50
BAB 3
ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
3.1 Profil Perusahaan
3.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. FDR yang berdiri sejak 26 Agustus 1991 merupakan
perusahaan manufaktur yang memproduksi ban sepeda motor (tire dan
tube) dengan menerapkan teknologi mutakhir dari Jepang dan Jerman.
PT. FDR sendiri merupakan salah satu anak cabang dari perusahaan
berskala internasional milik yaitu PT. Astra Honda Motor (AHM).
PT. FDR pertama kali memulai produksi pada bulan Juli 1994
memulai ban yang dihasilkan dari PT. FDR dirancang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan telah mendapat pengakuan mutu
internasional dengan sertifikasi ISO 9001.
Melalui kerja sama teknis dengan Shinko Rubber, Yokohama
Rubber Company, dan Continental AG, PT. FDR menerapkan teknologi
mutakhir dalam menciptakan FDR tire, ban berkualitas yang menjadi ban
resmi balap motor Indonesia tahun 2006-2007 (Motoprix, Indoprix), serta
Federal tire, ban resmi motor Honda.
51
3.1.2 Misi dan Visi Perusahaan
Adapun misi dan visi dari PT. FDR adalah sebagai berikut :
• Visi PT. FDR
Menjadi produsen ban motor terbaik dan nomor satu di Indonesia.
• Misi PT. FDR
Meningkatkan riset teknologi, kontrol ketat atas kualitas hasil produksi,
peningkatan pelayanan kepada pelanggan, budaya mutu dalam segala
bidang serta peningkatan benefit bagi segenap stakeholders secara
berkesinambungan.
3.1.3 Struktur Organisasi
Setiap Organisasi harus mempunyai struktur organisasi yang
baik dan teratur untuk dapat menjamin terselenggaranya proses kerja dari
suatu sistem yang di terapkan. Dengan adanya struktur organisasi ini
dapat diketahui secara jelas batasan kekuasaan, wewenang, serta
tanggung jawab seseorang dalam suatu perusahaan. Selain itu, hal ini
juga akan membantu proses dari suatu sistem tersebut sehingga akan
tercapai tujuan yang ingin dicapai bersama. Berikut ini adalah struktur
organisasi PT. FDR secara luas :
52
Gambar 3.1 Struktur organisasi PT.FDR
53
Gambar 3.2 Struktur organisasi planning control
3.1.4 Tugas dan Wewenang
1. Board of Director
Board of Director merupakan bagian tertinggi di PT.FDR yang
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. Menentukan kebijakan-kebijakan perusahan
b. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan
kepala bagian (manajer)
c. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan, dan
d. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan.
54
2. Group
a. Membantu tugas-tugas Board of Director.
b. Melaporkan kinerja serta membuat keputusan jangka panjang
dan menengah.
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di
bidang administrasi keuangan, kepegawaian dan sekretariat.
d. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber
pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
3. IT & BPRE
Tugas dan wewenang dari IT & BPRE adalah mengintegrasikan
sistem – sistem yang ada kesetiap divisi, agar mempermudah dalam
penyebaran informasi dan pengaksesan data.
4. Marketing dan Purchasing Director
Tugas dan wewenang marketing director adalah:
a. Bertanggung jawab dalam menentukan strategi pemasaran
untuk pengembangan produk
b. Mengambil keputusan-keputusan mengenai metode-metode
yang akan digunakan untuk memasarkan produk, seperti
55
menentukan harga produk, dan menentukan sistem
promosi untuk memastikan tercapainya target penjualan.
- Marketing
Tugas dan wewenang bagian marketing adalah :
a. Melakukan penelitian terhadap pangsa pasar, mencari
tahu kepuasan pelanggan terhadap produk yang
dipasarkan
b. Mengembangkan strategi pemasaran produk dan
menerapkan strategi merek
c. Melakukan pertemuan/metting setiap minggu dan
bulan dengan kantor pusat untuk membicakan jumlah
produk yang akan di produksi.
d. Membuat laporan bulanan.
Tugas dan wewenang Purchasing director adalah :
a. Memastikan kegiatan operasional tetap berjalan.
b. Mengawasi department pembelian dan operasional,
c. Menjamin kinerja dan kualitas kerja agar pekerjaan
diselesaikan tepat waktu dengan kualitas terbaik.
56
- Purchasing
Tugas dan wewenang bagian purchasing adalah :
a. Bertanggung jawab dalam hal pengadaaan barang
dengan cara membeli persedian (bahan baku mentah,
mesin)
b. Melakukan negosiasi harga dan jumlah untuk
mendapatkan barang dan harga yang seminim
mungkin
c. Memastikan barang (bahan baku mentah, mesin)
sampai ke gudang tepat waktu sesuai dengan jadwal
pengiriman.
5. Manufacturing dan Research dan Development Director
Tugas dan wewenang manufactring director adalah :
a. Menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan hal
strategi operasi manufaktur
b. Mengawasi dan mengarahkan semua operasi manufaktur
dan menjamin kinerja serta keselamatan pekerja dengan
menetapkan standard kesalamatan dalam pabrik
57
c. Memastikan kualitas peralatanan (mesin) dan bahan baku
berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan produk
(ban) yang berkualitas sehingga dapat memenuhi harapan
pelanggan.
Tugas dan wewenang Research dan Development Director
adalah :
a. Merekrut, melatih dan menyediakan manajemen kinerja
yang diperlukan
b. Bertindak sebagai penghubung dengan pihak eksternal
dalam hal yang berhubungan dengan pengadaan jasa dan
material.
‐ Quality Assurance dan Quality Control
Tugas dan wewenang Quality Assurance adalah :
a. Memastikan pengerjaan produk (ban) dan produk
(ban) yang dihasilkan sesuai dengan standart
perusahaan dengan maksud dapat memenuhi
prasyarat standart kualitas baik eksternal dan
internal, termasuk juga standart hukum yang
berlaku.
58
b. Memonitor dan memberikan saran terharap kinerja
sistem manajemen mutu dan menghasilkan data
serta laporan kinerja.
Tugas dan wewenang Quality Control adalah :
a. Memeriksa dan memastikan produk yang
dihasilkan memenuhi standar yang diperlukan. 3
hal yang harus di priksa selama proses produksi
yaitu :
‐ Memeriksa bahan baku yang di terima sebelum
masuk tahap produksi
‐ Memeriksa produk (ban) dan peralatan (mesin)
selama proses produksi
‐ Meinspeksi atau pengujian produk sebelum
produk di kirim ke pelanggan.
‐ Plant (Production Planning Control)
Tugas dan wewenang plant adalah :
a. Membuat perencanaan berdasarkan forecast untuk
3 bulan kedepan mengenai jumlah (ban) produk
yang akan di produksi dan jumlah material yang
59
dibutuhkan untuk memproduksi produk (ban)
tersebut
b. Membuat purchase requisition yang berisi
permintaan material kepada bagian purchasing.
c. Melakukan control / monitor terhadap perubahan
permintaan dari kantor pusat atau pelanggan setiap
pertengahan bulan.
d. Mengontrol peralatan-peralatan (mesin) yang ada di
pabrik.
‐ Engineering
Tugas dan wewenang Engineering adalah :
a. Melakukan pengawasan produksi yang ada di pabrik
b. Memelihara kesehatan mesin dengan cara melakuan
control, jika terjadi kerusakan pada mesin-mesin yang
ada di pabrik, maka bagian Engineering akan segera
melakukan perbaikan.
c. Melakukan pengujian terhadap produk (ban) yang
telah di produksi hal ini dilakukan untuk dapat
menjaga kualitas produk (ban).
60
‐ Research and Development
Tugas dan wewenang Bagian Research and Development
adalah :
a. Melakukan pengembangan terhadap produk (ban) baru
sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar
b. Membuat resep yang akan digunakan untuk
memproduksi ban, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas produk (ban).
6. Finance dan Administration Director
Tugas dan wewenang finance director adalah :
a. Merencanakan, memimpin dan mengendalikan keuangan
b. Mengelola keuangan, dan sumber daya manusia
c. Mengembangkan sistem akutansi yang efektif
d. Memastikan keuangan di kelola menurut perundang-
undagan dan prisnip akuntansi yang berlaku pada
umumnya.
61
Tugas dan wewenag Administration Director adalah :
a. Memonitor sistem keuangan
b. Memastikan bahwa keuangan / anggaran digunakan secara
tepat.
‐ Human Resource Development dan General Affairs
Tugas dan wewenang Human Resource Development
(HRD) adalah :
Mengelola karyawan baru dan bertanggung jawab untuk
melakukan penyaringan terhadap tenaga kerja baru dan
memberikan pelatihan kepada karyawan baru.
Tugas dan wewenang General Affairs adalah :
a. Melaksanan pelayanan yang ada di kantor
b. Menyediakan fasilitas dan layanan administrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk medukung
kelancaran operasional perusahaan
‐ Finance dan Accounting
Tugas dan wewenang finance dan accounting adalah :
Merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungs i
keuangan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan
62
informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu
untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan
keputusan yang mendukung pencapaian target financial
perusahaan.
