10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Internet, Intranet, dan Ekstranet
2.1.1 Pengertian Internet
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 49) internet adalah
kumpulan dari orang-orang yang menggunakan komputer secara berdiri
sendiri namun terhubung antara satu sama lain melalui sebuah lingkungan
jaringan global. Menurut Roestam dan Miranda (2007: 36) internet adalah
jaringan komputer yang terkoneksi dan dapat saling berhubungan sehingga
memungkinkan pengguna komputer dapat bertukar data, pesan dan file
dengan komputer lainnya yang terhubung ke internet. Sedangkan menurut
Rohaya (2008: 2) internet (Inter-Network) adalah sebutan untuk
sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik,
pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet
menyediakan akses untuk layanan telekomnunikasi dan sumber daya
informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Adapun
layanan internet yang tersedia saat ini seperti komunikasi langsung (email,
chat), diskusi (Usenet News, email, milis), sumber daya informasi yang
terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login dan lalu lintas file
(Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya.
Jadi, dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
internet adalah jaringan komputer dan penggunanya yang saling terhubung
secara global untuk menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan
11
sumber daya informasi sehingga memungkinkan pengguna komputer dapat
bertukar data, pesan dan file dengan komputer lainnya.
2.1.2 Pengertian Intranet
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 49) intranet adalah
jaringan perusahaan ataupun pemerintah yang menggunakan tools dalam
internet, seperti web browser dan internet protocol. Jaringan intranet ini
akan digunakan perusahaan sebagai media komunikasi dan kolaborasi.
Sedangkan menurut O’Brien dan Marakas (2011: 229) pengertian intranet
adalah sebuah jaringan di dalam sebuah organisasi yang menggunakan
teknologi internet (seperti web browser dan server, TCP / IP protokol
jaringan, penerbitan dokumen HTML hypermedia dan database, dan
lainnya) untuk menyediakan lingkungan internet dalam perusahaan untuk
berbagi informasi, komunikasi, kolaborasi, dan dukungan dari proses
bisnis." Menurut Amin (2012: 181) istilah intranet diperkenalkan pada
akhir tahun 1997 oleh Khoe Yao Tung bahwa intranet adalah LAN yang
menggunakan standar komunikasi dan segala fasilitas Internet, diibaratkan
berInternet dalam lingkungan lokal. Intranet umumnya juga terkoneksi ke
Internet sehingga memungkinkan pertukaran informasi dan data dengan
jaringan Intranet lainnya (Internetworking) melalui backbone internet.
Jadi dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
intranet adalah jaringan di dalam sebuah organisasi yang menggunakan
teknologi internet seperti web browser dan internet protocol untuk
menyediakan pertukaran informasi dan data dengan jaringan intranet
lainnya.
12
2.1.3 Pengertian Extranet
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 49) extranet adalah
jaringan yang menggunakan internet untuk menghubungkan beberapa
intranet secara aman. Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 232) extranet
adalah penghubung jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk
menghubungkan intranet dari suatu bisnis dengan intranet dari pelanggan,
pemasok atau mitra bisnis lainnya.
Jadi dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
ekstranet adalah jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk
menghubungkan beberapa intranet dari suatu bisnis dengan intranet dari
pelanggan, pemasok atau mitra bisnis lainnya.
2.2 Konsep World Wide Web
Internet berfungsi sebagai mekanisme pengiriman, sedangkan World Wide
Web (Web, WWW, atau W3) adalah aplikasi yang menggunakan fungsi-fungsi
pengiriman tersebut. Web adalah sistem dengan standar yang diterima secara
universal untuk menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan
informasi melalui arsitektur klien/server, menggunakan fungsi-fungsi transpor
dari internet Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 680).
Teknologi World Wide Web diciptakan oleh Timothy Berners-Lee, yang
pada tahun 1989 mengusulkan jaringan global dari dokumen hiperteks yang
akan memungkinkan para peneliti fisika bekerja sama. Beberapa istilah-istilah
dalam World Wide Web yang umum adalah:
13
1. Hypertext Markup Language (HTML)
Bahasa pemrograman yang digunakan di Web, yang memformat dokumen
dan memadukan link hyperteks dinamis ke dokumen-dokumen lainnya yang
disimpan di dalam komputer.
2. Standard Generalized Markup Language (SGML)
Bahasa pemrograman berbasis teks untuk mendeskripsikan isi dan struktur
dari dokumen digital; HTML dikembangkan dari bahasa ini
3. Home Page
Tampilan layar grafis dan teks yang menyambut pengguna dan menjelaskan
organisasi yang membuat halaman tersebut
4. Situs web
Semua halaman Web dari perusahaan atau individu tertentu
5. Uniform Resource Locator (URL)
Serangkaian huruf yang mengidentifikasi alamat dari sumber tertentu di Web.
6. Hypertext Transport Protocol (HTTP)
Standar komunikasi yang digunakan untuk mentransfer halaman di bagian
WWW di internet; HTTP mendefinisikan bagaimana pesan diformat dan
dikirim
7. Browser
Aplikasi peranti lunak yang umumnya digunakan oleh pengguna untuk
mengakses web
(Turban, King, Lee, dan Liang: 680-681)
Jadi dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa word
wide web adalah sistem dengan standar yang diterima secara universal untuk
14
menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan informasi melalui
arsitektur klien atau server, dengan menggunakan fungsi-fungsi dari internet.
2.3 Konsep Sistem Informasi
Menurut O’Brien dan Marakas (2011: 4) sistem informasi dapat berupa
kombinasi terorganisir dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi,
sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur untuk menyimpan, mengambil,
mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Amin
(2012: 181) istilah sistem informasi dikemukakan oleh Alter pada tahun 1992
bahwa sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi,
orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan
dalam sebuah organisasi.
Jadi dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
informasi adalah kombinasi teroganisir antara manusia, prosedur kerja, dan
teknologi yang digunakan untuk mencapi tujuan dalam suatu organisasi.
2.4 Peran Dasar Sistem Informasi Dalam Bisnis
Menurut O’Brien dan Marakas (2010: 8) terdapat tiga alasan mendasar
untuk semua aplikasi bisnis dalam teknologi informasi. Mereka dapat ditemukan
dalam tiga peran penting yang dapat dilakukan sistem informasi untuk sebuah
perusahaan bisnis mendukung proses bisnis dan operasional
a. Mendukung proses bisnis
Pelanggan berhubungan langsung dengan sistem informasi tempat mereka
melakukan transaksi atau belanja. Contohnya, kebanyakan toko ritel kini
menggunakan sistem informasi berbasis komputer untuk membantu mereka
15
mencatat pembelian pelanggan, menelusuri persediaan, membayar pegawai,
membeli barang dagangan baru, serta untuk mengevaluasi tren penjualan.
b. Mendukung pengambilan keputusan
Sistem informasi juga membantu parra manajer toko dan praktisi bisnis
lainnya membuat keputusan yang lebih baik. Contohnya, keputusan mengenai
lini barang dagangan apa yang perlu ditambah atau dihentikan atau mengenai
jenis investasi apa yang mereka butuhkan, biasanya dibuat setelah analisis
diberikan oleh sistem informasi berbasi komputer.
c. Mendukung keunggulan kompetitif
Mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing membutuhkan penggunaan
yang inovatif atas teknologi informasi. Contohnya, manajemen toko mungkin
membuat keputusan atas memasang kios dengan layar sentuh dalam semua
toko mereka yang terhubung dengan situs Web e-commerce mereka untuk
belanja secara online.
2.5 Konsep Sistem Informasi Manajemen
Menurut Mcleod dan Schell (2007: 40) sistem informasi manajemen
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang berbasis komputer yang menyediakan
informasi bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan yang sama. Menurut
Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 33) management information system
accessed, organized, summarized, and displayed information for supporting
routine decision making in the functional areas.
Jadi dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
informasi manajemen adalah sistem informasi berbasis komputer yang
16
terorganisir untuk dapat mendukung kebutuhan dalam pengambilan keputusan di
seluruh area fungsional.
2.6 Konsep e-Commerce dan e-Business
2.6.1 Pengertian e-Commerce
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 46) e-commerce
adalah proses membeli, menjual, memindahkan, atau menukar produk, jasa,
dan informasi melalui jaringan komputer, yang biasanya berupa intranet
ataupun internet.
E-commerce dapat didefinisikan dari beberapa prespektif. Prespektif
tersebut antara lain :
• Proses bisnis
Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah melakukan bisnis
secara elektronik dengan mengimplementasikan proses bisnis ke
dalam jaringan elektronik, yang menggantikan proses pertukaran
informasi secara manual pada proses bisnis menjadi secara
elektronik.
• Jasa
Dari perspektif jasa, e-commerce adalah alat yang digunakan oleh
pemerintah, perusahaan, pelanggan, dan manajemen untuk
mengurangi biaya namun tetap meningkatkan kualitas pelayanan
pelanggan mereka dan meningkatkan kecepatan penyampaian
pelayanan.
17
• Pembelajaran
Dari perspektif pembelajaran, e-commerce memungkinkan kegiatan
pelatihan dan pendidikan online dilakukan di sekolah, universitas,
dan organisasi lain, termasuk dunia bisnis.
