7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan keadaan dimana terjadi
gangguan metabolisme pada penderitanya yang ditandai dengan
kenaikan kadar glukosa atau hiperglikemia sehingga abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan dapat menimbulkan komplikasi kronis seperti
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (Yuliana elin, 2009). 2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi DM menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah :1. DM tipe 1
DM tipe 1 ini ditandai adanya kerusakan pada sel-sel beta
pancreas akibat proses autoimun. DM tipe 1 ini biasanya
dialami < usia 30tahun.2. DM Tipe 2
Penyebab dari DM tipe 2 ini dikarenakan berkuragnya
sensitivitas tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). DM tipe
2 ini banyak menyerang pasien diatas usia 30tahun.2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus
Dimulai dari produksi insulin yang tidak efektif (resisten).
Dimana insulin berfungsi untuk menyalurkan glukosa ke dalam sel
tubuh agar dapat diubah menjadi energi. Saat insulin tidak dapat
lagi memasukkan glukosa ke dalam sel maka akan terjadi
peningkatan jumlah glukosa yang akhirnya akan muncul
hiperglikemia. Menurut Amin & Hardhi (2015) penyebab 2 tipe
utama DM sebagai berikut :1. DM tipe 1
8
DM ini ditandai dengan sel-sel beta pancreas yang dihancurkan
yang disebabkan oleh :a. Faktor genetik
Penderita tidak mempunyai keturunan diabetes tipe itu
sendiri, tetapi penderita mempunyai suatu faktor
predisposisi kearah terjadinya DM tipe 1.b. Faktor imunologi
autoimun menjadi salah satu gangguan imunologi apalagi
karena disertai pembentukan sel-sel antibody antipankreatik
atau merusak sel-sel penyekresi insulin.c. Faktor lingkungan
Yang mengubah fungsi sel beta antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi seperti virus atau toksin yang dapat
menyebabkan ekstruksi pada sel beta.2. DM tipe 2
DM ini disebabkan oleh sel beta yang megalami kegagalan
relative dan resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan
adalah :a. Genetik
Faktor keturunan menjadi kendali penting dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandunganlebih dominan
dari ibu. Sedangkan jika saudara kandung yang menderita
DM maka resiko untuk menderita DM adalah 10% dan
90% untuk kembar identik (Diabetes UK, 2010)b. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun sesuai dengan hasil penelitian di Negara maju
menunjukkan bahwa kelompok umur yang beresiko terkena
DM tipe 2 adalah usia 65 tahun keatas. Di Negara
berkembang kelompok umur yang beresiko menderita DM
9
tipe 2 adalah usia 46-64 tahun karena pada usi tersebut
terjadi intoleransi gula (Budhiarta dalam Sanjaya 2009).c. Obesitas
Berat badan lebih dari 90kg akan berpeluang jauh lebih
besar terkena DM dari pada yang kurang dari 90kg.
Sembilan dari sepuluh orang dengan obesitas berpotensi
untuk terserang DM karena obesitas mengakibatkan sel-sel
beta pancreas mengalami hipertropi yangakan berpengaruh
terhadap penurunan produksi insulin (Hasdianah, 2012)d. Gaya Hidup
Gaya Hidup yang berdampak pada munculnya DM
khususnya tipe 2 adalah gaya hidup yang kurang
melakukan aktivitas bergerak, konsumsi makanan yang
tinggi lemak dan rendah serat dapat dikatakan sebagai
kesalahan pola makan sehingga berdampak pada kelebihan
berat badan, yang selanjutnya dapat mengurangi sensitivitas
jaringan terhadap insulin dalam tubuh (Nidia, 2012).2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus
1. Patofisiologi DM tipe 1
Kondisi dimana penyakit autoimun yaitu sistem imunitas
menyerang dan menghancurkan sel yang memproduksi insulin
beta pankreas yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin
dalam darah. Akhirnya, kebutuhan insulin untuk tubuh tidak
dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas
yang berfungsi memproduksi insulin (NIDDK, 2016).
2. Patofisiologi DM tipe 2
10
Kondisi ini timbul diakibatkan oleh tubuh yang tidak mampu
lagi untuk memproduksi insulin yang cukup, ditandai dengan
berkurangnya sel beta atau defisiensi insulin dan resistensi
insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer ini
berarti telah terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin
dalam tubuh sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang
keefektifannya dalam mengantar pesan-pesan biokimia menuju
sel-sel. Sehingga obat oral gagal untuk merangsang pelepasan
insulin yang memadai, akhirnya pemberian obat melalui
suntikan dapat menjadi alternatif (CDA, 2013).
11
2.1.5 PathwayDiabetes Mellitus
Reaksiautoimun
obesitas, usia,genetik
DM Tipe
2Sel beta pancreas
hancur
DM Tipe
1Sel beta pancreas
hancur Defisiensi Insulin
Anabolisme protein
pemakaian glukosa
Lipolisis ↑katabolisme protein
kerusakanpada
antibody
kekebalantubuh ↓
neuropatisensoriperifer
resikoinfeksi
klien merasatidak sakitsaat luka
ketidakseimbangannutrisi kurang darikebutuhan tubuh
Pusatlapar dan
haus
merangsang
hipotalam
Polidipsidan
polifagi
arterosklerosis
Gliserol asamlemak bebas
↑
ketoge
nesis
ketouria
-mual, muntah-hiperventilasi
ketoasidosis
makrovaskuler mikrovaskule
r
nyeri aku
miokard infark
jantung cerebr
alpenyum
batan otak
stroke
resiko
cedera
gangguanpenglihata
n
ginjalretina
neuropati
nekrosis luka
Glycosuria
Hiperglikem
ia
osmoti
c
diuresis
poliuri
a
dehidra
si
kekurangan volume
cairan
gagalginjal
Gangrenkerusakan integritas
jaringan Ansietas
viskos
itas
alirandarah ↓
iskemi
k
Gambar 2.1 Pathway Diabetes Mellitus, Nurarif, A. H & Kusuma, H.