Bagian Forecast to plan dalam PT. FDR terbagi menjadi :
1. Bagian Material Control
Yaitu bagian dari Production Planning Control (PPC) yang melakukan
rencana perhitungan pada material serta melakukan component
breakdown dalam memperhitungan kebutuhan pada material murni.
Bagian Material Control juga terdiri dari planner kebutuhan material
murni beserta kebutuhan packaging dan planner sparepart yaitu bagian
PPC yang memperhitungkan kebutuhan dalam penggunaan sparepart
dalam pembuatan tire dan tube.
2. Bagian Production Control
Yaitu bagian dari PPC yang melakukan perencanaan produksi yang akan
diserahkan kepada bagian produksi di lapangan dimana perencanaan
dibuat berdasarkan demand atau permintaan produksi serta berdasarkan
pada perhitungan pembelian material pada bulan yang bersangkutan.
Selain itu, bagian PC juga bertugas melakukan monitoring pada proses
produksi berjalan.
.
63
3.2 Length of Effort
Table 3.1 Length of Effort
Tanggal Waktu
Kegiatan
Jumlah
Jam Kegiatan Peserta Materi
Hasil
Kegiatan
8
Juni
2010
13.00 –
16.00 3 Briefing
Mentor
Pembimbing
Overvi ew
Modules
1. Memperole
h pengertian
mengenai
overview
modules
pada PT.
FDR
2. Menentukan
modules
yang akan
dikerjakan
selama
praktek
kerja
24
Juni
2010
14.00 -
17.00 3 Briefing
1. Mentor
Pembimbing
2. Purchase
Analyst
Forecast to
plan
Memperoleh
pengenal an
mengenai
modules yang
dipilih
Company Memperoleh
64
26
Juli 2010
7.00 –
12.00
5
Introduction
Trainning
HRD Manager
Profile
Introduction
pengetahuan
mengenai
profile umum
perusahaan
Basic
Mentality
Merubah
mentalitas
dasar setiap
peserta dari
seorang
pelajar
menjadi
seorang
pekerja yang
siap
bergabung
dengan PT.
FDR
SOP, IK &
Kualitas
Memperoleh
pengetahuan
mengenai
standard
operation
procedure,
instruksi kerja,
dan kualitas
dari PT. FDR
Sistematika Mengenal
65
Produksi proses
produksi tire
dan tube
Pengetahuan
produk
Mengetahui
fungsi ban,
produk yang
dihasilkan,
ukuran ban,
struktur ban,
bagian ban,
tipe ban,
beserta
keuntungan,
perawatan dan
istilah-istilah
penting dalam
proses
produksi.
ISO
9001:2000
Mengetahui
serti fikasi
pengakuan
yang
digunakan
oleh PT. FDR
5K 2S
Mengetahui
alat /sistem
management
66
dalam bekerja
LK3
Material &
mesin
Mengetahui
jenis limbah
dan bahan
kimia, serta
karakteristik
mesin
ATQC
(Astra Total
Quality
Control)
Mengetahui
sistem
managemen
yang mengikut
sertakan
seluruh
karyawan dari
seluruh
tingkatan
organisasi
dengan
penerapan
konsep
pengendalian
kualitas dan
metode
statistic untuk
mencapai
kepuasan
pelanggan dan
67
yang
mengerjakann
ya
13.00 –
14.00 1 Preparation
Mentor
pembimbing
Proses
produksi tire
dan tube
Memahami
materi
produksi yang
diberikan oleh
PT. FDR
dalam bentuk
softcopy
14.00 –
16.00 2 Plant tour
Mentor
pembimbing
Proses
produksi tire
dan tube
Melakukan
touring ke
pabrik dan
melihat proses
produksi yang
berlangsung
27
Juli
2010
7.00 –
10.00 3 Briefing
1.Chief
Information
Officer
(CIO)
2.Manufacturi
ng& EAM
sistem
development
manager
3.Head of IT
department
Modules
Overvi ew
Memahami
garis besar
proses ERP
pada
perusahaan,
dengan modul
– modul
terkait.
68
& general
affair
4.Data
resources
management
manager
10.00 –
16.00 2
Daily
reporting
Mentor
Pembimbing
Production
Process
Membuat
laporan harian
mengenai
pembuatan
ban dalam dan
ban luar
28
Juli
2010
7.00 –
16.00
8 Oracl e EBS
exploration MPIC
Overvi ew
Oracle EBS
modules
Memahami
sub modules
dalam Oracle
EBS modules
29
Juli
2010
7.00 –
16.00 8
Business
process
exploration
1.MPIC
2.Mentor
Pembimbing
Overvi ew
forecast to
plan module
Survey
langsung pada
overall proses
forecast to
plan dan
mengetahui
jenis purchase
requisition.
30
Juli
2010
7.00 –
16.00 8
2
Agustus
7.00 –
16.00 8 Consultation MPIC Planning
process
Memahami
alur proses
69
2010 Forecast to
plan
3
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8 Consultation
Marketing
Manager
Forecast,
Master
Demand
Schedule
Mengetahui
asal data pada
sales forecast
dan Master
Demand
Schedule
4
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8
Consultation MPIC MPS, MRP
Mengetahui
timeline
proses
planning dari
forecast,
MDS, sampai
MRP
5
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8
6
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8 Consultation MPIC & PPC MRP
Mengetahui
proses dalam
MRP.
9
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8
Business
Process
Documentati
Audit
Manager
Documentati
on forecast,
MDS, MPS,
Dokumentasi
dalam bentuk
flowchart dan
70
10
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8
on MRP scenario
11
Agustus
2010
7.00 –
13.00 6 Preparation -
forecast,
MDS, MPS,
MRP
Membuat
bahan
presentasi
13.30 –
16.00 2 Presentation
1.Mentor
Pembimbing
2.MPIC
forecast,
MDS, MPS,
MRP
Persentasi
pemahaman
proses bisnis
modul
forecast to
plan
12
Agustus
2010
7.00 –
16.00 8
Accessing
EBS
Sistem
Support Oracle EBS
First Access
into Oracle
EBS
Exploring
EBS -
Forecast,
MDS, MPS
Prosedur
pembuatan
forecast,
MDS, MPS
13
Agustus
7.00 –
16.00 8
Exploring
EBS -
Oracle EBS
(Forecast to
Latihan trial
EBS
71
2010 plan
module)
consultation MPIC
EBS pada
forecast,
MDS dan
MPS
Trial EBS
dengan data
item yang
berjalan di
perusahaan
16
Agustus
2010
7.00 –
15.00
7 Exploring
EBS -
forecast,
MDS, MPS,
MRP
Memahami
menu MRP :
net WIP, net
reservation,
net purchasing
dari e-book
15.00 –
16.00 1 Consultation
MPIC
MRP
Memahami
menu MRP :
net WIP, net
reservation,
net purchasing
18
Agustus
2010
07.00 –
15.00 7
Understandi
ng MRP -
MRP
Mencari
sumber
tentang safety
stock di MRP
15.00-
16.00 1 Consultation MPIC
19
Agustus
07.00 –
14.00 6
Exploring
EBS -
MRP (safety
stock)
Finding
problems
72
2010
14.00-
16.00 2 Consultation MPIC
dalam MRP
20
Agustus
2010
07.00 –
14.00 7
Exploring
EBS MRP
dan MRP
excel
- MRP
Finding
problems
dalam MRP
14.00 –
15.00 1 Consultation PPC
Perhitungan
material
requirement
Mempelajari
excel
perhitungan
material tanpa
menambahkan
safety stock
15.00-
16.00 1 Consultation MPIC MRP
Mencari
perbedaan
data
compound
pada EBS
dengan yang
ada di excel
73
23
Agustus
2010
07.00
14.00 7
Exploring
EBS MRP
dan MRP
excel
- MRP
Finding
problems
dalam MRP
15.00-
16.00 1 Consultation MPIC MRP
Mencari
perbedaan
data
compound
pada EBS
dengan yang
ada di excel
24
Agustus
2010
07.00
14.00 7
Exploring
EBS MRP
dan MRP
excel
- MRP
Finding
problems
dalam MRP
15.00-
16.00 1 Consultation MPIC MRP
Mencari
perbedaan
data
compound
pada EBS
dengan yang
ada di excel
25 07.00 3 Exploring - Perhitungan Mencari
74
Agustus
2010
10.00 excel
perhitungan
material
material
requirement
perbedaan
data
compound
pada EBS
dengan yang
ada di excel
10.00 –
12.00 2 Consultation
Material
Control Staff
Perhitungan
material
requirement
Mencari
perbedaan
spec
compound
yang terdapat
di EBS dan
excel
13.00 –
16.00 3 Consultation
Research and
Development
Perhitungan
CMDS
Mengetahui
adanya
kesalahan nilai
pada spec di
BOM dalam
EBS, dan
adanya
kesalahan
compound
dalam excel
perhitungan
material
requirement
75
26
Agustus
2010
07.00 -
16.00 9
Exploring
excel
perhitungan
material
IT division
Perhitungan
material
requirement
Memperoleh
akses BOM
(Bills of
material) pada
menu Supply
Chain Planner
pada EBS
server 8025
27
Agustus
2010
07.00 -
16.00 9
Exploring
excel
perhitungan
material dan
EBS
Production
Planner
Perhitungan
material
requirement
Mengetahui
penyebab
perbedaan
nilai
compound