• Kolaborasi
Dari perspektif kolaborasi, e-commerce adalah rangka kerja untuk
kolaborasi dalam dan antara organisasi.
• Komunitas
Dari perspektif komunitas, e-commerce menyediakan tempat untuk
berkumpul bagi anggota komunitas untuk belajar, bertransaksi, dan
berkolaborasi. Tipe komunitas yang paling populer saat ini adalah
jaringan sosial.
2.6.2 Pengertian e-Business
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 47) e-business adalah
definisi yang lebih luas dari ecommerce yang melibatkan tidak hanya
kegiatan jual beli barang dan jasa, tetapi juga pelayanan pelanggan,
berkerjasama dengan rekan bisnis dan melakukan transaksi elektronik
dalam organisasi.
E-business dapat memiliki beberapa bentuk, bergantung pada
tingkat digitalisasi (perubahan dari manual ke digital) dari: (1) produk atau
jasa, (2) proses bisnis, dan (3) metode penyampaian. Bila ketiga dimensi
tersebut masih dilakukan secara manual, berarti kegiatan bisnis masih
dilakukan secara tradisional. Bila sebagian dari ketiga dimensi tersebut
sudah dilakukan secara digital, berarti kegiatan bisnisnya merupakan
partial e-business. Bila ketiga dimensi tersebut sudah dilakukan secara
18
elektronik, berarti bisnisnya sudah dapat dikategorikan sebagai pure e-
business.
E-business berdasarkan transaksi dan hubungan antar pihak yang
terlibat dapat dikelompokkan menjadi:
• Business to business (B2B)
Model e-business dimana semua peserta yang berpartisipasi di
dalamnya terdiri dari organisasi ataupun unit bisnis.
• Business to customer (B2C)
Model e-business dimana perusahaan menjual kepada
individu.
• Electronic tailing
Bisnis retail secara online, biasanya berupa B2C.
• Business to business to customer (B2B2C)
Model e-business dimana perusahaan menyediakan barang
atau jasa kepada perusahaan lain yang menyediakan produk
dan jasa tersebut kepada individu.
• Customer to business (C2B)
Model e-business dimana individu menggunakan internet
untuk menjual produk atau jasa mereka kepada perusahaan.
• Intrabusiness electronic commerce
Kategori e-business yang melibatkan semua kegiatan internal
perusahaan, termasuk pertukaran barang, jasa, dan informasi
antara unit dalam organisasi.
19
• Business to employee (B2E)
Model e-business dimana organisasi menyediakan produk,
jasa, dan informasi kepada pekerja mereka sendiri.
• Customer to customer (C2C)
Model e-business dimana seorang pelanggan melakukan
penjualan langsung kepada pelanggan lain.
• Collaborative commerce
Model e-business dimana individu ataupun kelompok
berkomunikasi dan berkolaborasi secara online.
• Electronic learning
Model e-business yang memungkinkan penyampaian
informasi secara online untuk tujuan pelatihan ataupun
pendidikan.
• Electronic government
Model e-business dimana pemerintah menyediakan atau
membeli barang, jasa, atau informasi dari ataupun kepada
perusahaan maupun individu.
2.7 Konsep Supply chain
2.7.1 Pengertian Supply chain
Menurut Stevenson (2009: 511) supply chain merupakan rangkaian
organisasi fasilitas mereka, fungsi, dan aktivitas yang terlibat dalam proses
produksi dan pengiriman barang maupun jasa. Menurut Turban (2010: 278)
supply chain adalah aliran material, informasi, uang, dan jasa dari supplier
bahan baku ke pabrik, ke gudang, sampai pelanggan akhir. Menurut Chopra
20
dan Meindl (2013: 13) supply chain terdiri dari semua pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Supply chain tidak hanya meliputi produsen dan supplier, tetapi juga
transportasi, gudang, retail, dan bahkan pelanggan sendiri. Dalam setiap
organisasi, seperti pabrik, supply chain mencakup semua fungsi yang
terlibat dalam menerima dan membuat permintaan pelanggan. Fungsi-
fungsi ini terlibat dan tidak terbatas pada pengembangan produk baru,
pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.
Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
supply chain adalah proses aliran material, informasi, uang, barang
maupun jasa yang dilakukan oleh jaringan perusahaan atau rangkaian
organisasi yang terlibat dalam proses produksi sampai dengan pengiriman
barang maupun jasa dalam rangka memenuhi permintaan pelanggan.
2.7.2 Pembagian Supply chain
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 288) secara umum,
supply chain dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Upstream supply chain
Bagian upstream dari supply chain terdiri dari aktivitas yang
melibatkan perusahaan dengan pemasoknya (dapat berupa
perusahaan manufaktur maupun jasa). Kegiatan utama dalam
supply chain bagian upstream adalah procurement yang
merupakan proses dimana perusahaan melakukan kegiatan-
kegiatan dengan tujuan untuk mendapatkan akses terhadap
sumber daya (dapat berupa produk, keterampilan, kemampuan,
21
fasilitas) yang diperlukan perusahaan untuk melakukan proses
bisnis utama mereka)
2. Internal Supply chain
Bagian internal dari supply chain melibatkan semua proses
internal yang dilakukan untuk mengubah input dari supplier
menjadi output yang dihasilkan perusahaan. Aktivitas internal
utama ini jugaa dikenal dengan istilah value chain, yang
merupakan penghubung antara pelanggan (B2C) dan pemasok
(B2B) yang dalam hubungannya mengubah produk dan jasa
yang didapatkan dari supplier menjadi produk dan jasa yang
memiliki nilai bagi pelanggan
3. Downstream Supply chain
Bagian downstream dari supply chain melibatkan semua
aktivitas yang bertujuan untuk menyampaikan produk akhir
perusahaan ke pelanggannya. Perhatian utama dalam bagian
downstream dari supply chain dipusatkan pada kegiatan
distribusi, penyimpanan atau pergudangan, transportasi, dan
layanan pasca penjualan.
2.8 Konsep Supply chain Management
2.8.1 Pengertian Supply chain Management
Menurut Stevenson (2009: 512) supply chain management
merupakan koordinasi strategi terhadap rantai pasokan untuk suatu tujuan
dalam pengintegrasian pasokan dan permintaan manajemen. Menurut
O’Brien dan Marakas (2010: 330) supply chain management merupakan
22
sistem perusahaan lintas fungsional yang menggunakan teknologi informasi
untuk membantu mendukung dan mengelola hubungan antara beberapa
perusahaan, proses bisnis, dan para pemasok, pelanggan, dan mitra bisnis.
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 289) supply chain
management adalah proses kompleks yang memerlukan koordinasi dari
banyak kegiatan sehingga pengiriman barang dan jasa dari pemasok tepat
melalui ke customer dilakukan dengan efisien dan efektif bagi semua pihak
yang bersangkutan.
Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
supply chain management adalah koordinasi strategi yang digunakan untuk
mengintegrasikan supplier, produsen, gudang, dan toko secara efisien agar
produk dapat diproduksi dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, ke
lokasi yang tepat, dan pada waktu yang tepat untuk meminimalkan biaya
sistem secara keseluruhan sekaligus mencapai service level yang diinginkan
2.8.2 Tujuan Supply chain Management
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 289) supply chain
management bertujuan untuk meminimalkan persediaan, mengoptimalkan
produksi, meminimalkan waktu produksi, mengoptimalkan distribusi dan
logistik, mempercepat proses pemenuhan pesanan, dan pengurangan biaya
yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut secara umum.
23
2.8.3 Arus dalam Supply chain Management
Menurut Kalakota (2001: 275) terdapat tiga aliran utama dalam
supply chain management:
1. Aliran material
Aliran ini melibatkan produk fisik yang mengalir dari supplier
ke pelanggan, dan juga arus balik material, seperti produk
retur, produk rusak, dan produk daur ulang
2. Aliran informasi
Aliran informasi melibatkan peramalan, permintaan,
pengiriman pesanan pelanggan, dan status pengiriman barang
3. Aliran keuangan
Aliran keuangan melibatkan informasi kartu kredit, jadwal
pembayaran, penagihan, dan lainnya
2.8.4 Proses dalam Supply chain Management
Menurut Chopra dan Meindl (2013: 24) dalam supply chain
terdapat 3 proses utama yang saling berhubungan, yaitu :
1. Customer Relationship Management (CRM)
Proses ini terdiri dari semua proses yang berfokus pada
interaksi antara perusahaan dan pelanggannya. Proses ini
bertujuan untuk menghasilkan permintaan pelanggan dan
memfasilitasi penempatan dan pelacakan pesanan.
2. Internal supply chain management (SCM)
Proses ini terdiri dari semua proses yang ada di dalam internal
perusahaan. Proses ini bertujuan untuk memenuhi pesanan
24
yang berasal dari proses CRM dalam waktu yang sesingkat
mungkin dan dengan biaya yang seminimal mungkin.
3. Supplier relationship management (SRM)
Proses ini terdiri dari semua proses yang berfokus pada
interaksi antara perusahaan dan pemasoknya. Proses ini
bertujuan untuk mengelola dan mengatur sumber bahan baku
untuk jasa dan produk perusahaan.