2015
12
2.1.6 Manifestasi Klinis Diabetes MellitusAdanya penyakit DM justru sering tidak dirasa dan tidak
disadari oleh pasien. Beberapa gejala yang perlu mendapat
perhatian bagi pasien DM menurut Corwin (2009) yaitu :1. Keluhan Klasik
a. Poliuriaketika jumlah kadar gula meningkat, maka glukosa tersebut
akan disekresi melalui urine, jika kadar glukosanya jauh
lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air tambahan
guna mengencerkan sejumlah glukosa yang telah hilang
tersebut, klien menjadi sering berkemih dalam jumlah yang
banyak itu karena ginjal menghasilkan air kemih dalam
jumlah yang lebih pula.b. Polidipsi
Penderita akan sangat sering mengalami rasa haus oleh
karena banyak cairan yang keluar melalui urine. Tentunya
klien akan mengatasinya dengan banyak minum.c. Polifagi
Lapar akan sering sekali dialami pasien DM karena kalori
dalam makanan yang pasien makan setelah diolah atau
dimetabolisasikan menjadi glukosa justru tidak seluruhnya
mampu dimanfaatkan dengan semestinya, akibatnya dari
banyak kalori yang telah hilang kedalam urine, untuk
mengkompensasinya, tentunya pasien akan banyak makan.d. Penurunan berat badan
Berat badan menurun akan dapat berlangsung bahkan
dalam waktu yang relative singkat. Hal ini karena sejumlah
besar kalori hilang kedalam urine dan juga karena glukosa
yang tidak mampu masuk kedalam sel, sehingga untuk
13
menghasilkan tenaga, sel akan kekurangan sumber bahan
bakar dan terpaksa mengambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak
dan otot sehingga berat badan berkurang.2. Keluhan Lain
a. Kelelahan dan kelemahan, penglihatan berubah secara
mendadak, kesemutan ditangan dan kaki, kulit teraba
kering, perlukaan yang lambat sembuh, atau terjadi infeksi
yang berulang-ulang.b. Permulaan DM tipe 1 biasanya mual, muntah, atau nyeri
lambung.c. Sedang DM tipe 2 apabila diabetes tersebut tidak terdeteksi
selama bertahun-tahun akan muncul komplikasi misalnya
penyakit mata,neuropati perifer, penyakit vascular perifer
dan sebelum diagnosis yang sebenarnya ditegakkan.d. Muncul tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA)
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, dan
nafas berbau buah yang berlanjut pada tingkat kesadaran
yang menurun sampai kematian.2.1.7 Komplikasi Diabetes mellitus
Komplikasi yang muncul pada klien dengan DM bersifat
akut dan juga kronis, diantaranya :1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) muncul
sebagai wujud dari komplikasi DM yang disebabkan oleh
pengobatan yang kurang tepat.b. Ketoasidosis diabetik
Biasa disebut KAD yang disebabkan karena kelebihan
kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam
14
tubuh sudah sangat menurun akhirnya terjadi kekacauan
metabolic.c. Sindrom Hiperglikemia Hiperosmoler Nonketotik Koma
(HHNK) Sindrom ini merupakan salah satu komplikasi DM dengan
hiperglikemia cukup berat karena kadar glukosa serumnya
lebih dari 600 mg/dl.2. Komplikasi kronik
a. Mikroangiopati (kerusakan yang terjadi dipembuluh darah
perifer) sehingga mengakibatkan gangguan pada beberapa
fungsi tubuh, yaitu:1) Retinopati diabetika (kerusakan yang menyerang retina
mata penderita) dapat meyebabkan kebutaan pada
penderitanya.2) Neuropati diabetika (kerusakan yang menyerang
pembuluh darah perifer) akhirnya muncul gangguan
sensori pada beberapa bagian tubuh.3) Nefropati diabetika (kerusakan atau kelainan terdapat
pada ginjal) yang menyebabkan kegagalan pada ginjalb. Makroangiopati
1) Kelainan jantung dan pembuluh darah seperti IMA dan
kelainan fungsi jantung lainnya yang disebabkan
arteriskelosis.2) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke3) Munculnya gangguan pembuluh darah kaki.
c. Gangren diabetika karena adanya luka yang tidak kunjung
sembuh (Clevo Rendi, 2012).2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan penyakit DM selain mengkaji tanda dan
gejala yang muncul dan dialami pasien, juga harus dilaksanakan tes
diagnostik, diantaranya :1. Kadar glukosa darah
15
Tabel 2.1 Kriteria Diabetes Mellitus
Jenis Indikator Nilai IndikatorGlukosa plasma
sewaktu
Tidak puasa >200mg/dl Diambil setiap
waktu/diperlukanGlukosa plasma
puasa
Puasa >140mg/dl Diambil setelah
klien puasa 8jamTTGO Puasa >200mg/dl 2jam pp
2. Tes laboratorium DMPada pasien DM jenis tes dapat berupa tes saring, tes
monitoring terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.a. Tes saring
Tes saring pada DM adalah:1) Gula Darah Puasa, Gula Darah Sewaktu2) Tes glukosa urin:
a) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)b) Tes carik celup (metode glucose oxidase)
b. Tes monitoring terapiTes-tes monitoring tarapi DM adalah:1) GDP : plasma vena, darah kapiler2) GD2PP : plasma vena3) A1c : darah vena, darah kapiler
c. Tes untuk mendeteksi komplikasiTes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:1) Mikroalbuminuria : Ureum, kreatinin, asam urat2) Kolestrol total3) Kolestrol LDL 4) Kolestrol HDL5) Trigliserida
2.1.8 PenatalaksanaanTujuan utama terapi DM yaitu guna menormalkan dan
menstabilkan insulin dan juga kadar glukosa darah yang nantinya
untuk memperkecil persentase komplikasi yang mungkin dapat
muncul. Caranya yaitu harus senantiasa memelihara kualitas hidup
yang baik. Komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :a. Manajement diet
Untuk mencapai keseimbangan dan untuk mempertahankan
kadar glukosa darah dan juga lipid mendekati normal,
16
mencapai dan mempertahankan berat badan dalam batas
normal, serta meningkatkan kualitas hidup (Damayanti, 2015). b. Terapi nutrisi
Terapi nutrisi dikhususkan untuk meningkatkan nutrisi pasien
DM ini agar lebih intensif lagi dengan menilai makanan dan
asupan gizi, memberikan konseling yang menghasilkan
peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DM.