CMDS pada
perhitungan
material
requirement
dan
mengetahui
kelebihan
compound
IMD pada
salah satu
sample finish
good
76
30
Agustus
2010
07.00 –
12.00 5
Exploring
excel
perhitungan
material
- Compound
breakdown
Komparasi
antara spec
dari bagian
PPC dan
bagian R&D
10.00 –
12.00 2 Consultation
Material
Control Staff
Perhitungan
material
requirement
Memperoleh
data spec dari
R&D
31
Agustus
2010
07.00 –
12.00 5
Exploring
excel
perhitungan
material
- Compound
breakdown
Komparasi
antara spec
dari bagian
PPC dan
bagian R&D
13.00 –
14.00 1 Personalisasi - EBS Oracle
Personalize
form MPS dan
MRP pada
kotak tick dan
untick
14.00 –
16.00 2 Consultation MPIC
Safety stock,
bucket days,
fixed lot
mutiplier
Memahami
perhitungan
kebutuhan
material
dengan adanya
safety stock,
bucket days
77
dan fixed lot
multiplier
01
Septem
ber
2010
07.00 –
14.00 7
Comparatio
n - EBS Oracle
Komparasi
hasil
perhitungan
material antara
EBS dan
manual excel
dengan adanya
safety stok,
bucket days
dan fixed lot
multiplier
14.00 –
16.00 1 Consultation
Production
Planner
Fixed lot
multiplier
Mengetahui
adanya
perhitungan
multiplier
pada saat
produksi di
luar
perhitungan
material dan
compound
breakdown
02
Septem
ber
07.00 –
10.00 3
Exploring
excel
perhitungan
- Compound
breakdown
Komparasi
antara spec
dari bagian
78
2010 material PPC dan
bagian R&D
10.00 –
12.00 2 Consultation
Production
Planner
Perhitungan
material
requirement
Mengetahui
perhitungan
material
requirement
pada saat
production
dengan
melibatkan
multiplier,
fixed order,
dan minimum
order
13.00 –
16.00 3
Comparatio
n -
Perhitungan
material
requirement
Membuat
perbandingan
material
requirement
dari EBS
demand, excel
material
planning, EBS
supply dan
excel
production
planning
79
03
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9
Comparatio
n -
Perhitungan
material
requirement
Membuat
perbandingan
material
requirement
dari EBS
demand, excel
material
planning, EBS
supply dan
excel
production
planning
06
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9 Preparation -
Perhitungan
Material
Requirement
Mempersiapka
n bahan
presentasi
07
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9 Preparation -
Perhitungan
Material
Requirement
Mempersiapka
n bahan
presentasi
20
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9 Preparation -
Perhitungan
Material
Requirement
Mempersiapka
n bahan
presentasi
24
Septem
ber
7.00 –
13.00 6 Preparation -
Material
requirement
Mempersiapka
n bahan
presentasi
80
2010
13.30 –
16.00 2 Presentation
1. Mentor
Pembim
bing
2. Bagian-
bagian
MPIC
yang
terkait
material
require
ment
MRP
Revisi pada
alur proses
dan scenario
forecast to
plan
27
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9 Preparation -
Material
Requirement
Melakukan
revisi pada
next activity
28
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9
Laporan
Akhir -
Material
Requirement
Pembuatan
laporan akhir
29
Septem
ber
2010
07.00 –
16.00 9
Laporan
Akhir -
Material
Requirement
Pembuatan
laporan akhir
81
3.3 Proses Umum Produksi
Proses produksi di PT. FDR terbagi atas 2 proses yaitu :
- Proses pembuatan tire (ban luar)
- Proses pembuatan tube (ban dalam)
Berikut ini adalah gambaran aliran proses produksi yang ada pada PT. FDR :
Gambar 3.3 Proses produksi tire dan tube
82
3.3.1 Proses Produksi Tire dan Tube
PT. FDR adalah sebuah perusahaan manufacturing ban sepeda
motor (tire dan tube). Distribution produknya adalah Federal (Astra
Honda Motor) dan FDR . Untuk menghasilkan sebuah tire (ban luar) dan
tube (ban dalam) dilakukan sebuah proses pengerjaan. Adapun proses
pembuatan tire & tube adalah sebagai berikut :
3.3.1.1 Proses Produksi Tire
3.3.1.1.1 Mixing
Untuk melakukan proses pembuatan ban, baik tire
(ban luar) maupun tube (ban dalam) dilakukan proses
mixing terlebih dahulu. Proses mixing adalah proses
pencampuran bahan-bahan row material (rubber, filler,
chemical, final batch) menjadi satu. Untuk melakukan
proses mixing, sebelumnya dilakukan permintaan
bahan-bahan material apa saja yang dibutuhkan untuk
proses mixing. Dari warehouse akan mengeluarkan
MOT (Move Order Transfer) ke mixing, kemudian
barang akan langsung di bawa ke mixing. Setelah itu,
seluruh material akan ditimbang sesuai dengan spec
masing-masing.
83
Adapun jenis-jenis KTB (Kelompok Timbang)
utnuk row material tersebut adalah :
1. Rubber (Karet)
2. Filler (Karbon)
3. Chemical
4. Final Batch
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3.2 Pemakaian material
1. Kelompok Rubber
No No. Part Nama Material
1 NR02 Rubber SIR 10
2 NR04 RUBBER RECLAIM
3 SR01 RUBBER BUTYL 268
4 SR02 RUBBER BR 01
5 SR03 RUBBER SBR 1502
84
2. Kelompok Filler (Karbon)
3. Kelompok Chemical
No No. Part Nama Material
6 SR04 RUBBER SBR 1712
7 SR06 RUBBER SBR 1712
8 SR08 RUBBER REC. BUTYL
9 SR11 RUBBER BROMO BUTYL
No No. Part Nama Material
10 RA01 C/B N330
11 RA02 C/B N550
12 RA03 C/B N660
13 RA07 C/B N220
14 RA08 C/B N115
15 FL02 CaCo3 LA100
16 CA03 WHITE TITAN
No No. Part Nama Material
17 PA02 DISPERSANT 16
85
4. Kelompok Final Batch
No No. Part Nama Material
31 AC02 ACC TMTD
32 AC03 ACC MBTS
33 AC05 ACC TMTM
18 PA03 HOMOGENIZER 60
19 PA04 DISPERSANT 215
20 PA05 STRUKTOL HT 105
21 PG01 PEPTIZER CHEMICAL
22 TF01 TACRESIN CIR
23 TF05 TACRESIN PFR
24 AO01 AO PARAFIN WAX
25 AO03 AO 6PPD
26 AO04 AO TMQ
27 AO06 AO MICROWAX
28 AO08 AO SP-H
29 VA01 STEARIC ACID
30 VA02 ZINC OXIDE
86
34 AC06 ACC CBS
35 AC07 ACC MBT
36 AC13 ACC DCBS
37 VG02 SULFUR
38 VG03 INS SULFUR / CRYSTEX
39 VG04 TACKIROL
40 RT01 RETARDER PVI
41 RL08 BATCH OFF ANTI TACK
Setelah penimbangan dari semua material selesai,
kemudian dilakukan proses mixing. Proses mixing
dilakukan secara bertahap, pertama-tama material karet
terlebih dahulu dimasukkan ke mesin bernama banbury
atau mesin bernama kneader, kemudian dimasukkan
filler lalu chemical. Mesin banbury atau mesin kneader
akan menggiling karet, filler dan chemical. Kemudian
akan diproses lagi oleh mesin roll mixing agar material-
material tersebut lebih tercampur. Hasil dari proses
mixing akan terbentuk master compound.
Untuk menghasilkan sebuah compound, pada
master compound dicampur lagi dengan material final
87
batch, seperti sulfur, cbs dan retarder PVI. Ketiga
bahan ini juga ditimbang sesuai spec-nya, kemudian
master compound beserta material final batch akan
digiling oleh mesin bernama banbury atau mesin
bernama kneader. Kemudian akan diproses lagi dengan
digiling oleh mesin mill blender, setelah proses tersebut
selesai dilakukan maka akan terbentuklah sebuah
compound (finish compound) . Sebelum melakukan
proses untuk membuat sebuah compound yang baru,
mesinnya harus di cleaning dulu, agar compound yang
baru tidak tercampur dengan material yang menempel
pada mesin. Misalnya dari proses pembuatan compound
karet alam ke butyl. Untuk lebih mengetahui perbedaan
manakah yang disebut master compound dan compound
dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
88
Tabel 3.3 Contoh master compound dan compound
Master Compound Compound
M – UADR UADR
M – LMDA LMDA
M – KXDN KXDN
M – IMDB IMDB
Dengan kata lain proses membuat compound dilakukan
secara 2 tahap, yaitu :
1. Pembentukan master compound
2. Finish compound
Ada beberapa master compound yang masih perlu
diproses sebelum pencampuran material final batch,
yaitu proses penggilingan (X-Mill).
