Dampak Manusia Terhadap Laut
BAB 9
DAMPAK MANUSIA TERHADAP LAUT
1. Wilayah-wilayah Perikanan Utama
Secara geografik, daerah perikanan utama terpusat di
perairan yang terhampar di paparan benua disekeliling dunia.
Perikanan utama yang hanya beroperasi di wilayah-wilayah lautan
terbuka adalah tuna dan paus. Dalam hal ini ada beberapa alasan
terjadinya pemusatan perikanan di perairan neritik. Pertama,
perairan pesisir mempunyai produktivitas primer dihampir seluruh
perairan lautan terbuka sehingga mendukung populasi yang besar
dari ikan-ikan disemua trofik. Kedua, dasar paparan benua pada
umumnya dangkal dan mudah dicapai oleh berbagai macam jaring
dan perangkap-perangkap yang digunakan oleh manusia untuk
menangkap ikan.
Dilain pihak, dasar lautan dalam, sangat jauh dicapai dari
permukaan walaupun dengan mekanisme alat-alat tangkap canggih
masa kini; secara ekonomis kita mendapatkan ikan disini. Terakhir,
kurangnya bahan makanan di lautan-lautan merintangi perkem-
bangan populasi ikan disini nampaknya tidak mendukung usaha
perikanan untuk jangka waktu yang lama.
Walaupun perikanan terpusat diwilyah-wilayah paparan
benua, terdapat distribusi tonase hasil tangkapan yang tidak merata
diberbagai tempat. Daerah paparan benua dibarat laut Eropa,
disepanjang pantai upwelling dibagian barat Amerika Selatan dan
juga di Jepang menghasilkan penangkapan ikan terbesar. Lautan di
193
Dampak Manusia Terhadap Laut
bagian selatan dan tropik kecuali pesisir barat Amerika Selatan,
sangat sedikit menyumbang perikanan dunia.
Gambar 65 Keragaman produktivitas primer lautan-lautan di dunia
2. Spesies Niaga Utama
Binatang-binatang laut yang secara niaga sangat penting,
berasal dari empat kelompok yaitu :
a. ikan bertulang keras
b. ikan bertulang rawan
c. mamalia laut
d. moluska dan krustasea
Dari kelompok-kelompok ini, berbagai macam ikan
merupakan bagian yang terbesar tonasenya. Diantara ribuan jenis
ikan laut diseluruh dunia, hanya sedikit sekali yang merupakan
bagian dari ikan-ikan utama yang tertangkap. Kesemuanya dapat
dikumpulkan menjadi beberapa kelompok utama saja. Ikan-ikan
haring, sardin, dan teri terhitung sebagai ikan-ikan yang mempunyai
194
Dampak Manusia Terhadap Laut
tonase yang terbesar. Dari kelompok tersebut jenis teri dari Peru
mencapai hampir setengah hasil perikanan dunia dan merupakan
basis perikanan jenis tunggal yang terbesar di dunia.
Ikan-ikan haring, teri, dan anchoveta, umumnya disebut
sebagai ikan-ikan klupeiod, berukuran kecil, bersifat pelagik dan
merupakan pemangsa pada tingkat trofik yang rendah baik lansung
memangsa fitoplankton atau herbivora seperti kopepoda. Hampir
semuanya tidak dikonsumsi manusia langsung sebagai makanan
manusia, tetapi diolah menjadi protein kasar untuk makanan hewan.
Kelompok terbesar kedua dari ikan-ikan yang terkumpul di
tempat pendaratan adalah ikan gadoid yang terdiri atas ikan kod,
haddock, pollock dan hake. Kelompok ikan ini merupakan penghuni
dasar dan daerah perikanan utamanya adalah di ujung dangkal
lautan Atlantik Utara dan Pasifik Utara.
Kelompok ketiga terbesar adalah ikan-ikan yang umumnya
dikenal dengan nama mackerel. Ikan-ikan ini umumnya terdapat
diperairan ugahari dan tropik sebagai ikan-ikan karnivora pelagik
yang bergerak cepat diperairan-perairan dangkal.