2.8.5 Strategi Supply chain Management
Menurut Pujawan (2005: 29) Strategi Supply chain Management
adalah kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang supply chain
yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir
dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut
Menurut Simchi-Levi (2004: 42) strategi dalam supply chain
management dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori :
1. Push-based supply chain
Di dalam push-based supply chain keputusan produksi dan
distribusi didasarkan pada peramalan jangka panjang.
Produsen biasanya akan mendasarkan peramalan mereka
pada permintaan dari distributor mereka.Di dalam push-based
supply chain kita biasanya akan menemukan biaya
transportasi yang tinggi, tingkat persediaan yang tinggi, dan
biaya produksi yang besar. Berdasarkan karakteristik di atas,
push-based supply chain cocok untuk diterapkan terhadap
produk make-to-stock.
2. Pull-based supply chain
25
Di dalam pull-based supply chain produksi dan distribusi
dipicu oleh adanya permintaan dari pelanggan, jadi prosesnya
dikoordinasi dengan permintaan pelanggan yang ada, bukan
dengan menggunakan peramalan. Bahkan, dalam pull system
murni perusahaan tidak memiliki persediaan sama sekali dan
hanya merespon pada permintaan pelanggan. Proses ini akan
dimungkinkan dengan adanya mekanisme transfer informasi
yang cepat antara anggota dalam supply chain mengenai
permintaan pelanggan. Di dalam pull-based supply chain kita
biasanya menemukan tingkat persediaan yang minim,
koordinasi yang baik, dan biaya yang lebih rendah.
Berdasarkan karakteristik di atas, pull-based supply chain
cocok untuk diterapkan terhadap produk make-to-order.
3. Push-pull supply chain
Push-pull supply chain merupakan kombinasi antara push-
based supply chain dengan pull-based supply chain . Di
dalam push-pull supply chain beberapa bagian dalam supply
chain dilakukan dengan cara push-supply chain dan sisanya
dilakukan dengan cara pull-supply chain . Berdasarkan
karakteristik di atas, push-pull supply chain cocok untuk
diterapkan terhadap perusahaan dengan produk make-to-
order dan make-to-stock. Strategi push memiliki tingkat
ketidakpastian yang lebih rendah. Untuk itu, fokus utama dari
strategi push adalah minimalisasi biaya. Strategi push
memiliki karakteristik ketidakpastian permintaan yang
26
rendah, skala ekonomis dalam produksi, dan lead time yang
lama. Strategi pull memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih
tinggi. Untuk itu, fokus utama dari strategi pull adalah service
level. Service level yang tinggi akan dapat dicapai dengan
supply chain yang fleksibel dan responsif. Strategi pull
memiliki karakteristik ketidakpastian permintaan yang tinggi
dan siklus yang singkat
2.8.6 Tantangan dalam Supply chain Management
Dalam pengelolaan supply chain melibatkan banyak pihak dan
dalam pengelolaan tersebut bukanlah hal yang mudah. Beberapa tantangan
yang dihadapi dalam pengelolaan supply chain . (Pujawan, 2005: 17)
1. Kompleksitas struktur Supply chain
Suatu supply chain biasanya sangat komplek, melibatkan
banyak pihak di dalam maupun luar perusahaan. Pihak-pihak
tersebut seringkali memiliki kepentingan yang berbeda – beda,
sehingga terjadi pertentangan antara yang satu dengan yang
lain. Di dalam perusahaan, perbedaan kepentingan itu sering
muncul. Perbedaan itu muncul karena adanya faktor-faktor
seperti perubahan jadwal produksi, bahasa, zone waktu, dan
budaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.
2. Ketidakpastian
Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan
pengelolaan suatu supply chain . Ketidakpastian menimbulkan
ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat.
27
Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman
di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa
persediaan (safety stok), waktu (safety time), ataupun kapasitas
produksi maupun transportasi. Di sisi lain ketidakpastian
sering menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. Dengan kata
lain, customer service level akan lebih rendah pada situasi
dimana ketidakpastian cukup tinggi.
Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi utama ketidakpastian
pada supply chain . Pertama adalah ketidakpastian permintaan. Peningkatan
ketidakpastian atau variasi permintaan dari hilir ke hulu pada suatu supply
chain management dinamakan bullwhip effect.
Ketidakpastian kedua berasal dari arah supplier. Ini bisa berupa
ketidakpastian pada lead time pengiriman, harga bahan baku atau
komponen, ketidakpastian kualitas serta kuantitas material yang dikirim.
Sedangkan sumber yang ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa
diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas
produksi.
2.8.7 Penggerak Suply Chain Management
Menurut Chopra dan Meindl (2013: 53) ada empat faktor utama
yang menjadi penggerak utama SCM dan penentu performa dari SCM,
yaitu :
1. Fasilitas Chopra dan Meindl (2013: 56)
Fasilitas adalah lokasi fisik di sepanjang jaringan supply chain yang
menjadi tempat untuk perakitan, penyimpanan, ataupun produksi.
28
Fasilitas yang ada dikelompokkan menjadi fasilitas produksi dan
fasilitas penyimpanan. Beberapa komponen fasilitas yang harus
dipertimbangkan antara lain:
• Peranan, fungsi utama dari fasilitas produksi, baik fokus
kepada produk (1 produk) maupun fungsional (banyak
produk). Fasilitas persediaan, apakah hanya merupakan cross-
docking ataupun merupakan tempat penyimpanan.
• Lokasi, terpusat bila ingin meraih economic of scale, dan
terdesentralisasi bila ingin meraih respon yang cepat untuk
pelanggan.
• Kapasitas, berapa jumlah kapasitas yang tepat untuk
memenuhi permintaan pelanggan.
2. Persediaan (Chopra dan Meindl, 2013: 59)
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi. Persediaan timbul karena adanya perbedaan antara
penawaran dan permintaan. Beberapa komponen persediaan yang harus
dipertimbangkan antara lain:
• Cycle inventory, jumlah rata rata persediaan yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan selama menunggu pengiriman
dari pemasok.
• Safety inventory, persediaan untuk mengantisipasi permintaan
yang berlebih
• Seasonal inventory, persediaan untuk mengantisipasi variasi
permintaan musiman.
29
• Sourcing, proses bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan
barang ataupun jasa yang diperlukan perusahaan. Perusahaan
dalam supply chain dapat memperoleh keuntungan kompetitif
dengan memilih dan menjalin hubungan erat dengan supplier
terpilih melalui kontrak jangka panjang. (Ho Ha dan Krishnan,
2008: 1303)
3. Transportasi (Chopra dan Meindl, 2013: 61)
Transportasi berfungsi untuk memindahkan produk antara tahap satu ke
tahap lain di sepanjang supply chain . Beberapa komponen transportasi
yang harus dipertimbangkan antara lain:
• Pemilihan rute, jalur mana yang harus dilewati dalam
melakukan pemindahan barang
• Jenis transportasi, apakah melalui udara, truk, kereta, ataupun
perairan.
4. Informasi (Chopra dan Meindl, 2013: 63 )
Informasi adalah penghubung antara berbagai tahapan tahapan yang ada
di dalam supply chain . Beberapa komponen informasi yang harus
dipertimbangkan antara lain:
• Push versus pull, menyesuaikan dengan proses yang ada di
supply chain , informasi untuk proses push umumnya berupa
perencanan kebutuhan bahan baku dari rencana produksi,
sementara untuk proses pull umumnya berupa permintaan
aktual yang diinformasikan dengan cepat.
30
• Koordinasi dan pembagian informasi, bagaimana cara
informasi dapat dikelola agar koordinasi di sepanjang supply
chain menjadi baik.
• Peramalan dan perencanaan agregat, melakukan peramalan
akan keadaan di masa depan, dan melakukan perencanaan dari
peramalan yang dibuat.
• Manajemen harga dan pendapatan, menentukan tingkat harga
yang sesuai dengan keadaan yang ada.
• Teknologi pendukung, menentukan penerapan teknologi yang
mendukung aliran dan pengelolaan informasi di sepanjang
supply chain .
2.9 Konsep e-Supply Chain Management
2.9.1 Pengertian e-Supply Chain Management
Menurut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 289) e-supply chain
management adalah penggunaan teknologi secara kolaboratif untuk
meningkatkan operasi aktivitas supply chain dan juga aktivitas dalam supply
chain management.
Menurut Ross (2003: 18) e-supply chain management adalah filosofi
manajemen strategis dan taktis yang bertujuan untuk menghubungkan secara
kolektif kapasitas produksi dan sumber daya yang ada dalam jaringan supply
chain dengan mengaplikasikan teknologi internet untuk menemukan solusi
inovatif dan sinkronisasi kemampuan supply chain dalam menyediakan nilai
yang unik bagi pelanggan.
31
Jadi, dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa e-
supply chain management adalah penggunaan teknologi dan internet secara
kolaboratif untuk menyediakan solusi inovatif dan sinkronisasi kemampuan
supply chain dalam menyediakan nilai bagi pelanggan.
2.9.2 Karakteristik dari e-Supply Chain Management
Menurut Ross (2003: 19) e-supply chain management memiliki
beberapa karakteristik, antara lain:
1. E-supply chain management memberikan gambaran baru tentang
fungsi dari informasi di dalam supply chain . Internet
memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan, melacak, dan
memantau informasi dari berbagai sumber dalam supply chain
kapanpun perusahaan membutuhkannya melalui cara yang
efektif.
