Download - bab 1,2,3,4.doc
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya aktivitas politik akhir-akhir ini dalam hubungannya dengan penegakan
demokrasi dan hak-hak asasi manusia, harus dibarengi dengan aktivitas riset atau penelitian.
Riset adalah suatu proses pengumpulan dan interpretasi informasi secara sistematis untuk
meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah. Riset berusaha menemukan dan
mempelajari sesuatu, dan sekaligus menjadikan sebagai pengalaman yang mengasyikkan.
Riset juga menjadi peralatan yang esensial untuk memahami kejadian atau peristiwa. Oleh
sebab itu, riset atau penelitian dimaksudkan sebagai proses untuk menghasiklan
pengetahuan baru yang lebih terstruktur, terorganisasi, sistematis dengan tingkat validitas
yang lebih tinggi. Dengan hasil yang lebih terukur dibandingkan dengan cara-cara
konvensional, potensi membuat kesalahan lebih kecil kemungkinannya.
Bagi perusahaan atau lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam bidang
pemasaran dan pelayanan public, misalnya konsultan, lembaga pemerintahan, organisasi
pemerhati public, perusahaan asuransi, perusahaan media ( surat kabar, radio dan televisi ),
lembaga pendidikan, rumah sakit, pusat-pusat pelayanan sosial dan juga partai-partai politik
memerlukan adanya unit yang bisa melaksanakan tugas-tugas riset. Keberadaan unit riset
sangat diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk :
1. Pengambilan keputusan (decision making) dalam penyusunan rencana atau revisi
program yang telah berjalan.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 1
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
2. Menentukan kebijakan dan strategi (policy and strategy) yang akan diambil.
3. Memenuhi kebutuhan khalayak atau pasar.
4. Efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program.
5. Pengembangan (development) insitusi.
Selain itu, bagi lembaga-lembaga penelitian ilmiah, hasil riset digunakan untuk :
1. Penemuan masalah (trouble spot)
2. Uji teori
3. Penyediaan informasi
4. Untuk kepentingan publikasi dan promosi.
Mengenai riset di bidang komunikasi politik sebenarnya baru dikenal di Indonesia
pada tahun 2003, sejalan dengan gerakan reformasi demokrasi untuk mengubah sistem
pemilihan presiden dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari sistem perwakilan menjadi
pemilihan langsung. Sebelumnya Partai Golkar sudah melakukannya, terutama dalam
membaca target khalayak yang menjadi sasaran pemilu, meski hal itu dilakukan secara tidak
terang-ternagan. Berbeda dengan negara-negara yang sudah lama melakukan pemilihan
umum secara langsung seperti Amerika Serikat, maka aktivitas riset di bidang komunikasi
politik juga sudah lama dikenal. Oleh sebab itu, pemilihan langsung memiliki efek terhadap
berkembangnya perusahaan-perusahaan terutama di bidang pendapat umum (opini publik)
untuk mendapatkan informasi tentang :
a. Calon atau kandidat yang akan diusung, apakah bisa diterima oleh publik atau tidak
b. Isi atau tema kampanye yang sekaligus menjadi program yang akan ditawarkan
c. Media kampanye yang akan digunakan
d. Sasaran yang menjadi target kampanye
e. Bentuk dan iklan politik yang akan digunakan
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 2
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
f. Peranan tokoh formal dan informal dalam masyarakat.
Hasil riset yang diproses melalui cara-cara ilmiah memiliki kepercayaan yang tinggi
sehingga para tokoh-tokoh partai maupun para kandidat yang menggantungkan harapannya
pada lembaga-lembaga survey pendapat umum. Bagi para aktor politik yang sudah maniak
dengan data, hasil survey menjadi acuan dalam pengambilan strateg, tetapi juga sering
meninabobokan sehingga banyak diantara mereka kadang mengacuhkan. Dalam kondisi
seperti ini, selain para actor politik bisa membuat kesalahan, juga para penyelenggara
perusahaan survey kadang sulit memublikasikan hasil-hasil temuannya, karena dipandang
mengacaukan situasi pemilu atau pilkada. Akan tetapi, karena prinsip kebebasan dalam
berdemokrasi, hasil-hasil survey dengan bebas bisa dipublikasikan, sekalipun kadang terjadi
hasil riset antara satu perusahaan survey dengan perusahaan survey lainnya kontradiktif,
tetapi perbedaannya tidak begitu tajam.
Riset di bidang komunikasi politik senantiasa mengacu pada model komunikasi
politik dari Dan Nimmo, yakni Who Say What In Which Channel With Whom With What
Effect. Definisi dari model tersebut mengandung beberapa elemen dasar yang menjadi
bidang studi riset komunikasi politik, yakni Who yang menunjukkan siapa yang menjadi
aktor politik atau kandidat yang akan diusung maju dalam pemilu atau pilkada, Say What
apa yang diucapkan selama kampanye, apa tema dan isi program kampanye yang
ditawarkan, In Which Channel tentang saluran atau media apa mereka gunakan dalam
penyampaian program kampanye, apakah melalui media massa seperti televise, radio dan
surat kabar, apakah melalui tatap muka, jaringan keluarga, organisasi, kelompok sosial, atau
memakai media luar ruangan seperti spanduk, bendera, baliho dan simbol_simbol
komunikasi lainnya, With Whom kepada siapa-siapa yang menjadi target kampanye,
bagaimana bentuk khalayak yang dihadapi, apakah potensi untuk memilih atau tidak,
bagaimana sosio-demografik mereka, apakah mereka tergolong massa yang kritis atau
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 3
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
massa yang memblelo saja, With What Effect dan apa pengaruh dari kampanye yang bisa
diperoleh, apakah calon pemilih sudah menetapkan pilihan diantara kandidat yang ada,
apakah ia tidak akan mengubah pilihannya lagi sampai hari pemungutan suara, dan apakah
memang ia memilih kandidat yang telah dikampanyekan.
Pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi riset fokus komunikasi politik, yang biasa
digolongkan atas lima tipe, yaitu :
1. Penelitian tentang sumber yang biasa dikenal dengan istilah control analysis
2. Penelitian tentang pesan ( content analysis )
3. Penelitian tentang media ( media research )
4. Penelitian tentang khalayak ( audience research )
5. Penelitian tentang pengaruh ( effect analysis )
Disamping itu, para peneliti komunikasi sekarang lebih sensitive terhadap kekuatan
dan kelemahan dari berbagai pendekatan dan teknik-teknik metodologis. Perhatian teoretis
berkisar tentang pendekatan seperti proses, uses and gratification, difusi informasi, agenda
setting, teori kritis, pandangan konstuktivis, dan struktur sosial. Para peneliti juga
menerapkan serangkaian teknik dalam menjalankan tugasnya, antara lain : historis, kritikal,
analisis isi, eksperimenal, quasi experimental, survey dan desain bersampel kecil
( Nasution,1990).
Dalam pemilihan kepala daerah seperti gubernur dan bupati atau walikota sejak
Indonesia merdeka hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat, maka
menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 harus dilakukan pemilihan langsung.
Perubahan konstelasi sistem pemilihan ini menyebabkan semua pihak terutama di kalangan
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 4
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
politisi dan elite daerah harus memasang kuda-kuda dengan baik jika mau ikut bertarung
dalam pemilihan pimpinan daerah.
Masalah krusial yang biasa timbul dalam pilkada sehingga bisa memicu terjadinya
tindak kekerasan atau anarkis, antara lain :
1. Terjadinya pemilihan langsung menyebabkan banyak tangan yang harus ikut campur,
mulai dari pemerintah, DPRD, partai politik, KPU, Petugas Pemungutan Suara (PPS), dan
pengawas independen (Panwaslu). Dengan banyaknya tangan yang menangani pilkada
membuat potensi konflik semakin tinggi.
2. Kalau pemilihan presiden dan wakil presiden suara terbanyak ditetapkan 50 persen
lebih, maka dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 107 ayat 2 dinyatakan bahwa pasangan
calon yang memperoleh suara lebih dari 25 persen suara terbanyak akan dinyatakan sebagai
pemenang. Dengan demikian, dalam pemilihan gubernur dan bupati atau walikota bisa
memunculkan banyak calon sehingga tidak memperoleh suara mayoritas penuh.
3. Pemerintah daerah juga mengatur pilkada yang tertuang dalam peraturan
pemerintah, terutama bertanggung jawab atas dana dan anggaran pilkada.
4. Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya
Hukum Keberatan terhadap Penetapan Hasil Pilkada dan Pilwakada dari KPUD Provinsi dan
KPUD Kabupaten dan Kota, memungkinkan terjadinya pengajuan berbagai keberatan dari
pihak yang merasa dirugikan dalam pilkada. Dengan demikian, keputusan menang tidaknya
kandidat tergantung pada putusan Mahkamah Agung. Masalahnya sejauhmana para hakim
agung bisa berlaku objektif dalam menilai perkara politik tanpa menapikan realitas
lapangan, seperti halnya dalam kasus pilkada gubernur provinsi Maluku Utara, Sulawesi
Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 5
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Selain itu, dengan perubahan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 menjadi Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tidak semata-mata mengubah
sistem perwakilan menjadi pemilihan langsung, tetapi juga perubahan posisi dan kedudukan
DPRD. Dalam UU No. 22/1999, DPRD berkedudukan sebagai lembaga legislatif local,
sedangkan dalam UU No. 32/2004 DPRD tidak lagi sebagai badab legislatif lokal, melainkan
bagian dari pemerintahan daerah. Melalui revisi undang-undang ini, hubungan antara DPRD
dan Kepala Daerah menjadi koordinatif. Berbeda sebelumnya yang member bobot
kekuasaan lebih besar pada DPRD dengan kewenangan memilih dan mengangkat kepala
daerah serta menerima atau menolak pertanggungjawaban kepala daerah.
