Download - BAB 2 TINJAUAAN PUSTAKA
1
BAB 2
TINJAUAAN PUSTAKA
2.1 PT. Asia Adhitama Shipyard
PT. Asia Adhitama Shipyard Merupakan perusahan yang bergerak dibidang
galangan kapal kuhusnya pembangunan kapl baru dan reparasi kapal. dimana
galangan ini melayani pengedokan dan reparasi kapal untuk armada Tugboat,
Tongkang LCT, dll. Galangan ini juga dilengkapi dermaga kering yang dapat
melayani kapal dengan sarat 6 meter. Dengan fasilitas baru ini kini galangan ini
dapat menampung 2 unit besar 320ft / 98 juta (10.000 DWT) tongkang, atau 5 unit
kapal tunda dengan LOA 30m pada satu waktu.
Gambar 2. 1 PT. Asia Adhitama Shipyard
2.2 Proses Replating(penggantian plat) Kapal
Re-plating adalah salah satu proses perbaikan kapal, dan yang dimaksud
dengan replating merupakan proses penggantian penggantian plat kapal baru untuk
menggantikan plat lama yang sudah mengalami kerusakan seperti korosi pada air
laut. dimaksudkan agar perbaikan yang dilakukan secara berkalah agar dapat
mempertahankan bagian-bagian konstruksi kapal dengan baik. Sebelum dilakukan
replating ada beberapa pertimbangan yang perlu diketahui agar proses replating
dapat disetujui. Berikut merupakan pertimbangannya:
1. Apabilah terdapat plat yang mengalami perubahan bentuk dari semulah
Deformasi sebesar :
• Pengurangan 20% dari ketebalan awal
• Pengurangan 30% ketebalan plat untuk kapal lama
• Terdapat deformasi yang memiliki ukuran lebih dari 4x tebal pelat
2. Ababilah plat terdapat mengalami keropos atau korosi
3. Jika pelat tidak lolos uji oleh class (BKI, ABS, NK, dll)
Adapun poses pengerjaan Pemotongan pelat lama dan pelat baru pada lambung
sisikapal . Setelah diketahui dari UT (Ultrasonic Test) dan tergambar pada bukaan
kulit (shell expansion) maka pemotongan pelat dapat dimulai, langkah yang
dilakukan:
a. Utamakan dan usahakan tidak berpindah dari lajur pelat misal pada lajur kanan
atau kiri lambung
b. Perhatikan ketentuan pada pemotongan arah memanjang lajur sebagai mana
ditentukan seperempat (1/4 a) jarak gading
c. Pemotongan pelat yang berkaitan dengan komponen konstruksi terkait jangan
sampai mengurangi ukuran dari komponen- komponen konstruksi tersebut pada
Gambar 2.8 dan 2.9.
Gambar 2. 2 Pemotongan shell pada frame (Aditia Nugraha, 2019)
Pemotongan dapat dilakuakan pada posisi luar maupun di dalam lambung kapal
namun tetap diperhatikan agar tidak terjadi percikan api hasil pemotongan yang
dapat membahayakan. Penyambungan pada shell harus sesuai dengan lajur pada
Gambar 2.10, setiap bagian lajur mempunyai ketebalan yang berbeda.
Gambar 2. 3 Pemotongan shell pada stinger (Aditia Nugraha, 2019)
Gambar 2. 4 Penyambungan shell plate (Aditia Nugraha, 2019)
a. Pemtongan pelat lambung dapat dilakukan dari luar badan kapal dengan mentaati
prosedur (urutan) pemotongan dengan menggunakan bender las potong, namun
harus diperhatikan apabila lambung yang dipotong berada diruang ABK, ruang
tanki (FO & LO) harus ada pengawas yang berjaga dengan tersedia peralatan
pemadam api.
b. Jika pemotongan diakukan dari dalam lambung kapal, maka yang perlu
diperhatikan bahwa; a. harus gas free bila berupa tanki (FO & LO), b. harus
diperhatikan bila didalam kamar ABK dijaga jangan sampai terjadi kebakaran
akibat percikan api yang ditimbulkan.
c. Setelah selesai pemotongan pelat kemudian di ukur dengan tepat atau dibuatkan
mal (master) untuk dipakai sebagai ukuran pelat baru.
d. Untuk pemasangan pelat baru, setelah ukuran yang kita dapatkan dari mal
(master) maka dilakukan pemotongan pelat baru, ukuran pelat baru biasanya
dilebihkan antara 1-1,5 cm dari ukuran yang didapat, tebal pelat disesuaikan
dengan tebal pelat standar pada Gambar 2.11.