Kelompok ikan yang dekat sekali dengan mackerel adalah jenis-
jenis tuna. Tuna merupakan salah satu di antara ikan-ikan terbesar
dalam perikanan niaga. Ikan-ikan ini juga merupakan basis utama
perikanan samudra. Ikan-ikan ini tersebar luas, merupakan karnivora
perenang cepat dari lautan tropik dan laut ugahari hangat. Meskipun
tonasenya tidak sebesar ikan-ikan yang lain, namun sangat berarti
karena memiliki harga tinggi sebagai produk ikan kalengan.
195
Dampak Manusia Terhadap Laut
Redfish, rockfish, dan sea bass adalah ikan-ikan demersal,
ikan-ikan perairan dingin yang terutama dimanfaatkan sebagai
makanan manusia.
Ikan-ikan sebelah, seperti halibut, sole, plaice, dan flounder
merupakan ikan-ikan yang terkenal mempunyai makna ekonomi
yang berarti karenanya kelompok ikan ini amat tinggi harganya.
Semua ikan tersebut benar-benar ditangkap diperairan dangkal dan
banyak yang telah dieksploitasi secara intensif selama tahun-tahun
terakhir ini.
Ikan hiu dan ikan-ikan yang bertulang rawan lainnya pada
umumnya tidak dikonsumsi secara langsung karena kandungan urea
yang tinggi pada daging segarnya.
Kelompok ikan salem merupakan bagian paling kecil dari
tempat pendaratan didunia, sehingga sulit sekali menemukan nya,
tetapi ikan ini mempunyai makna ekonomi yang besar di Amerika
Utara dan Eropa karena dagingnya yang lembut.
Kelompok krustasea utama dalam perikanan dunia adalah
udang-udangan. Berbagai jenisnya telah lama ditangkap diseluruh
lautan baik diwilayah perairan hangat dan dingin. Krustasea lainnya
yang bermakna pula adalah berbagai jenis kepiting-kepitingan dan
udang karang (lobster). Kesemuanya secara ekonomis bernilai tinggi
dan patut dihargai mahal untuk dikonsumsi manusia.
Kelompok moluska utama yang didasarkan pada jumlah
tonasenya adalah cumi-cumi. Penangkapan cumi-cumi yang
jumlahnya berarti dilakukan di Jepang, Eropa, dan Kalifornia.
196
Dampak Manusia Terhadap Laut
Kelompok moluska utama lainnya yang dipungut secara niaga
meliputi bivalvia seperti misalnya tiram dan simping.
Perikanan mamalia laut utama yang telah lama dikenal
yaitu berbagai paus. Eksploitasi yang terus berlanjut terhadap stok
paus selama abad ini telah menghancurkan perikanan tersebut.
Mamalia yang layak dipanen terutama adalah anjing laut dan singa
laut.
Usaha perikanan kecil-kecilan lainnya berupa jenis alga
laut. Beberapa diantaranya di Jepang diambil untuk dikonsumsi
manusia, tetapi hampir semuanya dikumpulkan untuk diekstrak
menjadi berbagai macam produk yang digunakan dalam industri.
3. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut
Di Wilayah pesisir terdapat beraneka ragam sumberdaya
yang memungkinkan pemanfaatan secara berganda. Pengelolaan
harus diarahkan kepada pemanfaatan bermacam sumberdaya
wilayah pesisir secara terpadu dan berkesinambungan (sustainable).
Setiap pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dapat
menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu.
Pemanfaatan dengan tidak mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekologi dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan
terjadinya kerusakan ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan.
Dengan demikian masalah utama dalam pengelolaan dan
pengembangan sumberdaya wilayah pesisir adalah pemanfaatan
ganda daripada sumberdaya tanpa adanya koordinasi.
197
Dampak Manusia Terhadap Laut
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah
pesisir, khususnya di Indonesia yaitu Pemanfaatan ganda,
pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan
pencemaran wilayah pesisir.
Pemanfaatan Ganda
Konsep pemanfaatan ganda perlu memperhatikan
keterpaduan dan keserasian berbagai macam kegiatan. Sementara
itu batas kegiatan perlu ditentukan. Dengan demikian pertentangan
antar kegiatan dalam jangka panjang dapat dihindari atau diperkecil.
