yang tidak menimbulkan polusi.
Pembangkit tenaga air terdiri dari beberapa macam, yaitu dapat dibedakan
berdasarkan besarnya daya yang dibangkitkan. Klasifikasi pembangkit listrik ini
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Klasifikasi Pembangkit yang Memanfaatkan Energi Air
berdasarkan Daya yang Dibangkitkan
No Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Kapasitas Daya (kW)
1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) >5000
2 Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) 100-5000
3 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) 10-100
4 Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) <10
Sumber: Setyowati, 2012
9
Perubahan energi air menjadi energi listrik pasti melalui proses konversi
energi. Proses konversi energi air menjadi energi listrik melalui beberapa tahapan,
yaitu energi kinetik air diubah menjadi energi mekanik oleh turbin, kemudian
energi mekanik turbin ini diubah menjadi energi listrik oleh generator. Sistem
konversi tenaga (energi) ini pasti menimbulkan tenaga yang sebagian hilang oleh
sistem itu sendiri. Tenaga yang hilang ini dapat diketahui dari persamaan konversi
energi menurut Harvei (1993).
Sistem PLTMH dibagi mejadi dua kategori dalam menimbun air, yaitu
Run-Off River dan Reservoir dan Dam Based (Setyowati, 2012).
1. Run-Off River
Sistem PLTMH ini tidak terdapat bangunan penampung air untuk
mengatur air yang masuk ke turbin. Air dari sungai dengan sistem ini langsung
masuk saluran untuk menggerakkan turbin. Aliran air sungai sangat
mempengaruhi kinerja PLTMH. Mikrohidro jenis ini lebih mengandalkan
kecepatan aliran air daripada tinggi jatuh air, sehingga dapat diterapkan pada
kondisi aliran yang tidak memiliki terjunan (head). Sistem PLTMH kategori ini
seperti terpapar pada Gambar 1.2.
2. Reservoir and Dam Based
Sistem PLTMH ini menggunakan kolam tando (reservoir) sebagai
tempat penampungan dan penimbunan air. Kolam tando ini digunakan untuk
mengotrol air yang masuk pada sistem PLTMH sebagai penggerak turbin.
Sistem mikrohidro kategori Reservoir and Dam Based terdiri dari beberapa
komponen, yaitu secara umum terdapat bak penampung, pipa pesat, turbin, dan
generator. Mikrohidro jenis ini memanfaatkan energi kinetik air yang jatuh dari
ketinggian tertentu, sehingga penerapannya memerlukan aliran yang memiliki
terjunan (head). Energi air yang jatuh akan memberi tekanan pada turbin,
sehingga turbin akan berputar menggerakkan generatior. Sistem mikrohidro
kategori ini seperti terpapar pada Gambar 1.3.
10
Sumber: http://www.ndoware.com
Gambar 1.2. Sistem Mikrohidro kategori Run-Off River
Sumber: http://www.pdaukuningan.com
Gambar 1.3. Sistem Mikrohidro kategori Reservoir dan Dam Based
1.5.4.1. Turbin Air
Turbin air berfungsi merubah energi potensial air menjadi energi putaran
atau energi kinetik air. Terdapat dua klasifikasi turbin air, yaitu Turbin Implus dan
Turbin Reaksi.
11
1. Turbin Implus
Turbin Implus adalah jenis turbin dimana pancaran air yang mengenai
sudu turbin akan menimbulkan aksi gaya dorong dan pancaran fluida akan
mengalami pembelokan, sehingga seluruh energi air yang tersedia diubah
menjadi energi putaran pada turbin. Turbin implus ini terdiri dari dua jenis,
yaitu turbin pelton dan turbin cross flow.
a. Turbin Pelton memiliki kontruksi utama yang berupa nosel dan sudu dengan
bentuk mangkuk. Tekanan pancaran air yang keuar dari nosel ini sama
dengan tekanan atmosfer sekitar. Semua tekanan yang masuk ke sudu turbin
akan diubah menjadi energi kecepatan.
