Transcript
  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    1/28

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,

    intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi

    preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi beratdan

    ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali

    ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan

    jatuh dalam koma. (Sarwono, 2010)

    Preeklampsia (dahulu disebut gestosis) merupakan hipertensi yang dipicu

    olehkehamilan dan terjadi pada 5-20% perempuan khususnya primigravida, ibu

    hamildengan kehamilan kembar, ibu yang menderita diabetes mellitus, dan

    hipertensiessensial. Bahaya dari preeklampsia meliputi solutio placenta, kegagalan

    ginjal dan jantung, hemorargi serebral, insupisiensi placenta, dan gangguan

    pertumbuhan janin(Denis Tiran, 2006)

    Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di Asia

    AKIterjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan Survey

    DemografiKesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun 2007 adalah

    228/100.000kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya Pendarahan (28%), eklampsia

    (24%),infeksi (11%), komplikasi masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama

    (5%),emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).

    Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas

    danmortalitas ibu dan janin adalah pre-eklamsia (PE), angka kejadiannya berkisar

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    2/28

    2

    antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian pre-eklampsia berkisar 6-7%dan

    eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan pre-eklampsia

    dan eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2008).

    Dari uraian diatas penulis ini mengetahui secara mendalam terhadap penyakit

    preeklamsi mulai dari definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

    diagnosis, terapi, komplikasi, dan prognosis.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    3/28

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Definisi

    Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

    kehamilan disertai dengan proteinuria (Angsar MD, 2009). Preeklampsia ringan

    adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat

    vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia berat adalah preeklampsia

    dengan tekanan darah s istolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110

    mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam (Angsar MD, 2009;

    Cunningham et al. 2005). Preeklampsia jarang timbul sebelum 20 minggu

    kehamilan kecuali jika terdapat penyakit ginjal ataupun penyakit trofoblastik

    (Queenan, Hobbins & Spong 2010; Soefoewan 2003).

    2. Klasifikasi preeklamsi

    Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan

    preeklampsia berat.

    1. Kriteria preeklampsia ringan : ~ Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90

    mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.

    ~ Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik. ~ Edema lokal

    2. Kriteria preeklampsia berat : ~ Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110

    mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak

    menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani

    tirah baring. ~ Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin

    sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali. ~ Oliguria < 400 ml

    / 24 jam. ~ Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    4/28

    4

    3. Epidemiologi

    Di negara berkembang, AKI sebesar 585/100.000 kelahiran hidup. Di

    Asia AKI terjadi 323/100.000 kelahiran hidup setiap tahunnya. Berdasarkan

    Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia pada tahun

    2007 adalah 228/100.000kelahiran hidup. Penyebab AKI diantaranya

    Pendarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi masa

    puerperium (8%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), dan

    lain-lain (11%) (Depkes RI, 2006).

    4. Faktor risiko

    Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya preeklampsia, yang dapat

    dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :

    Primigravida.

    Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes

    melitus, hidrops fetalis, bayi besar. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun.

    Riwayat keluarga pernah PE/E.

    Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

    Obesitas.

    Pernah menderita PE/E pada kehamilan sebelumnya.

    Penelitian retrospektif menyimpulkan berbagai faktor risiko untuk

    terjadinya preeklampsia adalah : penyakit ginjal kronis (20:1), hipertensi

    kronis (10:1), antiphospolipid sindrom (10:1), sejarah pernah preeklampsia

    pada keluarga (5:1), kehamilan kembar (4:1), nullipara (3:1), umur di atas 40

    tahun (3:1), diabetes melitus (2:1), ras Afrika-Amerika (1,5:1). (Karkata 2006)

    5. Etiologi dan patofisiologi

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    5/28

    5

    Hingga saat ini Etiologi dan patogenesis dari preeklampsia masi h belum

    diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk mencar i

    etiologi dan patogenesis dari preeklampsia namun hingga kini belum memuaska

    n sehingga Zweifel menyebut preeklampsia sebagai the diseases of theories 24 .

    Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya adalah :

    a. Genetik dan vaskularisasi plasenta

    Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut berpera nan

    dalam patogenesis preeklampsi. Telah dilaporkan adanya peningkatan

    angka kejadian preeklampsia pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang

    menderita preeklampsia. Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik

    pada kejadian preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigene

    (HLA) pada penderita preeklampsia. Beberapa peneliti melaporkan

    hubungan antara histokompatibilitas antigen HLA-DR4 dan proteinuri

    hipertensi . Diduga ibu-ibu dengan HLA haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7

    memiliki resiko lebih tinggi terhadap perkembangan preeklamsi dan IUGR

    daripada ibu-ibu tanpa haplotipe tersebut. Peneliti lain menyatakan

    kemungkinan preeklampsia berhubu ngan dengan gen resesif tunggal.

    Meningkatnya prevalensi preeklampsia pada anak perempuan yang lahir

    dari ibu yang menderita preeklampsia mengindikasikan adanya pengaruh

    genotip fetus terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik

    nampaknya berperan pada preeklampsia tetapi manife stasinya pada

    penyakit ini secara jelas belum dapat diterangkan .

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    6/28

    6

    Gambar. 1 anatomi vaskularisasi decidua

    b. Iskhemik plasenta

    Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan

    miometrium dalam 2 tahap. Pertama, sel-sel trofoblas end ovaskuler

    menginvasi arteri spiralis yaitu dengan mengganti endotel, merusak ja

    ringan elastis pada tunika media dan jaringan otot polos dinding arteri serta

    mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada

    akhir trimes ter I dan pada masa ini proses tersebut telah sampai pada

    deciduomyometrial junction. Pada usia kehamilan 14 - 16 minggu terjadi

    invasi tahap kedua dari sel trofoblas dimana sel-sel trofoblas tersebut akan

    menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga kedalam miometrium.

    Selanjutnya terjadi proses sepe rti tahap pertama yaitu penggantian endotel,

    perusakan jaringan muskulo-elastis s erta perubahan material fibrinoid

    dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding

    tipis, lemas dan berbentuk seperti kantong yang memungkinkan terjadinya

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    7/28

    7

    dilatasi secara pasif untuk menye suaikan dengan kebutuhan aliran darah

    yang meningkat pada kehamilan.

    Gambar 2.

    Pada preeklampsia, proses plasentasi tersebut tidak berjalan sebagaimana

    mestinya oleh karena disebabkan 2 hal yaitu :

    1. Tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel -sel trofoblas.

    2. Pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi t ahap pertama invasi

    sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap ke dua tidak berlangsung

    sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam miometri um tetap

    mempunyai dinding muskulo-elastik yang reaktif yang berarti masih

    terdapat resistensi vaskuler.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    8/28

    8

    Disamping itu juga terjadi arterosis akut (lesi seperti atherosklerosis) pada

    arteri spiralis yang dapat menyebabkan lumen arteri bertambah ke cil atau

    bahkan mengalami obliterasi. Hal ini akan menyebabkan penurunan al iran

    darah ke plasenta dan berhubungan dengan luasnya daerah infark pada

    plasenta. Pada preeklampsia, adanya daerah pada arteri spiralis yang

    memiliki resistensi vaskular disebabkan oleh karena kegagalan invasi tr

    ofoblas ke arteri spiralis pada tahap ke dua. Akibatnya, terjadi gangguan

    aliran darah di daerah intervilli yang menyebabkan penurunan perfusi darah

    ke plas enta 7,12,32 . Hal ini dapat menimbulkan iskemik dan hipoksia di

    plasenta yang beraki bat terganggunya pertumbuhan bayi intra uterin

    (IUGR) hingga kematian bayi.

    c. Disfungsi endotel

    Saat ini salah satu teori tentang preeklampsia yang sedan g berkembang

    adalah teori disfungsi endotel. Endotel menghasilkan zat-zat pe nting yang

    bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti nitric oxide (NO) dan prostasiklin

    (PGE 2 ). Disfungsi endotel adalah suatu keadaan dimana didapatkan

    adanya ketidakseimbangan antara faktor vasodilatasi dan vasokonstri ksi.

    Prostasiklin merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di s el endotel.

    yang berasal dari asam arakidonat dimana dalam pembuatannya dik atalisir

    oleh enzim siklooksigenase. Prostasiklin akan meningkatkan cAMP intrase

    lular pada sel otot polos dan trombosit dan memiliki efek vasodilator dan

    anti agregasi t rombosit. Tromboksan A 2 dihasilkan oleh trombosit ,

    berasal dari asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase.

