6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Tanenbaum dan Wetherall (2011: 2) menyebutkan bahwa,
“Jaringan komputer digunakan untuk menyebut sekelompok
autonomous komputer yang terkoneksi oleh sebuah teknologi. Dua
buah komputer disebut terkoneksi apabila kedua komputer dapat
saling bertukar informasi.”
2.1.2 Klasifikasi Jaringan Komputer
Pada umumnya, jaringan komputer diklasifikasikan
berdasarkan area geografisnya. Klasifikasi tersebut membagi jaringan
komputer menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Local Area Network (LAN)
Tanenbaum dan Wetherall (2011: 19) menyebutkan
bahwa, “LAN adalah sebuah jaringan privat yang beroperasi
pada jangkauan satu bangunan, seperti rumah, pabrik atau
kantor.” LAN yang digunakan pada perusahaan, seringkali
disebut dengan enterprise networks.
Tanenbaum dan Wetherall (2011: 19) juga mengatakan
bahwa, “LAN menawarkan banyak keuntungan, beberapa di
antaranya adalah jaringan yang mudah dikelola, dapat
diandalkan dan aman, khususnya ketika digunakan oleh non-
technical user, serta biaya yang murah.”
Gambar 2.1.2.1 Local Area Network (LAN) (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 10)
7
2. Metropolitan Area Network (MAN)
Tanenbaum dan Wetherall (2011 : 23) mengatakan
bahwa, “MAN adalah sebuah jaringan yang jangkauannya
mencakup sebuah kota.” Salah satu contoh penerapan MAN
adalah jaringan TV kabel.
Gambar 2.1.2.2 Metropolitan Area Network (MAN) (Sumber : Computer Networks 5th Edition : 24)
3. Wide Area Network (WAN)
Tanenbaum dan Wetherall (2011: 23) mengatakan
bahwa, “WAN mencakup sebuah daerah geografik yang luas
seperti antar kota, negara, bahkan antar benua.” Contoh
penerapan WAN adalah sebuah perusahaan yang memiliki
berbagai cabang di berbagai kota.
Gambar 2.1.2.3 Wide Area Network (WAN) (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 8)
8
4. Personal Area Network (PAN)
Tanenbaum dan Wetherall (2011: 18) menyebutkan
bahwa, “PAN mengijinkan perangkat untuk saling
berkomunikasi pada jarak perorangan.” Contoh dari penerapan
PAN adalah bluetooth dan koneksi komputer dengan perangkat
pendukungnya seperti monitor, dan printer.
2.1.3 Topologi Jaringan Komputer
Dean (2009 : 195) menyebutkan bahwa, “Topologi jaringan
fisik adalah susunan fisik dari node – node yang terdapat pada
jaringan. Topologi menggambarkan sebuah jaringan dengan scope
yang luas, topologi tidak menyebutkan atau menjelaskan tipe
perangkat, metode konektivitas atau cara pengalamatan yang
digunakan pada jaringan.”
Secara fisik, ada beberapa jenis topologi jaringan komputer
yang dapat digunakan, tetapi bentuk topologi yang utama adalah bus,
ring, dan star.
1. Topologi Bus
Dean (2009 : 195) menyebutkan bahwa,
“Topologi bus terdiri sebuah kabel yang
menghubungkan node – node pada jaringan tanpa
mengganggu konektivitas perangkat. Bus merupakan
media transmisi pasif yang artinya mereka tidak
mengulang (memperkuat atau meregenerasi) sinyal
yang diterima. Bus hanya melanjutkan sinyal ke
stasiun akhir, ini artinya sinyal akan semakin melemah
selama melalui bus.”