Salah satu contoh penggunaan wilayah untuk pertanian, kehutanan,
perikanan, alur pelayaran, rekreasi, pemukiman, lokasi industri dan
juga sebagai tempat pembuangan sampah dan air limbah.
Pemanfaatan ganda wilayah pesisir yang serasi dapat
berjalan untuk jangka waktu tertentu, kemudian persaingan dan
pertentangan mulai timbul dengan berjalannya waktu, pemanfaatan
telah melampaui daya dukung lingkungan. Untuk beberapa hal,
keadaan ini mungkin dapat diatasi dengan teknologi mutakhir.
Akan tetapi perlu dijaga agar cara pemecahan itu tidak
mengakibatkan timbulnya dampak negative atau pertentangan baru.
4. Pemanfaatan Tak Seimbang
Masalah penting dalam pemanfaatan dan pengembangan
wilayah pesisir di Indonesia adalah ketidakseimbangan pemanfaatan
sumberdaya tersebut, ditinjau dari sudut penyebarannya dalam tata
ruang nasional. Hal ini merupakan akibat dari ketimpangan pola
198
Dampak Manusia Terhadap Laut
penyebaran penduduk semula disebabkan oleh perbedaan
keunggulan komparatif (comparative advantages) keaadaan
sumberdaya wilayah pesisir Indonesia.
Pengembangan wilayah dalam rangka pembangunan
nasional harus juga memperhatikan kondisi ekologis setempat dan
faktor-faktor pembatas. Melalui perencanaan yang baik dan cermat,
serta dengan kebijaksanaan yang serasi, perubahan tata ruang
tentunya akan menjurus kearah yang lebih baik.
5. Pengaruh Kegiatan Manusia
Pemukiman disekitar pesisir menghasilkan pola-pola
penggunaan lahan dan air yang khas, yang berkembang sejalan
dengan tekanan dan tingkat pemanfaatan, sesuai dengan keaadaan
lingkungan wilayah pesisir tertentu. Usaha-usaha budidaya ikan,
penangkapan ikan, pembuatan garam, eksploitasi hutan rawa,
pembuatan perahu, perdagangan dan industri, merupakan dasar bagi
tata ekonomi masyarakat pedesaan wilayah pesisir.
Tekanan penduduk yang besar sering mengakibatkan
rusaknya lingkungan, pencemaran perairan oleh sisa-sisa rumah
tangga, meluasnya proses erosi, kesehatan masyarakat yang
memburuk dan terganggunya ketertiban dan keamanan umum. Oleh
karena itu perlu diperoleh pengertian dasar tentang proses perubahan
yang terjadi di wilayah pesisir. Dengan demikian pemanfaatan
sumberdaya yang terkandung di dalamnya dapat dikelola dengan
baik. Perlu dihayati pula bahwa sekali habitata atau suatu ekosistem
rusak maka sukar untuk diperbaiki kembali.
199
Dampak Manusia Terhadap Laut
6. Pencemaran Wilayah Pesisir
Perairan wilayah pesisir umumnya merupakan perangkap
zat-zat hara maupun bahan-bahan buangan. Oleh karena itu
pemanfaatan ganda yang tidak direncanakan dengan cermat akan
menimbulkan masalah lingkungan yang berhubungan dengan bahan
buangan. Sampah organic dari kota, sisa-sisa pestisida dan pupuk
pertanian, bahan buangan industri dan sebagainya, akan terbawa
aliran air sungai dan pada akhirnya akan mencapai perairan wilayah
pesisir.
Jika dilihat dari sumber (asal) kejadiaanya, jenis kerusakan
lingkungan ada yang dari luar system wilayah pesisir dan juga dari
dalam wilayah pesisir itu sendiri. Pencemaran berasal dari limbah
yang dibuang oleh berbagai kegiatan pembangunan (seperti tambak,
perhotelan, pemukiman dan industri) yang terdapat di dalam
wilayah pesisir, dan juga berupa kiriman dari berbagai kegiatan
pembangunan di daerah lahan atas.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang
mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di Indonesia
yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi
sumberdaya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan lindung
menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam.