Sumber: http://en.wikipedia.org
Gambar 1.4. Turbin Pelton
b. Turbin Cross Flow memiliki prinsip yaitu air yang masuk kedalam turbin
secara radial meleati sudu-sudu jalan yang berbentuk silinder, kemudian
keluar setelah melewati sudu.
Sumber: http://air.eng.ui.ac.id
Gambar 1.5. Turbin Cross Flow
12
2. Turbin Reaksi
Turbin Reaksi adalah turbin bertekanan tinggi yang memiliki cara kerja
yaitu pada waktu air masuk ke roda jalan, sebagian energi tinggi jatuh telah
bekerja di dalam sudu pengarah dan dirubah menjadi kecepatan arus masuk.
Turbin reaksi juga dapat disebut turbin yang merubah energi kecepatan
menjadi energi tekanan. Terdapat dua jenis turbin reaksi, yaitu turbin francis
dan turbin propeller.
a. Turbin Francis yaitu turbin yang bekerja dengan memakai proses tekanan
lebih dan memiliki pipa hisap yang berfungsi memanfaatkan sisa energi
jatuh pada sudu jalan agar dapat bekerja semaksimal mungkin.
Sumber: http://it.wikipedia.org
Gambar 1.6. Turbin Prancis
b. Turbin Propeller yaitu turbin yang memiliki konsep hampir sama dengan
Turbin Francis dengan pembedanya yaitu terdapat pada turbin propeller
terdapat dua jenis sudu, yaitu Sudu tetap dan sudu dapat diatur (Luknanto,
2006). Sudu tetap (Fixed blade) adalah sudu turbin yang tidak dapat diatur
dan merupakan turbin generasi pertama. Jenis sudu ini memiliki kelemahan,
yaitu bila aliran debit berkurang, maka efisiensinya juga berkurang.
Kebalikannya, sudu dapat diatur (adjustable blade) merupakan sudu yang
dapat diatur, sehingga membuat efisiensi turbin dapat dimaksimalkan sesuai
dengan debit yang tersedia. Contoh : Turbin Kaplan dan Open Flume.
13
Sumber: http://www.hanjuang.co.id
Gambar 1.7. Turbin Propeller Open Flume
Turbin air diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu high fall, medium fall,
dan low fall (Emeri, 1959). Berikut Tabel 1.2 menyajikan pengelompokkan turbin
berdasarkan Head.
Tabel 1. 2. Pengelompokkan Turbin Berdasarkan Head
High Head Medium Head Low Head
Turbin Implus Pelton
(50 m-1000 m)
Turgo
(30 m-300 m)
Cross-Flow
(1 m-200 m)
Multi-Jet Pelton Turgo
(50 m-20 m)
Cross-Flow
(1 m-200 m)
Turbin Reaksi Francis
(10 m-350 m)
Propeller Kaplan
(2 m-20 m)
Sumber: Setyowati, 2012
1.5.4.2. Generator
Energi utama dari generator adalah energi air. Energi air ini merupakan
contoh yang umum atau sudah familiar dalam hal penggerak generator. Energi air
dalam hal ini merupakan energi yang jatuh dari ketinggian tertentu ke ketinggian
yang lebih rendah dengan dipengaruhi gaya grafitasi. Pripsip kerja energi air ini
yaitu energi air menggerakkan roda air atau turbin air yang terhubung dengan
generator. Jika generator listrik terhubung dengan turbin, maka akan terjadi gaya
mekanik yang menggerakkan generator, dan kemudian generator dapat
menghasilkan energi listrik. Turbin yang menggerakkan generator akan mengubah
energi potensial air menjadi energi kinetik, dan selanjutnya mengubah energi
kinetik menjadi energi listrik (Emeri, 1959). Beberapa macam gererator dengan
daya output yang berbeda-beda terpapar pada Tabel 1.3.