9
Gambar 2.1.3.1 Topologi Bus (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 196)
Topologi bus memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Node – node dihubungkan secara serial
sepanjang kabel, dan pada kedua ujung kabel
ditutup dengan terminator
2. Sederhana dalam instalasi karena hanya
menghubungkan antar simpulnya
3. Ekonomis dalam biaya karena hanya dibutuhkan
kabel dan konektor yang harganya relatif murah
4. Paket – paket data saling bersimpangan pada
suatu kabel sehingga jika node yang
dihubungkan semakin banyak, kinerja jaringan
akan semakin turun dikarenakan seringnya
terjadi collision
5. Tidak memerlukan hub, tetapi memerlukan
banyak Tconnector pada setiap ethernet card
6. Kendala yang sering muncul adalah jika salah
satu nodenya rusak, maka jaringan keseluruhan
bisa mengalami penurunan kecepatan akses
sehingga seluruh nodenya tidak bisa
berkomunikasi dalam jaringan tersebut
7. Jenis kabel yang digunakan adalah kabel coaxial
Selain memiliki beberapa karakteristik di atas, topologi
bus juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
10
Kelebihan yang dimiliki oleh topologi bus ini adalah sebagai
berikut :
1. Jarak LAN tidak terbatas
2. Kecepatan pengiriman data relatif tinggi
3. Kondusif bila digunakan untuk jaringan gedung
bertingkat
4. Kemampuan pengembangan tinggi
5. Jumlah perangkat yang terhubung dapat diubah
tanpa mengganggu perangkat yang lain
6. Tidak diperlukan pengendali pusat
Sedangkan kekurangan dari topologi bus adalah sebagai
berikut :
1. Jika tingkat traffic tinggi dapat menimbulkan
kemacetan
2. Diperlukan repeater untuk memperkuat sinyal
3. Operasional jaringan LANnya tergantung tiap
perangkat
2. Topologi Ring
Dean (2009 : 197) menyebutkan bahwa, “Tiap node
terkoneksi pada 2 node terdekat lain sehingga seluruh
jaringan saling terkoneksi membentuk sebuah ring /
lingkaran. Data dikirim searah jarum jam dan hanya berjalan
satu arah. Interface pada topologi ring merupakan interface
aktif, yang artinya interface mengulang atau meregenerasi
sinyal yang diterima.”
11
Gambar 2.1.3.2 Topologi Ring (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 197)
Topologi ring juga memiliki beberapa
karakteristik, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Node – node dihubungkan secara serial di
sepanjang kabel, dengan bentuk jaringan seperti
lingkaran
2. Sangat sederhana dalam layout seperti jenis
topologi bus
3. Paket – paket data mengalir dalam satu arah (ke
kiri atau ke kanan) sehingga dapat menghindari
collision
4. Kendala yang sering dialami adalah jika salah
satu node rusak, maka seluruh node tidak bisa
berkomunikasi dalam jaringan tersebut
5. Tipe kabel yang biasa digunakan adalah kabel
UTP
Dengan beberapa karakteristik yang dimiliki oleh
topologi ring seperti yang telah disebutkan di atas sehingga
topologi ini memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Kecepatan pengiriman data yang tinggi
2. Dapat melayani traffic yang padat
12
3. Tidak memerlukan host sehingga relatif murah
4. Dapat melayani berbagai mesin pengirim
5. Komunikasi antar terminal lebih murah
6. Waktu yang diperlukan untuk pengaksesan data
optimal
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh topologi ring
ini adalah :
1. Sulit untuk melakukan perubahan jumlah pada
perangkat
2. Kerusakan pada salah satu perangkat dapat
mengakibatkan kelumpuhan pada jaringan
3. Pengembangan jaringannya lebih kaku
3. Topologi Star
Dean (2009 : 198) menyebutkan bahwa, “Topologi star
adalah setiap node pada jaringan terkoneksi pada sebuah
perangkat pusat, seperti router, hub, atau switch. Topologi
star umumnya dibangun dengan twisted pair atau fiber-optic
cabling.”
Gambar 2.1.3.3 Topologi Star (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 198)
13
Beberapa karakteristik dari topologi star adalah sebagai
berikut :
1. Setiap node berhubungan langsung dengan
konsentrantor (Hub)
2. Jika setiap paket data yang masuk ke
konsentrator (Hub) kemudian dibroadcast ke
seluruh node yang terhubung sangat banyak
(misalnya pemakaian 32 port), maka kinerja
jaringan akan semakin turun
3. Mudah untuk dikembangkan karena setiap node
hanya terhubung secara langsung ke
konsentrator
4. Jika salah satu ethernet card atau salah satu
kabel pada terminal putus, maka keseluruhan
jaringan masih tetap bisa berkomunikasi atau
tidak terjadi down pada jaringan
keseluruhannya
5. Tipe kabel yang digunakan biasanya adalah
kabel jenis UTP
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh topologi star ini
adalah sebagai berikut :
1. Jika terjadi penambahan atau pengurangan
terminal tidak akan mengganggu operasi yang
sedang berlangsung
2. Jika salah satu terminal rusak tidak akan
mengganggu proses kerja terminal lainnya
3. Arus informasi data lebih optimal
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh topologi star
adalah sebagai berikut :
1. Jumlah terminal terbatas, tergantung dari port
yang ada pada hub
14
2. Jika traffik padat, maka dapat menyebabkan
lambatnya jaringan
3. Jaringan sangat tergantung pada perangkat
pengendali.