Terapi nutrisi diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya
dan peningkatan hasil seperti pengurangan A1c. Terapi nutrisi
dapat dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan pasien,
komorbiditas, kondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya
(Redmon, 2014).c. Latihan fisik (olahraga)
Dengan berolahraga dapat mengaktifasi ikatan insulin dan
reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Latihan fisik yang
rutin dapat memelihara berat badan yang normal dengan indeks
massa tubuh. Manfaat dari latihan fisik ini adalah dapat
menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah
kadar lemak dalam darah (Damayanti, 2015).d. Pemantauan kadar gula darah (monitoring)
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau
hipoglikemia, pada akhirnya akan mengurangi komplikasi
diabetik jangka panjang. Beberapa hal yang harus dimonitoring
17
adalah glukosa darah, glukosa urin, keton darah, keton urin.
(Damayanti, 2015).e. Pendidikan perawatan kaki
Pendidikan harus didasarkan pada pengetahuan pasien tentang
kebutuhan individu dan faktor risikonya. Pendidikan harus
mencakup: 1) Memeriksakan kaki setiap hari terkait luka, memar,
perdarahan, kemerahan dan masalah kuku.2) Harus diusahakan untuk mencuci kaki setiap hari kemudian
mengeringkan dengan cara yang benar.3) Tidak merendam kaki tanpa anjuran oleh dokter, perawat
atau tenaga kesehatan yang bersangkutan (Redmon, 2014). f. Berhenti merokok
Perilaku merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi
makrovaskuler 4-400% pada orang dewasa dengan DM.
Seiring berjalannya waktu, produk tembakau dan nikotin telah
diperluas (Termasuk e-rokok, pipa air dan produk larut).tim
perawatan harus disarankan tentang ini, perkembangan dalam
rangka untuk menyaring dan memberi nasihat tepat. Berhenti
mengkonsumsi tembakau sangat mungkin menjadi salah satu
faktor kebanyakan intervensi bermanfaat yang tersedia, dan
harus ditekankan oleh dokter (Redmon, 2014).g. Terapi farmakologi
Menjaga kadar gula darah tetap dalam batas kondisi mendekati
normal adalah tujuan diberikannya terapi insulin ini. Pada DM
tipe 2, insulin memang diperlukan sebagai terapi jangka
panjang agar dapat membantu mengendalikan kadar glukosa
darah jika dengan beberapa cara seperti terapi nutrisi, latihan
18
fisik dan obat hipoglikemia oral tersebut tidak dapat membantu
kadar gula darah dalam rentang normal. h. Pendidikan kesehatan
Pemberian pemahaman terhadap penderita tentang penyakit
DM sangatlah penting dan memerlukan perilaku penanganan
yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya sekedar tau tapi
juga belajar keterampilan untuk merawat dirinya sendiri agar
menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mungkin bisa
terjadi secara mendadak, dan juga harus memiliki perilaku
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi
diabetik jangka panjang. Pasien diharuskan mengerti dan
memamhami mengenai nutrisi untuk penderita DM, manfaat
dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit,
strategi pencegahan, teknik pengontrolan gula darah dan
penyesuaian terhadap terapi lainnya (Damayanti, 2015).2.2 Konsep Gangren
2.2.1 Definisi
Gangren adalah jaringan nekrosis yang dapat diebut juga
sebagai jaringan mati yang disebabkan oleh terdapatnya emboli
dalam pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
menghentikan suplai darah. Juga dapat terjadi akibat dari adanya
proses inflamasi dalam waktu yang lama, adanya luka karena
gigitan serangga, terbakar atau mungkin kecelakaan saat bekerja,
proses degenerative (arteriosklorosis) atau DM (Maryunani, 2013).
Diabetes mellitus dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan
19
komplikasi angiopathy dan neuropathy yang merupakan penyebab
dasar terjadinya gangren (Dwi Erin, 2015)
2.2.5 Etiologi Gangren
Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen
yaitu meliputi neuropati sensori perifer, trauma, deformitas,
iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan edema.Faktor utama
penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu
yang pertama faktor endogen dan selanjutnya faktor eksogen.
Faktor endogen terdiri dari genetik metabolik, angiopati diabetik,
neuopati diabetik sedangkan dari faktor eksogen yaitu trauma,
infeksi, dan obat-obatan (Wijaya & Putri, 2013).Terdapat 2
penyebab ulkus diabetik secara umum yaitu neuropati dan
angiopati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu kelainan pada
urat saraf akibat dari diabetes melitus yang dapat merusak urat
saraf penderita dan menyebabkan menurun bahkan hilangnya
sensasi nyeri pada kaki. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa
dan menurunnya kemampuan merasakan sensasi sakit, panas atau
dingin. Titik tekanan seperti kaki depan lebih banyak menahan
berat badan sangat rentan terhadap luka tekan.Angiopati diabetik
merupakan suatu penyempitan pada pembuluh darah besar atau
kecil yang jika dialami penderita diabetes mellitus akan mudah
menyebabkan penyempitan dan penyumbatan oleh gumpalan
darah.Jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah sedang atau
besar pada tungkai, maka dapat mengakibatkan terjadinya gangren
20
diabetik, yaitu luka pada daerah kaki yang berbau busuk dan
berwarna merah kehitaman. Adapun angiopati dapat menyebabkan
terganggunya asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik sehingga kulit
akan sulit sembuh. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya
pada asupan nutrisi dan oksigen ke jaringan tersebut, sehingga
timbullah risiko terbentuknya nekrotik (Maryunani, 2013).