14
Tabel 1.3. Beberapa Jenis Generator dengan Tegangan Tertentu
No Nama Generator dan Gambar Deskripsi
1 Water Turbine Generator,
XJ14-0.3DCT4-Z
Rentang Head : 12 - 14 m
Rentang Debit : 4 – 5 liter/detik
Energi output : 300 W
Voltase AC : 115 V atau 230 V
Diameter
Pipa Pesat : 50 mm
Ukuran : 30x26x35 cm
Berat : 24 kg
Sumber: http://sell.lulusoso.com
2 Micro Hydroelectric Generator,
XJ25-3.0DCT
Rentang Head : 25 - 35 m
Rentang Debit : 15 19 liter/detik
Energi output : 3000W
Voltase AC : 115 V atau 230 V
Diameter
Pipa Pesat : 125 atau 150 mm
Ukuran : 85x56x56 cm
Berat : 102 kg
Sumber: http://sell.lulusoso.com
3 5KW Hydro Turbine Generator
Energi output : 5000W
Voltase AC : 110 V atau 220 V
Sumber: http://www.aliexpress.com
15
No Nama Generator dan Gambar Deskripsi
4 Permanent Magnet Generator
( single )
Energi output : 8000 W
Voltase AC : 120 V atau 220 V
Sumber: http://easy-taobao.com
5 Micro Hydroelectric Generator ,
XJ30-10DCT4-Z
Rentang Head : 30-38 m
Rentang Debit : 0.040-0.050 m³/detik
Energi output : 10000 W
Voltase AC : 115 V atau 230 V
Diameter
Pipa Pesat : 200-250 mm
Sumber: http://sell.lulusoso.com
6 Permanent Water Generator
Kecepatan Putaran : 250 rpm
Energi output : 12000 W
Voltase AC : 400 V
Frekuensi : 50Hz
Torsi : 460 Nm
Berat : 210 kg
Sumber: http://www.diytrade.com
16
1.5.5. Lampu Penerangan Jalan Umum
Jalan umum merupakan akses yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Jalan umum dapat menghubungkan suatu lokasi dengan lokasi lain.
Adanya jalan umum dapat menghubungkan kegiatan perekonomian masyarakat.
Keberadaan jalan umum juga dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas.
Melihat kepentingan jalan ini maka selain dibutuhkan kondisi jalan umum yang
memadahi juga diperlukan infrastruktur pendukung jalan umum. Infrastrktur
pendukung jalan ini salau satunya yaitu lampu penerangan jalan umum. Lampu
peneranan jalan umum memiliki istilah PJU yang merupakan kependekan dari
Penerangan Jalan Umum. Pengelolaan PJU merupakan wewenang dan tanggung
jawab Pemerintah Daerah setempat. PLN dalam hal ini hanya bertanggung jawab
menyediakan pasokan aliran listrik.
Sebagian besar lampu PJU masih menggunakan jenis lampu bohlam dan
neon. Kedua jenis lampu ini membutuhkan daya yang besar untuk menghasilkan
cahaya yang terang. Saat ini sudah mulai dikembangkan lampu PJU menggunakan
lampu LED. Lampu LED merupakan lampu penerangan generasi keempat dengan
lampu neon sebagai generasi ketiga, lampu bohlam sebagai generasi kedua, dan
lilin sebagai generasi pertama. Energi yang dibutuhkan lampu LED dari segi
penghematannya sekitar 1/10 dari lampu bohlam dan 1/2 dari lampu neon (Sigit,
2006 dalam Hafid, 2007). Keuntungan lampu LED yaitu mempunyai umur
panjang dan diramalkan dapat bertahan menyala sampai 50 tahun, memancar
cahaya dingin, serta tidak mebutuhkan arus yang besar dan dapat menyala lebih
cepat (Warsito, 2004 dalam Hafid, 2007). Berikut Tabel 1.4 menyajikan lampu
PJU LED dengan beberapa tegangan.
Tabel 1.4. Beberapa Macam Daya Lampu PJU LED
No Power Warna Sinar Tegangan Input
1 40 W Pure White / Warm 220 V AC ̴ 50Hz
2 60 W Pure White / Warm 220 V AC ̴ 50Hz
3 80 W Pure White / Warm 220 V AC ̴ 50Hz
4 100 W Pure White / Warm 220 V AC ̴ 50Hz
5 120 W Pure White / Warm 220 V AC ̴ 50Hz
Sumber: http://lampupenarangan.blogspot.com
17
1.5.6. Statistik dalam Hidrologi
Kegiatan perencanaan proyek-proyek irigasi dan pembangkit listrik tenaga
air perlu adanya pencarian mengenai debit andalan (Soemarto, 1999). Hal ini
berguna untuk mengetahui debit perencanaan yang diharapkan dari suatu sungai
maupun saluran irigasi dalam mendukung kegiatan irigasi dan pembangkitan
listrik tenaga air. Debit andalan yang diambil untuk penyelesaian penggunaan air
pada beberapa macam proyek terpapar pada Tabel 1.5.