2.1.4 Model OSI
Model ini diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat
oleh International Standarts Organization (ISO) sebagai langkah awal
menuju standarisasi protokol internasional yang digunakan pada
berbagai layer. Model ini disebut ISO OSI (Open System
Interconnection) Reference Model karena model ini ditujukan bagi
pengkoneksian open sistem. Open System dapat diartikan sebagai
suatu sistem yang terbuka untuk berkomunikasi dengan sistem –
sistem lainnya.
Model OSI terdiri dari 7 layer yaitu Physical Layer, Data Link
Layer, Network Layer, Transport Layer, Session Layer, Presentation
Layer, dan Application Layer.
Gambar 2.1.4.1 OSI Layer (Sumber : The Art of Computer Networking : 19)
15
Tabel 2.1.4.1 OSI Layer
7. Application Layer Lapisan ini bertanggung jawab atas pertukaran informasi
antara program computer, seperti program e-mail, layanan
yang ada pada jaringan, serta aplikasi komputer lainnya.
6. Presentation Layer Lapisan ini bertanggung jawab mendefinisikan format data,
enkripsi, dekripsi, bagaimana data dikonversi dan diformat
untuk transfer data, sehingga data dapat direpresentasikan ke
application layer.
5. Session Layer Lapisan ini bertanggung jawab menjaga, memelihara, dan
mengatur koneksi agar tetap terhubung satu sama lain.
Koneksi di lapisan ini disebut session.
4. Transport Layer Lapisan ini bertanggung jawab membagi data menjadi
segmen, menjaga koneksi end to end antar terminal, serta
menyediakan error handling.
3. Network Layer Lapisan ini bertanggung jawab menentukan alamat jaringan
serta rute yang harus ditempuh, mengatur traffic di jaringan.
Data pada layer ini berbentuk paket.
2. Data Link Layer Lapisan ini menyediakan link untuk data, mengubah data
menjadi paket frame, mengatur komunikasi physical layer
dengan network layer, serta menjamin tidak adanya error
selama proses transmisi.
1. Physical Layer Lapisan ini bertanggung jawab atas proses data menjadi bit
dan mentransfernya melalui media, serta menjaga koneksi
fisik antar sistem. Physical layer berfungsi mendefinisikan
media transmisi, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, serta
16
menempatkan pola biner yang diterimanya ke dalam receive
buffer.
2.1.5 Perangkat Keras Jaringan Komputer
Perangkat keras jaringan komputer adalah peralatan yang
digunakan untuk menghubungkan komputer yang satu ke komputer
lainnya dalam jaringan dengan tujuan berbagi data, informasi, serta
berbagi penggunaan peralatan dalam jaringan.
Perangkat keras yang biasa digunakan pada jaringan komputer
adalah sebagai berikut :
a. File Server
File server merupakan komputer yang tujuan utamanya
adalah menyediakan layanan dan ruangan untuk menampung
berbagai file (seperti dokumen, gambar, database, dan
sebagainya). Layanan ini dapat diakses oleh workstation yang
terhubung dalam jaringan komputer.
Sebuah file server dapat berfungsi sebagai dedicated
(berfungsi sebagai server secara keseluruhan) atau non -
dedicated (berfungsi sebagai server sekaligus sebagai
workstation).
b. Workstations / Client
Workstatios / client adalah istilah bagi komputer -
komputer selain server yang berada pada suatu jaringan.
Komputer workstation menerima atau meminta layanan data
dari server untuk diolah sesuai kebutuhan penggunanya. Agar
workstation dapat terhubung dengan server, setidaknya
memiliki hardware kartu jaringan (network card), aplikasi
jaringan (software jaringan), dan media perantara untuk
menghubungkan ke jaringan (kabel ataupun sinyal elektris).
17
c. Kartu Jaringan
Kartu jaringan atau yang dikenal dengan Network
Interface Card (NIC) adalah perangkat keras yang dipasang
pada salah satu slot yang terdapat pada motherboard komputer.