    Tromboksan memiliki efek v asikonstriktor dan agregasi trombosit.

    Prostasiklin dan tromboksan A 2 mempunyai efek yang berlawanan dalam

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    9/28

    9

    mekanisme yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh

    darah. Pada kehamilan normal terjadi kenaikkan prostasiklin oleh jaringan

    ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada preeklampsia terjadi penurunan

    produksi prostasiklin dan kenaikkan tromboksan A 2 sehingga terjadi

    peningkatan rasio tromboksan A 2 : prostasiklin. Pada preeklampsia terjadi

    kerusakan sel endotel akan mengaki batkan menurunnya produksi

    prostasiklin karena endotel merupakan tempat pe mbentukan prostasiklin

    dan meningkatnya produksi tromboksan sebagai kom pensasi tubuh

    terhadap kerusakan endotel tersebut. Preeklampsia berhubung an dengan

    adanya vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostasis . Perubahan

    aktifitas tromboksan memegang peranan sentral pada prose s ini dimana hal

    ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara tromboks an dan

    prostasiklin . Kerusakan endotel vaskuler pada preeklampsia menyebabkan

    penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi agregasi trombosit

    dan fibrinolisis yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin

    akan mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi

    trombo sit menyebabkan pelepasan tromboksan A 2 dan serotonin sehingga

    akan terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

    d. Imunologis

    Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi imunologis

    sebagai patofisiologi dari preeklampsia. Pada penderita preeklampsia terjadi

    penurunan proporsi T-helper dibandingkan dengan penderita yang normoten

    si yang dimulai sejak awal trimester dua. Antibodi yang melawan sel

    endotel ditemukan pada 50 % wanita dengan preeklampsia, sedangkan pada

    kontrol hanya ter dapat 15 %. Maladaptasi sistim imun dapat menyebabkan

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    10/28

    10

    invasi yang dangkal d ari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblast endovaskuler

    da n disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan

    sitokin (TNF- dan IL-1) , enzim proteolitik dan radikal bebas oleh desidua.

    Sitokin TNF- dan IL-1 berperanan dalam stress oksidatif yang berhubungan

    dengan preeklampsia . Didalam mitokondria,TNF- akan merubah sebagian

    aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas-oks igen yang selanjutnya

    akan membentuk lipid peroksida dimana hal ini dihambat oleh an tioksidan.

    Radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua akan menye babkan

    kerusakan sel endotel. Radikal bebas-oksigen dapat menyebabkan

    pembentukan lipid perioksida yang akan membuat radikal bebas lebih

    toksik dal am merusak sel endotel. Hal ini akan menyebabkan gangguan

    produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler yang akan mempengaruhi

    keseimbangan prostasikin dan tromboksan dimana terjadi peningkatan

    produksi tromboksan A2 plasenta dan inhibisi produksi prostasiklin dari

    endotel vaskuler. Akibat dari stress oksidatif akan meningkatkan produksi

    sel makrofa g lipid laden, aktivasi dari faktor koagulasi mikrovaskuler

    (trombositopenia) serta peningkatan permeabilitas mikrovaskuler (oedem

    dan proteinuria). Antioksidan merupakan kelompok besar zat yang

    ditujukan untuk mencegah terjadinya over produksi dan kerusakan yang

    disebabkan oleh radikal bebas. Telah dikenal beberapa antioksidan yang

    poten terhadap efek buruk dari radikal bebas diantaranya vitamin E( -

    tocopherol) , vitami n C dan B-caroten. Zat antioksidan ini dapat digunakan

    untuk melawan kerusakan sel akibat pengaruh radikal bebas pada

    preeklampsia.

    e. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    11/28

    11

    Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya

    hasilkonsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabk an adanya human

    leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam

    modulasi responsimun sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi

    (plasenta). Adanya HLA-Gpada plasenta dapat melindungi trofoblas janin

    dari lisis oleh sel Natular Killer (NK) ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan

    mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi

    HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasitrofoblas ke dalam

    jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel Natural Killer. Pada

    plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunanekspresi HLA-G.

    Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,menghambat invasi

    trofoblas ke dalam desidua. Sedangkan invasi trofoblas sangat penting agar

    jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan

    terjadinaya reaksi inflamasi

    6. Patofisiologi

    a. System Kardiovaskular

    Gangguan berat fungsi kardiovaskular yang normal umum terjadi

    padapreeklamsia atau eklamsia. Ini terkait dengan:1. Afterload jantung

    meningkat yang disebabkan oleh hipertensi2. Preload jantung, yang secara

    substansial dipengaruhi oleh hipervolemiapada kehamilan3. Aktivasi endotel

    dengan ekstravasasi cairan intravaskular ke ruangekstraseluler, dan yang

    terpenting, ke dalam paru-paru.Selama kehamilan normal,

    terjadipeningkatan masa ventrikel, tetapi tidakada bukti yang meyakinkan

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    12/28

    12

    bahwa terjadi perubahan struktural tambahanyang disebabkan oleh

    preeklamsia (Hibbard dan rekan, 2009)

    b. Perubahan Hemodinamik

    Penyimpangan kardiovaskular yang berhubungan dengan gangguan

    hipertensipada kehamilan bervariasi, tergantung pada sejumlah faktor. Ini

    diakibatkan olehpenyimpangan afterload yang meningkat, adanya penyakit

    kronis yangmendasari, kehadiran preeklampsia, dan tahap perjalanan klinis

    lainnya. Adaklaim bahwa pada beberapa wanita perubahan ini bahkan

    mungkin mendahuluitimbulnya hipertensi (Bosio, 1999; De Paco, 2008;

    Easterling, 1990; Hibbard,2009, dan semua rekan-rekan mereka). Namun

    demikian, dengan onset klinispreeklampsia, ada penurunan curah jantung

    mungkin karena resistensi perifer meningkat. Studi fungsi ventrikel wanita

    preeklampsia dari sejumlahpenyelidikan memperlihatkan bahwa meskipun

    fungsi jantung adalahhiperdinamik pada semua wanita, tekanan bergantung

    pada infus cairanintravena. Secara khusus, hidrasi agresif mengakibatkan

    hiperdinamikventrikel pada sebagian besar wanita. Ini juga disertai dengan

    peningkatan tekanankapiler pulmonal. Dalam beberapa wanita, edema paru

    dapat berkembangmeskipun fungsi ventrikel normal karena kebocoran

    endotel-epitel alveolar yangdiperparah oleh tekanan oncotic menurun dari

    konsentrasi albumin serum yangrendah (American College of Obstetricians

    dan Gynecologists, 2002a). Nilaiyang sama dari fungsi jantung dilaporkan

    sebelumnya oleh Lang dan rekan kerja(1991) dan baru-baru Tihtonen dan

    rekan (2006), yang menggunakankardiografi impedansi noninvasif. Dengan

    demikian, fungsi ventrikelhiperdinamik sebagian besar merupakan hasil dari

    tekanan wedge rendah danbukan akibat dari kontraktilitas miokard

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    13/28

    13

    augmented yang diukur seperti strokeventrikel kiri indeks kerja. Sebagai

    perbandingan, wanita yang diberikan lebihbanyak volume cairan umumnya

    telah memiliki tekanan yang melebihi normal,namun fungsi ventrikel

    mereka tetap hiperdinamik karena curah jantungmeningkat.

    c. Volume darah

    Telah diketahui selama hampir 100 tahun, hemokonsentrasi merupakan

    ciridari eklampsia. Zeeman dan rekan (2009) memperluas

    pengamatansebelumnya Pritchard dan rekan kerja (1984). Mereka

    menemukan bahwa padawanita eklampsia, yang biasanya diharapkan

    hipervolemia, bahkan tidak ada.Volume darah rata-rata pada wanita hampir

    5000 mL selama beberapa mingguterakhir dari kehamilan normal,

    dibandingkan dengan sekitar 3500 mL pada saattidak hamil. Dengan

    eklampsia, bagaimanapun, antisipasi atas pertambahanvolume darah

    tersebut, hilang. Seperti hemokonsentrasi yang merupakan hasildari

    vasokonstriksi umum yang mengikuti aktivasi endotel dan kebocoranplasma

    ke ruang interstitial karena permeabilitas meningkat. Pada wanitadengan

    preeklamsia, dan tergantung pada tingkat keparahannya,hemokonsentrasi

    biasanya tidak ditandai. Wanita dengan hipertensi gestasional,tapi tanpa

    preeklamsia, biasanya memiliki volume darah normal (Silver danrekan,

    1998).

