Download - Bab i 4 Modalitas
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Lidah sebagai Indera Pengecap
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa
dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai taste buds yang meliputi seluruh permukaannya. Taste buds
mengandung pori-pori atau dikenal sebagai taste pore yang mengandung
mikrovili pembawa sel gustatori yang akan distimuli oleh berbagai cairan
kimiawi pada saliva. Mikrovili merupakan reseptor permukaan pengecap rasa.
Taste buds mengandung reseptor rasa yaitu asam, asin, manis, pahit, dan
umami. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indra
pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian
yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk
merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.
Permukaan lidah juga dapat merasakan panas, dingin, kasar, halus dan nyeri.
Dalam bahasa kedokteran, lidah (dan semua yang menyangkut lidah)
disebut Lingual. Lidah sebetulnya adalah kumpulan dari banyak otot. Dilihat dari
ukurannya, otot lidah termasuk otot yang paling kuat pada tubuh kita. Otot-otot ini
memiliki arah yang berbeda-beda, itu sebabnya lidah kita sangat fleksibel dalam
bergerak ke segala arah. Otot lidah ada 2 jenis, otot intrinsik dan ekstrinsik. Otot
intrinsik membuat kita mampu mengubah-ubah bentuk lidah (memanjang,
memendek, membulat), sedangkan otot ekstrinsik lidah membuat lidah dapat
bergerak mengelilingi rongga mulut dan faring.
1.2 Macam-macam Rasa
Menurut definisi yang ada, rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat
pencecap kita yang berada di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang
larut dalam air yang berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa
1
(trigeminal) pada rongga mulut. Saat ini ada 5 rasa dasar yang dapat dikenali oleh
lidah manusia yaitu manis, pahit, asam, asin dan umami.
Rasa asin. Pada rasa asin, ion sodium (Na+) yang menyentuh ujung apikal
dari sel pencecap melalui saluran ion pada mikrovili akan menimbulkan
rangsangan sensasi rasa asin. Pada dasarnya semua kation dapat
memberikan rasa asin namun ukuran diameter ion akan sangat
menentukan. Semakin besar ukuran garam akan mengubah rasa asin ke
arah pahit, seperti halnya NaCl (0.56 nm) asin sedang MgCl2 (0.85 nm)
cenderung pahit. Rasa asin yang serupa dengan Na+ adalah lithium.
Kalium atau kation monovalen lain juga dapat digunakan untuk
menggantikan sodium sebagai pemberi rasa asin, namun sering terkendala
adanya rasa samping (aftertaste) pahit. Selain kation, beberapa senyawa
peptida juga memiliki rasa asin atau mampu meningkatkan rasa asin
seperti garam Orn-Tau.HCl.
Rasa asam. Pada rasa asam, sensasi asam dipengaruhi oleh konsentrasi
ion (H+) dalam larutan. Namun stimulus senyawa pada saraf pencecap
lebih bergantung pada asam tertitrasi daripada pHnya. Itu sebabnya, tidak
semua produk dengan pH rendah mempunyai rasa asam. Juga asam
organik memberikan kesan rasa asam lebih kuat daripada asam in-organik
terkait dengan pHnya. Rasa asam terutama diberikan oleh garam-garam
organik tak terdisosiasi seperti asam malat, tartarat, asam sitrat, dan
seterusnya. Perlu dipahami bahwa masing-masing asam tidak murni
memberi rasa asam saja, tetapi juga rasa khas pada setiap asamnya seperti
asam sitrat memberikan juga rasa kesat (tart) dan sepat (astringent) khas
seperti pada tanaman sitrus, sementara asam laktat memberi kesan khas
seperti pada yoghurt atau mentega.