Tabel. 1.5. Debit Andalan pada Beberapa Macam Proyek
No Jenis Proyek Debit Andalan
1. Penyediaan Air Minum 99%
2. Penyediaan Air Industri 95-88%
3. Penyediaan Air Irigasi bagi
a. Daerah Beriklim Setengah Lembap
b. Daerah Beriklim Sedang
70-85%
80-95%
4. Pembangkit Listrik Tenaga Air 85-90%
Sumber: Soemarto, 1999
1.5.7. Valuasi Ekonomi
Munasinghe (1993 dalam Putra, 2011) mengungkapkan bahwa metode
valuasi kontingensi atau CVM (Contingent Valuation Method) dapat digunakan
untuk mempelajari preferensi masyarakan (individu) terhadap ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan ini merujuk pada pemanfaatan barang atau jasa yang berkaitan
dengan lingkungan. CVM merupakan pendekatan yang dilakukan dengan
menggunakan metode survei dan wawancara. Metode ini digunakan untuk
mengetahui nilai yang diberikan oleh masyarakat terhadap peningkatan dan
penurunan mutu lingkungan.
Menurut Putra (2011), pendekatan CVM memiliki beberapa tujuan, yaitu
mengetahui keinginan membayar atau WTP (Willingness to Pay) dari masyarakat
mengenai perbaikan kondisi lingkungan. Tujuan lainnya untuk mengetahui
keingginan menerima atau WTA (Willingness to Accep) dari masyarakat terhadap
kerusakan lingkungan. Perbedaan WTP dengan WTA didasarkan pada hak
18
kepemilikan, yaitu WTP merupakan kesediaan membayar oleh masyarakat yang
tidak memiliki hak milik atas kelestarian lingkungan, sedangkan WTA merupakan
kesediaan menerima oleh masyarakat yang memiliki hak milik atas kerusakan
lingkungan.
Penelitian dengan pendekatan CVM menggunakan metode survei dan
wawancara yang dapat dilakukan melalui beberapa model pertanyaan, yaitu
meliputi pertanyaan lelang, pertanyaan terbuka, payment cards, dan model
referendum. Pertanyaan lelang dicirikan dengan nilai yang diturunkan dan
dinaikkan secara bertahap hingga dihentikan pada nilai yang tetap. Pertanyaan
terbuka berarti responden diberi kebebasan mengungkapkan nilai rupiah yang
ingin dibayarkan. Model payment cards yaitu responden diberi pilihan rentang
nilai yang ditunjukkan melalui kartu. Model referendum ditunjukkan dengan
responden yang diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau
tidak.
Kesediaan membayar atau willingness to pay (WTP) merupakan jumlah
yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat atau individu untuk mengembalikan
kondisi kesejahteraan atau kemampuan yang semula mereka dapatkan, (Pearce
dan Turner, 1990 dalam Putra, 2011). Pengukuran WTP ini tidak tepat bila
dilakukan berdasarkan harga pasar. Hal ini karena kesediaan membayar masing-
masing individu berbeda bahkan seseorang dapat memberikan nilai lebih tinggi
dari harga pasar. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa penilaian individu
dapat diperoleh dari WTP yang bersangkutan.
1.6. Penelitian Sebelumnya
Setyowati (2012) melakukan penelitian tentang Studi Potensi Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro Di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Penelitian ini
menggunakan data primer dan sekunder yang merupakan data debit. Data debit
primer diperoleh dengan metode pelampung. Data debit sekunder dianalisis
dengan mencari debit minimum dan debit andalan. Hasil dari penelitian ini yaitu
besarnya kebutuhan listrik pedesaan dan besarnya daya yang mampu dihasilkan
PLTMH, serta peran PLTMH sebagai sumber energi listrik pedesaan.