2.2.6 Patofisiologi
Salah satu akibat komplikasi kronik DM adalah ulkus
diabetik yang disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut
dengan trias yaitu Iskemik, Neuropati dan Infeksi. Pada penderita
DM apabila kadar glukosa dalam darah tidak terkendali dalam
jangka waktu yang lama maka akan terjadi komplikasi kronik yaitu
neuropati yang menimbulkan perubahan jaringan saraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
akson mnghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia,
menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit
kering dan hilang rasa, apabila penderita diabetes tidak berhati-hati
dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. Iskemik
merupakan keadaan yang disebabkan oleh kekurangan darah dalam
jaringan secara otomatis jaringan juga kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah
sehingga sirkulasi jaringan menurun ditandai dengan hilang atau
kekurangannya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal yang akan
21
berlanjut menjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus. Timbul
juga ateroklrosis yang merupakan kondisi dimana arteri menebal
dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam
pembuluh darah. Menebalnya arteri dikaki akan mengurangi
suplai darah sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman dan berdampak pada kematian jaringan yang berkembang
menjadi gangren diabetika. Proses angiopati pada penderita DM
berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer,
sering terjadi ada tungkai bawah terutama kaki, akibat perifer
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian
timbul ulkus diabetika. Pada DM yang tidak terkendal akan
menyebabkan penebalan tunika intima (hyperplasia membrane
basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah
kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin kelenjar kapiler
sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul
nekrosis jarigan yang mengakibatkan ulkus diabteika. (Hastuti
2009)
2.2.7 Gejala Umum
Berdasarkan jenis gangrene gejalanya dibedakan menjadi:
1. Gangrene keringBiasanya akan dijumpai munculnya gejala permulaan berupa
nyeri pada daerah yang bersangkutan, daerah menjadi berwarna
pucat, kebiruan dan bercak ungu yang lama-kelamaan
menghitam. Tidak teraba denyut nadi namun bila diraba terasa
kering dan dingin. Ganggren berbatas tegas dengan rasa
22
nyeri/sakit lambat laun berkurang dan akhirnya menghilang.
Gangren kering ini dapat terlepas dari jaringannya yang utuh.2. Gangren basah
Terdapat bengkak pada daerah yang mengalami perlukaan,
terjadi perubahan warna mulai dari merah tua menjadi hijau
yang akhirnya kehitaman, dingin, basah, lunak dan muncul
jaringan nekrosis yang berbau busuk ada juga yang tidak.2.2.8 Faktor Resiko
Penderita DM yang beresiko tinggi mengalami gangren menurut
Brunner & Suddarth, (2013) yaitu :1. Usia pasien yang melebihi 40tahun2. Riwayat perokok3. Penurunan denyut nadi perifer4. Penurunan sensitibilitas5. Deformitas anatomis / bagian yang menonjol (seperti kalus)6. Riwayat ulkus kaki (amputasi)7. Pengendalian kadar glukosa yang buruk.
2.3 Konsep Ansietas2.3.5 Definisi Ansietas
Ansietas merupakan Perasaan kurang nyaman atau perasaan
khawatir yang tidak jelas disertai respon autonom (sumber biasaya
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan tanda isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk
bertindak menghadapi ancaman tersebut (Bulechek, dkk 2013)
2.3.6 Klasifikasi ansietas
Menurut Febriana (2015) ansietas (kecemasan) dalam
konteksnya dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :
1. Ansietas (kecemasan) ringan
23
Kecemasan yang masih erat kaitannya dengan ketegangan yang
dihadapi sehari-hari. Kriteria kecemsan ringan adalah
peningkatan konsentrasi dan perhatian, waspada mampu
menghadapi situasi yangbermasalah ingin tahu, mengulang
pertanyaan dan kurang tidur.2. Ansietas (kecemasan) sedang
Individu akan terfokus hanya pada fikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, tidak
perhatian, sulit konsentrasi, sulit beradaptasi, pernafasan dan
denyut nadi meningkat, tremor.3. Ansietas (kecemasan) berat
Lapang persepsi pada individu sangat sempit. Individu terpusat
perhatiannya pada sesuatu detil yang kecil (spesifik) dan tidak
dapat berfikir terhadap hal-hal lain. Perlu banyak perhatian atau
arahan untuk berfokus pada area lain. Kriteria kecemasan berat
antara lain persepsi turun, tidak mampu konsntrasi,
kebingungan, kesulitan untuk komunikasi, hiperventilasi,
takikardi, sakit kepala dan mual.4. Panik
Individu kehilangan kendali dirinya dan akan terjadi
peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
tidak mampu berfikir secara rasional. Biasanya juga akan
disertai dengan disorganisasi kepibadian.2.3.3 Batasan Karakteristik Ansietas
Menurut Herdman, T. Heather & Kamitsuru, S (2017) batasan
karakteristik ansietas (kecemasan) yaitu :
1. Perilaku
24
Perilaku meliputi penurunan produktivitas individu, gerakan
yang tidak sesuai, melihat objek hanya sepintas, gelisah,
insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekhawatiran, mengintai, agitasi, dan selalu waspada.2. Affektif
Affektif meliputi gelisah, distress, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri,
peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang
berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,,
disorientasi, menyesal, dan tidak yakin/ragu.3. Fisiologis
Fisologis meliputi wajah tegang, tremor tangan, peningkatan
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, suara bergetar.4. Simpatik
Simpatik meliputi anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare,
mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-
debar,peningkatan tekanandarah, denyut nadi, reflek, frekuensi
dan pernafasan, pupil melebar, kesulitan bernafas,
vasokontriksi superfisial, lemah, kedutan pada otot.5. Parasimpatik
Parasimpatik meliputi nyeri pada abdomen, penurunan tekanan
darah, penurunan denyut nadi, diare, mual, vertigo, letih,
gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih,
anyang-anyangan, dorongan segera berkemih.6. Kognitif
Kognitif meliputi individu menyadari gejala fisiologis yang
dialami, fikiran yang buntu, konfusi, penurunan lapang
persepsi, kesulitan dalam berkonsentrasi, penurunan pada
kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah, ketakutan
25
teradap konsekuensi yang tidak spesifik, pelupa, perhatian yang
terganggu, khawatir berlebihan, melamun, cenderung selalu
menyalahkan orang lain.2.3.4 Faktor yang berhubungan
Menurut Amin & Hardhi (2015) faktor-faktor yang berhubungan
dengan ansietas (kecemasan) sebagai berikut :1. Perubahan dalam (status ekonomi, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status peran).2. Terkait keluarga3. Infeksi/ kontaminasi interpersonal4. Stress, Ancaman kematian5. Penyalahgunaan zat6. Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, status peran, konsep diri)7. Kebutuhan yang tidak dipenuhi8. Konflik tentang tujuan hidup
2.3.5 Manifestasi KlinisMenurut DPP PPNI (2017) manifestasi klinis ansietas yaitu :1. Mayor
a. Subjektif : perasaan bingung, merasa khawatir berlebih,
tidak mampu berkonsentrasi.b. Objektif : terlihat gelisah, tegang, dan sulit tidur.