    d. Darah dan koagulasi

    - Trombositopenia

    - Hemolisis

    - Koagulasi

    -

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    14/28

    14

    e. Ginjal

    Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi

    glomerulusmeningkat. Dengan adanya preeklamsia, terdapat beberapa

    perubahan anatomidan patofisiologi reversibel, yang mengakibatkan perfusi

    ginjal dan filtrasiglomerular berkurang. Filtrasi glomerulus yang berkurang

    mungkin akibat darivolume plasma yang berkurang. Sebagian besar

    penurunan ini mungkin dariresistensi arteriolar meningkat ginjal aferen yang

    mungkin meningkat hinggalima kali lipat (Conrad dan rekan kerja, 2009).

    Ada juga perubahan morfologiditandai dengan endotheliosis glomerular,

    memblokir penghalang filtrasi.Kemampuan filtrasi yang berkurang ini

    menyebabkan nilai kreatinin serum naik,yaitu, 1 mg/mL, tapi kadang-

    kadang bahkan lebih tinggi (Lindheimer dan rekan,2008a). Pada wanita

    preeklampsia, konsentrasi natrium urin tinggi. Osmolaritasurin, rasio

    kreatinin plasma, dan pecahan ekskresi natrium juga menunjukkanbahwa

    melibatkan mekanisme prerenal.

    Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut

    1. Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga terjadi

    oliguribahkan anuri

    2. Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan permeabilitas membran

    basalissehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan

    proteinuria.Proteinuria terjadi jauh pada akhir kehamilan, sehingga sering

    dijumpaipreeklampsia tanpa proteinuria, karena janin lebih dulu lahir.

    3. Terjadi glomerular capillary endotheliosis akibat sle endotel

    glomerular membengkak disertai deposit fibril

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    15/28

    15

    4. Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian

    besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis

    korteksginjal yang bersifat ireversibel.

    5. Dapat terjadi kerusakan instrinsik jaringan ginjal akibat

    vasospasmepembuluh darah. Dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar

    terjadivasodilatasi pembuluh darah ginjal.

    f. Protein Urin

    7. Manifestasi Klinis

    Hipertensi Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam

    diagnosa penyakit preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba

    - tiba. Banyak primigravida dengan usia muda memiliki tekanan darah

    sekitar 100 -110/60- 70 mmHg selama trimester kedua. Peningkatan

    diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan sistolik sebesar 30 mmHg

    harus dipertimbangkan (William obstetri, 2010)

    Hasil pemeriksaan laboratorium Proteinuria merupakan gejala terakhir

    timbul. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi

    0,3 gr/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan

    (+1 sampai 2+ dengan metode dipstik) atau > 1 gr/liter melalui proses

    urinalisis dengan meng gunakan kateter atau midstream yang diambil

    urin sewaktu minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam (Wiknjosastro,

    2006). Hemoglobin dan hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.

    Trombositopenia biasanya terjadi. Terjadi peningkatan FDP, fibronektin

    dan penurunan antitrombin III. Asam urat biasanya meningkat diatas 6

    mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bis a meningkat pada

    preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2 - 3 kali lipat.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    16/28

    16

    Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis.

    Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam

    batas normal. Urinalisis ditemuk an proteinuria dan beberapa kasus

    ditemukan hyalin e cast .a

    Edema

    Edema pada kehamilan normal dapat ditemukan edema dependen, tetapi

    jika terdapat edema independen yang djumpai di tangan dan wajah yang

    meningkat saat bangun pagi merupakan edema yang patologis. Kriteria

    edema lain dari pemeriksaan fisik yaitu: penambahan berat badan > 2

    pon/minggu dan penumpukan cairan didalam jaringan secara

    generalisata yang disebut pitting edema > +1 setelah tirah baring 1 jam.