Gambar 2. 5 Ilustrasi pemasangan pelat baru pada lambung (re-plating kapal).
(Aditia Nugraha, 2019)
e. Upayakan penempatan pelat baru pada dua sisi yang tepat, sehingga pemotongan
kelebihan pelat hanya pada dua sisi yang lain.
f. Diperlukan las bantu berupa las titik (setelah ukuran pelat baru tepat dengan
lubang pelat lama) antara lain pada pelat lama denga.n pelat baru dengan gading-
gading utama, panjang las titik 1 – 2 cm.
g. Pada pelat baru sebelum dilas secara penuh maka pelat baru di beri alur las.
2.3 Welding Prosedure Spesification (WPS)
WPS merupakan dokumen formal yang menjelaskan mengenai prosedur
pengelasan. Kegunaan dari WPS untuk memandu pengelas pada prosedur las yang
benar sehingga didalam pengelasan selalu menggunakan teknik las yang benar dan
telah terbukti dapat membuat las yag memenuhi persyaratan. Terdapat 2 variable
pada WPS yaitu variable penting dan variable tidak penting.
1. Variabel Penting (Essential Variable)
a. Tipe logam dasar (base metal)
b. Proses las (welding process)
c. Tipe las (type of weld)
d. Tebal dan diameter (thickness and diameter)
e. Tipe arus las dan polariti (type of current and polarity)
f. Posisi las (welding position)
g. Pemanasan awal (preheating)
2. Pemanasan pasca pengelasan (PWHT) 2. Variabel Tidak Penting
(Nonessential Variable) Bentuk kampuh las (type of weld joint)
Tegangan busur (arc voltage)
Arus las (welding amperage)
Kecepatan las (travel speed)
Diameter kawat las (diameter of welding consumables)
Metode persiapan dan pembersihan (method of preparation and
cleaning)
Perlu diketahui bahwa untuk membaca WPS diperlukan PQR (catatan kualifikasi
prosedur). Catatan kualifikasi prosedur (PQR) merupakan catatan data pengelasan
yang digunakan untuk mengelas poinuji. Ini juga berisi hasil tes dari spesimen
yang diuji. PQR yang lengkap harus mendokumentasikan semua variabel penting
tambahan yang diperlukan saat diperlukan untuk setiap proses pengelasan yang
digunakan selama pengelasan kupon uji. Variabel non esensial yang digunakan
selama pengelasan untuk poin dapat dicatat.
Untuk lampiran WPS Bisa diketahui poin–poin apasaja yang ada pada WPS
yang diberi abjad berwarna merah pada pada gambar 2.2 dibawah
(amarineblog.com)
Gambar 2.6 Contoh Lapiran WPS (Welding prosedure
Spesification). (Sumber : amerineblog.com)
2.4 Jenis Cacat Las
Dalam melakukan pegelasan ada berbagai macam cacat las yang mengalami
penyebab yan berbeda untuk masing-masing cacat diantaranya :
1. Spatter
Spatter merupakan bintink-bintik kecil las akibat cairan elektrode yang
diteteskan berupa semprotan (spray). Spatter dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2. 7 Spatter berlebih (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
2. Lubang pada benda kerja
Lubang pada bendakerja terjadi ketika logam las mencair memakan benda
kerja sampai tidak ada sisa lagi, hal ini dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2. 8 Lubang Pada Benda Kerja (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
3. Penetrasi berlebih
Cacat las jenis ini terjadi dimana logam las melewati tebal benda dan tergantung
pada bagian bawah hasil pengelasan. Cacat las ini dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2. 9 Penetrasi berlebih (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
2 Kurangnya Penetrasi
Cacat lang jenis ini terjadi Karena logam las gagal mencapai akar (root) dari
sambungan dan gagal menyambungkan permukaan akar secara menyeluruh. Hal
ini disebabkan Karena kesalahan dalam memilih ukuran elektrode, arus listrik
yang terlalu kecil, dan rancangan sambungan yang kurang memadai. Kurang
penetrasi sering dialami pada pengelasan posisi vertical dan overhead. Cacat las
ini dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2. 10 Kurang Penetrasi (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
3 Lasan Kurang Menyatuh
Cacat las ini terjadi Karena logam las dalam benda kerja gagal menyatu.