Pada kartu jaringan terdapat bagian yang berfungsi untuk
memasang kabel untuk komunikasi dalam jaringan sehingga
memungkinkan hubungan antar komputer dan pertukaran data.
Kartu jaringan yang banyak terpakai saat ini adalah
jenis kartu jaringan Ethernet dan LocalTalk konektor (yang
dipopulerkan oleh Apple). Pada model referensi OSI, kartu
jaringan berada pada lapisan ke-1 (lapisan Physical) dan
lapisan ke-2 (lapisan Data Link) yang menyediakan akses fisik
terhadap media jaringan, serta sistem pengalamatan dengan
menggunakan MAC Address (serial number 48-bit).
Gambar 2.1.5.1 Network Interface Card (NIC) (Sumber : Network+ Guide to Networks : 241)
d. Hub
Hub adalah perangkat keras jaringan komputer yang
berfungsi menyatukan kabel – kabel jaringan dari server,
workstation, dan perangkat lain dalam suatu jaringan. Hub
bekerja di Physical Layer yang ada pada model OSI.
Umumnya Hub memiliki jumlah port mulai dari 4, 8,
16, 24, sampai 32 plus 1 port (uplink) untuk menghubungkan
ke server atau hub lain. Hub tidak mendeteksi kesalahan
maupun menyaring data, tetapi mengirimkan data dari satu
18
komputer ke komputer lain yang terhubung dengan hub
tersebut. Hub dikenal sebagai concentrator, yang
memungkinkan perangkat seperti komputer, printer, dan
perangkat penyimpanan dihubungkan ke server.
Gambar 2.1.5.2 Hub (Sumber : Network+ Guide to Networks : 258)
e. Bridge
Dean (2008: 258) mengatakan bahwa, “Bridge adalah
perangkat yang menghubungkan 2 (dua) segment jaringan
dengan menganalisa frame yang masuk dan membuat
keputusan mengenai tujuan frame berdasarkan MAC address
frame.
Gambar 2.1.5.3 Bridge (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 268)
f. Router
Router adalah perangkat keras jaringan yang
digunakan untuk menghubungkan satu jaringan dengan
jaringan lainnya untuk mendapatkan route (jalur) terbaik.
Router bekerja pada layer network dari model OSI untuk
19
memindahkan paket – paket antar jaringan menggunakan
alamat logikanya.
Router memliki table routing yang melakukan
pencatatan terhadap semua alamat jaringan yang diketahui dan
lintasan yang mungkin dilalui serta waktu tempuhnya. Router
dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil
ke sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan
internetwork, atau untuk membagi sebuah jaringan besar ke
dalam beberapa subnetwork untuk meningkatkan kinerja dan
juga mempermudah manajemennya. Router juga kadang
digunakan untuk mengkoneksikan dua buah jaringan yang
menggunakan media yang berbeda (seperti halnya router
wireless yang pada umumnya selain menghubungkan
komputer dengan menggunakan radio, selain itu juga
mendukung penghubungan komputer dengan kabel UTP), atau
berbeda arsitektur jaringan (seperti halnya dari Ethernet ke
Token Ring).
Gambar 2.1.5.4 Router (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 271)
g. Switch
Switch adalah perangkat jaringan yang berperan
sebagai jembatan antar perangkat jaringan, sehingga dapat
terhubung satu dengan yang lain. Switch memiliki sejumlah
port Ethernet untuk menghubungkan dirinya dengan perangkat
lain di jaringan.
20
Switch terbagi menjadi dua tipe utama yaitu switch
layer 2 dan switch layer 3. Switch layer 2 bekerja pada data
link layer dalam model OSI dan berdasarkan teknologi
bridging. Switch tipe ini membangun koneksi logika antar port
berdasarkan pada alamat MAC. Switch layer 3 beroperasi pada
layer 3 dari OSI model dan berdasarkan teknologi routing.
Switch seperti ini membangun koneksi logika antar port
berdasarkan alamat jaringan. Switch - switch ini dapat
digunakan untuk menghubungkan jaringan – jaringan yang
berbeda dalam suatu internetwork. Switch ini kadang disebut
sebagai switch routing atau switch multilayer.