    8. Akibat Preeklamsia pada ibu

    Akibat gejala preeklampsia, proses kehamilan maternal terganggu karena terjadi

    perubahan patologis pada sistem organ, yaitu :

    a. Jantung

    Perubahan pada jantung disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload

    akibat hipertensi dan akt ivasi endotel sehingga terjadi ekstravasasi cairan

    intravaskular ke ekstraselular terutama paru. Terjadi penurunan cardiac

    preload akibat hipovolemia.

    b. Otak

    Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak berfungsi.

    Jika autoregulasi tidak berfungsi, penghubung penguat endotel akan terbuka

    menyebabkan plasma dan sel- sel darah merah keluar ke ruang

    ekstravaskular.

    c. Mata

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    17/28

    17

    Pada pre eklampsia tampak edema retina, spasmus menyeluruh pada satu

    atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasmus arteri

    retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat, tetapi

    bukan berarti spasmus yang ringan adalah pre eklampsia yang ringan.

    Skotoma, diplopia dan ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan

    gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan

    oleh perubahan aliran darah pada pusat penglihatan di korteks serebri

    maupun didala m retina (Wiknjosastro, 2006).

    d. Paru

    Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat yang

    mengalami kelainan pulmonal maupun non - pulmonal setelah proses

    persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, pe

    nurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria, penggunaan

    kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang

    diproduksi oleh hati.

    e. Hati

    Pada preeklampsia berat terdapat perubahan fungsi dan integritas hepa r,

    perlambatan ekskresi bromosulfoftalein, dan peningkatan kadar aspartat

    aminotransferase serum . Sebagian besar peningkatan fosfatase alkali serum

    disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta. Pada

    penelitian yang dilakukan Oosterhof dkk, dengan menggunakan sonografi

    Doppler pada 37 wanita preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.

    Nekrosis hemoragik periporta di bagian perifer lobulus hepar menyebabkan

    terjadinya peningkatan enzim hati didalam serum. Perdarahan pa da lesi ini

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    18/28

    18

    dapat mengakibatkan ruptur hepatika, menyebar di bawah kapsul hepar dan

    membentuk hematom subkapsular (Cunningham, 2005).

    f. Ginjal

    Lesi khas pada ginjal pasien preeklampsia terutama glomeruloendoteliosis,

    yaitu pembengkakan dari kapiler endotel glomerular yang menyebabkan

    penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma

    biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada sebagian besar

    wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang la ju

    filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma

    sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan

    kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus

    preeklampsia berat, kreatinin plas ma meningkat beberapa kali lipat dari

    nilai normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2 - 3 mg/dl. Hal ini

    disebabkan perubahan intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat

    (Cunningham, 2005). Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria

    akib at retensi garam dan air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan

    laju filtrasi natrium di glomerulus akibat spasme arteriol ginjal. Pada pasien

    preeklampsia terjadi penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena

    meningkatnya reabsorpsi di tubulus (Cunningham,2005). Kelainan ginjal

    yang dapat dijumpai berupa glomerulopati, terjadi karena peningkatan

    permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi,

    misalnya: hemoglobin, globulin, dan transferin. Protein protein mole kul

    ini tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus.

    g. Darah

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    19/28

    19

    Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC)

    dan destruksi pada eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia

    merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya juml ahnya kurang dari

    150.000/l ditemukan pada 15 20 % pasien. Level fibrinogen meningkat

    pada pasien preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan

    darah normal. Jika ditemukan level fibrinogen yang rendah pada pasien

    preeklampsia, biasanya berh ubungan dengan terlepasnya plasenta sebelum

    waktunya ( placental abruption). Pada 10 % pasien dengan preeklampsia

    berat dapat terjadi HELLP syndrome yang ditandai dengan adanya anemia

    hemolitik, peningkatan enzim hati dan jumlah platelet rendah.

    h. Sistem Endokrin dan Metabolisme Air dan Elektrolit

    Pada preeklampsia, sekresi renin oleh aparatus jukstaglomerulus berkurang ,

    proses sekresi aldosteron pun terhambat sehingga menurunkan kadar

    aldosteron didalam darah. Pada ibu hamil dengan preeklampsia kadar

    peptida natriuretik atrium juga meningkat . Hal ini terjadi akibat ekspansi

    volume yang menyebabkan peningkatan curah jantung dan penurunan

    resistensi vaskular perifer. Pada pasien preeklampsia terjadi pergeseran

    cairan dari intravaskuler ke interstisial yang disertai peningkatan hematokrit,

    protein serum, viskositas darah dan penurunan volume plasma. Hal ini

    mengakibatkan aliran darah ke jaringan berkurang dan terjadi hipoksia.