2. E-supply chain management memungkinkan perusahaan untuk
membentuk relasi dengan rekanan bisnis perusahaan dalam
supply chain yang memberikan keunggulan kompetitif. E-supply
chain management memungkinkan perusahaan untuk melakukan
integrasi dengan pihak pihak yang terlibat dalam supply chain
dan membuat keseluruhan supply chain saling berkerja sama
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif dan efisien.
3. E-supply chain management memungkinkan sinkronisasi antara
pihak yang terlibat dalam supply chain sehingga pertukaran
informasi secara elektronik menjadi lebih cepat dan tepat.
2.9.3 Kunci Sukses e-Supply chain Management
Kesuksesan e-supply chain management bergantung pada beberapa hal
berikut Turban, King, Lee, dan Liang (2010: 290)
32
1. Kemampuan semua rekanan perusahaan dalam supply chain untuk
memandang kolaborasi mereka sebagai sebuah aset strategis. Integrasi
yang tinggi dan kepercayaan antara berbagai pihak dalam supply chain
akan menghasilkan kecepatan dan penurunan biaya.
2. Strategi supply chain yang jelas. Hal ini meliputi pemahaman terhadap
kekuatan dan kelemahan yang ada, penetapan rencana pengembangan,
dan penetapan tujuan lintas organisasi dalam supply chain . Komitmen
dari eksekutif juga merupakan hal yang penting dan harus ditunjukkan
dalam alokasi sumber daya yang sesuai dan penetapan prioritas yang
beralasan.
3. Keterbukaan terhadap informasi antara semua pihak dalam supply
chain . Informasi mengenai persediaan, permintaan produk, kapasitas
produksi, pengkoordinasian aliran produk, waktu pengiriman, dan
informasi relevan lainnya harus dapat diakses semua pihak dalam
supply chain setiap saat.
Oleh karena itu, informasi harus dikelola secara baik, dengan aturan
yang ketat, disiplin, dan pengawasan berkelanjutan.
4. Kecepatan, biaya, kualitas, dan pelayanan pelanggan. Ini adalah ukuran
yang dapat digunakan untuk mengukur performa supply chain .
Perusahaan harus mampu mengukur dan menetapkan tingkat yang
diinginkan dari tiap ukuran yang disebutkan di atas. Tingkat target
yang ditetapkan juga harus dapat dicapai dan menarik bagi rekanan
bisnis.
5. Mengintegrasikan supply chain dengan lebih baik. E-supply chain
management akan diuntungkan dengan integrasi yang erat antara
semua pihak yang terlibat dalam supply chain .
33
2.9.4 Preliminary Steps
Menurut Ross (2003: 131) dalam mencapai penentuan keputusan
strategi e-supply chain management (e-SCM), ada 5 tahap yang dapat diikuti:
Tahap 1: Energize the Organization
Mempersiapkan perusahaan terhadap e-SCM memerlukan
usaha dari manajemen puncak untuk memimpin perubahan dan usaha
untuk mengintegrasikan semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi
dalam tekonologi e-SCM.
Manajemen puncak harus mendapatkan pendidikan tentang dasar
dari supply chain management dan e-business. Setelah itu mereka harus
mampu bertindak sebagai pemimpin untuk mengadopsi perubahan.
Mereka juga harus memastikan bahwa supply chain yang ada dapat
disesuaikan dengan teknologi e-business yang diterapkan. Partisipasi
aktif dari semua pihak yang dipengaruhi dapat diperoleh dengan
menunjukkan manfaat dari perubahan yang dilakukan oleh teknologi
terhadap aktivitas yang mereka lakukan.
Tahap 2: Enterprise Vision
Langkah berikutnya yang perlu dilakukan dalam membangun
strategi e-SCM yang efektif adalah mengetahui dan mensukseskan visi
dari perusahaan. Untuk mencapai visinya, perusahaan perlu
mengetahui tingkat kompetitif dari bisnis yang dilakukan. Tahap ini
mendefinisikan kompetensi kompetitif yang ada pada infrastruktur saat
ini dan yang ada pada jaringan supply chain dalam usaha perusahaan
untuk mencapai visi yang ada.
34
Tahap 3: Supply chain Value Assessment
Keputusan untuk mengimplementasikan teknologi harus
didasarkan pada pemahaman mendalam mengenai proses bisnis mana
yang dapat dikembangkan menjadi e-business. Salah satu cara untuk
mencocokkan inisiatif penerapan teknologi, proses bisnis, dan visi
strategis adalah dengan menggunakan supply chain value assessment
(SCVA).
Tujuan dari SCVA adalah untuk menentukan dan
memprioritaskan inisiatif e-business mana yang perlu diambil agar
dapat menghasilkan manfaat maksimal bagi perusahan dan anggota
lainnya dalam supply chain .
Tahap 4: Opportunity Identification
Setelah SCVA dilakukan, akan timbul beberapa pilihan inisiatif
yang mungkin untuk dilakukan dan peluang apa saja yang dimiliki oleh
perusahaan. Setelah diprioritaskan, tahap ini akan menentukan tipe
implementasi strategi e-SCM seperti apa yang dapat dilakukan,
peluang kompetitif yang ditimbulkan, dan perkiraan biaya yang
ditimbulkan.
Tahap 5: Strategy Decision
Sekarang eksekutif perusahaan dapat berfokus pada inisiatif
dan pemanfaatan peluang yang dipilih. Keputusan yang dibuat harus
berfokus pada manfaat yang diharapkan. Tidak peduli inisiatif yang
dipilih berfokus untuk melakukan otomatisasi, mengintegrasikan
proses, mengurangi biaya, memperlancar arus informasi, ataupun
merancang ulang proses bisnis dan pembentukan nilai bagi pelanggan.
Hal yang terpenting adalah eksekutif perlu memahami bahwa teknologi
35
itu sendiri tidak dapat mencapai apa apa. Tujuan utama dari inisiatif e-
SCM adalah memanfaatkan kekuatan bersama antara anggota dalam
supply chain untuk meningkatkan keuntungan dalam pasar ataupun
menyadari cara baru untuk menciptakan nilai bagi pelanggan.
2.10 Value Chain Analysis
Menurut Ward dan Peppard (2002: 244) agar sebuah perusahaan dapat
mengidentifikasi implikasi e-business terhadap bisnis mereka dalam cakupan
peluang dan ancaman secara umum, perusahaan perlu melakukan analisis value
chain.
Menurut Michael Porter setiap perusahaan memiliki sekelompok aktivitas
yang dilakukan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, mengirimkan, dan
mendukung produk dan jasa yang mereka tawarkan. Semua aktivitas ini dapat
digambarkan dalam value chain. Value chain hanya dapat dimengerti dalam
konteks unit bisnis tersebut.
Analisis value chain bertujuan untuk membedakan apa yang dilakukan
perusahaan dengan bagaimana perusahaan melakukannya. Setiap aktivitas dalam
perusahaan dilakukan untuk menambah nilai dalam produk dan jasa yang
diberikan kepada pelanggan ataupun memastikan aktivitas yang menambah nilai
bagi pelanggan dapat dilakukan dengan baik. Value chain membedakan aktivitas
bisnis dalam perusahaan menjadi dua bagian
1. Aktivitas utama
Aktivitas utama adalah aktivitas yang memungkinkan perusahaan untuk
memenuhi perannya dalam industri dan memuaskan pelanggannya.
Semua aktivitas yang termasuk ke dalam aktivitas utama harus dilakukan
36
dengan baik dan harus dihubungkan antara satu dengan lainnya secara
efektif agar performa bisnis secara keseluruhan dapat dioptimalkan.
Keberhasilan aktivitas utama dapat dinilai dari tingkat kepuasan
pelanggan yang didapatkan perusahaan
2. Aktivitas pendukung
Aktivitas pendukung adalah aktivitas yang dibutuhkan untuk
mengendalikan dan mengembangkan bisnis dari waktu ke waktu dan
dapat menambahkan nilai secara tidak langsung. Keberhasilan aktivitas
pendukung dapat dinilai dari keberhasilan aktivitas utama.
Dalam model value chainnya, Porter menyesuaikan struktur aktivitas
perusahaan berdasarkan struktur aktivitas yang ada pada perusahaan manufaktur
secara umum. Untuk itu, Porter membagi aktivitas utama menjadi lima bagian,
yang berawal dari supplier dan berakhir di pelanggan. Lima bagian yang ada
pada aktivitas utama adalah:
1. Inbound Logistic
Merupakan proses untuk mendapatkan, menerima, menyimpan, dan
meramalkan input utama yang diperlukan perusahaan dalam jumlah
dan kualitas yang tepat. Hal ini dapat berupa perekrutan staff,
pembelian material, memperoleh jasa,serta berurusan dengan
perusahaan kontraktor ataupun pengadaan peralatan
2. Operations
Mengubah input menjadi produk ataupun jasa yang diperlukan oleh
pelanggan. Hal ini meliputi pengumpulan sumber daya dan bahan
baku yang diperlukan untuk membuat sebuah produk ataupun
melakukan pelayanan jasa.