Rasa manis. Nampaknya lebih banyak studi yang dilakukan pada rasa
manis sehingga lebih banyak versi mekanisme yang dilaporkan. Teori
tentang senyawa dengan sensasi rasa manis yang banyak diacu adalah
2
Shallenberger-Acree-Kie model yang mendasarkan pada korelasi AH
(donor proton)-B (penerima proton) dengan pusat hidrofobik (gamma atau
X) yang membentuk segitiga dengan jarak tertentu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimerisasi reseptor penting agar senyawa manis
dapat berinteraksi dengan tepat dengan reseptor yang kompleks. Banyak
faktor yang berperan dalam stimuli senyawa pemberi rasa manis, namun
secara ringkas dapat dikatakan bahwa ukuran, sifat geometri, khiralitas dan
karakteristik dari molekul larutan memegang peranan penting dalam
mendeteksi sensasi manis ini. Sensasi manis dapat dihasilkan oleh
berbagai golongan senyawa baik dari kelompol gula, asam amino-peptida-
protein, amida siklis, turunan benzene bahkan kloroform. Tentu saja mutu
kemanisan dari senyawa yang berbeda akan berbeda, termasuk keberadaan
rasa sekunder seperti alkali, metalik, lalu juga intensitas dan spektrum
periode manis yang diberikan. Hal inilah yang menjadi tantangan
tersendiri dalam menggantikan pemanis gula sukrosa dengan kelompok
pemanis yang lain.
Rasa pahit. Sensasi senyawa rasa pahit diperoleh dengan mekanisme yang
mirip dengan rasa manis. Hanya saja jarak antar gugus fungsional menjadi
penentu. Rasa pahit umumnya diasosiasikan dengan kelompok komponen
fenolik dan alkaloid seperti naringin pada grapefruit dan anggur, limonin
pada sitrus, kafein pada kopi, dan sebagainya. Selain itu peptida dengan
berat molekul lebih kecil 6000 atau asam amino hidrofobik dapat juga
memberikan rasa pahit. Senyawa pemberi rasa pahit terkini yang
dilaporkan memiliki rasa pahit yang sangat intens adalah “quinozolate”
dengan ambang batas 0.00025 mmol/kg air (Ottinger dan Hofmann, 2001).
Rasa umami. Pada rasa umami, seperti halnya pada rasa manis dan pahit,
senyawa pemberi sensasi ini akan berperan melalui protein G yang
mengkait pada reseptor dan mengaktifkan pembawa pesan kedua (second
messenger). Senyawa pemberi umami yang paling dikenal dan potensial
adalah L-glutamat, asam amino yang terdapat dalam protein hampir semua
3
produk pangan terutama daging, ikan dan kacang-kacangan. Asam
glutamat bebas secara alami terdapat dalam sumber pangan hewani,
produk laut, sayur dan beberapa buah seperti tomat serta juga pada keju.
Fenomena ini dapat menjadi alasan mengapa pada studi sensasi secara
genetik terlihat bahwa hewan mampu juga merasakan sensasi ini.
1.3 Sensasi Rasa di Rongga Mulut
Tiap kuncup pengecap tersusun dari sel-sel yang memiliki rambut berukuran
mikro yang sensitif, disebut mikrovilli. Rambut-rambut super mini ini pada saat
berkontak dengan makanan akan mengirimkan pesan ke otak, lalu otak akan
menerjemahkan sinyal yang diberikan tersebut dan menentukan rasa dari makanan
yang kita makan. Sel reseptor pengecapan adalah kemoreseptor yang berespon
terhadap bahan-bahan yang larut dalam cairan mulut yang membasahi resptor-
reseptor tersebut. Reseptor pengecap (Sekunder) dikumpulkan bersama taste bud,
terutama lidah dan palatum. Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovilli yang ada di
pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensialgenerator di sel reseptor yang
menimbulkan potensial aksi neuron sensorik.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh
menuju otak, tempat berakhir di dalam traktus solitaries. Isyarat mula-mula ke
thalamus dan kemudian ke area operculum-insulaparietal korteks serebri. Area ini
terletak pada pinggir lateral garis post sentralis dalam fisura Sylvii yang erat
hubungannya dengan tertindihnya daerah lidah area somatik 1. Ada beberapa hal
yang dapat membuat reseptor kuncup pengecap menjadi kurang sensitif. Bila kita
mengemut es batu sebelum makan, dinginnya es dapat membuat kuncup pengecap
menjadi kurang sensitif. Begitu juga kalau lidah kita terkena makanan yang terlalu
panas, dapat menyebabkan ‘tongue burning’ dan biasanya baru akan pulih dalam
1-2 hari. Lidah yang kebersihannya tidak terjaga juga dapat menyebabkan
kesensitifan lidah berkurang, karena banyaknya plak yang terkumpul di
permukaan lidah. Selain itu, produksi air liur yang berkurang dan menyebabkan
keadaan mulut kering (xerostomia) juga membuat lidah tidak bekerja maksimal.