2. Minora. Subjektif : mengeluhkan rasa pusing, tidak nafsu makan,
palpitasi, merasa lemah dan takberdaya.b. Objektif : Peningkatan respirasi, Peningkatan frekuensi
nadi, Peningkatan tekanan darah, tremor, wajah akan
terlihat sayu dan pucat, suara bergetar, kontak mata buruk,
sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.2.3.6 Faktor yang mempengaruhi
Menurut DPP PPNI (2017) faktor yang berpengaruh yaitu :
1. Penyakit kronis progresif
2. Penyakit akut
26
3. Penyakit neurologis
4. Rencana operasi
5. Hospitalisasi
6. Mengalami kondisi yang belum jelas diagnosis penyakitnya
2.3.7 DampakAnsietas (kecemasan) dapat merangsang hipotalamus untuk
bekerja secara langsung dalam saraf otonom. Dari stimulasi respon
stress dapat meningkatkan kerja dari sistem saraf simpatis yang
merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang fungsinya untuk
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan juga meningkatkan
resistensi dari vascular di dalam tubuh. Dalam kondisi ini dapat
meningkatkan beban kerja dari jantung sehingga terjadilah
peningkatan kebutuhan oksigen dari jantung (Monhan, F. D, dkk
2007 dalam Aan Nuraeni, Ristina Mirwati, 2017).Stres fisik maupun emosional dapat juga mempengaruhi
sistem endokrin karena stress fisik maupun pikiran dapat
mengaktifkan amigdala.Respon yang ditimbulkan dari amigdala
tersebut yaitu menstimulus sistem hormonal dalam hipotalamus
dan merangsang keluarnya hormon CFR (Corticotropin Relasting
Factor). Hormon ini akan menstimulus hipofisis untuk melepaskan
hormone ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah.
Selanjutnya ACTH akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk
menghasilkan kortisol. Peningkatan kortisol dapat menyebabkan
penekanan sistem imun pada tubuh, sehingga pasien dengan
27
ansietas (kecemasan) akan lebih rentan terkena infeksi (Gyuton &
Hall, 2007 dalam Aan Nuraeni, Ristina Mirwati,2017).2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Komplikasi
Gangren dengan Masalah Keperawatan Ansietas2.4.1 Pengkajian
Tahap awal dari proses keperawatan adalah pengkajian.
Pengkajian dilakukan secara komperhensif dengan adanya aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual. Adapun pengkajian
keperawatan pada pasien diabetes mellitus komplikasi gangren
diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013) :
1. Identitas PasienIdentitas pasien dapat meliputi identitas pasien secara umum
yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, alamat,pekerjaan, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.2. Keluhan utama
Keluhan utama harus ditulis singkat dan jelas, yang merupakan
keluhan paling dirasa klien. Pada pasien diabetes mellitus
dengan gangrene keluhan utama paling dirasa umumnya badan
terasa lemas disertai penglihatan kabur, sering berkemih dan
terdapat gangguan mobilitas fisik karena gangrene. Pada
ansietas pasien menyatakan gelisah, atau bahkan insomnia.3. Riwayat kesehatan sekarang
Perjalanan pasien mulai dari keluhan pasien sebelum dibawa ke
rumah sakit sampai tiba di rumah sakit yang terdiri dari kapan
luka terjadi, penyebab terjadinya luka, dimana tempat luka dan
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi luka tersebut.4. Riwayat kesehatan dahulu
28
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas, riwayat penyakit jantung, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan penderita.5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dapat dilihat dari genogram
keluarga yang akan menunjukkan salah satu anggota keluarga
juga mengalami DM atau penyakit keturunan yang
mengakibatkan defisiensi insulin misalnya jantung, hipertensi.6. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial meliputi informasi perilaku seperti
penurunan produktivitas, gerakan ekstra, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekhawatiran, agitasi, mengintai dan tampak waspada.
Informasi affektif seperti distress, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, putus asa, gugup,
menggemerutukkan gigi, menyesal, ragu. Informasi kognitif
seperti Menyadari gejala fisiologis, bloking fikiran,konfusi,
penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi,
penurunan kemampuan belajar dan memecahkan masalah,
ketakutan teradap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa,,
melamun dan cenderung menyalahkan orang lain. Selain
perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya juga disertai tanggapan keluarga..7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi1) Anoreksia
29
2) Mual dan muntahb. Aktivitas/ istirahat
1) Insomnia2) Kelemahan
c. Eliminasi1) Sering berkemih, anyang-anyangan2) Diare/konstipasi
d. HygieneKebersihan diri pasien biasanya dibantu oleh keluarga.
8. Pemeriksaan fisika. Keadaan umum
Dimulai dari pertama kali kita bertemu dengan klien dan
dilanjutkan dengan mengukur tanda-tanda vital klien.