Adapun jenis-jenis dari master compound tersebut:
• M – IMDB ply cord (BM)
• M – WADC untuk membuat bead wire
(WM)
• M – GMDA untuk membuat compound
racing
89
Untuk prosesnya, yaitu :
1. Master Compound
2. X – Mill digiling lagi biar halus
3. Final batch
Setelah pembentukan compound berhasil dibuat,
maka compound tersebut akan di MOT (Move Order
Transfer) ke PSS (Part Stock Supply). Kemudian dari PSS,
compound tersebut akan di MOT lagi sesuai kebutuhan
permintaan untuk fungsinya masing-masing, misalnya ke
proses SA (Special Articel).
3.3.1.1.2 Extruding Tire
Setelah compound berhasil dibuat dari proses
mixing, kemudian compound tersebut di MOT lalu
dikirim ke proses extruding. Proses extruding adalah
suatu proses untuk memperhalus sebuah compound.
Misalnya compound CMDR dan compound TMDR.
Compound tersebut kemudian di eksekusi dimesin
extruding sehingga menghasilkan sebuah tread (EM).
Tread (EM) akan dijadikan sebagai bagian luar dari
sebuah tire (ban luar).
90
Tread (EM) yang dihasilkan tersebut akan
diteruskan lagi ke dalam sebuah proses (masih dalam
satu mesin extruding), sehingga tread dilapisi dengan
dua compound. Yang pertama compound atas, dan yang
kedua compound bawah. Compound–compound tersebut
berasal dari jenis bahan material yang sama. Sehingga
hasil akhir dari compound tersebut menghasilkan tread
per peacess dengan ukuran dan warna yang berbeda-
beda pada sisi kiri dan kanan dari sebuah tread. Gambar
suatu compound dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.4 Struktur tread
Jenis compound yang berbeda-beda tersebut
tergantung dari ukuran cetakan yang digunakan untuk
masing-masing compound. Sedangkan untuk warna dari
tread tersebut digunakan untuk membedakan jenis
compound yang satu dengan jenis compound yang lain,
misalnya untuk membedakan dimensi dari compound.
compound 2 (bawah)
compound 2 (bawah)
compound 1 (atas) Warna biru pada tread
91
Compound tersebut ada yang berwarna biru, merah,
kuning dan putih. Setelah itu, tread didinginkan pada
mesin cooling, agar tread tidak terjadi penyusutan.
Kemudian, tread dibasahi, dikeringi dan diberikan titik
balancing (keseimbangan). Titik balancing tersebut
berada ditengah tread dan diberi warna kuning, artinya
untuk menyeimbangkan ketika memasang sebuah valve
pada tube (ban dalam).
Tread (EM) yang bagus (tidak cacat) diteruskan
untuk proses selanjutnya, yaitu proses building.
Kemudian di MOT (Move Order Transfer) ke PSS
(Part Stock Supply). Dari PSS, tread tersebut akan di
MOT lagi sesuai kebutuhan permintaan. Tetapi ada juga
hasil dari tread tersebut yang kurang bagus (ada cacat).
Untuk tread yang kurang bagus tersebut dikategorikan
menjadi 2, yaitu :
1. Defect dilakukan proses
repair
2. Reject (Scrap) dibuang.
92
Tread yang bagus akan dibuat menjadi green tire pada
proses building. Tread yang tidak bisa diperbaiki
(repair), dinamakan yake.
3.3.1.1.3 Special Artikel (SA)
Pada Special artikel terdapat pembuatanp ply cord
(BM-XXX), bead wire (WM-XXX), insulation (IM-
XXX), dan pembuatan alat bantu pada proses curing
(air bag & bledder).
1. Ply cord (BM-XXX)
Pembuatan item plycord melalui proses topping
cord (TM-XXX). Pada proses topping cord,
material nilon cord (NC-XXX) dilapisi dengan
compound CMDS
Gambar 3.5 Topping cord
Hasil dari topping cord berupa ply cord (BM-
XXX) dengan lebar standar 1,4 m. Kemudian ply
cord yang sudah jadi akan melalui proses bias
Nilon Cord
Compound CMDS
Compound CMDS
93
Cutting, yaitu proses Pemotongan ply cord menjadi
2 bagian dengan lebar dan sudut tertentu, sehingga
terbentuklah ply cord 1 (BM-XXX-1) & Ply cord 2
(BM-XXX-2). BM merupakan singkatan dari bias
Cutting Manufacturing.
Gambar 3.6 Proses pembuatan ply cord
2. Bead wire (WM-XXX)
Material Kawat yang dilapisi dengan compound
WADC.
Nilon Cord
Topping
NC Ply cord
(BM‐XXX)
Bias BM‐XXX‐1
BM‐XXX‐2
94
WM merupakan singkatan dari wire manufacturing
Gambar 3.7 Proses pembuatan bead wire
3. Insulation (IM-XXX)
Diproses ini terdapat pembuatan Item Squegee,
dengan cara menambahkan sedikit compound
dengan lebar 1 mili ke lapisan ply cord 1. Insulation
digunakan sebagai pengganti dari ban dalam, yang
biasa digunakan pada pembuatan ban tubbless.
Gambar 3.8 Sequegee
Ply cord
(BM‐XXX)
Compound
ili
Kawat Compound WADC
Bead
wire (WM)
+
95
4. Air Bag & Bledder
a. Air Bag
Merupakan material support di curing atau
sebagai alat bantu sebagai proses pembentuk
tire. Bentuknya seperti tube compound
dimasukkan dalam mesin
b. Bledder
Material support di curing, bentuknya seperti
green tire.
Hasil dari SA berupa ply cord (BM-XXX),
bead wire (WM-XXX), insulation (IM-XXX)
akan di MOT (Move Order Transaksi) ke Tire
Assy, dan untuk bledder dan air bag akan
dibuatkan MOT ke bagian Curing.
3.3.1.1.4 Tire Assy
Tahap ini merupakan proses pembentukan Green
tire (AM-XXX). Dalam proses ini seluruh material Inti
pembentuk Tire seperti bead wire, ply cord, tread
diassembly menjadi satu. Mesin yang digunakan :
Mesin Allwell, Middland, shinco.
96
Adapun langkah – langkah dalam Assembly:
1. Masukkan bead wire ke sisi kanan dan kiri.
2. Tempelkan insulation (IM-XXX) untuk tire jenis
tertentu. Seperti untuk ban tubbless
3. Tempelkan lapisan pertama ply cord (BM-XXX-1),
kemudian rekatkan masing-masing ujungnya.
4. Tempelkan lapisan ke dua ply cord (BM-XXX-2)
diatas ply cord 1, kemudian rekatkan masing-
masing ujungnya.
Gambar 3.9 Proses pembuatan green tire
Hasil dari tire assy berupa green tire (AM-XXX)
untuk green tire tube dan (AN-XXX) untuk green tire
Bead wire Bead wire
Tread
Ply cord 1
Ply cord 2
97
tubeless, kemudian akan di MOT (Move Order
Transfer) ke bagian Curing.
3.3.1.1.5 Curing Process
Dalam proses produksi ban di PT. FDR curing
adalah proses yang dilakukan untuk membentuk atau
mencetak ban dengan menggunakan tenaga air dan
pemanasan dengan suhu yang tinggi. Proses ini
dilakukan setelah melewati tahapan-tahapan proses
sebelumnya yaitu mixing, topping, extruding, dan
building. Material yang dibutuhkan untuk proses curing
adalah green tire (AM dan AN) yang dibentuk di proses
building. Namun ada dua proses yang dilakukan
sebelum green tire masuk ke mesin curing, yaitu proses
spraying dan gimlate. Setelah melewati dua proses itu
barulah green tire masuk ke proses curing.
Proses produksi di curing ada lima tahapan yaitu :
1. Spraying
Spraying adalah proses pemberian serbuk/talc pada
bagian dalam green tire, proses ini bertujuan agar
permukaan bagian dalam green tire tidak lengket
saat dipasangkan bledder ataupun air bag pada saat
proses curing.
98
2. Pemanasan
Setelah di spraying, masuk ke proses selanjutnya
yaitu proses memanaskan, pada proses ini green
tire diberi udara panas agar serbuk yang sudah
diberikan diproses sebelumnya menempel ke
permukaan dalam green tire.