4
BAB II
HASIL PERCOBAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN
2.1 Hasil Percobaan
2.1.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah
No Bentuk Ukuran Waktu Keterangan
1 Oval Sedang 2 detik Benar
2 Kotak Kecil 4 detik Salah
3 Oval Besar 2 detik Benar
4 Oval Sedang 2 detik Benar
5 Segitiga Sedang 2 detik Benar
6 Kotak Kecil 3 detik Benar
7 Segitiga Sedang 1 detik Benar
2.1.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
No Bagian Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm
1 Lidah bagian depan √ √ √
2 Lidah bagian kiri - - √
3 Lidah bagian kanan - √ √
4 Lidah bagian dorsal - √ √
5 Lidah bagian posterior √ √ √
6 Palatum - √ √
7 Mukosa pipi - - √
8 Gusi - √ √
9 Bibir atas √ √ √
10 Dahi - - √
11 Hidung √ √ √
12 Telinga - √ √
5
13 Pipi kiri √ √ √
14 Pipi kanan √ √ √
Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon
2.1.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
No Daerah Dingin Panas
1 Palatum √ √
2 Mukosa pipi √ -
3 Gusi √ √
4 Bibir atas √ √
5 Bibir bawah √ -
6 Leher √ √
7 Dahi √ √
8 Hidung √ √
9 Telinga - -
10 Pipi kiri √ √
11 Pipi kanan √ √
12 Dagu √ -
13 Ujung lidah √ -
14 Samping lidah √ √
15 Setengah anterior posterior lidah √ -
16 Posterior lidah √ √
Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon
2.1.4 Persepsi Rasa pada Beberapa Bagian Lidah
No Sampel Rasa Bagian lidah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Air gula Manis √ √ √ √ √ √ √ √
2 Air garam Asin √ - - √ √ √ - -
6
3 Air merica Pedas √ √ - √ √ √ - -
4Air
masakoUmami
√- -
√- -
√ √
5 Air kina Pahit √ √ √ √ √ √ √ √
6 Cuka Asam √ √ √ √ √ √ - -
Keterangan : (√) = terdapat respon, (-) = tidak ada respon
2.1.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
A. Rangsangan Tekanan
No Daerah Kedalaman tekanan
1 Lidah bagian 1 4 mm
2 Lidah bagian 2 3 mm
3 Lidah bagian 3 4 mm
4 Lidah bagian 4 5 mm
5 Lidah bagian 5 5 mm
6 Lidah bagian 6 5 mm
7 Lidah bagian 7 7 mm
8 Lidah bagian 8 7 mm
9 Mukosa pipi kanan 20 mm
10 Gusi anterior 1 mm
11 Pipi kanan 5 mm
12 Bibir atas 2 mm
13 Dahi 1 mm
14 Leher 3 mm
B. Rangsangan Panas
No Daerah Waktu sampai terasa nyeri (s)
60º 70º 80º 90º
1 Lidah bagian 1 1,5 0,8 0,7 0,2
2 Lidah bagian 2 4 2,6 0,5 0,4
7
3 Lidah bagian 3 2 1,9 1,1 0,9
4 Lidah bagian 4 1,3 1,5 0,3 0,7
5 Lidah bagian 5 1,6 0,9 0,4 0,9
6 Lidah bagian 6 4,8 0,5 0,2 0,3
7 Lidah bagian 7 1,8 1,7 1,4 0,5
8 Lidah bagian 8 3,6 1,2 0,7 0,5
9 Mukosa pipi kanan 2,6 0,8 0,7 0,5
10 Gusi anterior 1,6 0,1 0,3 0,4
11 Pipi kanan 0,8 0,7 0,2 0,3
12 Bibir atas 0,5 0,1 0,1 0,1
13 Dahi 0,3 0,4 0,4 0,5
14 Leher 0,9 0,4 0,4 0,3
C. Rangsangan Dingin
No DaerahWaktu sampai terasa nyeri (s)
20º 10º 5º 0º
1 Lidah bagian 1 3,5 0,3 1,2 0,9
2 Lidah bagian 2 2,3 0,8 0,7 0,3
3 Lidah bagian 3 2,0 1,2 0,8 0,4
4 Lidah bagian 4 1,1 1,9 0,9 0,3
5 Lidah bagian 5 1,9 1,5 1,0 0,6
6 Lidah bagian 6 2,4 0,9 0,9 0,5
7 Lidah bagian 7 2,3 0,8 1,2 0,5
8 Lidah bagian 8 1,8 1,0 0,9 0,6
9 Mukosa pipi kanan 2,3 1,1 1,4 0,7
10 Gusi anterior 1,6 1,8 1,2 1,0
11 Pipi kanan 0,8 1,3 0,8 0,7
12 Bibir atas 0,4 0,2 0,2 0,1
13 Dahi 1,3 0,7 0,3 0,1
8
14 Leher 2,2 0,9 1,1 0,5
2.1.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
A. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu dingin
No Percobaan Respon yang dihasilkan
1 Insisivus pertama atas Dingin (+++)
2 Molar pertama kanan rahang bawah Dingin (++)
