Download - BAB 1 Proposal
Judul : Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Sub Pokok Sel Pada Siswa Kelas
VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.
I. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Menurut Ibrahim (2003:35) belajar itu ada beberapa macam. Aneka macam
belajar ini, dilatarbelakangi oleh adanya tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek
belajar, seperti tekanan pada sifat, bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar, dan
lain-lain.
Sebagian proses belajar di sekolah mampu menghasilkan perubahan tingkah
laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2011: 20).
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII di SMP
Negeri 1 Darussalam menunjukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan belajar, sehingga respon siswa dalam proses
pembelajaran belum optimal. Kegiatan siswa di dalam proses pembelajaran lebih
banyak mendengar dan menulis apa yang disampaikan oleh guru bahkan bermain
sendiri. Kurangnya keterlibatan siswa tersebut tampak dari perilaku siswa
diantaranya; siswa tidak fokus pada materi pelajaran, siswa melamun saat pelajaran
1
2
berlangsung, beberapa siswa bicara sendiri dengan teman dan tidak memperhatikan
pelajaran dan siswa melakukan kegiatan yang mengganggu proses pembelajaran.
Permasalahan tersebut timbul dikarenakan siswa kurang tertarik dengan
pembelajaran yang berlangsung. Dan metode pembelajaran yang digunakan kurang
dapat membuat siswa menjadi aktif. Sehingga mengakibatkan mereka enggan untuk
memperhatikan, bertanya ataupun aktif dalam proses pembelajaran. Interaksi antara
guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila dalam
proses pembelajaran itu menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat
melibatkan peran serta siswa secara aktif dalam kegiatan belajar.
Salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta siswa adalah
pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pengetahuan dicari dan dibentuk oleh siswa
mulai dari pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, hasil
diskusi dengan pasangan, dan juga sharing dalam kelas dengan kelompok lain.
Sehingga penggunaan pembelajaran TPS ini diharapkan dapat menumbuhkan dan
meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Alasan diterapkanya metode pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) ini adalah
karena dalam proses pembelajaran TPS mengharuskan siswa untuk aktif terlibat
dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Melalui penerapan pembelajaran TPS,
maka dapat menimbulkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan secara fisik maupun mental, dimana
harus selalu berkaitan satu sama lain. Keterlibatan secara fisik maupun mental
tersebut akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal serta dapat mempertinggi
3
kualitas proses pembelajaran, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil
belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka akan dilakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Sub Pokok Sel Pada
Siswa Kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah
penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan
ketuntasan belajar siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan?
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam pembelajaran biologi melalui pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) pada siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan strategi belajar mengajar
dalam pokok bahasan organisasi kehidupan sub pokok sel di kelas VII MTSs
Ashabul Yamin Bakongan.
4
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat, yaitu :
a. Bagi Lembaga Pendidikan (Instansi): Sebagai bahan masukan atau saran untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa ataupun mutu lulusan.
b. Bagi Guru: Sebagai bahan masukan atau saran bagi guru dalam memilih alternatif
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan atau partisipasi siswa dalam
proses pembelajaran.
c. Bagi Siswa: Memberi masukan kepada siswa agar lebih berpartisipasi dan
berperan serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
d. Bagi Peneliti Lain: Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud
melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan lain dalam upaya
meningkatkan partisipasi atau peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
6. Definisi Operasional
Untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap istilah dari variabel yang
digunakan pada penelitian ini, maka peneliti mencantumkan istilah-istilah sebagai
berikut:
5
a. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar adalah pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran
atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggung
jawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.
b. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di
kelas. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran TPS
yang diterapkan pada siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.
c. Model Think-Pair-Share (TPS)
Think-Pair-Share, merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan
kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta
menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam
model ini, antra lain : berfikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share).
Model TPS dalam penelitian ini adalah model TPS yang diterapkan pada siswa
kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.
6
7. Landasan Teori
7.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketikan ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2006:89).
Menurut Sardiman (2011:20), belajar merupakan perubahan tingkah laku atas
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan
guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil
keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat
membentuk kompetisi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah
metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu (Mulyasa, 2005).
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1996:297).
Menurut Hamalik (1995), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
7
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat
dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi,
slide, film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan
kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
7.2 Ketuntasan Belajar
Salah satu orientasi penilaian kelas adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan
belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau
tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan
sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut, (Depdiknas, Buku 3,2004:16).
Menurut H. Erman (2003: 11) seorang siswa (individual) disebut telah tuntas dalam
belajar, bila siswa telah mencapai daya serap 65 % dan ketuntasan belajar klasikal
adalah 80 %, yang artinya ketuntasan belajar suatu kelas belum mencapai 80 % perlu
diadakan diagnostik dan remidial sebelum materi dilanjutkan. Daya serap merupakan
persentase skor tingkat penguasaan untuk setiap siswa dalam suatu tes.