Kesadaran klien diamati apakah compos mentis (GCS : 14-
15 = E4, V5, M6), apatis (GCS : 12-13), delirium (GCS :
10-11), samnolen (GCS : 7-9), spoor (GCS ; 5-6),
semikoma (GCS : 4) atau koma (GCS : 3 = E1, V1, M1).b. Tanda-tanda vital
Peningkatan/penurunan tekanan darah, suhu, denyut nadi,
dan peningkatan respirasi.c. Kepala dan muka
Inspeksi : mengamati bentuk kepala, kesimetrisan wajah,
ekspresi wajah biasanya tegang dan gelisah,
amati warna rambut dan keadaan rambut
mengenai kebersihan, amati apakah terdapat
edema atau bekas luka di kepala dan mukaPalpasi :mengkaji kerontokan pada rambut, pembengkakan
pada muka, adakah benjolan abnormal.d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : mengamati kesimetrisan mata kanan dan kiri,
mata juling ada/tidak, biasanya mata cowong
karena insomnia, konjungtiva merah muda atau
30
anemis, sklera ikterik/putih, pupil kanan kiri
isokor, reflek pupil terhadap cahaya miosis.Palpasi : mengkaji adanya nyeri tekan yang timbul pada
mata kanan maupun kiri.e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : mengamai kesimerisan telinga kanan dan kiri,
amati menggunakan alat pendengar atau tidak,
ada tidaknya lesi, ada tidaknya perdarahan, ada
serumen atau tidak.Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan di telinga kanan kiri.
f. Pemeriksaan HidungInspeksi : mengamati keberadaan septum tepat di tengah
atau tidak, kaji adanya massa abnormal dalam
hidung dan adanya sekretPalpasi : mengkaji adanya fraktur dan nyeri saat ditekan.
g. Pemeriksaan MulutInspeksi: mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir
sumbing), kesimerisan, kelembaban,biasanya
mukosa bibir kering, sianosis atau tidak,
pembengkakan, lesi, amati adanya stomatitis
pada mulut,adakah gigi berlubang, warna gigi
dan lidah Palpasi : mengkaji adakah nyeri tekan pada pipi dan mulut
bagian dalam.h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi: mengkaji adanya luka, kesimetrisan, massa
abnormalPalpasi : mengkaji adanya pembesaran vena jugularis dan
pembesaran kelenjar tiroid.i. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi : mengamati kesimetrisan payudarakanan dan kiri,
mengamati ada lesi atau tidak.
31
Palpasi : mengkaji adakah nyeri tekan saat ditekan.j. Pemeriksaan thorax
1) Paru-paruInspeksi : kesimetrisan, bentuk/ postur dada, gerakan
nafas, warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/penonjolan, RR
mengalami peningkatan.Palpasi : getaran dada sama/tidak.Perkusi : sonor bila berbunyi normal Auskultasi :normal bila terdengar vasikuler pada
kedua dan apakah ada suara tambahan3) Jantung
Inspeksi : mengamati ictus cordis tampak atau tidakPalpasi : teraba atau tidak ICSPerkusi : normalnya terdengar pekakAuskultasi : biasanya terdengar murmur
k. Pemeriksaan abdomenInspeksi : amati ada atau tidaknya luka, jaringan parut,
amati letak umbilicus, amati warna kulitAuskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20/menit)Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekanPerkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.
l. Pemeriksaan IntegumenInspeksi : amati warna kulit, kelembapan, turgor kulit.Palpasi : akral teraba hangat atau dingin, CRT (Capilary
Refil Time) pada jari normalnya <2 detik.m. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi: mengkaji kekuatan dan tonus otot, adakah
fraktur atau tidak.Palpasi : Ada atau tidaknya edema
o. Pemeriksaan GenetaliaInspeksi : Amati apakah terpasang kateter atau tidak.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa
1) Gula darah sewaktu / rendom > 200mg/dl.
2) Gula darah puasa / nuchter >140mg/dl
32
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial )> 200mg/dl.
b. Aseton plasma: hasil (+) mencolok.
c. lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol.
d. Osmolsaritas serum (> 330 osm/l)
e. Urinalisis : proteinuria, ketonuria glukosuria
i. Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan merupakan penilaian dari respon
individu terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial,
yang dapat dilihat untuk mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara tepat agar mampu merubah status kesehatan klien
(Herdman, 2017). Adapun diagnosa keperawatan yang akan diteliti
pada studi kasus ini yaitu :Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan, kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)2.4.2 Intervensi Keperawatan
SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia)
mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan oleh pengetahuan
dan penelitian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang di
harapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018). Dapat dijabarkan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSAKEPERAWATAN
TUJUAN DANKRITERIA HASIL
INTERVENSI
1. Ansietas Definisi : meminimalkankondisi individu danpengalaman subyektifterhadap objek yang tidakjelas dan spesifik akibat
SLKI :
1. Mampu membergambarankecemasan polakopingnya
SIKI :Terapi RelaksasiObservasi1. Identifikasi tingkat
penurunan energy,ketidakmampuan
33
antisipasi bahaya yabfmemungkinkan individumelakukan tindakanuntuk menghadapiancaman..Penyebab :1. Krisis situasional2. Kebutuhan tidak
terpenuhi3. Krisis maturasional4. Ancaman terhadap
konsep diri5. Ancaman terhadap
kematian6. Kekhawatiran
mengalamikegagalan
7. Disfungsi systemkeluarga
8. Hubungan orangtua-anak tidakmemuaskan
9. Faktor keturunan(tempramen mudahteragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat11. Terpapar bahaya
lingkungan (mis.toksin, polutan, danlain-lain)
12. Kurang terpaparinfomasi
Gejala dan TandaMayorSubjektif :1. Merasa bingung2. Merasa khawatir
dengan akibat dankondisi yangdihadapi
3. Sulit berkonsentrasiObjektif :1. Tampak gelisah2. Tampak tegang3. Sulit tidur
Gejala dan TandaMinorSubjektif :
sendiri
2. Mampumenunjukkanadanyapeningkatankonsentrasi
3. Mampumempertahankantingkat fungsiperan yangdiinginkanbesertapemecahanmasalahnya
4. Mampumengidentifikasidanmengemukakanpemicukecemasan,konflik danancaman
5. Menunjukankembalinyaketerampilandasar dalampemecahanmasalah
6. Menunjukanadanyapeningkatanfokus fikiran
7. Klien memilikipostur, ekspresiwajah, gerakandan tingkataktivitas yangmencerminkanpenurunantekanan stres ataucemas
8. Menunjukanpengendalian diriterhadapkecemasan
berkonsentrasi,atau gejala lainyang mengganggukemampuankognitif.