B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas
No Suhu Percobaan Respon yang dirasakan
1
Suhu kamar
I (I1/M1 kanan RB) -/-
2 II (I1/M1 kanan RB) -/-
3 III (I1/M1 kanan RB) -/-
1
Panas
I (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)
2 II (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)
3 III (I1/M1 kanan RB) Ngilu(++) / Ngilu (+)
Keterangan : (-) = tidak ada respon yang dirasakan
C. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan
No Percobaan Respon yang dirasakan
1 I (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit
2 II (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit
3 III (I1/M1 kanan RB) Sakit / tidak sakit
D. Test Perkusi Gigi dan Palpasi
No PercobaanRespon yang dirasakan
Perkusi Palpasi
1 I (I1) - Kesemutan
2 II (I1) - Kesemutan
3 III (I1) - Kesemutan
Keterangan : (-) = tidak ada respon yang dirasakan
9
2.2 PERTANYAAN DAN JAWABAN
(1) Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan
bentuk benda ? bagian ujung lidah, bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi
kiri.
(2) Bagian mulut dan wajah yang lebih sensitive mengenali jarak antar dua
titik ? Jelaskan mengapa ? berdasarkan hasil percobaan didapatkan pada
daerah ujung lidah bagian depan, lidah bagian posterior, bibir atas,
hidung, pipi kanan, dan pipi kiri adalah yang paling sensitive mengenali
jarak 2 titik. Hal ini dikarenakan lapisan terluar dari bagian tersebut tipis
dan dekat dengan daerah persyarafan sehingga tingkat kesensitivannya
lebih tinggi dibanding daerah lain terhadap adanya sentuhan. Khusus
untuk lidah bagian posterior juga lebih sensitive terhadap rangsangan,
karena reflex muntah pun mudah terjadi pada bagian ini.
(3) Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu ? jelaskan
mengapa ? bagian samping dan lidah bagian posterior peka terhadap
suhu panas maupun suhu dingin. Hal ini dikarenakan pada daerah
samping lidah dan posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak
dibandingkan daerah lain. Papila merupakan ujung saraf pengecapan.
Semakin banyak papila di daerah tersebut maka semakin sensitive pula
terhadap adanya suatu rangsangan terutama suhu.
(4) Bagian lidah manakah yang lebih sensitive terhadap nyeri ? jelaskan
mengapa ? berdasarkan percobaan, lidah bagian ujung depan adalah
bagian yang paling sensitive terhadap nyeri. Hal ini dikarenakan lapisan
terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan
daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan
rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling sensitive
terhadap nyeri.
(5) Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh ?
berdasarkan data hasil percobaan yang kami dapatkan cukup sesuai
dengan teori yang sebenarnya.
10
(6) Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit,
asam, dan umami ? berdasarkan hasil percobaan, ujung lidah adalah
bagian yang paling sensitive terhadap rasa manis. Sedangkan bagian
samping lidah posterior paling sensitive terhadap rasa asin. Untuk rasa
pahit terletak pada posterior lidah dan untuk rasa asam terletak pada
bagian samping lidah anterior. Sedangkan rasa umami terletak pada
ujung lidah.
(7) Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi ? karena untuk mengetahui
seberapa kuat gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan
tekanan. Dan juga untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik
ataupun tidak baik.