19
Tabel 1.6. Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Topik Penelitian Daerah Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Novika Dhany
Setyowati
(2012)
Studi Potensi
Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro Di
Kabupaten Purbalingga
Jawa Tengah
Kabupaten
Purbalingga Jawa
Tengah
Mengetahui besarnya
tenaga listrik yang
dapat dibangkitkan oleh
energi air yang ada,
khususnya di wilayah
pedesaan yang belum
berlistrik di Kecamatan
Karangjambu
Kabupaten Purbalingga
1. Data debit primer
dengan metode
pelampung
2. Data debit sekunder
diolah dengan
mencari debit
minimum dan debit
andalan
3. Daya dihitung
dengan persamaan:
P= Q x ρ x g x H
1. Kebutuhan dan
ketersediaan daya
PLTMH
2. Kontribusi PLTMH
2 Muliadi (2011) Rancang Bangun
Turbin Openflume
untuk Pembangkit
Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH)
pada Saluran Irigasi
Nyangget Desa
Murbaya Kecamatan
Pringgarata Kabupaten
Lombok Tengah
Provinsi NTB
Desa Murbaya
Kecamatan
Pringgarata
Kabupaten
Lombok Tengah
Provinsi NTB
1. Mendapatkan
karakteristik turbin
openflume hasil
rancangan dan
model berdasarkan
potensi yang
tersedia
2. Mendapatkan daya
nyata potensi
terbangkitkan
pertahun pada lokasi
tersebut dengan
turbin openflume
hasil rancangan pada
efisiensi maksimum.
Teknik analisis korelasi
yaitu teknis analisis
data untuk menentukan
hubungan antara satu
variabel data penelitian
terhadap variabel data
penelitian lainnya.
1. Potensi debit
2. Potensi head
3. Perancangan
bangunan sipil
4. Perancangan
instalasi elektrikal
20
3 Weldan Kusuf
(2011)
Studi Potensi PLTMH
Jalur Distribusi Air
PDAM Kota Malang
dan Rancang Bangun
Electric Load Control
(ELC) berbasis Fuzzy
Logic Controller
Kota Malang 1. Mempelajari lebih
lanjut tentang
berbagai energi
terbarukan salah
satunya adalah
Mikrohidro
2. Memanfaatkan BPT
PDAM Kota Malang
sebagai site untuk
PLTMH
3. Mendisain ELC
berbasis Fuzzy Logic
Controller untuk
PLTMH
1. Disain Rangkaian
Elektronika
2. Disain Software
1. Sistem operasi
PDAM Kota
Malang
2. Pengujian-pengujian
3. Pola pemanfaatan
PLTMH
21
1.7. Kerangka Pemikiran
Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah
dengan pengaruh gaya grafitasi. Pergerakan air memiliki tenaga kinetik, yaitu
tenaga gerak air. Tenaga kinetik air berpotensi diubah menjadi energi listrik
melalui sistem pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Potensi tenaga kinetik air dapat diketahui melalui potensi sumberdaya
airnya, yaitu yang direpresentasikan oleh debit air. Debit air ini yang digunakan
untuk memutar turbin pada sistem PLTMH. Turbin PLTMH dapat bergerak dan
menghasilkan energi listrik dengan kebutuhan debit tertentu. Selain debit,
pergerakan turbin pada sistem PLTMH juga dipengaruhi kecepatan aliran.
Semakin tinggi kecepatan aliran maka akan menghasilkan tenaga kinetik yang
semakin besar untuk menggerakkan turbin.
Sistem mikrohidro terdiri dari dua macam, yaitu Run Off River dan
Reservoir and Dam Based. Peneliti dalam penelitian ini akan mengunakan sistem
mikrohidro jenis Reservoir and Dam Based dengan mempertimbangkan tinggi
jatuh air sebagai sumber dari energi kinetik air. Energi kinetik air ini akan jatuh
mengenai turbin air dan membuat turbin air berputar. Turbin air ini dihubungkan
dengan generator listrik, sehingga jika turbin air berputar maka generator juga
akan berputar.