37
3. Outbond Logistic
Mendistribusikan produk ke pelanggan, baik secara langsung maupun
melalui jalur distribusi agar pelanggan dapat mengakses dan membeli
produk perusahaan dengan mudah.
4. Sales and Marketing
Menyediakan cara agar pelanggan dapat menyadari tentang
keberadaan produk dan jasa perusahaan dan mengetahui cara
bagaimana agar mereka dapat memperoleh produk dan jasa tersebut.
5. Services
Menambahkan nilai bagi pelanggan dengan memastikan mereka
mendapatkan nilai dan keuntungan maksimum dari produk yang
mereka beli. Hal ini dapat berupa garansi dan informasi manual.
Setelah melakukan analisis value chain, perusahaan dapat
mengetahui:
- Informasi yang mengalir dalam industri serta seberapa penting
informasi tersebut bagi fungsional industri dan bagi kesuksesan
perusahaan. Hal ini dapat dicapai dengan menentukan kapan dan
dimana informasi tersebut dapat diakses, siapa pemiliknya, cara
mendapatkannya,dan penggunaannya untuk keuntungan
perusahaan.
- Informasi apa saja yang dapat dipertukarkan dengan pelanggan
dan supplier di sepanjang supply chain untuk meningkatkan
performa bisnis ataupun meningkatkan performa bersama dengan
berbagi manfaat dari informasi tersebut.
38
- Seberapa efektif informasi mengalir dalam proses utama dan
penggunaannya dalam perusahaan.
- Dalam tiap aktivitas untuk meningkatkan performa perusahaan.
- Dalam penghubung antara aktivitas untuk mengurangi biaya dan
memanfaatkan peluang yang ada.
- Dalam membantu aktivitas pendukung agar tidak menjadi
penghambat dalam pendukung aktivitas utama
Gambar 2.1 Value chain perusahaan manufaktur
Sumber: Ward and Peppard (2002: 265)
OpOpOpOperations
For example: Manufacturing,packaging, production control, quality control, maintenance,etc
Inbound Logistics
For example: quality control, receiving,raw material control, etc
Outbond Logistics
For example: Finishing goods, order handling, dispatch, delivery, invoicing, etc
Sales and Marketing
For example: Customer Management, order taking, promotion, sales analysis, market research, etc
Servicing
For example: Warranty, maintenance, education and training, upgrades, etc
Procurement: Supplier management, funding, subcontracting, specification
Infrastructure: Legal, accounting, financial management
Human Resource Management: Personnel, pay, recruitment, training, manpower training, etc
Product and Technology Development: Product and process design, production engineering, market testing R&D, etc
Value added-Cost= Profit
Support Activities
Primary Activities
39
2.11 Analisis Lima Daya Persaingan Porter
Dengan analisis ini, kita dapat mengetahui apa saja tekanan-tekanan
persaingan yang sedang dan akan dihadapi oleh suatu organisasi baik yang
negatif atau yang dapat mempengaruhi organisasi secara positif.
Analisis lima daya Porter adalah strategi kompetitif yang menganalisis
persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yaitu : (Ward & Peppard, 2002:
95)
1. Kekuatan Tawar Menawar Pelanggan
Dengan kekuatan yang pelanggan miliki, mereka mampu
mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga jual suatu
produk, meningkatkan kualitas dan mutu produk atau layanan. Berikut
adalah faktor yang membuat kekuatan tawar menawar pembeli
menjadi kuat, yaitu :
• Produk atau layanan tidak terdiferensiasi
• Produk atau layanan yang ditawarkan bukan merupakan
kebutuhan pokok
2. Persaingan Dengan Industri Sejenis
Pesaing dalam industri yang sejenis akan mempengaruhi kebijakan
dan kinerja perusahaan, tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
• Jumlah kompetitor
• Tingkat pertumbuhan industri
• Karakteristik produk
• Biaya tetap yang besar
• Kapasitas
40
• Hambatan keluar dari pasar
3. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Melalui kemampuan pemasok menaikkan harga atau mengurangi
kualitas produk atau jasanya, pemasok dapat mempengaruhi industri
yang bergantung pada mereka. Berikut adalah kondisi dimana
pemasok menjadi kuat, antara lain :
• Jumlah pemasok terbatas
• Produk atau jasa yang ditawarkan unik
4. Ancaman Produk Subtitusi
Produk pengganti merupakan produk yang berbeda dengan produk
utama namun dapat memenuhi kebutuhan seperti produk utama.
5. Ancaman Pendatang Baru
Adanya pendatang baru akan menimbulkan sejumlah masalah bagi
perusahaan yang sudah ada, misalnya terjadi perebutan pangsa pasar
dan perebutan sumber daya produksi. Beberapa faktor yang
menghambat masuknya pendatang baru adalah :
• Skala ekonomi
• Peraturan pemerintah biaya peralihan
• Diferensiasi produk
• Kecukupan modal
41
Gambar 2.2 Fice Forces Porter
Sumber: David (2011:106)
2.12 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE – Internal Factor Evaluation)
Menurut David (2011: 153) Matriks IFE adalah sebuah alat yang
merumuskan strategi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam
area – area fungsional bisnis dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi
serta mengevaluasi hubungan diantara area tersebut. Matriks IFE dapat
dikembangkan dalam 5 langkah:
1. Buat daftar faktor – faktor internal utama sebagaimana yang
disebutkan dalam proses audit internal. Masukkan kekuatan dan
kelemahan perusahaan dan industrinya. Daftar terlebih dahulu
kekuatannya kemudian kelemahannya. Buat sespesifik mungkin
dengan menggunakan persentase, rasio dan perbandingan jika
dimungkinkan.
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Terlepas dari apakah faktor
utama itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor – faktor
yang dianggap memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja
Ancaman Pendatang
Baru
Daya Tawar Menawar
Supplier
Daya Tawar Menawar
Konsumen
Ancaman Produk
Subtitusi
Persaingan antara
perusahaan sejenis
42
organisasional harus diberi bobot tinggi. Total bobot yang diberikan
pada faktor itu harus sama dengan 1,0.
3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor internal utama
untuk mengidentifikasi apakah faktor tersebut 4 = sangat kuat, 3 =
kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah. Perhatikan bahwa kekuatan harus
mendapat peringkat 4 atau 3 dan kelemahan harus mendapatkan
peringkat 2 atau 1.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
skor bobot.
5. Jumlahkan skor bobot untuk setiap variabel guna menentukan skor
bobot total untuk organisasi.
Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Faktor ‐faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot Kekuatan :
1.
Kelemahan :
1.
Total 1,00 Sumber : David (2011: 153)
2.13 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE - External Factor Evaluation)
Menurut David (2011: 112), Matriks EFE memungkinkan para penyusun
strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya,
demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif.
Matriks EFE dapat dikembangkan dalam 5 langkah:
43
1. Buat daftar faktor – faktor eksternal utama sebagaimana yang
disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Buat daftar
peluangnya terlebih dahulu, kemudian ancamannya. Buat sespesifik
mungkin dengan menggunakan presentase, rasio dan perbandingan
jika dimungkinkan.
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting), Peluang biasanya mendapatkan
bobot yang lebih tinggi daripada ancaman, tetapi ancaman bisa diberi
bobot lebih tinggi apabila mereka sangat parah atau mengancam.
Total dari semua bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.
3. Berilah peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama
untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini
dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon sangat bagus, 3 =
respon cukup bagus, 2 = responnya kurang baik, 1 = responnya sangat
tidak baik
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan
skor bobot.
5. Jumlahkan skor bobot untuk setiap variable guna menentukan skor
bobot total untuk organisasi.
44
Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Faktor ‐faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot Peluang :
1.
Ancaman :
1.
Total 1,00
Sumber : David (2011:112)
2.14 Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats)
Menurut David (2011: 327), SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-
Threats) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para
manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (kekuatan-peluang),
Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT
(kelemahan-ancaman).
1. Strategi SO
Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal. Secara umum, organisasi
akan menjalankan strategi WO, ST dan WT untuk mencapai situasi
dimana mereka dapat melaksanakan strategi SO. Jika sebuah
perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan
berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan,.
2. Stategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,
peluang – peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki
45
kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang
tersebut.
3. Strategi ST
Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini
bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus menghadapi
ancaman di dalam lingkungan eksternal.
4. Strategi WT
Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah
organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan
kelemahan internal benar – benar dalam posisi yang membahayakan.
Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus
berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan,
menyatakan diri bangkrut atau memilih likuidasi.
Menurut David (2011: 211) ada delapan langkah dalam membentuk
Matriks SWOT, yaitu:
1. Buat daftar peluang – peluang eksternal utama perusahaan
2. Buat daftar ancaman – ancaman eksternal utama perusahaan
3. Buat daftar kekuatan – kekuatan internal utama perusahaan
4. Buat daftar kelemahan – kelemahan utama perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat
hasilnya pada sel Strategi SO
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
hasilnya pada sel Strategi WO
46
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel Strategi ST
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel Strategi WT
Gambar 2.3 Matriks SWOT
Sumber: David (2011: 327)
2.15 Matriks Internal Eksternal (IE – Internal External Matrix)
Menurut David (2011: 220) Matriks Internal Eksternal (IE) didasarkan
pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE
total pada sumbu y. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang
mempunyai implikasi strategi yang berbeda – beda. Pertama, ketentuan untuk
divisi – divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
Kekuatan (S) 1. 2. Kekuatan 3. Perusahaan 4. 5.