Secara garis besar switch berfungsi sebagai sistem
manajemen lalu lintas dalam jaringan dan mengarahkan paket
data ke tujuan yang benar. Alat ini digunakan untuk
menghubungkan perangkat periferal ke jaringan dan
memastikan efektivitas biaya maksimum dan kemampuan
untuk berbagi sumber daya.
Switch terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Manageable Switch
dan Unmanageble Switch.
1. Manageable Switch
Manageable switch adalah switch yang bisa
diatur untuk kebutuhan jaringan tertentu. Ada beberapa
perbedaan mendasar yang membedakan antara switch
manageable dengan switch non manageable. Perbedaan
tersebut dominan bisa dilihat dari keunggulan yang
dimiliki oleh switch manageable itu sendiri.
Keunggulan dari switch manageable adalah
sebagai berikut :
o Mendukung penyempitan broadcast jaringan
dengan VLAN
o Pengaturan proses user dengan access list
o Membuat keamanan network lebih terjamin
o Bisa melakukan pengaturan port yang ada
21
o Mudah memonitoring traffik maintenance pada
jaringan karena dapat diakses tanpa harus
berada di dekat switch
2. Unmanageble Switch
Unmanageble switch adalah switch yang tidak
dapat dimanaged. Switch tersebut sudah siap pakai dan
cukup dipasang dan switch sudah bisa digunakan tanpa
perlu dikonfigurasi. Harga switch Non Manageble
lebih murah jika dibandingkan Manageable Switch.
Apabila terjadi masalah dengan jaringan yang
ada, akan sulit untuk menanganinya. Problem yang
paling sering terjadi di antaranya adalah IP Address
conflict, tidak bisa melakukan koneksi. IP Address
conflict, Apabila jaringan sudah mulai tersebar di
berbagai area, akan sangat sulit melakukan
troubleshooting komputer mana yang menyebabkan
masalah tersebut.
Gambar 2.1.5.5 Switch (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 260)
h. Repeater
Repeater berfungsi untuk menguatkan sinyal pada
suatu jaringan. Perangkat ini bekerja dengan menguatkan
22
sinyal yang diterima dari komputer asal sehingga kondisi
sinyal tetap kuat sebagaimana aslinya. Dengan adanya repeater
pada sebuah jaringan, jarak antara workstation dapat dibuat
semakin jauh, tanpa terkendala oleh lemahnya sinyal.
Gambar 2.1.5.6 Repeater (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 263)
i. Media transmisi
Media transmisi bisa dibagi menjadi 2 :
o Guided Media
Beberapa media tranmisi yang termasuk dalam
kategori guided media adalah :
1. Twisted Pair
Kabel twisted pair merupakan kabel yang
terdiri dari pasangan kawat tembaga yang saling
terpilin menjadi satu. Kabel ini sudah sangat umum
digunakan untuk berbagai kepentingan, terutama
dimanfaatkan sebagai kabel telepon. Kabel twisted
pair dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded
Twisted Pair (STP). UTP merupakan kabel twisted
pair yang setiap pasang tembaganya tidak diberi
pelindung sehingga hanya memiliki sebuah
pelindung utama di bagian luar.. Sedangkan STP
merupakan kabel twisted pair yang setiap pasang
tembaganya diberi pelindung lagi. Oleh karena itu,
23
harga kabel UTP lebih murah dibandingkan dengan
kabel STP.
Kabel UTP sudah sangat umum digunakan
dalam jaringan komputer. Jaringan komputer
dengan kabel UTP memiliki jarak maksimal 100
meter untuk setiap titik komputer. Kabel UTP yang
digunakan pada umumnya terdiri dari empat
pasang kabel. Untuk dapat menghubungkan kabel
UTP ke dalam port pada kartu jaringan (NIC)
digunakan sebuah konektor RJ-45.
Gambar 2.1.5.7 Twisted Pair (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 96)
2. Coaxial
Kabel coaxial adalah kabel tembaga yang
diselimuti oleh beberapa pelindung, yaitu
pelindung luar, pelindung anyaman tembaga, dan
isolator. Pelindung luar berfungsi untuk
melindungi bagian dalam kabel dari benturan fisik
maupun gigitan hewan pengerat. Pelindung
anyaman tembaga berfungsi untuk melindungi
kabel dari pengaruh interferensi yang dihasilkan
oleh kabel – kabel yang berada di sekitarnya.
Sedangkan isolator plastik berguna untuk
menyaring sinyal – sinyal interferensi dari luar
kabel sehingga inti kabel dapat dibuat bebas dari
sinyal luar yang menggangu.