(8) Untuk apa test perkusi dan palpasi ? test perkusi dan palpasi bertujuan
untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik.
Selain itu, untuk mengetahui apakah subyek terkena penyakit, salah satu
contohya adalah gingivitis.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut Dan Area
Wajah
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan lidah dalam
mengenali bentuk benda yang masuk ke dalam rongga mulut dan area wajah.
Pemeriksaan dilakukan pada orang coba berjenis kelamin perempuan. Digunakan
empat buah permen yang berbeda bentuknya.
Pada percobaan pertama, orang coba dapat mengenali bentuk permen oval
berukuran sedang yang diberikan praktikan pada detik ke-2. Namun, pada
percobaan yang kedua, orang coba salah mengenali bentuk permen yang diberikan
yaitu berupa kotak kecil, tetapi orang coba mengenalinya sebagai bentuk segitiga.
Hal ini terjadi pada detik ke-4. Selanjutnya, pada percobaan ketiga, orang coba
dapa mengenali bentuk permen oval yang berukuran besar pada detik ke-2. Pada
percobaan keempat, orang coba pun dapat mengenal bentuk permen oval sedang
pada detik ke-2 dan pada percobaan kelima, orang coba juga berhasil mengenali
bentuk permen segitiga berukuran sedang pada detik ke-2. Sedangkan pada
pengulangan percobaan keenam, orang coba bisa mengenali bentk permen kotak
berukuran kecil dengan waktu 3 detik. Lalu, orang coba pun dapat pula mengenali
bentuk permen segitiga berukuran sedang pada detik ke-1.
Pengenalan bentuk ini dapat mempengaruhi kepekaan rongga mulut,
terutama lidah, untuk mengenali bentuk dan tekstur dari makanan. Pada saat orang
coba tidak bisa mengenali bentuk permen kotak berukuran kecil, bisa disebabkan
karena ukuran permen yang terlalu kecil, atau pada saat pengulangan percobaabn
kedua tersebut, orang coba sedang tidak berkonsentrasi dengan baik. Ukuran dan
tekstur makanan sangat mempengaruhi dalam pengecapan dan pengenalan bentuk
makanan, karena dapat mempermudah taste bud untuk menjalankan tugasnya
sebagai reseptor rasa.
12
3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kesensitifan bagian rongga
mulut dan wajah terhadap reflex sentuhan, dilakukan pemeriksaan two point
discrimination di rongga mulut dan area wajah. Pemeriksaan dilakukan pada
lidah bagian ujung depan, samping kiri dan kanan, dorsal dan posterior, palatum,
mukosa pipi, gusi, bibir atas, dahi, hidung, cuping telinga, dan pipi.
Orang coba disuruh menutup mata, kemudian jangka ukur dengan jarak 1
mm diletakkan pada bagian yang akan diperiksa, orang coba disuruh menyebutkan
berapa titik yang dirasakan ketika jarum ukur ditusukan. Pada pemeriksaan ujung
lidah bagian depan, orang coba bisa merasakan 2 titik pada jarak 1 mm.
Sedangkan pada pemeriksaan ujung lidah depan bagian kiri, orang coba baru bisa
merasakan 2 titik dengan jarak 3 mm. Untuk pemeriksaan ujung lidah depan
bagian kanan dan dorsal, orang coba merasakan 2 titik pada jarak 2 mm. Pada
pemeriksaan lidah bagian posterior, orang coba merasakan 2 titik pada jarak 1
mm, pada pemeriksaan ini orang coba mengalami reflex muntah. Berdasarkan
hasil data pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa bagian ujung lidah bagian
depan dan lidah bagian posterior lebih peka terhadap sentuhan. Hal ini
menjelaskan pula bahwa rangsangan makanan akan mudah di respon pada lidah
bagian depan. Rangsangan lain yang lebih mudah dikenali oleh lidah adalah pada
bagian posterior, dimana refleks muntah dapat mudah terangsang pada bagian ini.
Pemeriksaan selanjutnya, yaitu di bagian palatum. Pada pemeriksaan
palatum, gusi dan cuping telinga, tusukan 2 titik baru terasa pada jarak 2 mm.