Cacat jenis ini bias terjadi akibat benda kerja yang kurang panas atau
permukaan kerja yang kurang bersih. Cacat las ini dapat dilihat pada gambar
2.9.
Gambar 2. 11 Lasan Kurang Menyatu (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
4 Slag Inclusion
Slag Inclusion merupakan oksida dan benda non logam lainnya yang
terjebak pada logam las. Bias disebabkan oleh kontaminasi dari udara luar atau
slag yang kurang bersih ketika mengelas dengan banyak lapisan (multi pass).
Cacat las ini dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2. 12 Slag Inclusion (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
5 Porosity
Porosity merupakan sekelompok gelembung gas yang terjebak didalam
lasan. Biasanya terjadi Karena proses pemadatan yang terlalu cepat. Porosity
berupa rongga-rongga kecil berbentuk bola yang mengelompok pada lokasi-
lokasi lasan. Terkadang terjadi rongga besar berbentuk bola yang tunggal
atau tidak mengelompok yang biasa disebut blow hole. Cacat las ini dapat
dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2. 13 Porosity (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
6 Retak Crack
Retak (Crack) Retak merupakan putusnya benda kerja akibat tegangan.
Retakan sering terjadi pada lasan maupun bagian benda kerja yang dekat
dengan lasan. Retakan yang sering terjadi berupa retakan yang sangat sempit.
Retake dibagi menjadi 3 jenis yakni:
1. Retakan panas
2. Retakan dingin
3. Macrofissure
Ketiga jenis cacat las ini bis dilihat pada gambar 2.14
Gambar 2. 14 Retak (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
7 Undercut
Undercut merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah alur
(groove) benda kerja yang mencair dan terletak pada tepi yang dimana tepi tersebut
tidak terisi oleh cairan las. Cacat las ini dapat dilihat pada gambar 2.15.
Gambar 2. 15 Undercut (Muhammad Faisal Hamdani, 2017)
2.5 Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mengindentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya suatu kegagalan sistem.
metode ini dilakukan dengan menggunakan top down. Yang diawali dengan asumsi
kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (top event) kemudian merinci sebab
– sebab mengapa top event terjadi sampai pada suatu
Top event terjadi sampai pada suatu kegagalan dasar (root cause). Terdapat empat
tahapan untuk melakukan analisis dengan fault Tree analisis diantaranya
1. Mendefenisikan Masalah dan kondisi batas dari suatu sistem yang ditinjau
2. Menggambaran model Grafis Dari FTA
3. Mencari minimal cut set Dari analisis FTA
4. Melakukan analisis kuantitatif dari FTA
Tabel 2. 1 Tabel contoh Fault Tree Analysis (FTA)
Simbol Istilah Keterangan
Top Event
Keterangan Yang dikehendaki pada
Puncak yang akan diteliti lebih
lanjut kearah kejadian dasar lainnya
dengan menggunakan gerbang
logika untuk menentukan penyebab
kegagalan.
Logic Even OR
Hubungan secarah logika Antara
input dinyatakan dalam AND
Logic Event AND
Hubungan secarah logika Antara
input dinyatakan dalam OR
Transfierred Event
Segitiga digunakan sebagai simbol
Transfer. Simbol ini Menunjukkan
Bahwa uraiaan lanjutan kejadian
berada di halaman lain
Undevrloped Event
Kejadian dasar (basic Event ) yang
tidak akan dikembangkan lanjut
karena tidak tersedianya informasih
Basic Event
Kejadian yang tidak diharapkan
yang dianggap sebai penyebab
dasar sehingga tidak perlu
dilakukan analisa lebih lanjut
Pada tabel tersebut diatas menjelaskan fungsi – fungsi pada simbol FTA. Seperti
contoh untuk simbol persegi panjang memiliki istilah top event yaitu kejadian yang
dikehendaki pada puncak yang akan diteliti lebih ke arah kejadian dasar sehinga
penyebeb kegagalannya dapat dketahui.