Hasil pilkada langsung yang dilakukan pada 2005 menunjukkan banyaknya partai
yang kurang berhasil menghimpun suara pada pemilu legislatif 2004 justru sukses
mengantar calonnnya ke tampuk pemilu kekuasaan daerah. Sebaliknya partai besar justru
gagal menghimpun kembali suara konsisten yang mendukungnya. Terpilihnya kepala daerah
yang diusung partai dengan kursi minoritas atau tidak memiliki kursi di DPRD. Konflik
legislatif – eksekutif di Banyuwangi terus berlanjut dan berujung pada tuntutan DPRD agar
terpilih mengundurkan diri (Suwardiman; Kompas, 13 Juli 2006). Akan tetapi, pasangan ini
sangat sulit diturunkan karena mendapat legitimasi yang sangat kuat dari rakyat dan hanya
bisa diturunkan melalui pilkada berikutnya.
Sumber konflik terbesar pada umumnya berawal dari ketidakhati-hatian para
petugas pilkada dalam mencatat para warga yang berhak memilih sehingga ketika hari
pemungutan suara, mereka berbondong-bondong mendatangi dan memprotes KPU karena
tidak memperoleh kartu panggilan untuk memilih. Aksi brutal dan anarkis memang
diantisipasi bisa terjadi, namun dengan ketatnya pengamanan, bisa dikatakan pemilu daerah
dalam rangka pemilihan gubernur dan wakil gubernur serta bupati dan walikota di Indonesia
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 6
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
bisa berjalan dengan lancer, meski cukup banyak protes sampai pada pengajuan keberatan
di tingkat Mahkamah Agung.
Aksi anarkis di berbagai daerah yang terkait dengan pemilihan kepala daerah serta
aksi-aksi perkelahian antarkelompok di masyarakat menunjukkan masih rendahnya
kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi dan lemahnya wawasan kebangsaan. Kesadaran
masyarakat berdemokrasi baru sebatas lip service. Banyak contoh tentang hal itu. Di Aceh
pembakaran kantor KPU, di Makasar terjadi pengerusakan gedung Panwaslu. Di Maluku
Utara terjadi perbedaan perhitungan suara antara KPUD provinsi dengan KPU Pusat, di
Kabupaten Kaur Bengkulu massa merusak tiga kantor pemerintahan, dan membakar rumah
dinas Ketua DPRD karena tidak puas atas pelaksaan pilkada yang dilaksanakan pada 27 Juni
2005.
Jika dicermati kerawanan yang bisa memicu sumber konflik dalam pemilihan kepala
daerah, apakah itu di tingkat provinsi atau kabupaten dan kota, dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
Dampak pemekaran daerah sehingga menjadi ajang perebutan kekuasaan
dikalangan elit politik lokal.
Ketidakseimbangan populasi antara penduduk asli dengan para pendatang yang
relatif besar jumlahnya.
Isu money politik disebabkan tingkat kehidupan masyarakat di daerah yang relatif
rendah.
Sikap para saksi dan wakil partai yang mengusung calon tidak mau menandatangani
berita acara perhitungan suara.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 7
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Kekurangpahaman terhadap metode riset ilmiah melalui quick count sehingga
cenderung menilak hasil perhitungan dengan melakukan perhitungan sendiri yang
kurang didasari keakuratan data.
Administrasi kependudukan yang tidak tertib sehingga menimbulkan banyak protes
atas “surat panggilan pilkada” yang mereka tidak terima, atau ada tetapi di coblos
oleh orang lain.
Demokrasi sangat mahal biayanya karena sesungguhnya membangun demokrasi
sama dengan membangun peradaban. Demokrasi bukan hanya sebuah peristiwa pemilihan
yang dilakukan oleh mereka yang berhak memilih, tetapi lebih luas dari itu. Demokrasi harus
diikuti oleh kedewasaan berpolitik, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia,
dilaksanakan secara bebas, jujur, dan terbuka. Oleh karena itu, penggunaan cara-cara
kekerasan untuk memaksakan kehendak melanggar prinsip demokrasi, sekalipun itu
dilakukan demi demokrasi. Demokrasi hanya mungkin dibangun dengan cara-cara yang
beradab, agar pondasinya menjadi kuat dan tahan dari segala goncangan. Selain itu, suatu
bentuk pendidikan berpolitik juga perlu dipelajari oleh masyarakat karena dengan adanya
pendidikan politik masyarakat akan mengetahui bagaimana cara berpolitik yang benar
sesuai dengan demokrasi.
1.2 Identifikasi Penulisan
Adapun identifikasi dalam penulisan laporan penelitian atau riset ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana preferensi masyarakat Kecamatan Antapani menjelang pemilihan
Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 8
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
2. Bagaimana relevansi informasi politik yang didapat masyarakat Kecamatan Antapani
menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
3. Bagaimana derajat ketidak pastian pesan politik yang didapat masyarakat Kecamatan
Antapani pada pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
4. Bagaimana partisipasi politik masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung
menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan
Penulisan laporan penelitian atau riset ini memiliki maksud dan tujuan yaitu sebagai
berikut :
1. Ingin mengetahui preferensi masyarakat Kota Bandung terhadap Pilkada Gubernur
Jawa Barat tahun 2013.
2. Ingin mengetahui informasi politik apa saja yang di dapat masyarakat Kota Bandung
menjelang Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013 .
3. Ingin mengetahui derajat ketidak pastian tentang pesan politik yang didapat
masyarakat Kota Bandung menjelang Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013
4. Ingin mengetahui partisipasi politik masyarakat Kota Bandung dalam Pilkada
Gubernur tahun 2013.
5. Memberikan pendidikan berpolitik pada masyarakat.
6. Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Komunikasi
Politik
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 9
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
DAN KERANGKA TEORI
2.1 Metodologi Penelitian
2.1.1. Metode Survai
Sehubungan dengan semakin dekatnya pilkada Kota Bandung, maka pendekatan
yang digunakan harus mampu menggambarkan aspek-aspek yang komprehensif dan
mendalam untuk memperoleh analisis secara empirik sesuai dengan kenyataan yang ada.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 10
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Namun begitu, survai ini tidak dimaksudkan merepresentatifkan keseluruhan masyarakat
Kota Bandung, melainkan hanya merekam sebagian kecil saja.
Survai ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bruce (1991: 43) metodologi ini
mengacu pada strategi penelitian seperrti observasi partisipan, wawancara mendalam,
partisipasi total ke dalam aktivitas mereka yang diselidiki, kerja lapangan dan sebagainya
yang memungkinkan peneliti memperoleh informasi tangan pertama mengenai masalah
sosial empiris yang hendak dipecahkan.
Dengan metode ini memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu
mengembangkan elemen-elemen keterangan yang analitis, konseptual dan bahkan
katagoris dari data itu sendiri dan bukan dari teknik-teknik yang dikonsepsikan sebelumnya.
Berdasarkan metode seperti ini, tipe penelitian/survai yang digunakan menjadi
bersifat deskriptif. Penelitian ini dipergunakan dalam upaya memecahkan atau meyelidiki
fenomena di dalam kontek kehidupan nyata, batas antara fenomena dan konteks tidak
nyata/tampak serta memanfaatkan multi sumber. Adapun tujuannya tiada lain untuk
memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif melalui serangkaian
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data serta pengelolaan data dan analisisnya.
Dalam penelitian ini pun digunakan penelitian eksploratif yang mana dalam
penelitian ini bersifat terbuka, dan mencari-cari. Dengan metode penelitian deskriptif
eksploratif ini peneliti hendak melacak dinamika perilaku politik pemilih melalui peran dan
tuntutan masyarakat pemilih berperan aktif dalam kancah politik lokal sebagai body politik
daerah Kota Bandung.
2.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 11
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam survai ini yaitu dengan
teknik-teknik: pertama, wawancara sebagai cara utama untuk mengumpulkan
data/informasi. Ini bisa dimengerti setidak-tidaknya karena dua alasan: dengan wawancara
peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami seseorang/subyek yang
diteliti, tetapi juga apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek penelitian (explicit
knowledge maupun tacit kwonledge); apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup
hal-hal yang bersfiat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan
juga masa mendatang. Sedangkan dalam wawancara ini menggunakan wawancara tidak
berstruktur; dilakukan secara terang-terangan dan menempatkan informan sebagai sejawat
peneliti. Dalam pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam dengan sejumlah
pemilih dalam rangka mengumpulkan data primer.
Kedua, observasi langsung kepada masyarakat. Oleh karena untuk mengungkap
data-data yang diperlukan dicarikan melalui observasi di lapangan. Dalam hal ini
memungkinkan peneliti dapat merekam langsung perilaku-perilaku politik atau sikap politik
pemilih sebagaimana adanya. Ketiga, melakukan analisis melalui pengumpulan data-data
primer secara sistematis guna mempertajam analisis seperti mengidentifikasi unit observasi,
cara mengklasifikasi dengan variabel sebagai kreterianya.