24
Gambar 2.1.5.8 Coaxial (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 93)
3. Serat Optik
Serat Optik adalah jenis serat yang dibuat dari
bahan silika yang sangat idel untuk dijadikan
media komunikasi. Bagi dunia komunikasi, kabel
serat optik sangat berguna untuk mengirimkan
sinyal dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan
oleh daya tampung kabel serat optik yang dapat
mencapai ribuan kali daya tampung kabel tembaga.
Di samping itu, gelombang pembawa sinyal pada
kabel serat optik bukan merupakan gelombang
elektromagnet atau listrik, akan tetapi merupakan
sinar laser sehingga relatif lebih aman.
Gambar 2.1.5.9 Serat Optik (Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 105)
o Unguided Media
Media yang digunakan adalah gelombang
elektromagnetik tanpa adanya konduktor fisik.
25
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Wireless
Menurut Lewis (2012: 348), Wireless adalah teknologi
nirkabel yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal menggunakan
gelombang radio atau infrared sebagai medium. Wireless semakin
banyak digunakan karena mendukung mobilitas dan produktivitas,
dimana pada masa ini produktivitas tidak lagi terbatas pada sebuah
lokasi pasti dan waktu tertentu. Users berharap mereka dapat
terhubung di manapun dan kapanpun.
Wireless pertama kali dikembangkan pada sekitar tahun
1970.Pada saat itu,IBM mengeluarkan hasil percobaan mereka dalam
merancang WLANdengan teknologi IR, perusahaan lain seperti
Hewlett-Packard (HP) untuk menguji WLAN RF.Kedua perusahaan
hanya mencapai 100 Kbps data rate. Karena mereka tidak memenuhi
standar IEEE 802-1 Mbps LAN, maka produk yang dipasarkan. Baru
pada tahun 1985, (FCC)menetapkan pita Industrial, Scientific dan
Medis (ISM band) yaitu 902-928 MHz, 2.400-2483,5MHz dan 5725-
5850 MHz tidak terlisensi, sehingga pengembangan WLAN komersial
memasuk tahapan serius.
Kemudian pada tahun 1990 WLAN dapat dipasarkan dengan
produk yangmenggunakan teknik spektrum tersebar (SS) pada pita
ISM, terlisensi frekuensi 18-19 GHz danteknologi IR dengan data
rate> 1 Mbps.Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama
IEEE membuat spesifikasi / standar WLAN pertama adalah kode
802.11. Peralatan yang sesuai standar 802,11 dapat bekerja pada
frekuensi 2,4 GHz dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis
maksimal 2Mbps.Pada bulan Juli 1999, IEEE mengeluarkan
spesifikasi baru bernama 802.11b kembali. Teorikecepatan transfer
data yang dapat mencapai maksimum adalah 11 Mbps. Kecepatan
transfer data yang sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802,3
10Mbps atau 10Base-T).
26
Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat
menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi kode
802.11g yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dengan kecepatan
transfer data hingga 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan
802.11b, sehingga dapat saling komunikasi. Misalkan saja sebuah
komputer yang menggunakan jaringan kartu 802.11g dapat
memanfaatkan akses point 802.11b, dan sebaliknya. Pada tahun 2006,
teknologi 802.11n dikembangkan dengan menggabungkan 802.11b,
802.11g. Teknologi yang dibawa dikenal istilah MIMO (Multiple
Input Multiple Output) merupakan teknologi terbaru Wi-Fi. MIMO
dibuat berdasarkan spesifikasi Pre-802.11n. The "Pre-" menyatakan
"Prestandard versi 802.11n." MIMO menawarkan peningkatan
throughput, keunggulan reabilitas, dan meningkatkan jumlah klien
anda tersambung. Kemampuan MIMO menembus penghalang lebih
baik daripada pendahulunya dan juga memiliki lingkup yang lebih
luas. Kini wireless telah menjadi jawaban atas keterbatasan jaringan
berkabel, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pengguna
jaringan kabel yang beralih ke jaringan wireless.