Kelemahan (W) 1. 2. Kelemahan 3. Perusahaan 4. 5.
Peluang (O) 1. 2. Peluang 3. Perusahaan 4. 5.
Strategi SO 1. 2. menggunakan kekuatan 3. perusahaan untuk 4. mengambil peluang 5.
Strategi WO 1. 2. menggunakan peluang 3. untuk mengatasi 4. kelemahan perusahaan 5.
Ancaman (T) 1. 2. Ancaman 3. Perusahaan 4.
Strategi ST 1. 2. menggunakan kekuatan 3. perusahaan untuk 4. mengatasi ancaman
Strategi WT 1. 2. meminimalkan kelemahan 3. perusahaan dan 4. menghindari ancaman
47
tumbuh dan membangun. Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan
pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, dan integrasi horizontal). Kedua, divisi – divisi yang masuk dalam sel
III, V, VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan
mempertahankan. Strategi yang cocok adalah penetrasi pasar dan pengembangan
produk. Ketiga, ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX
adalah panen dan divestasi. Strategi yang cocok adalah penciutan dan divestasi.
Gambar 2.4 Matriks IE
Sumber: David (2011: 221)
Keterangan:
Sel 1, II, IV : Pertumbuhan dan Membangun
Sel III, V, VII : Menjaga dan Mempertahankan
Sel VI, VIII, IX : Panen atau Divestasi
48
2.16 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM – Quantitative Strategic
Planning Matrix)
Menurut David (2011: 225), pada tahap ini ada satu teknik yang
digunakan, yaitu Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM -
Quantitative Strategic Planning Matrix). QSPM menggunakan input dari analisis
tahap input dan hasil pencocokkan pada tahap pencocokkan untuk menentukan
alternatif strategi secara objektif.
Kolom kiri QSPM terdiri atas informasi yang didapat dari Matriks IFE dan
EFE, setelah itu ada kolom Bobot dan kolom Nilai Daya Tarik (Attractiveness
Score – AS) dan kolom Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Score –
TAS) serta Penjumlahan total Nilai Daya Tarik (Sum Total Attractiveness Score –
STAS)
Langkah penyusunan QSPM (David, 2011: 229) :
1. Membuat daftar peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan
kelemahan internal pada kolom kiri QSPM yang didapat dari Matriks
EFE dan IFE.
2. Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal, bobot sesuai yang diberikan pada Matriks EFE dan IFE.
3. Setelah melakukan evaluasi pada tahap pencocokan dan mendapatkan
alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, mencatat strategi
tersebut pada baris atas dari QSPM.
4. Menentukan nilai daya tarik (AS), yaitu angka yang mengindikasikan
daya tarik relatif masing-masing strategi dalam set alternatif
tertentu. Jangkauan nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik dan tanda
49
minus (-) untuk mengindikasikan bahwa faktor tersebut tidak
mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat.
5. Menghitung Total nilai daya tarik (TAS), yang didefinisikan sebagai
hasil dari perkalian antara bobot dan nilai daya tarik.
6. Langkah terakhir adalah menghitung Penjumlahan total nilai daya
tarik ( TAS) dalam masing-masing kolom strategi QSPM. Nilai yang
lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik.
Tabel 2.3 Matriks QSPM
Faktor-faktor Utama
Bobot
Penetrasi Pasar
Pengembangan
Produk
AS TAS AS TAS
Peluang 1 2
Ancaman
1 2
Total 1.00
Kekuatan 1
2
Kelemahan 1
2
Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik 1.00 Sumber : David (2011: 226)
50
2.17 Alternatif Strategi
Dalam menghasilkan suatu keputusan yang ada dalam pengembangan
proses bisnis perusahaan, maka dibutuhkan strategi yang sesuai untuk dapat
mendukung keputusan tersebut. Menurut David (2011:168) ada beberapa
konsep dasar dalam menerapkan manajemen strategi. Alternatif strategi yang
dapat perusahaan terapkan dapat dikategorikan menjadi sebelas aksi strategi,
yaitu: strategi integrasi ke depan, strategi integrasi ke belakang, strategi
integrasi horizontal, strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar,
strategi pengembangan produk, strategi diversifikasi terkait, strategi
diversifikasi tidak terkait, strategi penghematan, strategi pencabutan, serta
strategi liquidasi.
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai trategi integrasi ke
depan, strategi integrasi ke belakang, strategi integrasi horizontal, strategi
penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar, serta strategi pengembangan
produk.
2.17.1 Strategi Integrasi ke depan
Menurut David (2011: 171) Strategi integrasi ke depan melibatkan
keuntungan pemilik maupun peningkatan pengawasan melalui
distribusi maupun retail.
Terdapat enam pedoman ketika integrasi ke depan menjadi strategi
yang efektif:
• Ketika kehadiran distributor dalam organisasi menjadi sangat
mahal, tidak dapat diandalkan atau tidak dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan
51
• Ketika ketersediaan kualitas distributor sangat terbatas dalam
menawarkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan yang
mengutamakan integrasi ke depan
• Ketika sebuah organisasi bersaing dalam industri yang sedang
berkembang dan memiliki harapan untuk dapat bertumbuh
secara nyata, maka ini merupakan sebuah faktor karena dengan
adanya integrasi ke depan dapat mengurangi kemampuan
organisasi untuk membedakan bila industri dasar terputus-putus
• Ketika sebuah organisasi memiliki modal dan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk mengatur bisnis baru dalam
mendistribusikan produknya
• Ketika keuntungan dalam produksi yang stabil pada kondisi
yang tinggi, ini menjadi pertimbangan karena dapat
meningkatkan prediktabilitas permintaan terhadap output
melalui integrasi ke depan
• Ketika distributor atau pengecer saat ini memiliki margin
keuntungan yang tinggi, situasi ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang menguntungkan dapat mendistribusikan
produk sendiri dengan harga yang lebih kompetitif dengan
integrasi ke depan
2.17.2 Strategi Integrasi ke belakang
Menurut David (2011: 172) Strategi integrasi ke belakang merupakan
strategi yang digunakan dalam mencari kepemilikian atau meningkatkan
pengawasan terhadap pemasok. Strategi ini dapat sesuai ketika pemasok
52
dalam perusahaan tidak dapat diandalkan karena memiliki harga yang
tinggi dalam menyediakan kebutuhan perusahaan.
Terdapat tujuh pedoman ketika integrasi ke belakang menjadi strategi
yang efektif:
• Ketika kehadiran pemasok menjadi sangat mahal, tidak dapat
diandalkan, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan
terhadap bagian, komponen, rakitan, atau bahan baku
• Ketika jumlah pemasok menjadi kecil dan jumlah kompetitor menjadi
besar
• Ketika persaingan dalam suatu industri berkembang cepat, ini
merupakan salah satu faktor karena tipe strategi integrasi (ke depan,
ke belakang, dan horizontal) dapat mengurangi kemampuan
organisasi dalam melakukan perkembangan industrinya
• Ketika sebuah organisasi memiliki modal dan sumber daya manusia
untuk mengelola bisnis baru dalam penyediaan bahan baku sendiri
• Ketika harga yang stabil menjadi suatu keuntungan bagi perusahaan
karena perusahaan dapat menstabilkan harga dari bahan baku dan
harga yang sesuai dengan produk mereka melalui integrasi ke
belakang
• Ketika kehadiran pasokan memiliki keuntungan yang tinggi yang
menunjukkan bisnis penyediaan produk atau jasa dalam industri yang
diberikan adalah usaha yang berharga
• Ketika organisasi perlu dengan cepat memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan
53
2.17.3 Strategi Integrasi Horizontal
Menurut David (2011: 173) Dalam strategi integrasi horizontal mengacu
kepada strategi yang melihat pemilik atau peningkatan terhadap kompetitor
perusahaan.
Terdapat lima pedoman ketika integrasi horizontal menjadi strategi yang
efektif:
• Ketika sebuah organisasi mendapatkan karakteristik monopoli di
wilayah tertentu tanpa adanya tantangan oleh pemerintah federal untuk
“merawat secara substansial” dalam mengurangi pesaing
• Ketika organisasi memiliki kemampuan dalam mengembangkan
industrinya
• Ketika peningkatan skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif
utama
• Ketika sebuah organisasi memiliki modal dan bakat dari sumber
dayanya yang diperlukan untuk mengelola organisasi lebih luas lagi
• Ketika pesaing mulai goyah karena kurangnnya keahlian manajerial
atau kebutuhan sumber daya tertentu yang dimiliki organisasi, perlu
diketahui bahwa integrarasi horizontal tidak akan sesuai jika
kompetitor melakukan hal yang buruk karena dalam kasus industri
secara keseluruhan penjualan dapat dikatakan menurun
2.17.4 Strategi Penetrasi pasar
Menurut David (2011: 173) Strategi penetrasi pasar berusaha untuk
meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini
54
melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini banyak digunakan
secara mandiri dana dalam kombinasi dengan strategi lain.