Sedangkan pada pemeriksaan mukosa pipi dan dahi orang coba baru bisa
merasakan tusukan 2 titik pada jarak 3 mm. Berbeda dengan pemeriksaan pada
bibir atas, hidung, dan pipi baik sebelah kiri maupun kanan, dimana pada jarak 1
mm langsung terasa sentuhan atau tusukan sebanyak 2 titik. Adapun pada saat
pemeriksaan pada hidung dilakukan pada hidung bagian depan dan lateral, dan
ditemukan orang coba lebih cepat mersepon rasa sakit (tusukan) pada bagian
depan. Berdasarkan data hasil pemeriksaan ini, menunjukkan bahwa bagian
13
hidung dan pipi lebih peka terhadap sentuhan, karena memiliki lapisan epitel lebih
banyak.
3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengenalan suhu di rongga
mulut dan daerah wajah, dilakukan percobaan dengan meneteskan air dengan suhu
50C dan 800C dengan speaut pada beberapa titik di rongga mulut dan area wajah.
Praktikum pertama dilakukan dengan meneteskan air dengan suhu 50C pada ujung
lidah, samping, dorsal, ½ antero posterior, posterior lidah, palatum, mukosa pipi,
gusi, bibir atas, bibir bawah, leher, dahi, hidung, cuping telinga, pipi kiri dan
kanan, serta dagu. Orang coba merasa dingin pada setiap titik yang ditetesi air
50C. Ketika ditetesi air panas 800C pada bagian ujung lidah orang coba tidak
merasakan panas namun hanya sensasi hangat,pada samping lidah orang coba
tidak sensitive terhadap rasa panas,pada posterior lidah tidak dirasakan panas,pada
bibir bawah orang coba sama sekali tidak merasakan panas, pada hidung orang
coba hanya merasakan sensasi hangat dan pada dagu orang coba sama sekali tidak
merasakan panas. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya bagian
tersebut masih merasakan sensasi dingin atau disebabkan karena bagian tersebut
telah terkena tetesan air pada saat penetesan air pada daerah lain sehingga daerah
tersebut telah kebal terhadap sensasi panas yang diberikan.
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior
lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervus facialis, dan serat-serat saraf
dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus.
Nukleus traktus solitaries untuk dapat menyatu ke dalam medulla oblongata harus
bergabung dengan kedua sarafnya. Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron
orde kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan lemnikus
medialis, berakhir di nucleus-nukleus oemancar sensoris spesifik pada thalamus
bersama serat untuk sensasi nyeri dan suhu.
14
3.4 Persepsi Rasa pada Beberapa Bagian Lidah
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui persepsi rasa pada beberapa
bagian lidah dengan menggunakan sampel yaitu, air gula untuk merasakan rasa
manis, cuka untuk merasakan rasa asam, kina untuk merasakan rasa pahit, umami
untuk merasakan rasa gurih, dan merica untuk rasa pedas serta air garam untuk
rasa asin. Berdasarkan percobaan, rasa manis dirasakan orang coba pasa semua
bagian lidah dari nomor 1-8 setelah ditetesi air gula. Namun, daerah yang
dirasakan orang coba paling sensitive adalah pada bagian lidah yang menunjukan
nomor 1 dan sekitarnya (depan). Sedangkan setelah dilakukan penetesan air
garam, orang coba merasakan rasa asin pada bagian lidah yang bernomor 1,4,5
dan 6, orang coba merasakan daerah yang paling sensitive terhadap rasa asin yang
diberikan adalah pada bagian lidah nomor 1 atau ujung lidah.
Selain itu pada penetesan air cuka, orang coba dapat merasakan rasa asam
pada lidah bagian yang bernomor 1-6. Sedangkan pada saat orang coba ditetesi air
kina, orang coba dapat merasakan rasa pahit pada seluruh bagian lidah, namun
daerah yang paling sensitive dan membuat orang coba merasakan sensasi gagging
reflek yaitu pada bagian lidah nomor 4.
Setelah ditetesi air gula, air garam, cuka, dan air kina, orang coba juga
ditetesi air masako (MSG) serta air merica. Dari tetesan air masako (MSG) orang
coba merasakan rasa umami pada bagian lidah nomor 1,4,7 dan 8. Namun orang
coba mengatakan daerah yang sensitive adalah pada ujung lidah. Dan tetesan air
yang terakhir adalah air merica. Orang coba merasakan rasa pedas yang
bercampur pahit pada tetesan air merica ini. Daerah yang sensitive terhadap rasa
ini adalah pada bagian lidah nomor 1,2,4,5 dan 6.