2.1.3 Ruang Lingkup Survai
Ruang lingkup survai ini berada di wilayah Kota Bandung yang melingkupi 26
kecamatan dan 139 kelurahan, atau berdasarkan Daerah Pemilihan. Namun, karena
keterbatan ruang waktu dan biaya, maka survai ini untuk menentukan responden diambil
sampel secara acak pada satu kecamatan dan pada satu kecamatan tersebut hanya 10
responden saja, dengan tidak bermaksud menunjukkan keterwakilan seluruh masyarakat
Kota Bandung.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 12
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Adapun kecamatan yang dijadikan lokasi survai ini adalah kecamatan Antapani pada Kota
Bandung. Kemudian, ranah survai dipilih berdasarkan kategori-kategori atau satuan kajian
dalam masalah Pilkada langsung Kota Bandung. Satuan survai ini dilandasi oleh identifikasi
responden, dan identifikasi sang kandidat serta sikap politik responden dalam menentukan
pilihannya.
2.2 Teori dan Konsep Relevan
2.2.1 Pengertian Komunikasi Politik
Dalam kajian teoritis maka komunikasi politik berada dalam dunia ideal atau dunia
yang dicita-citakan. Atau dengan perkataan lain bahwa komunikasi politik berada dalam
wilayah Das Sollen (apa yang seharusnya). Secara Das Sollen komunikasi politik bersifat
normatif, proses komunikasi berada dalam ikatan-ikatan norma. Hukum-hukum komunikasi
menandai karakter ilmu ini sebagai ilmu yang menyoroti perilaku individu-individu di dalam
proses komunikasi dan bagaimana perubahan serta pembentukan sikap perilaku yang
diakibatkan oleh kegiatan komunikasi tersebut sekaligus dengan ikatan-ikatan normanya.
Kajian komunikasi politik bersifat spesifik, karena materi bahasan telah terarah pada topik
tertentu yaitu politik dan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya.
Para pakar ilmu politik dan pakar ilmu komunikasi berupaya untuk memberikan
suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik. Sulit kiranya untuk menstandarisasi
satu pengertian yang dapat memenuhi semua disiplin ilmu, namun para pakar di dalam
merumuskan suatu pengertian telah berupaya secara maksimal sebagai sumbangan
(kontribusi) yang sangat berharga yang dapat memperkaya rujukan dunia ilmu pengetahuan
khususnya ilmu komunikasi.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 13
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Format pengertian yang muncul dalam visi (sisi pandang) beragam sesuai disiplin
ilmu yang melatar belakanginya. Maswadi Rauf seorang pakar politik menempatkan
komunikasi politik sebagai objek kajian ilmu politik, karena pesan-pesan yang disampaikan
dalam proses komunikasi bercirikan politik yaitu berkait kekuasaan negara, pemerintahan
dan aktivitas komunikator dalam kedudukan sebagai pelaku kegiatan politik.
Dalam kaiatan pengertian tersebut, Miswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua
dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan
ilmiah.
Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang
bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik,
karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah,
komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik.
Pengertian dari pakar lain yaitu Rusadi Kantaprawira seorang pakar hukum, melihat
komunikasi politik dari sisi kegunaannya. Menurut Rusadi komunikasi politik adalah untuk
menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran intern golongan,
instansi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik masyarakat dengan sektor kehidupan
politik pemerintah.
Sisi pandang kedua pakar tersebut cukup member makna yang sangat berharga
untuk menyususn kerangka pengertian komunikasi politik secara definitif.
Astrid S. Soesanto dalam buku “Komunikasi Sosial di Indonesia” mengangkat suatu
formulasi pengertian komunikasi politik yang hampir diwarnai kajian ilmu hukum. Hal ini
tampak dari kalimat yang diturunkan dalam formulasi pengertiannya. Menurut Astrid
komunikasi politik “……adalah komunikasi diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 14
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat
mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-
lembaga politik”.
Dari kata-kata mengikat dan sanksi member isyarat bahwa disiplin ilmu hukum telah
memperkaya formulasi pengertian komunikasi politik yang diangkat Astrid, karena kedua
kata tersebut sebagai terminologi yang biasa digunakan dalam kajian ilmu hukum.
Formulasi pengertian yang sangat unik yaitu yang diangkat Dan Nimmo dalam buku
“Political Communication and Public Opinion in America” menyatakan sebagai berikut :
“….It’s a book of Political Communication (activity) consider political by virtue of its
consequences (actual and potential) which regulate human conduct under conditions of
conflict”.
Menurut Dan Nimmo buku komunikasi politik menggunakan istilah politik hanyalah
untuk mengartikan kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di
dalam kondisi konflik sosial.
Keunikan formulasi pemikiran Dan Nimmo walaupun belum merupakan suatu
konstruksi pemikiran secara definitif tentang apa itu komunikasi politik yaitu tentang
kalimat dalam kondisi konflik sosial. Dalam ungkapan tersebut Dan Nimmo melihat kegiatan
politik dari situasi perselisihan (konflik). Padahal sebaliknya kehadiran komunikasi politik
adalah untuk mewujudkan kondisi sosial, kondisi pemerintahan dan kondisi negara dalam
keadaan tentram dan harmonis. Karena itu akan lebih jelas tentang pengertian komunikasi
politik apabila Dan Nimmo mengangkat buah pikiran Mark Roelofs.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 15
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Roelofs mengangkat buah pikirannya tentang komunikasi politik dalam kalimat
sederhana yang menyatakan bahwa komunikasi politik adalah pembicaraan tentang politik
atau kegiatan politik adalah berbicara.
Dari pengertian-pengertian yang diangkat oleh para pakar, baik pakar politik maupun
pakar komunikasi menunjukkan bahwa komunikasi politik berkait dengan struktur
kekuasaan atau struktur pemerintahan. Komunikasi politik berlangsung dalam suatu tatanan
sistem nilai, berada dalam pola keyakinan atau pola kepercayaan.
Apa yang dikemukakan oleh para pakar tersebut diats cukup untuk memberi
pedoman dalam membentuk suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik. Sebagai
suatu acuan dapat diformulasikan suatu pengertian tentang apa itu komunikasi politik,
sebagai berikut :
“Komunikasi politik adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan membentuk sikap
dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan
menggunakan seperangkat simbol-simbol yang berarti”.
Pengertian tersebut menunjukkan pada sikap dan perilaku seluruh individu yang
berada dalam lingkup sistem politik, sistem pemerintahan atau sistem nilai baik sebagai
pemegang kekuasaan maupun sebagai masyarakat untuk terwujudnya suatu jalinan
komunikasi antara pemegang kekuasaan (pemerintah) dengan masyarakat yang mengarah
kepada sifat-sifat integratif.
Konstruksi pengertian tersebut mencerminkan suatu bangunan kehidupan negara
dan pemerintahan dengan segala kompleksitasnya di dalam mencapai tujuan negara,
sehingga akan tampak jelas perpaduan seluruh unsure yang ada dalam lingkup negara
sebagai produk komunikasi politik. Karena itu proses komunikasi politik bukan membahas
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 16
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
suatu proses yang bersifat temporer atau situasional tertentu, namun bahasan komunikasi
politik akan menampakkan identitas keilmuan, baik sebagai ilmu murni (pure science) yang
bersifat ideal, maupun sebagai ilmu terapan (applied science) yang berada dalam dunia
empiris.
Sebagai ilmu terapan (applied science), maka bahasan komunikasi akan terus
berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa politik yang
terjadi atau sebagai akibat temuan-temuan teoritisi, produk berpikir dan hasil penelitian
para ilmuwan politik atau ilmuwan komunikasi.
2.2.2 Dimensi dan Tipe Partisipasi Politik
Orang mengambil bagian dalam politik dengan berbagai cara. Cara-cara itu berbeda
dalam tiga hal atau dimensi : gaya umum partisipasi, motif yang mendasari kegiatan mereka,
dan konsekuensi berpartisipasi pada peran seseorang dalam politik.
a. Gaya Partisipasi
Langsung atau Wakilan
Kentara atau tak kentara
Idividual atau kolektif
Sistematis atau acak
Terbuka atau tersembunyi
Berkomitmen atau tak berkomitmen
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 17
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Derita atau kesenangan
b. Motif Partisipasi
Sengaja atau tidak sengaja
Rasional atau emosional
Kebutuhan psikologi atau sosial
Diarahkan dari dalam atau dari luar
Berpikir atau tanpa berpikir
c. Konsekuensi partisipasi
Fungsional atau disfungsional
Sinambung atau terputus
Mendukung atau menuntut
Meskipun daftar tentang gaya, motif dan konsekuensi partisipasi tampaknya
panjang, daftar itu belum lengkap. Yang dikemukakan oleh daftar itu ialah bahwa dalam
meneliti berbagai cara orang orang berpartisipasi dalam politik, begitu pula berapa banyak
yang mengambil bagian, kita perlu ingat bahwa orang yang melakukan tindakan politik yang
sama jenisnya, sikap dan motif politiknya sangat berbeda, dan mereka memperoleh
kepuasan dan kejengkelan yang berbeda dari politik. Dalam penelitian ada dua tipe utama
partisipasi politik yaitu dalam pemilihan umum dan di luar pemilihan umum.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 18
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
a. Partisipasi dalam pemilihan umum
Identifikasi dengan partai politik
Pendaftaran untuk memilih
Pemberian suara dalam pemilihan umum
Pengambilan bagian dalam kampanye
b. Partisipan bukan dalam pemilihan umum
Mengikuti informasi tentang politik
Masuk organisasi kepentingan umum dan politik
Menghubungi pejabat pemerintah
2.2.3 Keterkaitan Media Massa Dalam Komunikasi Politik
Dari berbagai riset sosial yang pernah dilakukan, ternyata media memainkan
peranan yang sentral dalam aktivitas politik. Hasil penelitian Dominik (1972) membuktikan
bahwa dari lima belas sumber informasi politik yang ditanyakan kepada responden, ternyata
ada sepuluh sumber yang diperoleh dari media, dan selebihnya dari sumber lain seperti
gereja, sekolah dan keluarga.