Generator merupakan sumber dari energi listrik dalam sistem mikrohidro.
Terdapat beberapa macam generator yang dapat dibedakan berdasarkan daya yang
dibangkitkannya. Generator yang digunakan dalam sistem mikrohidro biasanya
memiliki tegangan 300 W, 1500 W, 3000 W , 6000 W, 10000 W, dan 12000 W.
Beberapa macam generator tersebut dipasang sesuai dengan kondisi debit dan
head yang tersedia di lapangan.
Potensi sumberdaya air dalam hal pemanfaatan mikrohidro ini dianalisis
dengan menggunakan data debit sekunder. Menurut informasi petugas lapangan
Kantor Pengamatan Pucanganom data debit Saluran Irigasi Van Der Wijck yang
tersedia hanya sekitar lima tahun yaitu dari tahun 2008 sampai 2012. Hal ini
karena pencatatan debit harian selokan Van Der Wijck ini baru dimulai sekitar
22
awal tahun 2008. Data debit selama lima tahun ini menurut peneliti sudah dapat
mempresentasikan potensi sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck.
Analisis data debit dilakukan dengan mencari debit andalan. Menurut
Setyowati (2012) debit andalan merupakan debit minimum yang sudah ditentukan
untuk terpenuhinya berbagai keperluan dan dinyatakan dalam persen. Debit
andalan memang dinyatakan dalam persen (%), yaitu debit yang selalu disamai
dan dilampaui nilainya dalam persentase waktu. Persentase debit andalan biasanya
ditentukan oleh peneliti.
Debit andalan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu debit andalan 90%
(Q90). Debit andalan 90% ini berarti debit yang selalu disamai dan dilampaui
sepanjang 90% waktu. Waktu yang digunakan dalam analisis ini yaitu tahun,
sehingga debit andalan 90% merupakan debit yang selalu ada (disamai dan
dilampaui) sepanjang 90% dari satu tahun. Debit andalan Q90 ditentukan
berdasarkan studi literatur peneliti, yaitu dari buku Hidrologi Teknik oleh
Soemarto (1999). Literatur tersebut menjelaskan bahwa untuk kegiatan
pembangkit listrik tenaga air biasanya digunakan debit andalan 85-90%.
Analisis data debit dilakukan untuk setiap titik terjunan yang terdapat pada
dua penggal saluran sekunder, yaitu Saluran Sekunder Sedayu-Rewulu dan
Saluran Sekunder Sedayu. Analisis data debit dilakukan untuk setiap titik terjunan
karena terdapat beberapa pintu sadap di sepanjang aliran yang memungkinkan
terjadinya penurunan debit. Analisis dari segi topografi atau kemiringan lereng
juga dilakukan untuk penentuan lokasi pembangunan sistem PLTMH. Hal ini
karena sistem PLTMH memerlukan tinggi jatuh air (head) untuk menggerakkan
turbin. Analisis kemiringan lereng ini dilakukan dengan survei dan pengukuran
lapangan karena dibutuhkan data kemiringan lereng dan beda tinggi yang detail.
Salah satu hasil dari survei dan pengukuran lapangan ini merupakan titik-
titik lokasi terdapatnya head. Tidak semua titik terjunan dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan sistem PLTMH. Niai tinggi terjunan dan karakteristik fisik sekitar
lokasi terjunan menjadi pertimbangan dalam pemilihan titik terjunan yang bisa
dimanfaatkan. Setiap titik yang terpilih ini kemudian dianalisis potensi daya air
23
hidrolisnya dengan memperhitungkan debit aliran, massa jenis air, percepatan
grafitasi, dan tinggi jatuh air.
Analisis debit sesaat juga dilakukan untuk mengetahui daya hidraulis
sesaat yang mampu dihasilkan dari aliran Saluran Irigasi Van Der Wijck. Analisis
debit sesaat dilakukan dengan pengukuran lapangan pada titik-titik terdapatnya
head. Pengukuran debit ini dilakukan dengan velocity area method.