Hal ini menunjukkan bahwa berbagai macam rasa dapat dideteksi oleh
lidah, dengan daerah rasa yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena pada
lidah terdapat reseptor rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari berbagai
bahan-bahan yang masuk ke dalam rongga mulut dan terkena oleh lidah itu
sendiri. Reseptor tersebut dapat berupa kuncu-kuncup pengecap.
15
3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
3.5.1 Rangsangan Tekan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman rasa nyeri terhadap
rangsang tekan. Kami melakukan tekanan-tekanan pada daerah lidah yang dibagi
menjadi 8 daerah, mukosa pipi kanan, gusi anterior, bibir atas, pipi kanan, dani,
dan leher. Penekanan di beberapa bagian itu menggunakan sode besar. Yang
diperhatikan dalam praktikum ini adalah orang coba diminta untuk menyebutkan
rasa nyeri apabila bagian dari daerah tekanan sedang ditekanan dengan kuat, dan
harus di catat kedalaman dari tekanan yang dirasakan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan, kedalaman yang paling besar adalah
bagian mukosa pipi, hal ini dikarenakan bagian mukosa pipi memiliki sifat yang
lentur sehingga apabila dilakukan tekanan pada daerah itu mukosa pipi akan
mengikuti arah tekanan. Selain itu bagian yang menghasilkan kedalaman tekanan
yang paling sedikit adalah bagian dahi dan bagian gusi anterior hal ini bisa terjadi
karena dahi adalah bagian frontal dari kepala kita yang terbentuk dari tulang
tengkorak yang sangat keras dan kuat, sehingga apabila bagian dahi ditekan tidak
akan tampak kedalaman yang berarti. Begitu pula dengan gusi karena Gusi adalah
bagian mukosa mulut yang menutupi proceccus alveolar rahang dan mengelilingi
leher gigi, sehingga apabila bagian gusi anterior dilakukan penakanan tidak akan
tampak munculnya kedalaman akibat tekanan yang dilakukan.
3.5.2 Rangsangan Panas
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan respon beberapa
jaringan rongga mulut dan area wajah terhadap rangsangan panas, yaitu dilakukan
dengan mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada daerah-daerah lidah, mukosa
pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan,bibir atas dan dahi. Rangsangan panas
tersebut didapatkan dengan merendam sonde besar pada air dengan suhu 60o, 70o,
80o, dan90o.
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa daerah yang paling cepat
timbulnya rasa nyeri adalah pada daerah bibir atas, hal ini menunjukkan bahwa
bibir atas merupakan daerah yang paling peka terhadap rangsangan. Selain
16
mengetahui bahwa daerah yang paling senditif terhadap rangsangan, didapatkan
pula hasil bahwa semakin tinggi suhu dari rangsangan, maka respon nyeri akan
semakin cepat timbul. Hal ini disebabkan karena suhu tinggi dapat mempercepat
kerja syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju system saraf pusat.
3.5.3 Rangsangan Dingin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan respon beberapa
jaringan rongga mulut dan area wajah terhadap rangsangan dingin, yaitu
dilakukan dengan mengamati lama waktu timbulnya nyeri pada 8 daerah lidah,
mukosa pipi kanan, gingiva anterior, pipi kanan, bibir atas dan dahi. Rangsangan
dingin didapatkan dengan merendam sonde besar pada air dengan suhu 0o, 5o, 10o,
dan 20o C.
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa daerah yang paling cepat
timbulnya rasa nyeria dalah pada daerah bibir atas, dengan suhu terendah yaitu
0oC dalam waktu 0,1 detik. Hal ini menunjukkan bahwa bibir atas merupakan
daerah yang paling peka terhadap rangsangan. Disamping itu berdasarkan data
yang diperoleh semakin rendah suhu dari rangsangan, maka respon nyeri akan
semakin cepat timbul. Jadi selain suhu tinggi, suhu rendah juga dapat
mempercepat kerja syaraf untuk menyampaikan rangsangan menuju system saraf
pusat. Selain itu rasa nyeri pada temperatur rendah secara progresif akan terus
meningkat hingga mencapai waktu satu menit.