3. Gimlate
Pada proses gimlate, green tire diberi lubang-
lubang, proses ini bertujuan untuk menghilangkan
/ mengeluarkan udara pada green tire.
4. Curing
Di tahap ini ada dua jenis mesin curing yang
digunakan yaitu curing dengan menggunakan air
bag dan curing yang menggunakan bledder. Green
tire dimasukan ke dalam mesin curing dengan
waktu sekitar 5 menit dan suhu 1600 C. Setelah
dimasak, green tire di keluarkan dari mesin dan
sudah berbentuk tire (CM dan CN).
5. Final inspection tire
Pada proses ini tire yang sudah melewati proses
pendinginan di mesin PCI di periksa, dan
dipisahkan antara tire yang masuk kelas A, defect
dan reject. Untuk tire kelas A akan langsung
99
keproses selanjutnya, sedangkan bagi tire yang
masuk golongan defect di kembalikan ke bagian
finishing, dan tire yang masuk golongan reject atau
scrap langsung dikirim ke WCT atau tempat
pembuangan produk yang reject
Gambar 3.10 Flow chart pembuatan tire diproses
curing
Setelah proses final inspection selesai dilakukan,
maka dilakukan completion. Completion adalah entri data
aktual sesuai data yang ada di lapangan. Tire (CM) akan
di Move Order Transfer (MOT) ke semi finish good.
spraying pemanasa Gimlate
curing Final
100
3.3.1.2 Proses Produksi Tube
Proses produksi tube atau ban dalam hampir sama seperti
proses pembuatan tire, yaitu melalui proses mixing, extruding, dan
curing. Yang membedakan adalah pada proses pembuatan tube
tidak terlalu banyak melakukan MOT. Karena pada proses
pembuatan tube tidak terlalu banyak perpindahan material.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan proses pembuatan tube :
3.3.1.2.1 Straining
Pada proses straning bahan dasar yaitu compound
digiling sampai halus di mesin strainer. Yang kemudian
dilanjutkan ke proses extruding.
3.3.1.2.2 Extruding
Pada proses extruding, compound diproses di
mesin extruding, out put yang dihasilkan dari mesin ini
berbentuk seperti selang panjang atau biasa diberi kode
EE. Setelah dari mesin extruding dilanjutkan ke proses
selanjutnya yaitu proses pendinginan melalui air yang
sudah disiapkan di line produksi. Proses selanjutnya
adalah pemberian merk dan talc. Pemberian talc
bertujuan agar permukaan tube tidak lengket, setelah itu
barulah proses pemotongan tube. Di line produksi ini
101
juga ada penempelan kertas yang bertujuan untuk
memudahkan di proses valve setting yang bersifat
manual.
3.3.1.2.3 Valve setting
Proses selanjutnya adalah valve setting, ada dua jenis
proses penempelan valve yaitu secara manual dan
otomatis. Penempelan valve secara manual dilakukan
pada tube yang berbahan dasar dari karet alam,
sedangkan penempelan secara auto dilakukan pada tube
yang berbahan dasar butyl.
3.3.1.2.4 Spilicing
Spilicing (SE) adalah proses penyambungan tube, tube
yang masih terpisah di jepitkan dimesin yang kemudian
diberikan tekanan dan energi panas, sehingga tube akan
tersambung, lalu dilakukan pengecekan dengan sedikit
memberikan udara.
3.3.1.2.5 Curing
Curing adalah proses terakhir pada pembuatan tube,
dimana tube tersebut akan dimasak didalam suatu mesin
bernama curing tube. Berbeda dengan tire, tire
102
dilakukan pemasakan dengan dua cara yang berbeda,
yaitu air bag dan bledder. Sedangkan tire hanya
dilakukan dalam satu cara, melalui mesin yang bernama
curing tube.
3.3.1.2.6 Final inspection
Setelah berhasil membuat tube dari mesin curing, tube
tersebut akan langsung di kirim ke final inspection.
Pada final inspection, dilakukan pemompaan pada tube
untuk mengisi angin dan dilakukan pemasangan baut
(nut) dan washer, kemudian dilakukan pengecekan
kondisi tube yang defect dan reject. Barang yang bagus
akan di MOT (Move Order Transfer) ke SFG (Semi
Finish Good).
3.3.1.3 Final Inspection
Final inspection adalah proses untuk mengecek kondisi
barang apakah barang tersebut reject atau defect. Defect adalah
barang yang masih bisa diperbaiki, sedangkan reject dalah barang
yang sudah tidak bisa diperbaiki (scrap).
103
3.3.1.4 Semi Finish Good
Semi Finish Good adalah proses terakhir pada proses
produksi pembuatan ban yaitu proses packing. Untuk tire
dilakukan wrapping (pembungkusan) serta pemberian merek dan
stiker (FDR dan Honda) , sedangkan untuk proses tube sebelum
dipacking, tube di vacum (agar angin keluar dari tube), setelah itu
proses pemasangan nut dan washer kemudian tube dilipat,
dimasukkan kedalam kotak kecil, kemudian packing.
3.4 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi PT. FDR
3.4.1 Pengenalan Umum
Sistem Perancanaan dan Pengendalian Produksi adalah proses
untuk merencanakan dan mengendalikan material yang masuk, diolah,
dan keluar dari sistem produksi / operasi sehingga permintaan pasar dapat
dipenuhi dengan jumlah yang tepat, dengan waktu penyerahan yang tepat,
serta biaya produksi minimum. Secara garis besar, pekerjaan yang ada
dapat kita bagi menjadi dua bagian besar, yaitu : perencanaan produksi,
dan pengendalian produksi.
Aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi pada PT. FDR
dilakukan oleh bagian Planning Control, terdiri dari aktifitas forecasting
sampai dengan released job, seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
104
Gambar 3.11 Alur forecast to plan
• Forecasting
Forecasting merupakan kegiatan peramalan permintaan untuk
bulan yang akan datang, yang dilakukan oleh bagian marketing.
Sebagian besar forecast bulanan dapat diterima dari luar, seperti
forecast OEM yang diperoleh dari Astra Honda Motor, ataupun
perkiraan permintaan dari distributor. Kegiatan forecasting adalah
memverifikasi dan melakukan adjustment atas forecast yang datang,
atau bahkan melakukan sendiri forecast permintaan atas data historis,
seasonal factor, analisa pasar, dan lain-lain. Forecast tidak
menyertakan ketersediaan stock, safety stock, minimum dan kelipatan
105
order, dan sejenisnya. Forecast yang didapat atau dikeluarkan adalah
forecast untuk 3 bulan ke depan, yaitu bulan M+1, M+2, dan M+3.
Forecast akan di input ke dalam sistem untuk menunjukkan
original forecast yang didapat baik dari AHM maupun dari hasil
perhitungan. Forecast ini kemudian akan dapat dibandingkan dengan
actual sales order yang didapat pada bulan bersangkutan. Forecast
dapat dimasukkan dalam bentuk harian maupun bulanan.
• MDS (Master Demand Schedule)
Master Demand Schedule merupakan jadwal permintaan atau
jadwal pengiriman pesanan, yang secara garis besar terdiri dari
forecast maupun actual sales order. Load MDS adalah proses untuk
mendefinisikan Master Demand Schedule (MDS) dari forecast dan
sales order. MDS akan menggabungkan permintaan dari forecast dan
sales order, dimana permintaan dari sales order akan memiliki
prioritas yang lebih tinggi dibandingkan permintaan dari forecast.
• MPS (Master Production Schedule)
Master Production Schedule merupakan jadwal induk produksi,
yang menunjukkan jadwal harian produksi di level Finished Good.
Load MPS adalah proses untuk menerjemahkan Master Demand
Schedule. Plan MPS ini harus dibuat sebelum Planning Control
melakukan pembuatan Master Production Schedule (MPS). Tujuan
106
dari pembuatan Plan MPS adalah menentukan MDS mana yang akan
di launch dan dibuatkan rencana produksi dalam bentuk Master
Production Schedule.
Setelah Plan MPS dibuat, maka Planning Control akan
melakukan proses Launch MPS, yaitu proses perhitungan dan
pembuatan MPS secara otomatis oleh sistem dengan
mempertimbangkan permintaan yang tertuang dalam MDS, On-hand,
dan Safety Stock. MPS akan dilakukan hanya untuk level finished
goods. Hasilnya adalah rekomendasi rencana produksi induk yang
kemudian harus dilakukan pengecekan kembali, apakah rencana
tersebut dapat dipenuhi dengan kapasitas yang tersedia.
• MRP(Material Requirement Planning)
Material Requirement Planning (MRP) dilakukan di EBS
dengan menjalankan MRP launch plan, mengeluarkan rekomendasi
pengadaan material, baik untuk bahan yang dibeli dan dibuat. Dalam
MPS, tidak ada rencana pembelian raw material yang akan dibuat.
Akan tetapi, dalam Material Requirement Planning (MRP), rencana
pembelian raw material beserta rencana produksi akan dibuat secara
otomatis.