    7. Akibat preeklampsia pada janin

    Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi

    plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia, vasospasme, penurunan perfusi

    uteroplasenta dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga

    mortalitas janin mening kat (Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    20/28

    20

    preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth restriction (IUGR) atau

    pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan

    solusio plasenta.

    9. Penegakan Diagnosis dan Klasifikasi

    Dalam pengelolaan klinis, PE dibagi sebagai berikut :

    1) Diagnosis PE ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai

    proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar MD, 2009).

    Hipertensi : tekanan darah 140/90 mmHg, te tapi kurang dari 160/110 mmHg.

    Proteinuria : 300 mg/24 jam dengan menggunakan cara Esbach, atau 1 +

    dipstik. Edema : edema lokal tidka dimasukkan dalam kriteria PE, kecuali

    edema generalisata.

    2) Ditegakkan diagnosa PE berat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan

    gejala sebagai berikut (Angsar MD, 2009). Tekanan darah sistolik 160 mmHg

    dan diastolik 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu

    hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

    Proteinuria 5 gr/24 jam atau 4 + dipstik. Oligouri, yaitu produksi urin < 500

    ml/24 jam. Serum kreatinin meningkat. Gangguan visus dan serebral :

    penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan kabur. Nyeri epigastrium

    atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula

    Glisson). Edema paru atau sianosis. Hemolisis mikroangiopatik.

    Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan

    cepat. Peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase. Pertumbuhan

    janin intrauterin yang terhambat dan, Sindrom HELLP.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    21/28

    21

    3) Dan disebut impending eclampsia apabila pada penderita PE berat ditemukan

    gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-

    muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

    4) Dan disebut eklampsia jika pada penderita PE berat dijumpai kejang

    menyeluruh dan koma. Pada penderita PE yang akan kejang, umumnya memberi

    gejala-gejala atau tanda-tanda khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma

    akan terjadinya kejang. PE yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini

    disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia (Angsar MD,

    2009).

    10. Komplikasi

    Nyeri epigastrium menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver dalam

    bentuk kemungkinan (Manuaba 2007)

    Perdarahan subkapsular

    Perdarahan periportal sistem dan infark liver

    Edema parenkim liver

    Peningkatan pengeluaran enzim liver

    Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan dari

    kemampuan sistem otonom aliran darah sistem saraf pusat (ke otak) dan

    menimbulkan berbagai bentuk kelainan patologis sebagai berikut (Manuaba

    2007)

    Edema otak karena permeabilitas kapiler bertambah

    Iskemia yang menimbulkan infark serebral

    Edema dan perdarahan menimbulkan nekrosis

    Edema dan perdarahan pada batang otak dan retina. Dapat terjadi

    herniasi batang otak yang menekan pusat vital medula oblongata.

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    22/28

    22

    Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

    melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita PE/E. Komplikasi dibawah

    ini yang biasa terjadi pada PE berat dan eklampsia (Artikasari 2009) :

    1) Solusio plasenta Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita

    hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada PE.

    2) Hipofibrinogenemia Biasanya terjadi pada PE berat. Oleh karena itu

    dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

    3) Hemolisis Penderita dengan PE berat kadang-kadang menunjukkan gejala

    klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti

    apakah ini merupakan kerusakkan sel hati atau destruksi sel darah merah.

    Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita

    eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

    4) Perdarahan otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian

    maternal penderita eklampsia.

    5) Kelainan mata Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang

    berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang

    terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi apopleksia

    serebri.

    6) Edema paru-paru Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan

    perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang

    ditemukan abses paru-paru.

    7) Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada PE/E merupakan akibat

    vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,

    tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel

    hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    23/28

    23

    enzim-enzimnya. 8) Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver

    enzymes dan low platelet Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa

    gangguan fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT],

    gejala subjektif [cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis

    akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan

    tak jenuh. Trombositopenia (

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    24/28

    24

    1. Kehamilan krang dari 37 mgg

    Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :

    Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan

    kondisi janin.

    Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda

    bahaya preeklampsia dan eklampsia.

    Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan

    tekanan pada vena cava inferior, sehingga meningkatkan

    aliran darah balik dan menambah curah jnatung.

    Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).

    Tidak perlu diberi obat-obatan.

    Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

    - Diet biasa

    - Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk

    proteinuria) sekali sehari.

    - Tidak perlu diberi obat-obatan.

    - Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,

    dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.

    - Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat

    dipulangkan

    - Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda

    preeklampsia berat.

    - Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah,

    urin, keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    25/28

    25

    preeklampsia berat; Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat

    kembali.

    - Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat.

    Lanjutkan penanganan dan observasi kesehatan janin. -

    Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,

    pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak rawat

    sampai aterm.

    - Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.

    2. Kehamilan lebih dari 37 minggu

    - Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan

    dengan oksitosin atau prostaglandin.

    - Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks

    dengan prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio

    sesarea.

    Preeklamsi Berat

    1) Sikap tehadap penyakit: pengobatan medikamentosa

    Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).

    Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.

    Pemberian obat antikejang.

    Obat anti kejang yang digunakan MgSO 4, diazepam, fenitoin.

    Pemberian MgSO 4 sebagai antikejang lebih efektif dibanding

    fenitoin. Obat antikejang yang banyak dipakai di Indonesia

    adalah magnesium sulfat.

    Tujuan utama pemberian magnesium sulfat adalah untuk

    mencegah dan mengurangi terjadinya kejang (Suparman &

    Sembiring 2004). Di samping itu juga untuk mengurangi

    komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin. Cara kerja

    magnesium sulfat sampai saat ini tidak seluruhnya diketahui,diduga ia bekerja sebagai N-methyl D Aspartate (NDMA)

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    26/28

    26

    reseptor inhibitor, untuk menghambat masuknya kalsium ke

    dalam neuron pada sambungan neuro muskuler ( neuro musculer

    junction ) ataupun pada susunan syaraf pusat. Dengan

    menurunnya kalsium yang masuk maka penghantaran impuls

    akan menurun dan kontraksi otot yang berupa kejang dapat

    dicegah (Roeshadi 2007).

    Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan

    mengatasi kejang pada PE berat dan eklampsia. Cara pemberian

    magnesium sulfat dapat dilihat pada lampiran 3.

    Jika MgSO 4 tidak tersedia dapat diberikan diazepam, dengan risiko

    tterjadinya depresi pernapasan neonatal.

    Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-

    paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.

    Pemberian antihipertensi

    Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas ( cut off ) tekanan darah,

    untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan cut off

    yang dipakai adalah 160/110 mmHg dan MAP 126 mmHg. Di RSU

    Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian antihipertensi ialah

    apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan/atau tekanan diastolik 110

    mmHg.

    Antihipertensi lini pertama

    Nifedipin; 10 20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum

    120 mg dalam 24 jam.

    Antihipertensi lini kedua

    Sodium nitroprusside; 0,25 g i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 g

    i.v./kg/5 menit.

    Pemberian glukokortikoid

    Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan

    ibu. Diberikan pada kehamilan 32 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini

    juga diberikan pada sindrom HELLP.

    12. Pencegahan

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    27/28

    27

    Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya PE pada

    perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya PE. PE adalah suatu

    sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat

    dicegah. Pencegahan dapat dilakukan dengan nonmedikal dan medikal. (Angsar

    MD, 2009)

    1) Pencegahan dengan non medikal Pencegahan nonmedikal ialah

    pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang paling sederhana ialah

    melakukan tirah baring. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah

    terjadinya PE. Diet suplemen yang mengandung (a) minyak ikan yang kaya

    dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, (b) antioksidan:

    vitamin C, vitamin E, -karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen

    logam berat: zinc, magnesium, kalsium. 2) Pencegahan medikal Pemberian

    kalsium: 1.500 - 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko

    tinggi terjadinya PE. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,

    magnesium 365 mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah PE

    ialah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole.

    Dapat juga diberika antioksidan: vitamin C, vitamin E, -karoten, N-

    Asetilsistein, asam lipoik

  • 8/10/2019 BAB I fix preeklamsi.docx

    28/28


Top Related