3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
3.6.1 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Dingin
Pembahasan kali ini akan membahas pemeriksaan vitalitas
pada gigi. Pemeriksaan / tes vitalitas gigi merupakan sebuah
pengujian untuk mengetahui kondisi gigi dan jaringan di sekitar
gigi. Pada percobaan pertama dilakukan tes vitalitas gigi dengan
dengan stimulus dingin. Stimulus dingin dilakukan dengan
membasahi cotton palate dengan chlor ethyl. Kemudian cotton
17
palate di letakkan pada permukaan labial 1/3 insisal insisiv
pertama dan mesio-bukal cusp gigi molar pertama. Hasil dari
percobaan pertama ini menunjukkan respon positif yang
ditunjukkan dengan munculnya sensasi dingin pada bagian yang
diberi cotton palate yang telah dibasahi chlor ethyl. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa suplai saraf masih utuh.
3.6.2 Test Vitalitas Gigi dengan Suhu Panas
Pada percobaan kedua dilakukan tes vitalitas gigi dengan
stimulus panas. Stimulus panas dikakukan dengan
menyemprotkan air panas pada permukaan gigi yang di tes
hingga seluruh permukaan terbasahi. Hasil dari percobaan ini
menunjukkan respon positif yang ditunjukkan dengan adanya
sensasi panas (seperti rasa ngilu) baik pada gigi insisiv pertama
maupun molar pertama kanan rahang bawah. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa suplai saraf masih utuh.
3.6.3 Test Vitalitas Gigi dengan Tekan
Pada percobaan ketiga dilakukan tes vitalitas gigi dengan
tekan. Percobaan ini dilakukan dengan menekankan handle kaca
mulut pada gigi yang tes. Hasil dari percobaan ini menunjukkan
respon positif (rasa sakit) pada gigi inisisiv pertama dan respon
negatif (tidak ada rasa sakit) pada gigi molar pertama kanan
rahang bawah. Respon positif ini kemungkinan bias terjadi
karena tekanan yang diberikan terlalu kuat sehingga menekan
pembuluh darah disekitar gigi atau bisa juga karena ada
kerusakan jaringan pendukung gigi di sekitar gigi. Respon positif
menunjukkan jaringan pendukung gigi masih sehat.
3.6.4 Test Vitalitas Gigi dengan Test Perkusi
18
Pada percobaan keempat dilakukan tes perkusi dan palpasi
pada gigi. Percobaan ini dilakukan dengan mengetukkan handle
kaca mulut pada gigi insisiv pertama dengan arah vertikal dan
palpasi /perabaan pada gingival gigi insisiv pertama. Hasil dari
percobaan keempat ini menunjukkan respon negatif pada
perkusi. Hasil negatif ini karena orang coba tidak merasakan
nyeri saat dilakukan perkusi, kemungkinan orang coba tidak
mengalami inflamasi periodontal maupun abses pada tulang
alveolarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan pendukung
gigi masih sehat. Sedangkan pada palpasi pada gingiva
menunjukkan respon yang dirasa seperti kesemutan. Hal ini
kemungkinan dapat terjadi karena di dalam gingiva terdapat
banyak pembuluh syaraf yang memberikan respon seperti
kesemutan dan pemberian stimulus yang terlalu kuat (tekanan)
pada palpasi juga bisa merupakan salah satu faktor penyebab
lainnya.
19
BAB IV
KESIMPULAN
1. Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa
dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Rangsangan rasa tersebut
meliputi rasa asin, rasa manis, rasa pahit, rasa asam, dan rasa umami, dimana
daerah kesensitifan setiap rasa adalah berbeda.
2. Lidah juga menerima rangsang lain berupa nyeri, dimana rangsangan ini
diterima oleh reseptor nyeri (nosiseptor) dan meliputi rangsang tekan, panas
dan dingin.
3. Vitalitas gigi dapat berbeda-beda sesuai keadaan yang dipengaruhi oleh suhu
panas, suhu dingin, daya tekan dan palpasi
20
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. & John .E.Hall. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : EGC
Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.
Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas
Jember
Walton, Richard E., Torabinejad, Mahmoud. 2003. Prinsip dan Praktek
Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC
21