Metode velocity area method menggunakan variabel kecepatan aliran dan
luas penampang basah dalam penentuan debitnya. Varibel kecepatan aliran ini
diperoleh dari pengukuran lapangan menggunakan alat current meter, sedangkan
luas penampang basah diukur menggunakan alat meteran. Pemilihan velocity area
method dalam pengukuran debit ini karena kecepatan aliran yang terdapat di
saluran ini tidak hanya terpengaruh oleh kemiringan lereng. Aspek lain yang
mempengaruhi kecepatan aliran disini yaitu adanya tenaga dorongan dari
terdapatnya beberapa terjunan, sehingga pengukuran kecepatan aliran harus
langsung dari pergerakan airnya.
Hasil analisis daya air hidraulis selanjutnya dapat digunakan untuk
mengetahui potensi daya listrik yang mampu dihasilkan oleh aliran Saluran Irigasi
Van Der Wijck pada setiap titik terdapatnya head. Daya air hidraulis ini menjadi
daya input dalam sistem PLTMH yang menghasilkan daya output berupa energi
listrik. Daya output PLTMH ini dapat diketahui dengan memperhitungkan daya
input dan efisiensi energi melalui persamaan konversi tenaga menurut Harvey
(1993).
Kegiatan analisis data debit sekunder maupun primer seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama,
yaitu mengetahui potensi sumberdaya air Saluran Irigasi Van Der Wijck untuk
pemanfaatan PLTMH. Potensi sumberdaya air ini direpresentasikan dalam bentuk
debit aliran. Selain debit, analisis juga ditekankan pada kecepatan aliran yang
dipengaruhi oleh kemiringan aliran. Kecepatan aliran dalam hal ini dapat
mempengaruhi kecepatan pergerakan turbin.
Analisis kemiringan lereng detail dalam penelitian ini digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu mengidentifikasi parameter
24
lingkungan fisik sebagai faktor pertimbangan pembangunan PLTMH. Parameter
lingkungan fisik yang digunakan dalam analisis ini yaitu parameter kemiringan
lereng detail yang berpotensi terdapatnya head. Tinggi jatuh air (head) dalam hal
ini merupakan faktor pertimbangan pembangunan sistem PLTMH karena
berhubungan dengan pergerakan turbin.
Tujuan ketiga penelitian ini yaitu memperkirakan besarnya energi listrik
maksimal yang mampu dihasilkan oleh PLTMH pada aliran Saluran Irigasi Van
Der Wijck. Tujuan ini dijawab dengan mengakumulasikan daya listrik yang
mampu dihasilkan dari seluruh titik potensi pembangunan PLTMH. Titik-titik
potensi pembangunan PLTMH ditentukan berdasarkan terdapatnya head. Setiap
titik memiliki nilai debit dan head yang berbeda-beda, sehingga daya listrik yang
berpotensi dihasilkan juga bervariasi. Hasil perhitungan daya listrik PLTMH
setiap terjunan tentunya harus disesuaikan dengan tegangan generator yang ada.
Hal ini karena daya yang bisa dimanfaatkan yaitu daya yang keluar dari generator,
bukan daya hasil perhitungan.
Melihat kondisi daerah penelitian yang telah terjangkau oleh jaringan
listrik PLN, maka arahan dari hasil penelitian ini yaitu pemanfaatan PLTMH
sebagai sumber energi listrik untuk penerangan jalan. Pemilihan sebagai
penerangan jalan juga mempertimbangkan bentuk aliran Saluran Irigasi Van Der
Wijck yang sebagian besar mengikuti jaringan jalan. Aliran yang sejajar dengan
jalan dan memiliki banyak terjunan hanya terdapat pada aliran yang mengarah ke
selatan. Aliran ini yaitu pada penggal Saluran Sekunder Sedayu-Rewulu dan
Saluran Sekunder Sedayu. Kedua penggal saluran tersebut masuk pada wilayah
administrasi Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir. Hal ini menjadi
pertimbangan peneliti untuk memfokuskan penalitian pada salah satu desa di
Kecamatan Minggir, yaitu dipilih Desa Sendangrejo sebagai daerah kajian.