Melalui media massa bisa diketahui aktivitas para politisi, tentang pikiran-pikirannya,
pernyataan yang disampaikan, siapa yang menang dan siapa yang kalah, bagaimana strategi
lawan, berapa uang yang ia habiskan selama kampanye, bagaimana tampan kandidat, apa
yang ia janjikan kepada masyarakat, bagaimana kemampuan debatnya dan lain sebagainya.
Jelasnya, media berisi banyak informasi dan pendapat tentang politik. Oleh karena itu, orang
yang banyak mengikuti media memiliki perhatian yang tinggi terhadap aktivitas politik. Mass
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 19
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
media is the primary source of political information, seperti yang dikatakan Jackson and
Beeck (1970).
Ada beberapa teori komunikasi yang dapat dijadikan acuan untuk melihat
keperkasaan media maupun kelemahan-kelemahannya mempersuasi masyarakat dalam
hubungan dengan aktivitas politik.
A. Teori Jarum Suntik ( Hypodermic Needle Theory )
Teori ini diangkat setelah melihat keberhasilan penggunaan radio dan media cetak
sebagai alat propaganda dalam Perang Dunia I, serta keberhasilan drama radio Orson Walles
ynag mengisahkan turunnya makhluk Mars ke atas bumi yang disramatisasi sehingga
membuat penduduk di kota Amerika jadi gempar. Teori jarum suntik berpendapat bahwa
khalayak sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menolak informasi setelah ditembakkan
melalui media komunikasi. Khalayak terlena seperti kemasukan obat bius melalui jarum
suntik sehingga tidak bisa memiliki alternative untuk menentukan pilihan lain, kecuali apa
yang disiarkan oleh media. Teori ini juga digunakan pada saat pemilihan umum baik itu
untuk pemilihan presiden dan wakil presiden ataupun pemilihan kepala daerah seperti
gubernur dan bupati atau walikota. Teori ini juga dikenal dengan sebutan teori peluru
(bullet theory).
B. Teori Kepala Batu ( Obstinate Audience )
Teori ini dilandasi pemahaman psikologi bahwa dalam diri individu, ada kemampuan
untuk menyeleksi apa saja yang berasal dari luar dan tidak direspons begitu saja. Teori
kepala batu menolak teori jarum suntik atau teori peluru dengan alas an jika suatu informasi
ditembakkan dari media, mengapa khalayak tidak berusaha berlindung untuk menghindari
tembakan informasi itu ? Masyarakat atau khalayak memiliki hak untuk memilah informasi
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 20
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
yang mereka perlukan dan informasi yang mereka tidak perlukan. Kemampuan untuk
menyeleksi informasi terdapat pada khalayak menurut perbedaan individu, persepsi, latar
belakang sosial dan budaya.
Perbedaan individu pada anak-anak cenderung lebih senang menonton film kartin
sementara perempuan lebih senang menonton sinetron atau telenovela. Perbedaan
persepsi diakibatkan oleh pengalaman individu, misalnya factor usia dan factor-faktor
psikologis turut menentukan jenis bacaan dalam surat kabar maupun jenis tayangan dalam
televisi. Perbedaan sosial budaya dapat dilihat dari segi pendidikan, ekonomi, etnis, agama,
dan kedudukan dalam masyarakat. Orang yang berpendidikan cenderung lebih senang
membaca surat kabar yang memiliki banyak ulasan, demikian juga halnya menonton televise
lebih senang pada siaran acara berita daripada hiburan.
C. Teori Kegunaan dan Kepuasan ( Uses ang Gratification Theory )
Teori ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974 lewat
bukunya The Uses of Mass Communication; Current Perspective on Gratification Research.
Teori ini banyak berkaitan dengan sikap dan perilaku konsumen, bagaimana mereka
menggunakan media untuk mencari informasi tentang apa saja yang mereka butuhkan.
Dalam praktik politik teori ini banyak digunakan oleh para politisi. Misalnya bagaimana Bill
Clinton mempelajari cara debat Kennedy ketika ingin tampil debat dengan Bush dalam
pemilihan presiden Amerika 1992.
D. Teori Lingkar Kesunyian ( Spiral of Silence Theory )
Di Indonesia, ketika pemerintahan Soeharto berlangsung, terutama satu decade
menjelang kejatuhannya banyak sekali opini publik berkembang di tingkat bawah, tetapi
tidak bisa terangkat karena bertentanagn dengan opini mayoritas di tingkat atas. Akibatnya
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 21
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
muncul banyak humor politik di kalangan masyarakat yang tidak dipublikasikan dala media
massa. Misalnya istilah Tosiba diplesetkan Tommy, Sigit dan Bambang, AIDS ( Aku Ingin
Ditelpon Soeharto), dan sebagainya. Bahaya opini public yang mengalami lingkar
keheningan seperti ini bisa menjadi bom waktu yang setiap saat bisa meletus dan
melahirkan kerusuhan.
E. Teori Penanaman ( Cultivation Theory )
Di bidang politik, teori ini memiliki pengaruh yang besar bagi para penonton dengan
menggambarkan ( tertanam ) dalam jiwa , siakp, dan perilaku mereka, bahwa partai yang
banyak tampil di televise diasosiasikan sebagai partai besar dan berpengaruh, sekalipun
dalam kampanye, cameramen televise merekayasa dengan hanya meliput tempat-tempat
kerumunan massa. Dari factor penanaman media terhadap jiwa para pemirsa member
pengaruh yang besar terhadap pemilih. Oleh karena itu, tidak heran jika aktor sekaliber
Ronald Reagan dan Arnold Schwarzenegger bisa terpilih sebagai presiden dan walikota di
Amerika. Demikian juga Joseph Estrada terpilih sebagai presiden dan Bon Revilla sebagai
senator di Filipina. Di Indonesia berkat pengaruh sejumlah aktor dan artis misalnya Rano
Karno, Ajie Massaid, Dede Yusuf, Marissa Haque, Miing Gumilar sangat dikenal masyarakat
sehingga bisa terpilih sebagai anggota parlemen. Selain teori ini berhasil dalam
menanamkan pengaruh pada jiwa pemirsa, teori ini banyak mendapat kritik terutama dalam
liputan yang bersifat palsu.
F. Teori Agenda Setting ( Agenda Setting Theory )
Teori ini mengakui bahwa media member pengaruh terhadap khalayak dalam
pemilihan presiden melaui penayangan berita, isu, citra, maupun penampilan kandidat itu
sendiri. Dalam konteks politik, partai-partai dan para aktor politikn akan berusaha
mempengaruhi agenda media untuk mengarahkan pendapat umum dalam pembentukan
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 22
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
image. Dengan menonjolkan isu, citra, dan karakteristik tertentu kandidat, media ikut
memberikan sumbangan yang signifikan dalam melakukan konstruksi persepsi public dalam
pengambilan keputusan, apakah akan ikut memilih dan siapa yang akan dipilih.
2.2.4 Pengertian Pendapat Umum
Di Malaysia pada tahun 1983 pernah dilakukan riset dengan mengikutsertakan para
mahasiswa dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kebangsaan dan Institut Teknologi
Mara. Para mahasiswa diminta untuk menanyai sekirat 2.000 orang apa yang mereka
maksudkan dengan pendapat umum ( public opinion) ? Pertanyaan ini ternyata
menimbulkan jawaban yang berbeda satu sama lainnya.
Beberapa pengertian yang mereka maksudkan pendapat umum, antara lain :
1. Berita atau informasi yang banyak diketahui dan dipermaslahkan oleh masyarakat.
2. Pendapat mayoritas penduduk.
3. Pikiran orang banyak yang menjadi bahan perdebatan.
4. Pendapat orang banyak yang dikumpulkan menjadi satu setelah dimusyawarahkan.
5. Apa yang dipikirkan oleh anggota masyarakat disampaikan lewat media komunikasi.
6. Pendapat orang banyak yang disampaikan untuk kepentingan bersama.
Pengertian yang disampaikan orang banyak mengenai pendapat umum di atas, tidak
jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh para pakar pendapat umum sebelumnya.
Public opinion refers to people’s attitude on an issue when they are members of the
same social group. (Leonard W. Doob).
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 23
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Public opinion is composed of personal opinions playing upon one another. (Emery S.
Bogardus).
“Public opinion as people expressing themselves so strongly for or against something
that their views are likely to affect goverment action” (Floyd Allport). Dalam konteks
politik, Allport menyatakan bahwa pendapat-pendapat pribadi (private opinion)
menjadi pendapat publik (public opinion) jika sikap atau hal-hal yang di ekspresikan
itu ada hubungannya dengan kekuasaan pemerintah atau politik sebab tidak semua
pernyataan atau ekspresi pribadi memiliki kaitan dengan politik.