2. Identifikasi teknikrelaksasi yangpernah efektifdigunakan
3. Identifikasikesendiaan,kemampuan, danpenggunaan tekniksebelumnya
4. Periksa keteganganotot, frekuensinadi, tekanandarah, dan suhusebelum dansesudah latihan
5. Monitor responsterhadap terapirelaksasi
Terapeutik1. Ciptakan
lingkungan yangtenang dan tanpagangguan denganpencahayaan dansuhu ruangnyaman, jikamemungkinkan
2. Berikan informasitertulis tentangpersiapan danprosedur teknikrelaksasi
3. Gunakan pakaianlonggar
4. Gunakan nadasuara lembut danberirama
5. Gunakan relaksasisebagai strategipenunjang dengananalgesic atautindakan medis
34
1. Mengeluh pusing2. Anoreksia3. Palpitasi4. Merasa tidak
berdayaObjektif :1. Frekuensi nafas
meningkat2. Frekuensi nadi
meningkat3. Tekanan darah
meningkat4. Disforesis5. Tremor6. Muka tampak pucat7. Suara bergetar8. Kontak mata buruk9. Sering berkemih10. Berorientasi pada
masalalu
lain, jika sesuai
Edukasi1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,dan jenis relaksasiyang tersedia (mis.music, meditasi,nafas dalam,relaksasi ototprogresif)
2. Jelaskan secararinci intervensirelaksasi yangdipilih
3. Anjurkanmengambil posisinyaman
4. Anjurkan rileksdan merasakansensasi relaksasi
5. Anjurkan seringmengulangi ataumelatih teknikyang dipilih
6. Demonstrasikandan latih teknikrelaksasi (mis.nafas dalam,imajinasiterbimbing).
Sumber: Tim Pokja DPP PPNI,2018.
Dari beberapa intervensi diatas, peneliti mengambil intervensi terapi
relaksasi otot progresif. Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif telah diuji
keefektifannya dalam beberapa penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Artikel 1 : Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JKK) Vol.3/No.1
a. Judul : Relaksasi Otot Progresif Pada Klien Diabetes Mellitus
Dengan Masalah Keperawatan Ansietas di POLINDES kelurahan
Bendomungal Kecamatan Bangil
b. Peneliti : Yana Karina dan Esti Widiani
35
c. Metode : Penelitian ini merupakan rancangan studi kasus dengan
pendekatan proses keperawatan menggunakan intervensi teknik relaksasi
otot progresif. Klien dianalisa secara mendalam mengenai tingkat ansietas
dengan menggunakan nursing outcome yang mencakup tidak dapat
beristirahat, perasaan gelisah, rasa takut yang disampaikan secara lisan,
rasa cemas yang dirasakan secara lisan, peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi pernafasan, pusing,
gangguan tidur, perubahan pada pola BAB, perubahan pada pola makan.
d. Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot
progresif pada penderita diabetes mellitus yang mengalami ansietas.
e. Kata kunci : Diabetes Mellitus, Ansietas, Relaksasi Otot
Progresif
f. Latar Belakang :Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat
tubuh kekurangan insulin baik absolute maupun relatif dan gangguan
keseimbangan antara transportasi glukosa ke dalam sel sehingga
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat. Penderita diabetes
mellitus akan muncul masalah diantaranya dapat berupa ansietas atau
kecemasan. Ansietas ini jika tidak diatasi akan semakin menyulitkan
dalam pengelolaan diabetes mellitus. Ansietas pada penderita diabetes
mellitus dikarenakan bahwa diabetes dianggap merupakan suatu penyakit
yang menakutkan, karena mempunyai dampak negatif yang kompleks
terhadap kelangsungan kecemasan individu. Ansietas terjadi karena
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis.
36
g. Hasil Penelitian : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
6X30 menit didapatkan hasil data subjektif yaitu klien merasakan rileks,
pusing klien sudah berkurang, klien senang diajarkan relaksasi tersebut,
klien sudah bisa merasakan kenyamanan saat beristirahat, klien
mengatakan juga menambahkan porsi makan dengan banyak serat agar
klien tidak mudah untuk konstipasi, klien buang air besar satu kali sehari
dengan konsistensi padat.
h. Kesimpulan : Setelah dilakukan tindakan terapi relaksasi otot
progresif menunjukkan bahwa masalah ansietas berhubungan dengan
status kesehatan saat ini teratasi dengan skor 4-5 atau dengan kategori
ringan dan tidak ada masalah.
2. Artikel 2 : Journal Of Islamic Nursing Vol.2/No.2
a. Judul : Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progressif Pada
Klien Ansietas Di Kelurahan Ciwaringin, Bogor
b. Peneliti : Syisnawati, Budi Anna, Yossie Susanti Eka Putri
c. Metode : Pada penerapan terapi relaksasi otot progressif ini,
penulis menggunakan pendekatan hubungan interpersonal peplau,
sehingga proses awal dimulai dari identifikasi, eksploitasi dan resolusi
hingga pencapaian pemberian terapi relaksasi otot progressif.
d. Tujuan : Melaporkan adanya pengaruh penerapan terapi
keperawatan relaksasi otot progresif terhadap tanda dan gejala cemas.
e. Kata kunci : Terapi Relaksasi Otot Progresif, Ansietas
f. Latar belakang :Ansietas adalah kebingungan atau kekhwatiran,
ketidakberdayaan dan ketidakamanan pada sesuatu dihubungkan dengan
37
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Ansietas merupakan suatu
keresahan atau perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah yang disertai
dengan respon autonomis, sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu.