Hasil perkiraan besarnya energi listrik maksimal yang keluar dari
generator kemudian dikorelasikan dengan daya yang dibutuhkan oleh lampu
penerangan jalan, sehingga akan menghasilkan data jumlah lampu yang mampu
dihidupkan dari energi listrik PLTMH. Lampu penerangan jalan umum (PJU)
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lampu LED dengan daya 100 W.
25
Lampu PJU LED 100 W memiliki pancaran cahaya yang lebih terang dari lampu
biasa, sehingga cukup untuk penerangan ruas Jalan Minggir-Moyudan.
Kehilangan daya dalam proses penyaluran energi juga harus
diperhitungkan. Penentuan jumlah lampu penerangan jalan dilakukan dengan
melihat kebutuhan lampu dilapangan dan ketersediaan sarana pendukung. Sarana
pendukung ini dapat berupa tiang listrik PLN yang dapat difungsikan sebagai
tiang lampu penerangan jalan. Setiap 50 meter terdapat tiang listrik PLN di Jalan
Minggir-Moyudan, sehingga lampu penerangan jalan dapat dipasang pada setiap
50 meter. Jumlah lampu penerangan jalan akan diketahui dengan menbagi
panjang jalan dengan jarak antar lampu. Pemetaan dalam hal ini diperlukan untuk
menentukan persebaran lokasi terjunan.
Arahan pembangunan PLTMH tidak dilakukan pada semua terjunan, yaitu
hanya dipilih satu terjunan pada Saluran Sekunder Sedayu Rewulu dan satu
terjunan pada Saluran Sekunder Sedayu. Pemilihan dua terjunan ini yaitu terjunan
yang mampu menghasilkan daya air hidraulis yang lebih besar dari terjunan
lainnya. Pemilihan ini bertujunan untuk efisiensi biaya, karena pembangunan
PLTMH membutuhkan dana yang besar dan tidak realistis jika semua terjunan
dibangun PLTMH
Pemanfaatan lampu penerangan jalan sangat berkaitan dengan masyarakat
pengguna jalan. Masyarakat pengguna jalan ini tentunya warga yang tinggal di
sekitar Saluran Sekunder Sedayu-Rewulu dan Saluran Sekunder Sedayu, yaitu
masyarakat warga Desa Sedangangrejo. Arahan lampu penerangan jalan terutama
akan dinikmati oleh masyarakat yang tinggal desa tersebut.
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan jaringan
lampu penerangan jalan tentunya membutuhkan biaya perawatan untuk
kelestariannya. Perawatan lampu penerangan jalan umum (PJU) sebenarnya sudah
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, namun tidak ada salahnya jika
peneliti mencoba menggali kesediaan masyarakat berperan serta langsung dalam
upaya pelestarian sumberdaya. Jika masyarakat dapat berperan langsung maka
masyarakat akan merasa memiliki dan membutuhkan sumberdaya yang ada,
sehingga diharapkan kelestarian sumberdaya juga akan terus terjaga.
26
Peneliti mencoba menganalisis peran serta masyarakat dalam kelestarian
sumberdaya menggunakan analisis valusai ekonomi. Analisis valuasi ekonomi ini
dapat dilakukan dengan analisis Willingness to Pay (WTP). Analisis ini dilakukan
untuk memgetahui penilaian masyarakat terhadap PLTMH dan jaringan lampu
penerangan jalan melalui nilai kesediaan masyarakat untuk membayar demi
kelestariaan sumberdaya. Hasil dari analisis valuasi ekonomi ini selanjutnya juga
dapat dihubungkan dengan analisis cost-benefit dalam pembangunan sistem
PLTMH.
Gambar 1.8. Diagram Pemikiran
Potensi Sumberdaya Air
dan Terjunan
Dapat Dimanfaatkan
untuk PLTMH
Menghasilkan
Daya Listrik
Masalah Jalan Gelap saat
Malam Hari
Membutuhkan Lampu
Penerangan Jalan
Beban Daya Lampu
Pemanfaatan PLTMH untuk Lampu
Penerangan Jalan
Membutuhkan Biaya Perawatan untuk
Keberlangsungan Sumberdaya
Nilai Kesediaan Membayar Masyrakat
(WTP)