Pendapat umum adalah kompleks preferensi yang dinyatakan sejumlah orang
tertentu mengenai isu yang menyangkut kepentingan umum. (Bernard Henessy).
Dari pendapat para pakar di atas, ternyata diantar mereka juga tidak ada kata
sepakat apa yang dimaksud dengan pendapat umum. Akan tetapi, dari pendapat itu secara
substansif minimal mengandung arti berikut :
Adanya isu yang diawali ketidaksepakatan, yakni adanya pro dan kontra.
Isu melahirkan dua bentuk masyarakat, yaitu masyarakat yang peduli pada isu itu
lalu membuat pendapat, sementara masyarakat yang tidak peduli lalu diam.
Pendapat dinyatakan dalam bentuk verbal.
Ada kelompok kolektivitas terlibat, namun sifatnya tidak permanen.
Jika pendapat-pendapat tersebut dikombinasikan, dapat ditarik pengertian sebagai
berikut :
“ Pendapat umum ialah gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang
dapat mempengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 24
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
mempengaruhi pendapat-pendapat tersebut. Ini berarti pendapat umum hanya bisa
terbentuk kalu menjadi bahan pembicaraan umum, atau jika banyak orang penting
(elite) mengeluarkan pendapat mereka tentang suatu isu sehingga bisa menimbulkan
pro dan kontra di kalangan anggota masyarakat ”.
Menurut Leonard W. Doob, sutu isu baru dapat dikatakan pendapat umum setelah
masyarakat menyatakan pendapatnya. Sepanjang pendapat itu sifatnya perorang, ia baru
menjadi pendapat pribadi. Namun, perlu diketahui bahwa pendapat pribadi tidak dapat
dipisahkan dengan pendapat umum sebab pendapat umum dibangun berdasarkan
pendapat perorangan (pribadi) terhadap isu yang diminati oleh orang banyak. Jadi pendapat
pribadi bisa saja menjadi bagian dari pendapat umum jika seseorang ikut terlibat dalam
membicarakan masalah yang banyak dibicarakan media massa. Misalnya kebijakan
pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (bbm), atau keputusan Bupati
untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL). Demikian juga halnya hasil riset yang dilakukan
melaui jajak pendapat oleh orang yang tidak dikenal juga dapat dinilai sebagai pendapat
umum.
Contoh lain pendapat umum yang pernah merebak di Indonesia adalah isu poligami
yang dilakukan oleh ustad kondang Aa’ Gym di penghujung tahun 2006. Keputusan untuk
melakukan poligami Aa’ Gym telah menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan
masyarakat, sampai-sampai Presiden SBY turun tangan dengan memanggil Menteri
Pemberdayaan Perempuan, Dr. Mutia Hatta dan Direktur Jendral Pembinaan Masyarakat
Islam Departemen Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar untuk merumuskan kembali
Undang-Undang No.1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah (PP) No.10 tentang
Perkawinan. Protes dan sikap masyarakat yang begitu gencar, sampai telepon selular
Presiden dan Ibu Negara penuh dengan pesan singkat (SMS).
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 25
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
2.2.5 Pilkada Langsung: Ruang Partisipasi Politik Rakyat
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, merupakan bagian integral
perwujudan demokrasi politik di Daerah, dengan harapan besarnya adalah adanya keinginan
untuk segera melakukan perubahan tatanan sosial politik di daerah. Tradisi pemilihan
Kepala Daerah selama ini oleh badan legislatif, nyata berdasarkan undang-undang yang
sedang berlaku dewasa ini telah ditinggalkan, dan memulai meneratas sebuah tata
kehidupan politik yang lebih baik. Maksudnya, pemilihan Kepala Daerah sadar atau tidak
sadar adalah merupakan test case bagi bangsa Indonesia dalam pembelajaran demokrasi di
daerah. Sehingga tingkat kedewasaan, dan keadilan berpolitik, tampak dengan jelas
terkuak/terbuka. Dan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung sebagai ruang
partisipasi politik rakyat untuk memilih figur pemimpin di daerahnya.
Memperhatikan hal itu, sangat menarik di satu sisi dikaitkan dengan proyeksi
pencerahan politik masa depan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai pendidikan politik dari
proses pemilihan Kepala Daerah secara langsung sebagai salah satu entry pointuntuk proses
pencerahan nalar politik rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Bandung ini.
Pilkada, di dalamnya merupakan satu kriteria krusial dalam mengukur kadar
demokrasi sebuah politik. Kadar atau kualitas demokratisasi sebuah negara bangsa (daerah)
diukur dengan ada tidaknya pemilu yang mengabsahkan pemerintahan itu. Dalam pemikiran
tersebut, ada kesadaran yang harus dibangun, yaitu praktek pilkada secara langsung akan
menjadi indikator formal dari demokratisasi politik. Sedangkan sisi substansial politik,
kualitas demokrasi sebuah negara bangsa/daerah menjamin kesejahteraan rakyat.
Sebagai nilai substansial pilkada secara langsung, mesti mencerminkan adanya
kebebasan rakyat dan sirkulasi kekuasaan secara transparan, adil dan beradab. Dalam
bahasa lain, pemilihan umum/pilkada secara langsung (demokratis) adalah mampu
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 26
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
menampung aspirasi, menghasilkan stabilitas pemerintahan (daerah) sebagai modal untuk
membangun berbagai dimensi kehidupan secara sehat.
Berdasarkan sudut pandang sosiologi politik, pilkada langsung adalah merupakan
fakta yang tak bisa diabaikan dalam meningkatkan kualitas demokrasi masyarakat sebuah
negara bangsa itu sendiri. Pilkada secara langsung sebagai pelembagaan demokrasi lokal
dengan penguatan partisipasi aktif rakyat; dan memberikan kebebasan atau tidak menjebak
rakyat pemilih untuk “membeli” figurnya karena memang diperkenalkan secara luas kepada
khalayak sebagai body politic.
Di samping itu, tata pemerintahan (good governance) yang baik mengharuskan
pemerintah menjamin warganya untuk memperoleh akses yang sama pada semua bidang
seperti bidang politik yang diatur dalam UUD 1945. Pembangunan demokrasi yang kokoh,
Robert Dahl (1978) menawarkan dengan cara melakukan penguatan demokratisasi di
tingkat lokal. Tanpa pemberdayaan demokrasi pada tingkat lokal, maka kerangka demokrasi
pada tingkat nasional akan rapuh. Untuk mewujudkan demokrasi pada tingkat lokal dapat
dilakukan dengan cara menggulirkan kebijakan yang bernuansa desentralisasi politik. Atau
devolusi kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini dipertegas
oleh Smoke (1996) mengatakan desentralisasi sebagai evolusi adalah ”devolution of power
from central to local goverment”. Atau desentralisasi adalah ”the transfer of power, from
top level to lower level, in a teritorial hierarchy which could be one government within a
State, or offices within a large organitation.
Desentralisasi dalam tataran lebih luas, bahwa pemerintahan pusat tidak hanya
sekedar memberikan kewenangan terhadap pemerintahan daerah, namun juga
memberikan penguatan demokrasi lokal (local democracy), di mana kedudukan dan
keterlibatan warganegara dalam setiap proses dan pengambilan keputusan di tingkat lokal
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 27
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
benar-benar berjalan signifikan. Dengan demikian, Pilkada langsung merupakan titik awal
perubahan menuju democratic governance (tata kelola pemerintahan yang demokratis).
Dengan kata lain, guliran perubahan dengan derasnya semangat demokratisasi tersebut,
telah membawa gelombang politik yang signifikan dalam hal demokratisasi lokal, yakni
pemilihan kepala daerah secara langsung (Pilkadal) yang sebelum-sebelumnya hanya oleh
beberapa gelintir orang yang ada di DPRD.
2.2.6 Politisi, Artis dan Selebriti
Hubungan antara politisi dengan artis yang sudah berjalan sekian lama. Hubungan
itu hampir sama dengan hubungan antara politisi dengan wartawan (media). Di satu sisi
politisi dengan wartawan (media). Di satu sisi politisi memerlukan artis dalam menggalang
massa di alun-alun atau tempat terbuka. Massa senang sekali mendengar nyanyian dari para
artis, apalagi jika yang datang adalah selebritis sehingga mereka sering kehilangan kendali,
terbawa arus massa dalam pengaruh lagu dan musik. Seorang artis belum tentu selebritis,
tetapi pada umumnya selebritis berasal dari kalanganpenyanyi, bintang film (movie star),
super model, bintang lapangan (sportman-sportwomen), presenter TV, musisi, dan politisi.
Seorang selebritis selain karena kemampuannya dalam bidang tertentu, terutama
music dan olahraga, memiliki wajah yang telegenic atau camera face dalam televisi, meski
tidak ada jaminan bahwa wajah camera face kadang dalam kenyataannya tidak seindah
dengan tampilan dalam layar kaca. Oleh karena itu, sesorang selebritis selain tampil karena
kemampuan dalam bidang tertentu, juga dibesarkan oleh citra (image) yang dibentuk oleh
liputan media. Mc Nair dalam bukunya Introduction to Political Communication (2003)
membandingkan selebritis dengan pahlawan. Seorang pahlawan dikenal karena sepak
terjangnya membela kepentingan orang banyak melalui kemampuan dirinya (self capability)
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 28
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
sehingga ia merupakan seorang bigman, tetapi seorang selebritis justru dikenal berkat
liputan media sehingga ia menjadi bigname.