Sumber pencemaran perairan pesisir biasanya terdiri dari
limbah industri, limbah cair pemukinan (sewage), limbah cair
perkotaan (urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan
perikanan budidaya. Bahan pencemar utama yang terkandung
dalam buangan limbah tersebut berupa: sediment, unsure hara
200
Dampak Manusia Terhadap Laut
(nutriens), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme
eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting
substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut
dalam air laut berkurang).
Bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan
industri, pertanian, rumah tangga di daratan akhirnya dapat
menimbulkan dampak negatif bukan saja pada perairan sungai
tetapi juga perairan pesisir dan lautan. Dampak yang terjadi
kerusakan ekosistem bakau, terumbu karang, kehidupan dari jenis-
jenis biota (ikan, kerang, keong), terjadi abrasi, hilangnya benih
banding dan udang.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan terjadinya proses
saling menunjang atau proses saling menetralkan antara dampak
bahan pencemar yang telah ada dengan bahan pencemar yang masuk
kemudian. Oleh karena itu penting diketahui sifat fisik kimia bahan
pencemar maupun perairan, dan kemungkinan terjadinya
peningkatan pencemaran serta perusakan lingkungan.
Untuk mempertahankan kelestarian daya guna perairan
wilayah pesisir, kebiasaan menggunakan perairan sebagai tempat
pembuangan sampah dan bahan buangan industri perlu diatur
berdasarkan peraturan perundangan. Bahan buangan yang beracun
perlu diberi perlakuan (treatment) terlebih dahulu sebelum dibuang
ke perairan, dan perairan tempat pembuangan harus mempunyai
kondisi oseanografi yang memadai,. Industri-industri yang mutlak
harus didirikan di wilayah pesisir wajib memproses bahan-bahan
201
Dampak Manusia Terhadap Laut
buangan untuk keperluan lain, sehingga dengan demikian dampak
terhadap lingkungan dapat dibatasi.
Pemburu-pemburu ikan membinasakan spesies ikan paus
besar. Anjing laut dan penyu ditangkapi serampangan. Terumbu
karang dirusak untuk dibuat cendera mata. Nelayan bahkan sering
menangkap ikan yang berharga mahal, seperti kerapu. Padahal, ikan
tersebut merupakan predator yang sangat dibutuhkan agar rantai
makanan tetap berlangsung. Bila predator menghilang, rantai
makanan akan terganggu.
Kapal tanker minyak juga selalu seenaknya membuang
limbah yang dapat mencemari lingkungan laut. Minyak dapat
menghilangkan daya apung ikan-ikan dan binatang laut sehingga
mereka akan mati. Namun, pencemaran akibat minyak bukanlah
ancaman paling serius bagi laut kita. Tindakan lain, seperti
penangkapan ikan secara berlebihan dan cara menangkap ikan yang
merusak, jauh lebih berbahaya bagi kelangsungan hidup biota laut.
Nelayan komersial sering melemparkan jaring dengan
sengaja atau tidak sehingga banyak ikan dan binatang laut lainnya
yang terperangkap didalamnya. Beberapa akan mati serta yang lain
terjerat dan mati.
Di beberapa bagian dunia, nelayan menggunakan cara yang
merusak untuk meningkatkan pendapatan mereka. Penangkapan
ikan dengan bahan peledak dapat menghancurkan terumbu karang.
Di Kepulauan Bahama, karang dan rumput laut rusak ketika para
pengeruk mengaduk endapan lumpur laut sehingga mengurangi
202
Dampak Manusia Terhadap Laut
persediaan oksigen dalam laut. Akibatnya, tindakan itu dapat
membunuh sebagian besar ekosistem laut.
Dua pertiga penduduk dunia hidup di pantai. Dengan
tumbuhnya populasi pantai, aktivitas pembangunan akan meningkat,
namun juga merusak habitat yang dapat mengurangi produktivitas
laut. Pariwisata menjadi penyebab utama kerusakan pantai.