Sesuai dengan ketentuan dalam KBK (Sunoto, 2002: 93), siswa tuntas
belajar, bila telah 75 % menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus
mencapai skor minimal 75. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang
mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan
pembelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai sekurang-
8
kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004:14).
Ketuntasan belajar seseorang (Joko P, 1995: 3) dipengaruhi oleh faktor-
faktor: Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan ajar, usaha yang
dilakukan seseorang untuk menguasai bahan ajar, bakat seseorang yang sifatnya
individual, kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran oleh guru, dan
kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dalam proses
pembelajaran.
7.3 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2005), sistem pengajaran cooperative learning bisa
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson dan Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama dan proses kelompok. Model pembelajaran cooperative learning tidak
sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan
benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Menurut Etin Solihatin (2007), pada dasarnya Cooperatif Learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif
9
Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana
kebersamaan diantara sesama anggota.
Tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim Muslimin (2000)
dalam Anwar (2007) yaitu:
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2. Menyampaikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
5. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
6. Memberikan penghargaan.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dimana
pembelajaran kooperatif tersebut memiliki elemen-elemen, yaitu 1) saling
ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, dan 4)
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang
secara sengaja diajarkan (Nurhadi, 2004).
Menurut Silberman (2000), mendeskripsikan pembelajaran kooperatif
merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespon yang lain dalam
mencapai suatu tujuan suatu reciprocity yang merupakan sumber motivasi yang
setiap pengajar dapat menjalankan stimulasi untuk belajar.
10
7.4 Model Pembelajaran Think – Pair – Share (TPS)
Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa (Trianto, 2009:81).
Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif
dan waktu tunggu. Pertama kali di kembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland sesuai yang di kutip Arend (1997), menyatakan bahwa think-
pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas.
Dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran tipe Think-Pair-
Share diharapkan siswa aktif maka dapat berakibat ingatan siswa mengenai apa yang
dipelajarinya akan lebih lama.
Franky Lyman dalam buku Nurhadi (2004), mengemukakan bahwa metode
Think–Pair–Share mampu mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think–
Pair–Share memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta
saling membantu satu sama lain. Menurut Lyman terdapat langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Langkah 1 – Berpikir (Thinking) : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berkaitan dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir
sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
11
2. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk
berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode
ini dapat menghasilkan jawaban ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi.
3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing) : Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-
pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara
keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika
guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga
seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan
untuk melapor.
7.5 Organisasi Kehidupan
7.5.1 Sel
Sel adalah unit terkecil dari kehidupan. Sel tersusun atas membran sel,
sitoplasma, dan organel-organel. Bentuk dan ukuran sel beraneka ragam. Bentuk sel
ada yang bulat, bulat panjang, memanjang, berbentuk segi lima, segi enam, bersegi
banyak, pipih, atau berbulu.
Bagian-bagian sel antara lain:
1. Membran Sel
Membran sel sering juga disebut membrane plasma. Membran sel berfungsi
sebagai pembatas dan pelindung isi sel serta sebagai pengatur lalu lintas zat yang
keluar masuk sel.
2. Sitoplasma
12
Sitoplasma adalah cairan yang mengisi sel. Sitoplasma mengandung berbagai
macam zat. Zat-zat tersebut berbentuk koloid. Koloid adalah campuran yang ukuran
diameter zat terlarutnya bekisar antara 0,001-0,1 mikron, misalnya putih telur.
3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel (nucleus) biasanya berbentuk oval atau bulat dan berada di tengah-
tengah sel. Inti sel berfungsi sebagai pengatur seluruh kegiatan sel. Inti sel diselimuti
oleh dua lapis membrane nukleus, yaitu membran luar dan membran dalam.
4. Retikulum Endoplasma (RE)
RE berfungsi menyusun dan menyalurkan zat-zat ked ala sel. Membran RE
merupakan kelanjutan dari membrane luar inti sel yang membentuk saluran berliku
menuju ke sitoplasma dan akhirnya bermuara pada membrane sel.
5. Ribosom
Ribosom berbentuk butiran-butiran. Ribosom ada yang menempel pada
membrane RE, ada pula yang bebas di sitoplasma. Ribosom berfungsi untuk sintesis
protein.
6. Kompleks Golgi
Kompleks golgi merupakan kumpulan ruang, gelembung kecil, dan kantong
kecil yang bertumpuk-tumpuk. Kompleks golgi berfungsi sebagai alat pengeluaran
(sekresi) protein dan lender, karena itu kompleks golgi disebut sebagai organel
sekresi.
7. Mitokondria
13
Mitokondria adalah membrane luar dan membrane dalam. Mitokondria
berfungsi sebagai penghasil energi. Di dalam mitokondria berlangsung proses
respirasi untuk menghasilkan energi.
8. Plastida
Plastida merupakan badan bermembran rangkap yang mengandung pigmen
tertentu. Plastida ynag mengandung pigmen hijau (klorofil) disebut kloroplas,
sedangkan plastid yang berisi amilum disebut amiloplas.