Wireless memiliki beberapa kelebihan yang mendukung
penggunanya dalam melakukan komunikasi data, di antaranya :
1. Mobilitas
2. Kecepatan instalasi
3. Fleksibilitas tempat
4. Jangkauan yang luas
5. Biaya pemeliharaan yang relatif murah (hanya
mencakup stasiun bukan seperti pada jaringan kabel
yang mencakup keseluruhan kabel)
6. Infrastruktur berdimensi kecil
7. Mudah dikembangkan
8. Mudah dan murah untuk direlokasi serta mendukung
portabilitas
27
Selain kelebihannya seperti yang telah disebutkan di atas,
wireless juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1. Transmit data kecil, sedangkan jika menggunakan
kabel akan lebih cepat
2. Alat yang digunakannya cukup mahal
3. Mudah terjadi gangguan antara pengguna lain
(interferensi gelombang)
4. Kapasitas jaringan terbatas
5. Keamanan data kurang terjamin
6. Intermittence (sinyal putus – putus)
7. Mengalami gejala yang disebut multipath, yaitu
propagasi radio dari pengirim ke penerima melalui
banyak jalur yang LOS
8. Mempunyai latency yang cukup besar dibandingkan
dengan media transmisi kabel
Gambar 2.2.1.1 Jaringan Wireless Sumber : Network+ Guide to Networks 5th Edition : 372)
28
2.2.2 Klasifikasi Wireless
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.2.1 mengenai
wireless bahwa jaringan wireless sendiri didasari pada spesifikasi dari
IEEE 802.11, maka pada sub bab ini akan dibahas mengenai
klasifikasi wireless berdasarkan standarisasi IEEE 802.11.
Lewis (2012 : 385) menjelaskan tentang klasifikasi wireless
LAN standar seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.2.2.1 Klasifikasi Wireless LAN Standar
802.11a 802.11b 802.11g 802.11n
Band 5,7 GHz 2,4 GHz 2,4 GHz 2,4 GHz and 5
GHz
Channel Up to 23 3 3
Modulation OFDM DSSS DSSS/OFDM MIMO-OFDM
Data Rates Up to 54 Mbps Up to 11 Mbps Up to 11 Mbps
/ 54 Mbps
Up to 248
Mbps for 2
MIMO
streams
Pros
Up to 35
meters, fast,
less prone to
interference
Up to 35
meters, low
cost, good
range
Up to 35
meters, fast,
good range,
not easily
obstructed
Up to 70
meters, very
high data rates,
improved
range
Cons Higher cost,
shorter range
Slow, prone to
interference
Prone to
interference
from appliance
operating on
2.4 GHz band
29
Lewis (2012 : 381) juga menjelaskan tentang wireless
technology and standart seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2.2.2 Wireless Teknologi dan Standar
PAN LAN MAN WAN
Standards Bluetooth
802.15.3 802.11
802.11
802.16
802.20
GSM, CDMA,
Satellite
Speed < 1 Mbps 11 to 54
Mbps
10-100+
Mbps 10 Kbps – 2Mbps
Range Short Medium Medium-
Long Long
Applications
Peer to Peer
Device to
Device
Enterprise
Networks
Last Mile
Access
Mobile Data
Devices
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sinyal Wireless
Dean (2009 : 366-368) menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) faktor
yang mempengaruhi kuat atau lemahnya sinyal wireless, yaitu :
1. Jarak
Jarak adalah daerah geografis yang dapat dicapai oleh
sebuah antena atau sebuah sistem wireless. Penerima harus
berada dalam jarak jangkauan untuk mendapat sinyal akurat
secara konsisten. Bahkan, terkadang meskipun penerima
berada dalam jarak jangkauan, sinyal dapat terhalang oleh
objek lain.
30
2. Gangguan dari perangkat lain (Interferensi)
Interferensi terjadi karena pemakaian channel yang
sama oleh dua atau lebih perangkat wireless sehingga
menyebabkan ganguan atau hambatan terhadap satu sama lain.
3. Line of Sight (LOS)
Idealnya sebuah sinyal wireless akan melintas
langsung dalam sebuah garis lurus dari transmitter ke
penerima, hal ini disebut LOS (Line of Sight). Namun, karena
atmosfer adalah unguided medium dan jalur antara transmitter
dan penerima tidak selalu bebas dari hambatan, sinyal wireless
tidak selalu mengikuti jalur garis lurus.
Ketika sebuah penghalang berada pada jalur sebuah
sinyal, sinyal dapat menembus atau terserap oleh objek itu,
yang menghasilkan fenomena-fenomena berikut : reflection,
diffraction, dan scattering.