g. Hasil Penelitian : Dilihat dari tanda dan gejala pada aspek afektif
sebelum diberikan tindakan keperawatan yang terbanyak adalah khawatir
dan gugup sebanyak 16 orang. Setelah diberikan terapi (post) semua klien
dengan diagnosa ansietas memiliki kemampuan spesialis untuk mengatasi
masalah ansietasnya. Rata-rata peningkatan kemampuan tersebut dialami
oleh semua responden yaitu sebanyak 16 orang.
h. Kesimpulan :Terapi relaksasi progressif berpengaruh terhadap
penurunan tanda dan gejala ansietas dan peningkatan kemampuan klien
ansietas yang di rawat. Relaksasi otot progressif merupakan salah satu
terapi spesialis yang sangat dianjurkan untuk menurunkan kecemasan pada
klien dengan penyakit kronik karena terapi ini memiliki efek yang besar
terhadap penurunan tanda dan gejala pada aspek fisiologis.
3. Artikel 3 : JRKN Vol. 02/No. 01/April/2018
a. Judul : Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Rs Muhammadiyah Lamongan.
b. Peneliti : Abdul Rokhman, Ahsan dan Lilik Supriati
c. Metode : Menggunakan metode quasi eksperimental dengan
pre-post test control group design dengan intervensi terapi
38
d. Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap kecemasan dan kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus.
e. Kata kunci : Diabetes Mellitus tipe 2, Kecemasan, Kualitas
Hidup, Terapi Progressive Muscle Relaxation
f. Latar belakang : Diabetes mellitus merupakan sekelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas
insulin dan keduanya. Beberapa dampak yang dialami oleh pasien
diantaranya dampak fisik yaitu retinopati diabetik, nefropati diabetic, dan
neuropati diabetic. Sedangkan dampak psikologis yang terjadi yaitu
kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan,
depresi, kesepian, tidak berdaya juga dapat menjadi pasif, tergantung,
merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita.
g. Hasil penelitian : Hasil analisis indikator yang paling dipengaruhi
oleh terapi progressive muscle relaxation yaitu respon fisiologis dengan
nilai p < 0,000 (p value < 0,05). Terapi progressive muscle relaxation ini
mampu menurunkan respon fisiologis tubuh yang tegang menjadi rileks.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat perbedaan
kecemasan pasien DM tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan terapi
progressive muscle relaxation. Hasil uji statistik nilai p 0,000 (p< 0,005)
dengan selisih perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi
sebesar 2,72.
h. Kesimpulan : Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh terapi progressive muscle relaxation terhadap
39
kecemasan dan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Namun pada
kualitas hidup antara kelompok
Pada perspektif Al-Quran mengenai ilmu penerapan kesehatan sangat di
perlukan untuk membawa kita dalam kesehatan didunia sebagai mana disebutkan
dalam firman Allah surat yunus ayat 57 :
? ددى ? هه وو رر هدو صص ل ى رف وما لل ءء وفا رش وو مم هك لب رر لمن ءة وظ رع مو رم هكم مت وء وجا مد وق هس رنا ل ا وه صي أو يويي
ون رني رم مؤ هم مل لل ءة وم مح ور وو
“wahai manusia , telah datang kepada kalian kepadamu pelajaran dari tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Allah memberikan ilmu dan fikiran kepada manusia , untuk manusia
mampu berfikir dan bertindak dengan benar sesuai dengan hokum yang Allah
tetapkan. Berfikir dalam keadaan yang ada dengan didasarkan atas ilmu
pengetahuan akan memberikan pengaruh baik pada diri seseorang
(Wahyudi,2015).
2.4.3 ImplementasiSerangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehaan yang baik dengan criteria hasil yang diharapkan.
Proses implementasi harus berpusat pada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan dan strategi
implementasi keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017).2.4.4 Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupkan perbandingan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria
40
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur & Saiful,
2012). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan Nursing Outcome
Clasification (NOC) yaitu tingkat ansietas pasien berkurang, pasien
mampu mengontrol ansietas serta peningkatan koping.Tabel 2.4 Evaluasi
DiagnosaKeperawatan
Evaluasi Ttd
Ansietas S : berisi perkembangan keadaan klien pada apayang dirasakan, dan dikemukakan pasien.
O : berisi perkembangan yang bisa diamati dandiukur oleh perawat atau tim kesehatan
A : berisi penelitian dari kedua jenis data (subjektifdan objektif) apakah berkembang kearah perbaikanatau kemunduran.
P : berisi rencana penanganan pasien yangdidasarkan hasil analisis diatas yang berisimelanjutkan perencanaan sebelumnya,menghentikan perencanaan dan memodifikasiperencanaan.
41
2.5 Hubungan antar konsep
: Diteliti : Berhubungan
: Tidak diteliti : Berpengaruh
Gambar 2.3 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien DM Komplikasi Gangren dengan Masalah Keperawatan Ansieta
Pasien DM dengan
gangren
Ansietas
(Kecemasan) :respon
emosionalmuncul
terhadap diri penderita
karena masalah
kesehatan yang
berdampak pada
kehilangan fungsi
tubuh dan penurunan
toleransi aktivitas
1. DM tipe 1a.Faktor genetikb. Faktor
imunologic.Faktor
lingkungan
2.DM tipe 2
a. Genetik
b. Gaya Hidup
c. Obesitas
d. Usia
Kecemasan pasien DM
dengan gangren :
1. Perilaku2. Affektif3. Fisiologis4. Simpatik5. Parasimpatik6. Kognitif
Studi Literatur Asuhan
Keperawatan Terapi Relaksasi
Otot Progresif
Pasien DM Komplikasi Gangren
dengan Masalah keperawatan
Ansietas
Komplikasi DM
1. Komplikasi akuta. Hipoglikemiab. KADc. Sindrom HHNK
2. Komplikasi kronika. Mikroangiopatib. Makroangiopatic. Gangren