Mengapa? Sebab, pembangunan hotel-hotel dan sarana wisata di
pantai-pantai yang buruk perencanaannya dapat merusak pantai.
Misalnya, mengurangi tempat bertelur kura-kura. Lalu, apa alternatif
solusinya? Berbagai macam. Misalnya, memberikan peringatan
kepada masyarakat tentang bahaya pencemaran dan eksploitasi laut
secara berlebihan, mengusulkan perubahan kebijakan perdagangan
dan pembangunan, pengelolaan hutan secara baik, pengenalan
metode penangkapan ikan yang aman dan berkelanjutan, serta
membantu memasarkan hasil tangkapan nelayan melalui koperasi.
Pemerintah negara-negara di dunia juga harus mematuhi
Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang memberikan perlindungan
dan yurisdiksi zona ekonomi eksklusif sampai 200 mil laut (322
kilometer) dari lepas pantai. Salah satu alternative terbaik adalah
pengelolaan pantai terpadu yang memandang pantai sebagai satu
kesatuan dengan laut dan memperhitungkan dampak-dampak dari
segala aktivitas di daerah tersebut.
7. Kelestarian Hasil dan Masa Depan
Jumlah ikan yang ditangkap untuk dikonsumsi manusia
mungkin mewakili 1 persen saja dari seluruh jumlah pangan
203
Dampak Manusia Terhadap Laut
manusia, tetapi bernilai 10 persen dari kebutuhan protein sehingga
usaha perikanan tersebut mempunyai arti.
Menyimak situasi umum perikanan laut dunia saat ini, walaupun
diusahakan secara intensif dan menggunakan alat-alat modren
secara luas ternyata hasil tangkapannya terbatas di sekitar 60 – 65
juta metrik ton. Oleh karena itu hendaknya hati-hati menerima batas
sekitar 100 juta metrik ton sebagai hasil maksimum yang lestari.
8. Eksploitasi Berlebihan
Pada tahun terakhir ini sangat banyak dijumpai
menurunnya stock berbagai jenis ikan diberbagai wilayah didunia.
Beberapa kemunduran tersebut secara jelas disebabkan oleh
eksploitasi berlebihan.
Semua menunjukan kita telah mencapai atau melampaui
jumlah maksimum ikan-ikan yang kita ambil dari laut. Tanda-tanda
pungut lebih biasanya terlihat pada menurunnya ukuran rata-rata
ikan dan untuk mengambil ikan-ikan dalam jumlah yang sama
dibutuhkan upaya yang lebih besar.
9. Peraturan
Penurunan berbagai perikanan didunia yang disebabkan
oleh tragedi pemanfaatan bersama dan tekanan-tekanan peningkatan
permintaan pangan oleh populasi manusia yang terus meningkat.
Perjanjian-perjanjian internasional antara negara-negara
untuk mengontrol perikanan ternyata lebih sulit dilaksanakan dan
bekerjanya tidak efektif. Walaupun demikian komisi-komisi yang
204
Dampak Manusia Terhadap Laut
mengatur peraturan-peraturan perikanan akan memperluas daerah
kekuasannya dengan memasukan semua jenis ikan yang ada.
Daerah-daerah semacam ini, terutama yang terdapat diwilayah
belahan bumi selatan yang tidak mempunyai badan-badan hukum
akan dimasukan dibawah pengawasannya.
10. Perikanan Baru
Perikanan baru telah dikembangkan yaitu krill yang tadinya
merupakan bagian makanan paus. Krill tak terhingga jumlahnya
dilaut-laut sekitar antarktika dan berukuran cukup besar. Sehingga
dapat ditangkap tanpa harus memisahkanya dengan jaring plankton
berukuran sangat kecil. Pendugaan yang paling konservatif terhadap
stok krill yaitu 50 ton. Barangkali setiap tahun sebanyak 50 juta ton
krill dapat dipanen. Dengan demikian potensi perikanannya besar
sekali. Jelas sekarang potensi perikanan ini lebih besar.