Gejala selebritis sebenarnya merupakan fenomena baru dalam dunia opini publik,
terutama setelah munculnya media televisi. Oleh sebab itu, ada yang beranggapan bahwa
selebriti baru muncul sekitar 1950-an setelah televise digunkan sebagai media hiburan dan
kampanye dalam masyarakat Amerika. Bagi seorang politisi yang cerdas dan memiliki
hubungan yang baik dengan wartawan, berpotensi mengeksploitasi media dengan
pernyataan-pernyataan politiknya yang menarik untuk mempublikasikan. Demikian juga
halnya dengan para artis yang memiliki manajer yang cedas harus memiliki hubungan
dengan media jika ingin merebut citra.
Dalam praktik politik, teknik-teknik untuk untuk menarik perhatian khalayak juga
banyak dilakukan dengan mendatangkan pelawak dan artis. Di AS misalnya, ratu talk show
Oprah Winfrey telah dimanfaatkan oleh calon Presiden AS 2008 Barrack Obama. Kehadiran
Oprah di panggung kampanye Obama menjadi daya tarik sebagian besar dari 18.500 orang
yang dating.
Dalam catatan KPU tentang daftar calon anggota DPR RI, ada sejumlah artis atau
selebriti yang ikut jadi calon dan sekaligus sebagai juru kampanye, misalnya dari PDIP
tercatat Marissa Haque dan Dedy Sutomo, dari Golkar tercatat Reny Jayusman dan Nurul
Arifin, dari PAN Dede Yusuf, PPP Emilia Contessa, Partai Demokrat ada pelawak Nurul
Qomar, Adjie Massaid, Anna Tairas, serta Putri Indonesia Angelina Sondakh, PDK Muchsin
Alatas, Partai Patriot ada Marini dan Hengki Tornado, dan lain sebagainya.
Menjelang pemilu Legislatif 2009, partai-partai politik berusaha menggalang para
artis dan kalangan selebritis dengan memasang namanya untuk jadi caleg. Sejauhmana pro-
kontra pencalonan para artis ini, Kompas melakukan survey tanggal 13-14 Agustus 2008
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 29
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
terhadap 837 responden di sepuluh kota besar mulai dari ujung barat Indonesia sampai
Jayapura di Papua. Ternyata rata-rata responden tidak setuju atas pencalonan itu dalam
rangka pemberian pendidikan politik kepada masyarakat. Dan hanya ibu-ibu rumah tangga
yang member nilai 44,3 persen yang setuju, tetapi lebih dari itu mereka juga tidak setuju.
Kehadiran oleh para selebritis oleh Prisgunanto (2008) dinilai para kandidat terjebak
untuk mendongkrak populeritasnya guna mengarahkan pemilih (voter). Keberadaan artis
dahulu dalam politik, terutama di masa orde baru dianggap hanya “gula-gula” atau pemanis
sebagai penyokong atau pendukung (endorser) dalam program partai politik, terutama
kampanye. Oleh karena itu, kehadiran mereka bisa menggerogoti dan membodohi
pemahaman sebenarnya terhadap pendidikan politik bangsa. Keandalan selebritis sifatnya
begitu bias dan dapat membentur pemahaman semu terhadap makna sesungguhnya dunia
politik yang ada.
Mengapa masyarakat sampai terbius oleh kehadiran selebritis ini. Menurut Erving
Goffman dan Kenneth Burke bahwa dunia ini seperti layaknya panggung sandiwara, dimana
setiap orang memiliki lakon dan alur cerita yang jelas (Mulyana dalam Prisgunanto, 2008).
Manusia dalam upaya memahami identitas diri biasanya akan memposisikan dimana lakon
mereka dalam kehidupan ini yang mereka anggap panggung dan setting. Mereka penuh
fantasi dan khayalan yang baik yang tidak terakomodasi dalam kelompok politik. Oleh
karena itu, mereka melihat cerita yang dilakoni para artis dalam drama sebagai
pengejawantahan diri pada dunia nyata.
Para artis diidolakan oleh mereka sebagai figure yang memahami hidup mereka
mulai dari masyarakat tingkat bawah, menengah, sampai ke tingkat atas. Padahal dalam
dunia nyata para artis melakoni hidup kadang bertolak belakang apa yang dicitrakan dalam
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 30
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
media massa. Beberapa diantara mereka terjebak dalam tindak kriminal narkoba,
perselingkuhan, kawin cerai, dililit utang sampai gantung diri karena kehidupan glamor.
Nilai selebritis dianggap begitu berdaya mengerahkan dan menggiring khalayak.
Sosok artis begitu dikenal dan popular oleh rakyat karena kemampuan media massa yang
andal dalam melancarkan kultivasi informasinya. Pencarian akan panggung dramaturgi yang
baru, yakni dunia selebritis dan artis yang dianggap mampu memberikan angin segar pada
harapan baru dan pembuaian yang memang dicari rakyat. Dunia selebritis dianggap lebih
mampu mengakomodasikan fantasi dan khayalan yang ada di kepala mereka. Para selebritis
dan artis begitu jujur dan polos dalam gambaran scenario, ditambah wajah cantik (blasteran
indo, hidung mancung, rambut dicat pirang dan kulit putih) menjadi idola. Memang,
begitulah yang diinginkan partai politik, yakni mengarahkan orang untuk memilih dan
memberikan kepercayaan kepada partainya untuk memimpin negara.
Menarik pengakuan seorang anggota DPR, bahwa kehadiran mereka di lembaga
legislatif tidak didasarkan oleh profesionalisme sebagai politisi, melainkan hanya sebagai
bunga-bunga, dan penggembira. Mereka terbiasa datang, duduk, tanda tangan, lalu pergi
dan meninggalkan tugas-tugas pembahasan undang-undang yang menjadi tugas anggota
dewan. Begitulah dunia politik jika diwarnai pernik-pernik selebritis.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 31
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
BAB III
SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian atau riset dalam laporan penelitian atau riset ini terdiri dari
10 orang warga masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung.
3.1.1 Data Informan
Data-data dari informan adalah sebagai berikut :
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 32
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
1. Nama : R. Herry Satria Saputra
Alamat : Jl. Plered 6 No. 5
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Wiraswata / Bendahara RT
Umur : 54 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Deskripsi : “ menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah
pak Dada Rosada ”
2. Nama : Ayu S. Al hakim
Alamat : Jl. Plered 6 No. 5
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga ( wiraswasta )
Umur : 27 Tahun
Pendidikan Terakhir : D3
Agama : Islam
Deskripsi : “ Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan
gubernur ini yaitu dari televisi dan lingkungan tempat tinggal ”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 33
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
3. Nama : Nani Kurniasih
Alamat : Jl. Plered 6 No. 5
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 52 Tahun
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Deskripsi : “ Saya tidak begitu tertarik dengan informasi politik karena
tidak mengerti tentang politik ”
4. Nama : Rudy James
Alamat : Jl. Plered 1 No. 15
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Karyawan Swasta / Ketua RT
Umur : 54 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Islam
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 34
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Deskripsi : “ Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat atau
partai politik”
5. Nama : Rinjani Saraswati Putri
Alamat : Jl. Plered 1 No. 15
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Mahasiswi
Umur : 20 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Deskripsi : “ Yang saya kenal dari daftar itu adalah bapak Ahmad
Heryawan ”
6. Nama : Rini Endang
Alamat : Jl. Plered 1 No. 15
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 35
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Umur : 54 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Deskripsi : “ Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan
gubernur ini ya dari spanduk-spanduk yang ada di pinggir
jalan”
7. Nama : Hendartini
Alamat : Jl. Plered 3 No. 4
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : PNS ( Guru )
Umur : 52 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Islam
Deskripsi : “ Pesan politik yang seperti spanduk di pinggir jalan sih bisa
juga mempengaruhi pemilih ”
8. Nama : Arga Putra R
Alamat : Jl. Plered 3 No. 1
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 36
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Pekerjaan : Freelance Fotografer
Umur : 23 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Deskripsi : “ Kalau saya biasanya dapat informasi tentang pemilihan
gubernur ya dari televisi gitu seperti berita “
9. Nama : Gilang
Alamat : Jl. Plered 3 No. 7
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Mahasiswa
Umur : 22 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Agama : Islam
Deskripsi : “ Kalau menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih
adalah Rieke Diah Pitaloka atau Oneng ”
10. Nama : Reyner Hidayat
Alamat : Jl. Raya Plered No. 2
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 37
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Kel. Antapani Tengah Kec. Antapani Kota Bandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 61 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMU
Agama : Islam
Deskripsi : “ Saya tidak tertarik terhadap informasi politik tahun 2013 ”
3.2 Objek Penelitian
3.2.1 Profil Singkat Kota Bandung
Kota Bandung (kotamadya) adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung
secara geografis terletak antara 107 Bujur Timur and 6 55 Lintang Selatan. Wilayah Kota
Bandung sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Bandung, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung
sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Luas wilayah Kota
Bandung 167,45 km2 dan terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan. Jumlah
penduduknya mencapai 2.771.138 jiwa. Gedung sate adalah gedung tempat dimana
Gubernur yang menjabat berkantor, dan gubernur yang menjabat pada periode 2008-2013
ini adalah Ahmad Heryawan.