Adapun manfaat dari Fault Tree Analysis diantaranya :
- Dapat menentukan faktor penyebab yang kemungkinan besar menimbulkan
kegagalan
- Menemukan tahapan kejadian yang berpotensi besar sebagai penyebab kegagalan
- Mengananlisis Kemungkinan sumber – sumber risiko sebelum kegagalan timbul.
- Menginvestigasi suatu kegagalan
Sehingga didapatkan penyebab risiko yang menyebabkan kecacatan las pada
proses pengelasan replating kapal dapat diidentifikasi hingga ke akar
permasalahannya. berikut merupakan contoh identifikasi penyebab risiko dengan
metode FTA :
Gambar 2. 16 Contoh Pengaplikasian FTA
Pada gambar diatas merupakan contoh identifikasi risiko dengan mengguanakan
metode FTA. Pada gambar tersebut dijelaskan bahwa kapal tidak dapat menyala
yang kemungkinan diakibatkan karena 3 hal yaitu faktor bahan bakar atau terjadi
kesalahan.Pada Mulut pipa injection seperti tersumbat. Yang mana pada faktor
bahan bakar diteliti kembali penyebabnya.
2.6 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah rangkuman hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan, ditunjukan pada tabel 2.2
Tabel 2. 2 Daftar Penelitian Terdahulu
No
Nama dan
Tahun
Publikasi
Hasil
1
Muhammad
Faisal
Hamdani, 2017
Hasil pengklasifikasian dari diagram pareto
menghasilkan 3 cacat las yang dominan yaitu:
Porosity, Clusterd Porosity dan Incomplete Fusion.
Penyebab-penyebab yang ada pada masing masing
cacat las yaitu: • Porosity / Clusterd Porosity: - Bobot
kerja welder yang banyak - Kesehatan welder kurang
baik - Welder kurang konsentrasi - Laju pendinginan
capat - Selang gas terjepit - Amper capping terlalu
tinggi - Aliran gas terlalu tinggi - Elektroda kotor -
Elektroda basah/lembab - Permukaan kampuh kotor -
Hembusan angina kencang - Suhu yang lembab -
Tempat kerja kurang bersih • Incomplete Fusion: -
Bobot kerja welder yang banyak -Kesehatan welder
kurang baik - Welder kurang konsentrasi.
2
Aditia Nugraha,
2019
1. Membuat kesimpulan dan saran tugas akhir yang
berjudul “Study replating kamar mesin” ini sehingga
nantinya dapat menjadi suatu informasi yang
bermanfaat pada penelitian sejenis yang bertujuan
untuk pengembangan teknologi.
3
2.
Tri sukrisna
Wisnawa,
Triwilaswandio
Wuruk Pribadi
dan Imam
Baihaqi, 2017.
Untuk menurunkan kapal kontainer 100 TEUs yang
memiliki berat peluncuran sebesar 1156.94 ton
dibutuhkan sekitar 20 airbag dengan diameter 1 m
yang memiliki bearing capacity maksimal sebesar
125.76 kN/m. Kapasitas winch yang dibutuhkan
untuk menahan kapal sebelum kapal tersebut
diluncurkan adalah sebesar 795.40 kN dengan
kemiringan landasan 20. Setelah dilakukan
perhitungan berdasarkan data yang didapatkan
menghasilkan bahwa kapal kontainer tersebut
mengalami gaya angkat buritan (stern lift) pada
akhir langkah 7 dan terapung bebas (free floating)
pada akhir langkah 8. Hal tersebut bisa cepat terjadi
dikarenakan adanya bantuan gaya angkat yang
diberikan oleh masingmasing airbag sebesar 10.6
ton.