Input atas MRP dapat dilakukan melalui setup Plan options,
di mana Planning Control dapat melakukan berbagai macam simulasi
107
dengan mempertimbangkan atau meniadakan pertimbangan spesifik
demand (termasuk Trial), onhand, safety stock, outstanding PR/PO,
ataupun job Order sebagai demand atau supply. Proses pembuatan
plan MRP dan launch MRP mirip dengan proses pembuatan plan MPS
dan proses launch MPS. Perbedaannya hanya pada hasil yang di-
generate oleh sistem.
• Perencanaan Kapasitas (CRP)
Capacity Resource Planning merupakan perencanaan kapasitas
dengan basis yang lebih detail daripada RCCP. Agar CRP dapat
dilakukan dengan memperhatikan alternate bill dan alternate
resources, maka CRP akan dilakukan dengan sebuah customized
report yang dituangkan lebih lanjut dalam functional design.
• Manufacturing Scheduling
MPS dan MRP adalah alat bantu untuk merencanakan produksi.
Ketika work order telah dibuat dan telah sampai pada bagian produksi,
maka masalah yang dihadapi adalah permasalahan mengenai jadwal
dan pengendalian produksi harian yang terperinci dalam rangka
menyelesaikan work order yang telah dihasilkan MPS dan MRP. Tools
manufacturing scheduling digunakan untuk mengatur work order yang
ada sesuai dengan prioritas, optimalisasi utilisasi mesin yang ada.
108
• Release Planned Order
Setelah di verifikasi, maka planned order siap di release.
Release planned order bertujuan untuk secara aktual membuat
purchase requisition untuk pembelian raw material, atau membuat
perintah produksi dalam bentuk discrete job untuk pembuatan
komponen WIP (work in process) atau FG (Finish Goods).
3.4.2 Proses Forecast to Plan yang sedang Berjalan
3.4.2.1 Proses Bisnis yang sedang Berjalan
Proses Forecast to plan merupakan satu kesatuan proses
yang terintegrasi antara bagian marketing, Planning Control ,
Material Planning Control (MPC), production, dan purchasing.
Document input awal daripada proses forecast to plan adalah
document forecast yang dibuat oleh bagian marketing. Setiap
bulannya bagian marketing akan mengadakan sales production
meeting dan menerbitkan Marketing Order (MO). Marketing
order kemudian akan menjadi dasar untuk bagian Planning
Control untuk membuat perencanaan bulanan. Perencanaan ini
terdari dari rencana 1 bulan ke depan yang dibuat secara detail,
serta rencana 3 bulanan yang dibuat hanya berdasarkan
kebutuhan kotor. karena setiap bulan biasanya ada perubahan
109
order dari marketing (karena mengikuti turun-naiknya
permintaan produksi), maka apabila ada revisi Marketing Order
(MO) harus diserahkan kepada bagian planning control sebelum
tanggal 5 setiap bulannya.
Dari input berupa Marketing Order (MO) tersebut,
selanjutnya akan diolah oleh Planning Control menjadi Order
Fulfilment Schedule (OFS) yang merupakan perjanjian
pemenuhan kebutuhan produksi yang diminta bagian marketing
kepada bagian Planning Control yang akan dibicarakan di dalam
Production Sales Meeting (PSM) dan Marketing Production
Meeting (MPM). Terdapat dua kali meeting antara bagian
Production Planning dan marketing, yaitu sebelum dan sesudah
Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Production sales
meeting adalah pertemuan antara bagian marketing dan Planning
Control sebelum Order Fulfilment Schedule (OFS) dibuat,
sedangkan Marketing Production Meeting (MPM) adalah
pertemuan sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat.
Tujuan dari diadakannya dua kali meeting tersebut adalah untuk
merundingkan demand yang diminta bagian marketing dan
supply yang sanggup di penuhi oleh bagian produksi. Didalam
perundingan akan didapatkan titik temu antara permintaan dan
pemenuhan produksi yang akan dituangkan kedalam Order
110
Fulfillment Schedule (OFS) ataupun revisi Order Fulfillment
Schedule (OFS) apabila terjadi perubahan dalam Marketing
Production Meeting (MPM).
Order Fulfillment Schedule (OFS) inilah yang akan
menjadi dasar dari proses selanjutnya. Order Fulfilment Schedule
(OFS) akan menjadi dasar perhitungan Material Requirement
Planning (MRP) yang dilakukan oleh bagian Material Control
(MC). Pada proses bisnis PT. FDR perhitungan material
requirement dibedakan menjadi 2 proses, yaitu : perhitungan
packaging serta permintaan pembelian packaging dan perhitungan
MRP. Dalam perhitungan packaging, akan diperhitungkan
kebutuhan pemakaian packaging dalam setiap produk jadi (finish
goods) yang diproduksi. Adapun pertimbangan dalam perhitungan
packaging adalah bahwa kebutuhan packaging hanya dibutuhkan
oleh barang jadi (finish goods) tipe Y (finish goods yang
didistribusikan untuk dijual bebas), sedangkan barang jadi (finish
goods) tipe X yang diproduksi untuk AHM tidak memerlukan
packaging karena dikirim dalam bentuk setting ( tire dan tube).
Setelah dilakukan perhitungan packaging, akan diketahui jumlah
kebutuhan packaging yang harus disediakan. Selain daripada
perhitungan packaging, Order Fulfilment Schedule (OFS) akan
diolah menjadi perhitungan Material Requirement Planning
111
(MRP). Proses perhitungan MRP yang sekarang berjalan di PT.
FDR dilakukan secara manual dengan menggunakan excel
document. Perhitungan material requirement dengan
menggunakan excel dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat
compound & non-compound requirement serta compound
breakdown requirement. Setelah didapat hasil perhitungan
kebutuhan, maka selanjutnya akan dilakukan prosedur pembelian
material oleh bagian purchasing. Bagian Material Control (MC)
akan melakukan control kedatangan material dan apabila
diperlukan, bagian Material Control (MC) akan melakukan
perencanaan pembelian material tambahan untuk selanjutnya
dibuatkan prosedur pembelian.
Selanjutnya apabila telah dilakukan perhitungan material,
tugas bagian Production Control selanjutnya adalah membuat
perencanaan produksi yang akan diserahkan kepada bagian
produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan Order
Fulfilment Schedule (OFS) yang telah disetujui oleh bagian
marketing dan Production Control . Setelah perencanaan
produksi selesai dibuat, akan diserahkan kepada bagian produksi
untuk dilakukan prosedur pelaksanaan produksi. Belum selesai
sampai pada perencanaan produksi saja, bagian Planning
Control harus melakukan monitoring pada proses produksi
112
berjalan. Apabila diperlukan, maka akan dilakukan over time
untuk memenuhi kebutuhan produksi yang akan dikoordinasikan
dengan seksi – seksi yang terkait.
Gambar 3.12 Rich picture proses berjalan
113
Gambar 3.13 Proses bisnis berjal
114
3.4.2.1.1 Forecast to Plan
Gambar 3.14 Forecast
115
Penjelasan :
Proses forecasting dimulai oleh bagian marketing dengan memasukkan data
forecast item finish goods ke dalam sistem, yang dimana data forecast dibuat
berdasarkan jadwal produksi AHM dan estimasi jumlah permintaan finish
goods. Lalu data forecast dientri untuk disimpan, dan dokumen forecast
akan dientri ke sistem yaitu EBS dengan menggunakan data-loader. Sebagai
tambahan, data forecast dari AHM berisi tentang estimasi produk yang akan
dipesan di 3 bulan ke depan, dimana estimasi dibuat dengan melihat dari
data-data penjualan dari bulan-bulan sebelumnya untuk melihat produk
mana yang lebih laku di pasar sehingga akan dibuat lebih di bulan
berikutnya untuk memenuhi permintaan pasar, serta dengan adanya survei-
survei lokasi dari pemakaian motor di lokasi-lokasi tertentu.
Forecast yang telah dibuat digunakan untuk perencanaan agregat (MDS)
agar skenario produksi dapat mengantisispasi fluktuasi permintaan. Apalagi
keadaan PT. FDR yang tipe produksinya adalah make-to-stock.
Forecast dibuat oleh divisi marketing karena bagian marketing yang
menerima order dan yang bertanggung jawab dalam permintaan barang.
116
3.4.2.1.2 MDS
Gambar 3.15 Master Demand Schedule
117
Penjelasan :
Master Demand Schedule (MDS) di buat berdasarkan Marketing
Order (MO) selanjutnya akan diolah oleh Planning Control
menjadi Master Demand Schedule (MDS). Master Demand
Schedule (MDS) akan menggabungkan permintaan dari forecas t
dan sales order, dimana permintaan dari sales order akan
memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan permintaan
dari forecast. Berdasarkan Marketing Order bagian Planning
Control akan membuat 3 (tiga) document Master Demand
Schedule, dimana ke 3 (tiga) document tersebut akan disimpan
oleh bagian marketing, bagian Material Planning Control (MPC)
dan bagian Planning Control. Master Demand Schedule yang
telah dibuat oleh bagian Planning Control akan di input kedalam
sistem EBS dengan menngunakan data Loader.