3.1.2 Pemilih Aktif Masyarakat Kota Bandung
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 38
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Seringkali persoalan dalam pemilihan pilkada langsung di beberapa daerah terjadi
ketidakpuasan, karena salah satunya memang pemutakhiran data selalu menjadi persoalan
yang signifikan dalam pemilihan tersebut, ada yang tidak terdaftar dan ada pula yang tidak
mendapat panggilan. Dengan kata lain, persoalan daftar pemilih selama pilkada, acapkali
mendulang protes dari berbagai pihak. Karena peserta pemilih tidak tercantum dalam daftar
pemilih tetap, dan bahkan tidak mendapatkan kartu pemilih, sehingga berakibat terjadi
konflik yang berujung pada proses pengadilan.
Pendaftaran daftar pemilih memiliki peranan strategis, oleh karena berdampak ke
seluruh aspek pelaksanaan pilkada tersebut, baik itu logistik, keuangan, tingkat partisipasi
politik, manajemen dan sejenisnya. Dan di sisi lain yang membuat suksesnya pilkada faktor
yang menjadi penentu ialah faktor pemilih, baik dalam artikuantitas maupun kualitas.
Aspek kuantitas ini berkait erat terhadap seseorang yang sudah berhak memilih dan
dipilih. Oleh karena itu, up dating data (pemutakhiran data) para pemilih sangat penting
untuk dilakukan. Dalam arti, bahwa menggunakan data waktu pemilihan presiden tahun
2009, tidak cukup, karena peserta pemilih sudah mengalami perubahan, apakah karena
pindah, berubah status (seperti TNI/ POLRI yang sudah pensiun dan menjadi penduduk sipil,
ada yang berumur 17 tahun pada hari pemilihan, belum berumur 17 tahun namun sudah
kawin, telah meninggal dunia, dan sebagainya).
Data pemilih tersebut berpeluang besar mengalami perubahan, karenanya
pemutahiran data harus dilakukan secara berkesinambungan sampai pelaksanaan pilkada
langsung. Kegagalan memutakhiran data penduduk akan berakibat pada banyaknya pemilih
yang tidak akan memperoleh kartu pemilih dan hak pilih.
Dari aspek kualitas, tentu saja pemilih harus diupayakan untuk menggunakan hak
pilihnya sebagai warga negara yang baik. Sebagaimana banyak dilansir, perlu persiapan
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 39
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
pendataan pemilih agar pesta demokrasi dapat terwujud dengan baik dan menjadi
kemuaan bersama dan apa yang bebar-benar diinginkan oleh rakyat.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 40
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian atau Riset
Hasil dari penelitan atau riset yang menggunakan metode wawancara kepada 10
informan warga masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung adalah sebagai berikut :
4.1.1 Bagaimana preferensi masyarakat Kecamatan Antapani menjelang pemilihan
Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
Siapa calon gubernur yang anda kenal dari daftar nama yang kami sediakan ?
Jawaban :
Informan 1 : “ Yang saya kenal yaitu Dada Rosada, Dede Yusuf dan Daday Hudaya”
Informan 2 : “ Untuk bakal calon gubernur yang saya kenal adalah Rieke Diah Pitaloka,
Dada Rosada, Dede Yusuf dan Rachel Maryam ”
Informan 3 : “ Yang saya kenal dari daftar nama itu adalah Dada Rosada, Dede Yusuf dan
Daday Hudaya ”
Informan 4 : “ Dari daftar tersebut yang saya kenal itu Dada Rosada dan Dede Yusuf ”
Informan 5 : “ Yang saya kenal dari daftar itu adalah bapak Ahmad Heryawan ”
Informan 6 : “ Dari daftar tersebut yang saya kenal itu Dede Yusuf, Ahmad Heryawan dan
Rachel Maryam ”
Informan 7 : “ Untuk bakal calon gubernur yang saya kenal itu sih Kang Yance ”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 41
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 8 : “ Bakal calon yang saya kenal dari daftar itu Rieke Diah Pitaloka ”
Informan 9 : “ Untuk saya yang kenal dari daftar tersebut adalah Rieke Diah Pitaloka atau
Oneng dan Rachel Maryam ”
Informan 10 : “ Yang saya kenal bakal calon tersebut itu Rieke Diah Pitaloka dan Dede
Yusuf ”
Menurut anda siapa yang akan anda pilih diantara nama-nama calon gubernur
tersebut ?
Jawaban :
Informan 1 : “Menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah pak Dada
Rosada”
Informan 2 : “Kalau untuk calon gubernur yang akan saya pilih adalah Dede Yusuf”
Informan 3 : “Untuk calon gubernur yang akan saya pilih mungkin saya akan memilih
Dada Rosada ”
Informan 4 : “Untuk calon gubernur yang akan saya pilih dari daftar tersebut itu
kemungkinan besar itu Dada Rosada”
Informan 5 : “Bakal calon gubernur yang saya pilih adalah bapak Ahmad Heryawan”
Informan 6 : “Kalau menurut saya ya saya akan memilih Dede Yusuf kayaknya mah”
Informan 7 : “Untuk pilihan saya itu akan memilih Kang Yance”
Informan 8 : “Dalam pemilihan gubernur yang akan saya pilih sesuai daftar tadi itu Rieke
Diah Pitaloka”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 42
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 9 : “Kalau menurut saya calon gubernur yang akan saya pilih adalah Rieke Diah
Pitaloka atau Oneng ”
Informan 10 : “Untuk pilihan saya pada calon gubernur, pilihan saya adalah Dede Yusuf”
4.1.2 Bagaimana relevansi informasi politik yang didapat masyarakat Kecamatan Antapani
menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
Bagaimana ketertarikan anda terhadap informasi politik tahun 2013 ?
Jawaban :
Informan 1 : “Kalau saya mah tidak begitu tertarik ya alasannya the tidak terlalu mengerti
soal politik juga”
Informan 2 : “Untuk ketertarikan sih tidak tertarik dengan dunia politik ya hanya selintas
saja melihat siaran televisi yang menurut saya semakin semrawut saja”
Informan 3 : “ Saya tidak begitu tertarik dengan informasi politik karena tidak mengerti
tentang politik ”
Informan 4 : “Menurut saya kurang tertarik alasannya itu kurang menarik soalnya terlalu
banyak masyarakat yang dikecewakan karena janji-janji yang muluk-muluk”
Informan 5 : “Kalau saya tertarik karena itu tantangan saya sebagai mahasiswa agar
dapat turut serta membangun daerah terutama Jawa Barat”
Informan 6 : “Saya mah karena ibu rumah tangga saya tidak tertarik dengan informasi
politik karena membuat saya pusing ”
Informan 7 : “Hal-hal tentang ketertarikan dalam informasi politik say amah biasa-biasa
saja, tertarik tidak, tidak tertarik juga tidak”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 43
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 8 : “Kalau untuk masalah ketertarikan informasi politik sih jujur saya tidak
tertarik”
Informan 9 : “Untuk masalah informasi politik itu saya tidak tertarik ”
Informan 10 : “Saya tidak tertarik terhadap informasi politik tahun 2013”
Biasanya anda mendapat informasi darimana tentang pemilihan gubernur ini ?
Jawaban :
Informan 1 : “Kalau untuk informasi seperti itu saya dapatnya dari lingkungan sekitar
rumah”
Informan 2 : “Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan gubernur ini yaitu
dari televisi dan lingkungan tempat tinggal”
Informan 3 : “Saya mah sama seperti suami saya dapat informasi tentang seperti itu ya
dari lingkungan sekitar”
Informan 4 : “Biasanya saya dapatkan informasi tentang pilkada itu dari surat kabar dan
media elektronik”
Informan 5 : “Biasanya sih saya bisa dapat informasi itu dari browsing di internet dan
baca-baca koran”
Informan 6 : “Biasanya saya mendapat informasi tentang pemilihan gubernur ini ya dari
spanduk-spanduk yang ada di pinggir jalan”
Informan 7 : “Informasi pemilihan gubernur mah saya biasanya ya banyakan dari televisi
dan koran”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 44
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 8 : “Kalau saya biasanya dapat informasi tentang pemilihan gubernur ya dari
televisi gitu seperti berita”
Informan 9 : “Untuk informasi seperti itu saya mendapatkannya itu melalui spanduk-
spanduk di jalanan dan baliho-baliho”
Informan 10 : “Saya mengetahui informasi tentang gubernur itu melalui televisi”
4.1.3 Bagaimana derajat ketidak pastian pesan politik yang didapat masyarakat
Kecamatan Antapani pada pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
Apakah anda bergabung ke dalam organisasi masyarakat ataukah partai politik ?
Jawaban :
Informan 1 : “Untuk partai politik sih saya tidak bergabung tetapi sya menjadi bendahara
RT mungkin organisasi seperti RT yang saya ikut bergabung”
Informan 2 : “Saya teh tidak ikut bergabung dalam organisasi-organisasi seperti itu”
Informan 3 : “Kalau saya tidak ikut gabung sama organisasi”
Informan 4 : “Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat atau partai politik”
Informan 5 : “Saya mah gak ikut organisasi masyarakat ataupun partai politik”
Informan 6 : “Tidak bergabung saya dalam organisasi masyarakat atau partai”
Informan 7 : “Saya sih tidak ikut bergabung dalam organisasi masyarakat paling hanyan
kumpulan ibu-ibu arisan saja”
Informan 8 : “Saya tidak ikut karena saya kurang tertarik sih dengan organisasi seperti
itu”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 45
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 9 : “Organisasi masyarakat atau partai politik mah saya tidak ikut seperti itu”
Informan 10 : “Saya tidak bergabung dalam organisasi masyarakat ataupun partai politik”
Apakah pesan politik seperti spanduk yang berada di pinggir jalan bisa
mempengaruhi ?