Terdapat lima pedoman ketika penetrasi pasar menjadi strategi yang efektif :
• Ketika pasar saat ini tidak jenuh dengan produk atau jasa tertentu
• Ketika tingkat penggunaan pelanggan sekarang dapat meningkat secara
signifikan
• Ketika pangsa pasar dari pesaing utama telah menurun sedangkan total
penjualan industri telah meningkat
• Ketika hubungan antara penjualan dolar dan pemasaran dolar secara
histori telah meningkat
• Ketika peningkatan skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif
yang utama
2.17.5 Strategi Pengembangan pasar
Menurut David (2011: 174) Pengembangan pasar melibatkan pengenalan
produk maupun jasa saat ini ke dalam area geografis.
Terdapat enam pedoman pedoman ketika pengembangan pasar menjadi
strategi yang efektif:
• Ketika saluran distribusi baru dapat diandalkan, murah, dan memiliki
kualitas yang baik
• Ketika sebuah organisasi sangat sukses dengan apa yang dilakukannya
• Ketika pasa belum me
• Ketika sebuah organisasi memiliki modal yang dibutuhkan dan sumber
daya manusia untuk mengelola perusahaan
55
• Ketika sebuah perusahaan memiliki kelebihan kapasitas produksi
• Ketika industri dasar organisasi dengan cepat dapat berkembang
ke lingkup global secara cepat
2.17.6 Strategi Pengembangan Produk
Menurut David (2011: 174) Pengembangan produk merupakan strategi yang
berusaha untuk dapat meningkatkan penjualan dengan cara peningkatan atau
modifikasi terhadap layanan atau produk yang ada sekarang ini.
Terdapat enam pedoman pedoman ketika pengembangan produk menjadi
strategi yang efektif:
• Ketika organisasi memiliki produk yang sukses yang berada pada
tahap kedewasaan perputaran daru hidup produk, dimana terdapa ide
untuk memuaskan pelanggan dengan cara peningkatan produk sebagai
hasil dari pengalaman positif yang dimiliki perusahaan sekarang ini
terhadap produk dan jasa yang dimilikinya
• Ketika organisasi bersaing dalam industri yang memiliki karakteristik
yang cepat dalam perkembangan teknologi
• Ketika kompetitor utama menawarkan kualitas produk terbaik dengan
harga bersaing
• Ketika organisasi bersaing dalam perkembangan industri yang tinggi
• Ketika organisasi memiliki penelitian yang kuat serta kemampuan
pengembangan yang kuat
56
2.18 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.18.1 Analisis Sistem
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 04), analisis sistem
adalah proses memahami dan menentukan secara rinci apa yang harus
dicapai oleh sistem informasi. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:
04), system analyst adalah seorang profesional bisnis yang menggunakan
teknik analisis dan desain untuk memecahkan masalah bisnis dengan
menggunakan teknologi informasi. Lanjut Satzinger, Jackson dan Burd
(2010: 316), selama analisis fokusnya adalah pada pemahaman apa yang
harus dilakukan oleh sistem. Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 326)
menambahkan, selama analisis, pertama-tama system analist
mengidentifikasi lingkup masalah sebelum system analist mencoba untuk
memahami detail. System analyst membuat dokumen-dokumen dan model-
model.
2.18.2 Perancangan Sistem
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 04), perancangan
sistem adalah proses menentukan secara rinci seberapa banyak komponen
dari sistem informasi yang harus secara fisik diimplementasikan. Menurut
Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 316), perancangan berorientasi
terhadap solusi. Dengan kata lain, menentukan bagaimana sistem akan
dibangun dan komponen struktural dari sistem yang baru. Satzinger,
Jackson dan Burd (2010: 326) menambahkan, system analyst menggunakan
informasi yang dikumpulkan selama analisis, persyaratan model, dan
mengkonversi informasi menjadi model yang mewakili solusi sistem.
57
Lanjut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 327), definisi asli dari desain
termasuk diantaranya menjelaskan, pengorganisasian, dan penataan solusi
sistem.
2.18.3 Object Oriented Analysis (OOA)
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 239), tujuan dasar dari
definisi requirements adalah pemahaman-pemahaman kebutuhan pengguna,
memahami bagaimana proses bisnis yang dilakukan, dan memahami
bagaimana sistem akan digunakan untuk mendukung proses-proses bisnis.
Pengembang sistem menggunakan satu set alat dan teknik untuk
menemukan dan memahami requirements untuk sistem baru. Kegiatan ini
merupakan bagian penting dari analisis sistem kegiatan siklus hidup
pengembangan sistem. Dalam object-oriented development, serangkaian
kegiatan analisis lebih khusus disebut sebagai object-oriented analysis
(OOA).
2.18.4 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 240) Unified
Modelling Language (UML) adalah standar bahasa pemodelan berorientasi
obeject-oriented dalam industri yang telah diterima. Standar dari bahasa
UML dipertahankan oleh Object Management Group (OMG). UML terbagi
menjadi beberapa model diagram yang sering digunakan yaitu:
58
2.18.4.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 141), activity
diagram adalah jenis diagram alur kerja yang menggambarkan
kegiatan pengguna dan aliran sekuensial mereka.
Gambar 2.5 Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 143)
2.18.4.2 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:187), Class
Diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek dari sistem.
Notasinya berasal dari Unified Modeling Language (UML), telah
menjadi standar untuk model yang digunakan dengan
pengembangan sistem object-oriented. Salah satu jenis Class
Diagram menunjukkan hal dalam domain kerja pengguna disebut
sebagai Domain Model Class Diagram.
59
Gambar 2.6 Komponen Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 187)
Gambar 2.7 Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 188)
Pada umumnya Class Diagram memiliki tipe-tipe hubungan
antara lain:
o Generalization / Specialization
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010, p189),
Generalization/Specialization adalah hirarki yang
menyusun atau merangkingkan class dari superclass
yang lebih umum ke subclass yang lebih spesifik.
Gambar 2.8 Generalization Diagram
Sumber Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 190)
60
o Whole-Part Hierarchies
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 190),
Whole-Part Hierarchies adalah hirarki dalam class
diagram yang menyusun class sesuai dengan
komponen yang terkait. Ada 2 tipe Whole-Part
Hierarchies:
� Aggregation
Aggregetion digunakan untuk menggambarkan
suatu bentuk asosiasi yang menentukan
hubungan keseluruhan-bagian antara agregat
(Whole) dan komponennya (part) di mana part
bisa eksis secara terpisah.
Gambar 2.9 Aggregation Diagram
Sumber Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 191)
61
� Composition
Composition digunakan untuk menggambarkan
Whole-Part Hierarchies yang lebih kuat, di
mana parts, setelah berhubungan, tidak bisa
lagi eksis secara terpisah.
2.18.4.3 Usecase Diagram
Usecase Diagram menurut Satzinger, Jackson dan Burd
(2010: 242) adalah diagram untuk menunjukkan peran berbagai
pengguna dan bagaimana peran-peran tersebut berpengaruh
terhadap sistem.
Gambar 2.10 Usecase Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 274)
62
2.18.4.4 Usecase Description
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 242),
informasi rinci tentang setiap kasus penggunaan dijelaskan dalam
Use Case Description.
Tabel 2.4 Use Case Description
Use Case Name: Mencatat tagihan
Scenario: Bagian Keuangan mencatat tagihan
Triggering Event: Karena adanya pemesanan Koran
Brief Description: Bagian Keuangan mencatat tagihan
Actors: Bagian Keuangan
Related Use Cases: Includes: Mencatat pemesanan Koran
Stakeholders: -
Preconditions: Struk tagihan
Post Conditions: Tagihan terbayarkan atau lunas.
Flow of Events: Actor System
1. Bagian Keuangan membuka windows pembayaran
2. Bagian Keuangan menginput jumlah tagihan.
3. Bagian Marketing mengklik save di windows pembayaran.
4. Bagian Keuangan keluar dari windows pembayaran.
1.1 Display windows pembayaran.
3.1 Save and print pada pembayaran.
Exception Conditions: 1. Bagian Keuangan mencetak struk tagihan.
63
2.18.4.5First Cut Design Class Diagram
First-cut Design Class Diagram dikembangkan dengan
memperluas Domain Model Class Diagram. Hal ini membutuhkan
dua langkah: menguraikan atribut dengan jenis dan informasi nilai
awal dan langkah kedua adalah menambahkan panah navigasi
visibilitas, Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 413).
Gambar 2.11 First Cut Design Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 416)
2.18.4.6 Data Access Layer Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 436), untuk
mengembangkan First-cut sequence diagram, setiap pesan input
satu per satu direview, untuk menentukan apa pesan internal
lainnya dan kelas yang diperlukan untuk sepenuhnya memproses
permintaan masukan. Setelah pengolahan dengan problem domain
classes diketahui, data access layer, view layer dan message
ditambahkan ke diagram.
64
Gambar 2.12 Data Access Layer Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 435)
2.18.4.7 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 459),
Package Diagram merupakan sebuah diagram tingkat tinggi yang
memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas dari
kelompok yang terkait. Package Diagram diilustrasikan dengan
three layer design, yang meliputi view layer, domain layer, dan
data access layer.