118
3.4.2.1.3 MPS
Gambar 3.16 Master Production Schedule
119
Penjelasan :
Berdasarkan Master Demand Schedule (MDS) akan di buat
perencanaan bulanan (monthly planning document ) yang terdari
dari rencana 1 bulan ke depan yang dibuat secara detail, serta
rencana 3 bulanan yang dibuat hanya berdasarkan kebutuhan
kotor. Monthly planning document akan digunakan dalam proses
menetukan Material Requirement Planning (MRP), selain itu
monthy planning document juga digunakan untuk oleh Planning
Control untuk membuat Order Fulfilment Schedule (OFS) yang
merupakan perjanjian pemenuhan kebutuhan produksi yang
diminta bagian marketing kepada bagian Planning Control.
Order Fulfilment Schedule (OFS) kemudian akan di input
kedalam excel dan juga ke dalam sistem EBS. Order Fulfillment
Shedule (OFS) akan menjadi dasar perhitungan Material
Requirement Planning (MRP) yang dilakukan oleh bagian
Material Control (MC). Pada proses bisnis PT. FDR perhitungan
material requirement dibedakan menjadi 2 proses, yaitu :
perhitungan packaging serta permintaan pembelian packaging.
Terdapat dua kali meeting antara bagian Production Planning
dan marketing, yaitu sebelum dan sesudah Order Fulfillment
Schedule (OFS) dibuat. Production sales meeting adalah
pertemuan antara bagian marketing dan planning control
sebelum Order Fulfilment Schedule (OFS) dibuat, sedangkan
120
Marketing Production Meeting (MPM) adalah pertemuan
sesudah Order Fulfillment Schedule (OFS) dibuat. Tujuan dari
diadakannya dua kali meeting tersebut adalah untuk
merundingkan demand yang diminta bagian marketing dan
supply yang sanggup di penuhi oleh bagian produksi. Didalam
perundingan akan didapatkan titik temu antara permintaan dan
pemenuhan produksi yang akan dituangkan kedalam Order
Fulfillment Schedule (OFS) ataupun revisi Order Fulfillment
Schedule (OFS) apabila terjadi perubahan dalam Marketing
Production Meeting (MPM).
121
3.4.2.1.4 MRP
Gambar 3.17 Material Requirement Planning
122
Penjelasan :
Material Requirement Planning (MRP) di buat berdasarkan Material
Production Schedule (MPS). perhitungan packaging, Order Fulfilment
Schedule (OFS) akan diolah menjadi perhitungan Material Requirement
Planning (MRP) yang kemudian hasil perhitungan tersebut akan di simpan
kedalam excel (karena sistem masih berjalan secara manual) yang
kemudian akan dipakai untuk menjadi dasar untuk membuat purchase
requisition, purchase requsition yang dibuat berdasarkan perhitungan
permintaan material dan pembelian material kemudian akan di input
kedalam sistem EBS, sedangkan document purchase requsition akan di
berikan kepada bagian purchasing untuk kemudian di buatkan menjadi
purchase order. Selain itu purchase requisition juga digunakan untuk
melakukan pengecekan kedatangan stock dan pembelian barang, hal ini
dilakukan agar kebutuhan akan material selalu tercukupi sehingga perlu
adanya monitoring terhadap kedatangan material. Sedangkan Perhitungan
packaging dan permintaan pembelian packaging akan menghasilkan 2
(document) document yaitu packaging requirement, dan purchase
requisition packaging yang kemudian akan di input kedalam sistem EBS.
Ke 2 (dua) document tersebut juga akan digunakan untuk melakukan
pegecekan kedatangan stock dan pembelian.
123
3.4.2.1.4.1 Fokus Sistem perencanaan dan
pengendalian produksi PT. FDR pada
proses MRP
Persediaan adalah idle resources yang menunggu
proses lebih lanjut. Artinya, keberadaan sumber daya
tersebut menunggu proses lebih lanjut pada sistem
manufaktur serta pemasaran pada sistem distribusi. 3
bentuk persediaan pada sistem manufaktur adalah :
• Bahan baku (raw material)
• Barang setengah jadi (Work in process)
• Barang jadi (finish goods)
Pada sistem manufaktur PT. FDR, terdapat
hubungan langsung antara tingkat persediaan, jadwal
produksi serta permintaan konsumen. Untuk itu
diperlukan perencanaan dan pengendalian persediaan
yang efektif dan efisien. Teknik perencanaan
kebutuhan material (Material Requirement Planning)
digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan
item barang – barang yang bersifat saling
ketergantungan (dependent) dengan item – item pada
tingkat yang lebih tinggi. Kebutuhan saling
124
ketergantungan barang tersebut terjadi karena adanya
hubungan pemakaian item – item tersebut dalam
memproduksi barang – barang lain seperti bahan baku
dan komponen assembling yang akan menghasilkan
sebuah barang jadi (finish goods).
Gambar 3.18 Input dan output MRP
125
Gambar diatas menunjukan hubungan antara
perencanaan produksi dan proses penjadwalan serta
hubungannya dengan peran MRP. Salah satu trigger
daripada MRP sendiri adalah MPS (Master Production
Schedule) yang memberikan jadwal informasi tentang
produk – produk yang harus dihasilkan pada level
finish goods. Untuk kebutuhan pemenuhan jadwal
produksi tersebut, banyak item barang-barang sub
assembling yang harus di buat (item to Make) atau
dibeli (item to Buy). Jadi secara kesimpulan, MRP
menggunakan MPS sebagai sumber untuk
mengestimasi kebutuhan – kebutuhan akan komponen-
komponen dari suatu produk.
Sistem MRP memiliki beberapa kemampuan
utama yang menjadi ciri khas daripada sistem tersebut.
Antara lain :
1. Penentuan kebutuhan yang tepat
2. Menentukan kebutuhan minimal untuk setiap
rencana pemesanan
3. Menentukan pelaksanaan pemesanan
126
4. Penjadwalan ulang atau pembatalan untuk sebuah
jadwal yang sudah direncanakan
3.4.2.1.4.1.1 Input Sistem Material
Requirement Planning
Adapun input dari sebuah sistem MRP
adalah :
1. MPS
MPS (Master production schedule)
adalah penjadwalan penyediaan barang
pada level finish goods, artinya MPS
merupakan pemicu utama daripada
sistem MRP itu sendiri. Tanpa adanya
input MPS, maka sistem MRP tidak bisa
berjalan.
2. Catatan inventory
Catatan persediaan merupakan hal lain
yang sama pentingnya dengan MPS.
Dalam prosesnya sistem MRP perlu
untuk membaca jumlah persediaan on
127
hand yang dimiliki, tingkat level
persediaan, dan catatan – catatan tentang
persediaan lainnya.
3. BOM (struktur produk)
Struktur produk adalah data yang akan
diolah didalam MRP. Jika input struktur
produk tidak sesuai dengan proses
manufaktur maka akan mengakibatkan
perencanaan persediaan dan produksi
yang salah. Dampak dari hal ini adalah
kesalahan dalam menyediakan barang –
barang yang diperlukan dalam sebuah
proses produksi.
3.4.2.1.4.1.2 Output sistem Material
Requirement Planning
Adapun output dari sebuah sistem MRP
adalah :
1. Jadwal pemesanan yang harus
dilakukan atau direncanakan baik itu dari
supplier ataupun dari pabrik itu sendiri.
128
2. Memberikan suggestion apabila
diperlukan penjadwalan ulang
3. Memberikan suggestion untuk
pembatalan atau penambahan pesanan
4. Memberikan indikasi tentang keadaan
persediaan saat ini.
3.4.2.1.4.1.3 Tahapan Pengolahan
Material Requirement
Planning
Adapun tahapan-tahapan dalam pengolah
MRP adalah :
1. Netting
Netting merupakan proses
perhitungan kebutuhan bersih (net
requirement) yang besarnya
merupakan selisih antara kebutuhan
kotor (gross requirement) dengan
jadwal penerimaan persediaan
(schedule order receipt) dan
129
persediaan awal yang tersedia
(beginning inventory)
2. Lotting
Lotting merupakan suatu proses
untuk menentukan besarnya jumlah
pesanan optimal untuk setiap item
secara individual didasarkan pada
hasil perhitungan kebutuhan bersih
yang telah dilakukan dari proses
netting
3. Offsetting
Offsetting merupakan proses yang
bertujuan menentukan saat yang
tepat untuk melakukan pemesanan
dalam memenuhi kebutuhan bersih.
4. Explossion
Explossion merupakan proses
perhitungan kebutuhan kotor untuk
item pada level yang lebih bawah.
Perhitungan ini didasarkan pada
130
pemesanan item-item produk pada
level yang lebih atas.