Jawaban :
Informan 1 : “Menurut saya sih bisa mempengaruhi masyarakat ”
Informan 2 : “Untuk spanduk-spanduk di pinggir jalan bisa saja mempengaruhi”
Informan 3 : “Ya tentu saja bisa mempengaruhi karena sering dilihat oleh masyarakat”
Informan 4 : “Kalau menurut saya sih sebetulnya kurang menarik soalnya terlalu banyak
partai politik”
Informan 5 : “Bisa, karena menurut saya orang-orang yang lewat jalan tersebut akan
melihat spanduk tersebut”
Informan 6 : “Bisa sekali kan banyak orang yang melihat spanduk itu”
Informan 7 : “Pesan politik yang seperti spanduk di pinggir jalan sih bisa juga
mempengaruhi pemilih”
Informan 8 : “Kalau menurut saya sih tidak bisa malah itu lebih mempengaruhi
lingkungan karena membuat lingkungan menjadi kotor dan kumuh karena
banyak spanduk yang tidak tertata rapi”
Informan 9 : “Bisa saja karena saja juga mendapat informasi tentang pemilihan dan
calon-calon tersebut dari spanduk di pinggir jalan”
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 46
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Informan 10 : “Untuk saya mah tidak bisa mempengaruhi Karen terlalu muluk-muluk”
4.1.4 Bagaimana partisipasi politik masyarakat Kecamatan Antapani Kota Bandung
menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?
Apakah anda sering terlibat diskusi tentang Gubernur ?
Jawaban :
Informan 1 : “Saya tidak pernah terlibat diskusi tentang Gubernur karena belum terlalu
tersorot siapa calonnya”
Informan 2 : “Saya tidak pernah terlibat diskusi karena saya kebanyakan sering dirumah
untuk mengasuh anak”
Informan 3 : “Saya tidak pernah ikut-ikut diskusi tentang gubernur”
Informan 4 : “Untuk diskusi tentang Gubernur saya tidak pernah ikut diskusi tentang
gubernur ini”
Informan 5 : “Tidak pernah ikut tentang diskusi Gubernur”
Informan 6 : “Saya sih tidak pernah terlibat diskusi-diskusi tentang gubernur”
Informan 7 : “Saya mah tidak pernah terlibat diskusi-diskusi tentang gubernur tersebut”
Informan 8 : “Saya tidak pernah ikut diskusi tentang gubernur”
Informan 9 : “Saya tidak pernah ikutan terlibat karena saya tidak kenal”
Informan 10 : “Saya sih tidak pernah terlibat diskusi tentang gubernur”
Apakah anda pernah golongan putih (golput) pada pemilihan umum ?
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 47
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Jawaban :
Informan 1 : “Tidak pernah, karena sebagai warga negara yang baik kita punya hak untuk
memilih”
Informan 2 : “Tidak pernah sih, karena kita sebagai warga negara yang baik harus punya
kebebasan untuk memilih”
Informan 3 : “Tidak pernah, karena saya ingin menjadi warga negara yang baik”
Informan 4 : “Alhamdulillah belum pernah, hal itu adalah hak kita untuk memilih siapa
pemimpin kita”
Informan 5 : “Tidak pernah, karena saya ingin menggunakan hak saya dan saya akan
memilih dan member kesempatan kepada gubernur yang saya pilih untuk
memimpin Jawa Barat”
Informan 6 : “Tidak pernah, ya itu merupakan hak asasi bagi kita untuk memilih siapa
gubernur kita”
Informan 7 : “Golput saya tidak pernah, karena saya harus memberikan suara saya untuk
masa depan Jawa Barat ”
Informan 8 : “Saya pernah Golput sih karena saya tidak tertarik pada calon gubernurnya”
Informan 9 : “Saya pernah golput karena saya tidak pada kenal dengan kandidatnya”
Informan 10 : “Saya belum pernah golput karena saya mendukung salah satu dari kandidat
tersebut”
Apakah pada Pilkada Gubernur tahun 2013 anda akan memberikan hak suara ?
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 48
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Jawaban :
Informan 1 : “Ya, agar berjalan lancar”
Informan 2 : “iya karena saya ingin menjadi WNI yang baik dan taat kewajiban”
Informan 3 : “Pasti, agar berjalan lancer juga”
Informan 4 : “Ya jelas dong, karena memilih adalah hak kita semua”
Informan 5 : “Ya, karena saya sangat suka dengan kinerja Bapak Ahmad Heryawan”
Informan 6 : “Iya, karena sebagai warga negara yang baik ikut mensukseskan pilkada itu”
Informan 7 : “iya saya akan memberikan suara saya pada pilkada mendatang”
Informan 8 : “Insya Allah jika diberi umur saya akan memberikan hak suara saya”
Informan 9 : “Kalau saya sih bagaimana nanti saja”
Informan 10 : “Iya saya memberikan suara saya karena ada pilihan”
4.2 Pembahasan
Secara etimologis, partisipasi berasal dari bahasa latin pars yang artinya bagian dan
capere, yang artinya mengambil, sehingga diartikan “mengambil bagian”. Dalam bahasa
Inggris, participate atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil peranan.
Sehingga partisipasi berarti mengambil bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau
kegiatan politik suatu negara.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 49
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Dalam UU No. 32/2004 jo PP No. 6/2005 sebagai landasan pelaksanaan pilkada
langsung tidak tersurat bahwa pengesahan hasil pemilihan harus mempertimbangkan
persentase jumlah pendaftar pemilih terhadap penduduk usia hak memilih (17 tahun atau
sudah menikah) atau jumlah pemilih atau pendaftar. Yang ada hanya persentase jumlah
suara yang memilih dari seluruh jumlah pemilih. Seperti yang tersurat dalam pasal 95 bahwa
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih 50%
(ayat 1), atau pasangan yang memperoleh 30% suara dan memiliki suara terbesar (ayat 2)
dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.
Dalam penelitian melalui metode wawancara yang mengambil sampel dari 10
informan pada Kecamatan Antapani Kota Bandung telah diperoleh hasilya. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kota Bandung mengetahui daftar nama bakal
calon gubernur yang telah disediakan oleh kami adalah Rieke Diah Pitaloka, Dada Rosada,
Dede Yusuf, Kang Yance, Ahmad Heryawan, Daday Hudaya dan Rachel Maryam. Untuk bakal
calon yang akan dipilih oleh para responden adalah Dada Rosada, Dede Yusuf, Ahmad
Heryawan, Rieke Diah Pitaloka dan kang Yance. Sedangkan untuk ketertarikan pada
informasi politik pada tahun 2013 mayoritas bahkan hamper seluruhnya respoden tidak
tertarik dengan informasi politik 2013 tersebut.
Untuk memperoleh dan mendapat informasi tentang pemilihan gubernur responden
banyak memperoleh dari media cetak seperti Koran dan media elektronik seperti televisi,
namun ada sebagian responden juga memperoleh informasi tersebut dari lingkungan sekitar
rumah. Para responden sebagian besar tidak bergabung dalam organisasi masyarakat yang
berkaitan dengan politik atau bahkan responden tidak ada yang bergabung dengan partai
politik. Untuk pesan politik seperti spanduk di pinggir jalan menurut para responden yang
sebagian besar berpendapat bisa mempengaruhi para pemilih atau masyarakat untuk
pilkada 2013.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 50
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Dalam hal keterlibatan diskusi tentang gubernur ini para responden banyak yang
tidak pernah mengikuti atau terlibat dalam diskusi atau forum tentang gubernur. Pada
pemilihan sebelumnya para responden sebagian besar tidak pernah menjadi golongan putih
(golput) dengan alas an sebagai warga negara yang baik bisa memberikan hak suara dan
mensukseskan pilkada Jawa Barat, namun diantaranya juga pernah menjadi golongan putih
(golput) karena tidak tertarik dan tidak mengenal kandidat yang mencalonkan diri sebagai
gubernur. Untuk Pilkada Gubernur Jawa Barat tahun 2013 mendatang responden akan
memberikan hak suaranya untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan yang sesuai
dengan pilihan pribadi.
Dengan keberagaman status sosial,pendidikan,pekerjaan maka perlu diadakannya
pendidikan politik pada masyarakat. Pendidikan politik yang diberikan pada dasarnya
merupakan suatu jenis pendidikan yang harus dilakukan secara kontinu dan tidak akan
pernah selesai, dengan demikian masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan politiknya,
disamping untuk menjaga dan melestarikan keberadaan negara, juga agar dapat menjadi
insan politik yang menyadari perannya, mengetahui hak serta mempunyai tanggung jawab
dalam kehidupan bernegara. Pendidikan politik merupakan masalah yang kompleks, untuk
itu pelaksanaannya harus dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga akan
menciptakan masyarakat yang menyadari akan hak dan tanggung jawab serta kewajiban-
kewajiban sebagai warga negara. Keberhasilan demokrasi ditentukan dalam orientasi politik
yang menjadi tujuan pilkada Gubernur tersebut.
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 51
Laporan Penelitian Partisipasi dan Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandung tentang Pilkada Gubernur Jawa
Barat
Komunikasi Politik Kelas IK-06
Mata Kuliah Komunikasi Politik (IK34305)
Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Komputer Indonesia - Bandung 52