65
Gambar 2.13 Package Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010:459)
2.19 Deployment Environment dan Application Architecture
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 291), deployment
environment adalah konfigurasi perangkat keras komputer, perangkat lunak
sistem, dan jaringan dimana perangkat lunak aplikasi baru akan beroperasi.
Dalam bukunya, Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 340) membagi
beberapa application architecture ke dalam jenisnya sebagai berikut :
2.19.1 Single Computer and Multitier Architecture
Single Computer Architecture adalah arsitektur yang menggunakan
komputer tunggal. Arsitektur ini digunakan untuk mengeksekusi semua
aplikasi yang berhubungan dengan sistem.
66
Gambar 2.14 Single-Computer Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 341)
Multitier Architecture merupakan arsitektur untuk mendistribusikan
aplikasi yang berhubungan dengan software atau beban pemrosesan ke
beberapa sistem komputer. Dibagi menjadi 2 jenis :
o Clustered Architecture
Merupakan kumpulan dari komputer-komputer yang bertipe
sama. Serta berbagi proses dan tindakan sebagai sistem
komputer tunggal yang besar.
Gambar 2.15 Clustered Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 341)
67
o Multicomputer Architecture
Merupakan kumpulan dari komputer yang memiliki tipe yang
berbeda serta berbagi proses berdasarkan fungsi-fungsinya.
Gambar 2.16 Multicomputer Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 341)
2.19.2 Centralized and Distributed Architecture
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 342), Centralized
Architecture adalah arsitektur yang menempatkan sumber daya komputasi
semua di satu lokasi pusat. Sedangkan Distributed Architecture adalah
arsitektur yang menyebarkan sumber daya komputasi di beberapa lokasi
yang terhubung oleh sebuah jaringan komputer.
2.19.3 Client/Server Architecture
Client/Server Architecture membagi program menjadi dua jenis:
client dan server. Sebuah server mengelola satu atau lebih sistem sumber
68
daya informasi atau menyediakan layanan baik ditetapkan. Client
berkomunikasi dengan server untuk meminta sumber daya atau layanan,
dan server merespon permintaan tersebut.
Server merupakan proses, modul, objek atau komputer yang
menyediakan layanan menggunakan jaringan.
Client merupakan proses, modul, objek atau komputer yang meminta
layanan dari satu atau lebih server.
Gambar 2.17 Client/Server Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 342)
2.19.4 Three-Layer Client/Server Architecture
Client atau server membagi aplikasi menjadi beberapa bagian yaitu
view layer, business logic layer, dan data layer.
View layer, yang mengelola data yang tersimpan, biasanya dalam satu atau
lebih database.
Business logic layer, yang menerapkan aturan dan prosedur bisnis
pengolahan.
View layer, yang menerima masukan pengguna dan format dan
menampilkan hasil pengolahan.
69
Gambar 2.18 Three-Layer Client/Server Architecture
Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010: 345)
2.20 User Interface dan System Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 442), langkah penting
dalam analisis kebutuhan adalah mengklasifikasikan input dan output untuk
masing-masing kejadian baik sebagai system interface atau user interface.
Dimana system interface merupakan bagian sistem informasi yang mencakup
input dan output yang membutuhkan campur tangan manusia yang minimal.
Input yang dimaksud dapat diperoleh secara otomatis melalui input device seperti
scanner, pesan elektronik dari sistem lain, atau transaksi batch processing yang
dijalankan oleh sistem lain, dan output terjadi ketika sistem mengirim pesan ke
sistem lain.
Sedangkan user interface merupakan bagian sistem informasi yang
membutuhkan interaksi user untuk menghasilkan input dan output. Input terjadi
ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem, dan output berupa
informasi yang dihasilkan setelah user melakukan query.
70
2.20.1 Tiga Aspek dalam User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd(2005: 444), user interface
adalah segala sesuatu dimana user melakukan kontak dengan menggunakan
sistem. Tiga aspek daripada user interface adalah :
a. Aspek fisik, meliputi device yang disentuh user seperti
keyboard, mouse, touch screen, atau keypad.
b. Aspek perseptual, meliputi segala sesuatu yang dilihat,
didengar, atau disentuh (di luar device fisik). Yang dilihat
mencakup semua data dan instruksi yang ditampilkan pada
layar seperti bentuk, garis, angka dan kata. Yang didengar
mencakup suara yang ditimbulkan sistem seperti bunyi beep
atau click. Sedangkan yang disentuh merupakan objek seperti
menu, kotak dialog, dan tombol pada layar menggunakan
mouse.
c. Aspek konseptual, meliputi segala sesuatu yang diketahui user
tentang cara menggunakan sistem, mencakup semua hal dalam
problem domain pada sistem yang dimanipulasi, operasi yang
dijalankan, dan prosedur yang diikuti untuk mengerjakan
operasi.
2.21 Ten Good Needs in Web Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 469), sepuluh hal baik dalam
perancangan web adalah sebagai berikut :
1. Letakkan nama dan logo perusahaan pada setiap halaman dan buat
sebuah link pada logo tersebut untuk ke halaman home
71
2. Sediakan fungsi search jika situs memiliki lebih dari 100 halaman
3. Tulis Headline dan judul halaman secara langsung dan sederhana yang
mendapatkan inti informasi dalam sekejap.
4. Susun halaman untuk memfasilitasi scanning pembaca dan membantu
user untuk mendapatkan inti informasi dalam sekejap.
5. Daripada memasukkan semua infomrasi dalam sebuah halaman, lebih
baik gunakan hypertext untuk menyusun ruang content ke halaman lain
yang dapat fokus pada sebuah topik dan menggambarkan informasi
secara keseluruhan.
6. Gunakan foto produk, tapi hindari kekusutan pada halaman dengan
menggunakan banyak foto. Halaman produk utama harus dapat di load
dengan cepat.
7. Gunakan pengurangan peningkatan gambar yang relevan ketika
mempersiapkan gambar atau foto kecil daripada mengurangi ukuran
gambar asli menjadi thumbnail yang susah dibaca, lebih relevan bila
gambar tersebut dapat diperbesar atau diresize.
8. Gunakan judul link untuk memberi gambaran pada user tentang kemana
link akan membawa mereka sebelum mereka mengklik link tersebut.
9. Pastikan semua halaman penting dapat diakses oleh user dengan
keterbatasan, terutama user dengan gangguan penglihatan.
10. Lakukan hal yang sama dengan yang lain, karena bila situs web yang
terkenal melakukan sesuatu dengan cara tertentu, user akan
mengharapkan situs lain untuk melakukan hal yang sama
72
2.22 Kerangka Kerja
Gambar 2.19 Kerangka Berpikir dan kerja dalam mengembangkan E-SCM
Kerangka berpikir dan kerja yang dibuat melewati tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Energizing the organization
Dalam tahap ini dilakukan proses pengidentifikasian terhadap pihak-pihak
yang terlibat dalam struktur organisasi perusahaan, khususnya dalam peranan
SCM perusahaan, dan akan terpengaruh bila ada perubahan di dalam SCM
perusahaan.
2. Enterprise Vision
Dalam tahap ini perusahaan memiliki visi dalam mengidentifikasikan visi
dari perusahaan. Untuk mencapai visinya, perusahaan perlu mengetahui
Matriks SWOT
Matriks IE
Strategy Decision
Perancangan OO&D
Perancangan Tampilan
Layar
Pembuatan Program
Energize the Organization
Enterprise Vision
(5 Force Porter)
Supply Chain Value Assessment
(Value Chain Analysis)
Opportunity Identification
Matriks QSPM
73
keadaan lingkungan industri, pelanggan, dan pesaingnya. Metode five force
porter merupakan metode yang tepat untuk mengidentifikasikan keadaan yan
dimiliki perusahaan.
3. Supply Chain Value Assesment
Dalam tahap ini proses mengidentifikasikan dan menggambarkan proses-
proses penting dalam perusahaan yang menghasilkan nilai bagi perusahaan
dan pelanggannya tepat menggunakan metode value chain analysis.
4. Opportunity Identification
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap berbagai pertimbangan dalam
penentuan keputusan dengan menggunakan beberapa metode untuk
menghasilkan strategi SCM yang tepat bagi perusahaan. Metode yang
digunakan untuk menghasilkan strategi ini adalah dengan menggunakan
matriks SWOT, matriks IE, dan matriks QSPM.
5. Strategy Decision
Berdasarkan analisis terhadap beberapa pertimbangan yang dilakukan
sebelumnya, akan ditentukan strategi yan tepat yang akan digunakan untuk
mendukung kegiatan dan keberhasilan perusahaan.
6. Perancangan OOAD
Pada tahap ini, dilakukan penyesuaian strategi yang telah ditentukan ke dalam
rancangan kerja sistem yang akan dibangun dengan menggunakan metode
Object Oriented Analysis and Design (OOA&D)
7. Perancangan tampilan layar
Pada tahap ini, dilakukan perancangan tampilan layar yang sesuai dengan
hasil rancangan sistem dari proses OOA&D
8. Pembuatan Program
Pada tahap ini program akan dibangun dengan menggunakan bahasa
pemrograman PHP dan database MySQL yang fitur dan rancangan tampilan
layarnya mengacu pada hasil perancangan sistem dari proses OOA&D