11. Pencemaran
a. Minyak
Minyak mentah yang ada di laut biasanya terapung
walaupun beberapa komponen mungkin tenggelam. Apabila jauh
dari daratan, minyak-minyak yang terapung tersebut mungkin
sedikit sekali pengaruhnya terhadap sebagian besar jasad hidu
plankton dan nektonik. Kecuali terhadap burung-burung laut dan
beberapa mamalia seperti misalnya jelarang laut. Apabila burung-
burung menyentuh minyak mereka akan dilapisi minyak dan bulu-
bulu kehilangan daya penyekatannya. Akibatnya hampir semua mati
205
Dampak Manusia Terhadap Laut
ketika terkena air atau mungkin tidak mampu mencari makan. Oleh
karenanya minyak membinasakan burung-burung laut dan
menyebabkan kerugian yang sangat besar.
Bencana minyak menjadi lebih besar lagi sejalan dengan
meningkatnya permintaan minyak oleh dunia industri yang harus
diangkut dari sumbernya yang cukup jauh dan juga karena
meningkatnya sejumlah anjungan-anjungan pengeboran minyak
lepas pantai.
2. Limbah dan Sampah
Membuang limbah dan sampah ke perairan pesisir telah
dipraktekkan oleh manusia di seluruh dunia. Limbah mungkin
diolah atau tidak diolah dahulu sebelum dibuang. Limbah akan
menambah partikel-partikel kecil dan unsur hara air dalam jumlah
besar. Limbah yang jumlahnya kecil dan dibuang melalui pipa
pengencer yang memadai, pengaruh jangka panjangnya terhadap
komunitas-komunitas pesisir sulit dideteksi. Dalam volume yang
besar dan dalam teluk yang agak tertutup pengaruhnya dapat
membinasakan.
3. Bahan-bahan Kimia
Zat yang lebih berbahaya daripada minyak dan sampah
adalah berbagai macam bahan kimia yang beracun yang tidak
tampak yang dihasilkan oleh negara-negara industri yang akhirnya
memasuki ekosistem bahari. Bahan-bahan kimia ini sering kali
memasuki rantai makanan di laut dan berpengaruh pada hewan-
206
Dampak Manusia Terhadap Laut
hewan serta dari waktu ke waktu dipindah-pindahkan dari
sumbernya.
Karena keadaan demikian maka sulit sekali untuk
memperkecil pengaruh bahan kimia yang ada terutama apabila
pengaruh terulang kembali pada tahun berikutnya.
4. Masalah-masalah Pencemaran Lain
Dalam menunjang fasilitas docking kapal-kapal niaga dan
pesiar, manusia telahn mengubah secara besar-besaran muara-muara
dan teluk-teluk dengan cara mengeruknya. Aktivitas-aktivitas
semacam ini merusak wilayah luas yang merupakan habitat-habitat
biota bahari yang produktif dan dapat juga menimbulkan pengaruh
ke wilayah yang lebih jauh apabila merusak tempat pemijahan jenis-
jenis niaga yang ditangkap dilepas pantai.
12. Kesimpulan
Untuk waktu yang lama, laut-laut didunia telah dipandang
sebagai sumber pangan yang tidak akan habis, mempunyai kapasitas
yang tak terbatas untuk menyerap dan membersihkan limbah kita,
dan juga sebagai sumber dari semua bahan-bahan dasar yang
diperlukan untuk memelihara suatu masyarakat industri.
Pada saat sekarang ini nampaknya semua asumsi tersebut
diatas tidak ada yang benar dan populasi manusia pada tingkat
perkembangan teknologi sekarang ini mempunyai kemampuan
untuk merusak laut dengan mudah seperti halnya yang diperbuat
didaratan. Pada waktu sekarang ini laut dalam kondisi yang relatif
207
Dampak Manusia Terhadap Laut
baik daripada daratan dan kita tidak dapat membenarkan manusia
untuk merusaknya denga jalan serupa apabila kita menghendaki
kelestarian milik kita sebagai suatu jenis diplanet ini. Kita harus
menerapkan prinsip-prinsip ekologi untuk meyakinkan bahwa
potensi lautan dapat direalisasikan tanpa harus merusak atau
melahirkan tragedi lain bagi umat manusia.
208