3.4.2.1.4.1.4 Faktor yang
Mempengaruhi
Penerapan MRP
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi Penerapan MRP adalah :
1. Struktur produk
Faktor struktur produk sangat
berpengaruh pada sistem MRP. Pada
sebuah proses manufaktur, struktur
produk dari level finish goods sampai
dengan raw material merupakan sebuah
rangkaian yang saling berketergantungan,
baik itu item produk yang harus dibeli (to
buy) atau item produk yang harus dibuat
(to make). Karena panjangnya sebuah
proses manufaktur, maka agak sulit untuk
membuat sebuah struktur produk utuh
dari level finish goods sampai dengan
raw material. Hal inilah yang harus
131
diperhatikan, karena tanpa input yang
baik pada sistem MRP, output yang
dihasilkan pun akan tidak valid untuk
digunakan.
2. Ukuran LOT
Dalam sebuah proses manufaktur, setiap
proses produksi harus diusahakan
seefektif dan seefisien mungkin, oleh
karena itu digunakan penentuan ukuran
Lot per produk. Dalam menentukan
ukuran lot sebuah item barang, sangat
tergantung pada proses manufaktur itu
sendiri, tergantung kepada sistem
produksi yang berjalan di manufaktur
tersebut. Oleh karena itu pendefinisian
ukuran lot harus dilakukan sesuai dengan
standar kerja yang ada.
3. Lead time berubah – ubah
Hal lain yang memperngaruhi MRP
adalah lead time. Dalam menyediakan
kebutuhan material sebuah produk, kita
132
perlu memperhatikan lead time dari
masing – masing item yang ada.
Maksudnya adalah kita perlu mengetahui
lead time yang dibutuhkan oleh sebuah
item barang dari mulai proses pemesanan
hingga barang diterima di gudang dan
siap untuk digunakan. Seringkali lead
time dari sebuah item berubah – ubah
tergantung daripada keadaan dan situasi
dari supplier/ vendor. Karena lead time
yang sering kali berubah – ubah dan
bervariasi, maka data pun harus up to
date.
3.4.2.2 Aplikasi
Modul Forecast to Plan pada PT. FDR menggunakan 2 (dua)
buah sistem informasi yang masing-masing mempunyai beban kerja yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan dalam proses bisnis yang ada.
Penjelasan atas dua sistem informasi tersebut dibahas seperti di bawah
ini:
133
3.4.2.2.1 EBS (Enterprise Bussiness Suite)
Aplikasi EBS ini berfungsi sebagai sistem informasi
yang digunakan untuk menangani seluruh proses forecast to plan
mulai dari forecast sampai pada tahapan released job, termasuk di
dalamnya menghasilkan laporan-laporan terkait. Semua karyawan
tetap mempunyai hak akses atas aplikasi ini.
3.4.2.2.2 Excel (Manual)
Excel manual adalah sistem perhitungan manual yang
berjalan secara pararel dengan sistem EBS. Perhitungan excel
manual sendiri merupakan metode perhitungan lama. Penggunaan
excel manual dikarenakan adanya ketidakpercayaan terhadap hasil
perhitungan dari sistem EBS. Input dari sistem perhitungan
manual sendiri adalah dokumen Order Fulfilment Schedule (OFS)
dan hardcopy spec yang akan diolah sehingga menghasilkan
output berupa kebutuhan material. Kebutuhan material disini
adalah kebutuhan murni untuk pemenuhan produksi setiap item
barang jadi yang ada di dalam dokumen Order Fulfilment
Schedule (OFS).
134
3.4.3 Permasalahan yang Dihadapi.
Permasalahan yang dihadapi dalam ruang lingkup MRP pada modul
forecast to plan adalah :
• Perhitungan persediaan material yang dari EBS yang tidak
digunakan dikarenakan ketidaksamaan nilai atau tidak valid bila
dibandingkan dengan acuan manual excel perhitungan MRP
sebelumnya.
• Repetisi proses kerja antara perhitungan dari sistem manual excel
dan sistem EBS, sehingga menambah beban kerja dari bagian
Planning Control.
Secara spesifik permasalahan diatas dapat dijabarkan sebagai
berikut : hasil output dari perhitungan MRP yang tidak digunakan
karena dianggap tidak valid, sehingga current process yang terjadi
adalah manual excel perhitungan material dijalankan parallel
dengan perhitungan MRP di EBS. Saat ini sistem berjalan secara
pararel, artinya sistem lama dan EBS berjalan berdampingan.
beberapa bagian yang terkait dalam proses forecast to plan adalah
marketing, Planning Control, dan bagian produksi serta bagian
pembelian. bagian Planning Control masih terkendala dalam
menggunakan EBS dikarenakan output perhitungan MRP pada
sistem EBS yang tidak valid, tetapi bagian pembelian (purchasing)
telah menggunakan sistem EBS sehingga pembuatan PO (Purchase
135
Order) dilakukan melalui sistem EBS. Jadi ada missing link antara
penggunaan EBS pada bagian Planning Control dan purchasing.
Tanpa adanya integrasi dalam keseluruhan proses bisnis yang
berjalan simultan, EBS tidak dapat digunakan.
Bagian marketing menggunakan EBS dengan memasukan
sales forecast serta MDS (Master Demand Schedule) pada EBS,
selanjutnya sesuai dengan ik-701-0015 bagian MPC (Material
Planning Control) akan membuat MPS (Material Planning
Schedule) berdasarkan MDS (Master Demand Schedule) yang ada.
Sebenarnya MPS (Material Planning Schedule) adalah repetisi
OFS (Order Fulfilment Schedule) document. Setelah MPS
(Material Planning Schedule) dibuat, selanjutnya akan dilakukan
perhitungan MRP (Material Requirement Planning) berdasarkan
MPS (Material Planning Schedule) yang ada. Tetapi berdasarkan
hasil pengujian sistem, hasil perhitungan MRP (Material
Requirement Planning) EBS dan MRP (Material Requirement
Planning) manual selalu berbeda sehingga sistem lama masih terus
digunakan tanpa menghiraukan sistem baru. Tentunya dalam
melakukan pembelian bahan baku membutuhkan data kebutuhan
material yang akurat yang belum dapat diberikan oleh sistem EBS.
Karena bagian pembelian telah menggunakan EBS, maka data yang
akan diolah menjadi pembelian barang harus berasal dari EBS,
136
sehingga PT. FDR menggunakan data loader untuk menembak data
manual perhitungan MRP (Material Requirement Planning)
kedalam EBS. Disintegrasi sistem yang terjadi pada bagian
Planning Control mengakibatkan terganggunya keseluruhan proses
bisnis, tetapi dengan digunakannya data loader saat ini untuk
memasukan data manual kedalam EBS maka sampai saat ini
bagian-bagian lain dapat melakukan proses bisnisnya.
Dengan menggunakan alternative data loader, saat ini
masalah disintegrasi sistem dapat di integrasikan secara paksa.
Akan tetapi ini bukanlah pemecahan masalah jangka panjang, data
loader hanyalah alternatif untuk menyatukan sistem yang belum
terintegrasi agar pekerjaan bagian lain yang sudah menggunakan
EBS tidak terganggu dengan bagian yang belum menggunakan
EBS.
3.4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah dari permasalahan di atas adalah :
• Mencari faktor-faktor penyebab perbedaan dari sistem manual excel
dengan sistem EBS
• Mencari alternatif setting parameter di EBS
• Membuat personalisasi untuk memudahkan user
137
Sistem EBS membutuhkan keutuhan keseluruhan proses untuk
mencapai maksimal. Dengan kondisi saat ini dimana output sistem EBS
dianggap tidak valid sehingga penggunaan sistem EBS oleh bagian
Planning Control terkendala. Dengan terkendalanya sistem MRP
(Material Requirement Planning) mengakibatkan proses pembuatan PR
(Purchase Requisition) material dan manufacturing scheduling tidak
dapat dilakukan. Untuk memperbaiki kendala yang dialami maka hal
utama yang harus dilakukan adalah menggunakan EBS sistem. EBS
sistem dapat menyediakan data yang valid sesuai dengan kebutuhan PT.
FDR, caranya adalah dengan mencari faktor – faktor yang menyebabkan
perbedaan data antara EBS dan manual. Bukan hanya mencari perbedaan,
akan tetapi harus dilakukan pencarian alternative setting parameter pada
sistem EBS. Seperti kita ketahui, dengan penggunaan best practice
sistem, maka bukan EBS yang menyesuaikan dengan keadaan perusahaan
tetapi perusahaan yang harus menyesuaikan dengan keadaan EBS.
Parameter pada excel manual harus terdapat pula pada EBS sistem
dengan cara adanya perhitungan yang sama seperti proses perhitungan
manual. Setelah ditemukan alternative parameter, maka harus dilakukan
personalisasi sistem sehingga memudahkan user dalam memasukkan
parameter yang ada.