Reflection adalah keadaan di mana sinyal bertemu
penghalang dan sinyal dipantulkan kembali ke sumber sinyal.
Diffraction adalah keadaan di mana sinyal wireless
terpecah menjadi gelombang tambahan ketika bertemu sebuah
penghalang. Gelombang – gelombang tambahan tersebut akan
terus bertambah banyak pada arah di mana gelombang itu
terpecah.
Scattering adalah diffusion, atau refflection yang terjadi
pada berbagai arah dari sebuah sinyal. Scattering umumnya
terjadi ketika sinyal wireless bertemu objek yang dimensinya
lebih kecil dari sinyal wireless.
2.2.4 Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP)
Dean (2009 : 152) menjelaskan bahwa DHCP adalah sebuah
metode otomatis untuk memberikan sebuah IP address unik pada
semua perangkat di dalam sebuah jaringan. DHCP bekerja pada
application layer pada OSI layer.
31
Keuntungan pengimplementasian DHCP :
o Mengurangi waktu perencanaan yang digunakan pada IP
address management
o Mengurangi potensi kesalahan saat pemberian IP address
o Mengijinkan pengguna untuk memindahkan perangkat
tanpa harus mengubah konfiguras TCP/IP perangkat
o Membuat pengalamatan IP address menjadi transparant
ke pengguna mobile.
2.2.5 Manajemen Bandwidth
Richmond, Shade, Samson, dan Aderonke (2012 : 324)
menjelaskan bahwa manajemen bandwidth meliputi bagaimana
bandwith resources dialokasikan ke aplikasi penting dalam sebuah
jaringan. Manajemen bandwith menekankan optimalisasi penggunaan
bandwith dalam sebuah jaringan dengan traffic yang padat.
2.2.6 MikroTik Router OS
Mikrotik Router OS berawal dari perusahaan kecil yang
berkantor pusat di Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukan
Mikrotik Router OS diprakarsai oleh John Trully dan Arnis Riekstins
pada tahun 1995. John dan Arnis mulai merouting dunia pada tahun
1996 (misi MikroTik adalah merouting seluruh dunia). Mulai dengan
sistem Linux dan MS-DOS yang dikombinasikan dengan teknologi
Wireless-LAN Aeronet berkecepatan 2Mbps di Moldova, negara
tetangga Latvia. Tetapi dalam perkembangannya, Mikrotik menjadi
suatu program router yang handal dan dapat dijalankan di seluruh
dunia yang cocok digunakan oleh Internet Service Provider (ISP) dan
provider hotspot.
2.2.7 Perbandingan dengan State of The Art
Sudah terdapat penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
jaringan wireless dan management bandwidth. Pada jurnal hasil
penelitian Chitanana (2012 : 8) dengan judul “Bandwidth management
in universities in Zimbabwe: Towards a responsible user base through
32
effective policy implementation”, memiliki kesamaan dengan
penelitian pada skripsi ini karena beliau juga mengusulkan pada
Universitas di Zimbabwe melakukan management bandwidth untuk
mengatasi masalah keterbatasan bandwidth. Sedangkan pada skripsi
ini dilakukan juga konfigurasi management bandwidth untuk
mengatasi masalah keterbatasan bandwidth yang ada dan melakukan
limitasi kepada user di jaringan LAN dan jaringan wireless.
Pada jurnal hasil penelitian Chan dan Lien (n.d.) yang berjudul
“A Case Study of Indoor Wireless LAN Layout for Campus”, memiliki
kesamaan dengan skripsi ini yaitu melakukan simulasi untuk
memverifikasi hasil dari simulator dan menyelesaikan pembangunan
jaringan wireless di kampus. Penelitian tersebut menggunakan
software NTCUns agar mendapatkan letak yang optimal di mana pada
skripsi ini digunakan aerohive sebagai alat bantu simulasi.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Juljaroenkul
dan Chantrapornchai (2013 : 1) dalam jurnalnya yang berjudul
“Wireless System Design Experience: Case Study of a Manufacturing
Factory”, memiliki sedikit kesamaan dengan topik skripsi ini karena
lebih terfokus untuk mencari area optimal jangkauan sinyal jaringan
wireless menggunakan 802.11n dengan cara mengetahui area yang
akan dicover dan melakukan sedikit konfigurasi terhadap sistem
keamanan serta melakukan pengetesan.