9. Lisosom
Lisosom merupakan kantong kecil bermembran tunggal yang berisi enzim
pencernaan. Lisosom berfungsi mencerna bagian sel yang rusak atau asing yang
masuk ke dalam sel.
10. Vakuola
Vakuola adalah ruangan yang terdapat di dalam sel. Padas el tumbuhan yang
sudah tua, vakuola biasanya berukuran besar dan berisi cadangan makanan dan
pigmen warna. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan.
8. Metode Penelitian
8.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di MTSs Ashabul Yamin Bakongan Aceh
Selatan. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014-
2015 .
14
8.2 Rancangan penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang
direncanakan dalam dua siklus. Dalam penelitian tindakan, peneliti terlibat langsung
dalam proses penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Adapun prosedur
penelitian tindakan meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Arikunto (2009:16) menggambarkan keempat tahap
tersebut sebagai berikut:
Gamabar 1. Rancangan Penelitian Tidakan Kelas (Arikunto , 2009)
Dari Gambar dapat dijelaskan masing-masing tahap, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
?
15
Kegiatan yang akan dilakukan ialah meliputi apa penyebabnya masalah yang
ada pada siswa kelas VII-1 , kemudian menganalisis penyebab munculnya masalah
dan menetapkan pengembangan tindakan yang akan dilakukan terhadap subyek.
Beberapa hal tersebut digunakan untuk kepentingan studi awal yang diperoleh dari
observasi dan wawancara terhadap responden (guru dan siswa). Apabila pada siklus I
belum terjadi perubahan yang diharapkan, maka pada siklus selanjutnya dicari
kembali permasalahan yang ada pada siklus I. Kemudian pada siklus selanjutnya
dikembangkan tindakan yang berbeda untuk menyempurnakan tindakan yang telah
dilakukan pada siklus I, sehingga perubahan yang diinginkan dapat tercapai sesuai
dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peneliti merancang dan
menyusun rencana pembelajaran dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Secara
rinci perencanaan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
1. Menyusun RPP
2. Menyusun LKS
3. Menyusun tes hasil belajar siswa
4. Membuat lembar observasi
5. Mempersiapkan materi belajar
6. Mempersiapkan sumber dan media yang dibutuhkan pada saat penelitian.
16
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki permasalahan yang
ada pada subjek penelitian. Penelitian direncanakan dilaksanakan dalam 2 siklus dan
pada setiap siklus meliputi dua kali pertemuan. Apabila pembelajaran dalam satu
siklus belum berhasil yakni 70% siswa belum mampu mencapai nilai ≥70, maka
pembelajaran pada siklus tersebut akan diulang. Apabila 70% siswa sudah mencapai
nilai ≥70, maka pembelajaran pada siklus selanjutnya sudah dapat dilakukan.
c. Pengamatan (Observing)
Observing adalah kegiatan pengamatan dan pengambilan data untuk memantau
sejauh mana efek tindakan yang dilakukan terhadap siswa dapat berjalan secara
efektif dan mencapai tujuan yang dikehendaki serta menunjang pembelajaran yang
berlangsung kondusif. Instrument yang dipakai adalah soal tes, kuis, dan lembar
observasi atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam
analisis dan untuk keperluan refleksi.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah suatu kegiatan yang mengulas secara kritis terhadap
perubahan yang terjadi pada siswa, suasana pembelajaran yang berlangsung di kelas,
dan guru. Dalam kegiatan ini perlu adanya analisis dan refleksi terhadap data-data
yang telah dikumpulkan untuk didiskusikan bersama dengan guru bidang studi untuk
mengetahui sejauh mana action yang dilakukan telah menghasilkan suatu yang
berarti dengan adanya pemanfaatan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
pada materi organisasi kehidupan. Kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam
17
pembelajaran segera dicari solusinya dan langkah-langkah untuk perbaikan pada
pembelajaran siklus selanjutnya.
8.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin
Bakongan. Dan sampel yang digunakan adalah hanya kelas VII (1) dan VII(2) MTSs
Ashabul Yamin Bakongan.
8.5 Metode Pengumpulan Data
Menurut Mulyasa (2003:99), “Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar
jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan
pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan
keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau
mencapai 85% sekurang-kurangnya 65% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut.
8.5.1 Metode Pengolahan Data
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk
melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik
kesimpulan atas populasi yang diamati (Arikunto, 2009:143). Analisis statistik
digunakan untuk memperoleh jawaban tentang efektivitas pembelajaran biologi
dengan kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) pada materi organisasi kehidupan.
18
8.5.2 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
ini sebagai berikut :
1. Lembar pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif
model Think-Pair-Share (TPS)
Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran digunakan untuk
mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan oleh guru dan siswa selama KBM.
Aktivitas guru meliputi penyajian kelas, penyampaian tujuan pembelajaran,
memotivasi siswa, menyampaikan informasi, mengajukan pertanyaan, membimbing
siswa menyusun kesimpulan, dan evaluasi. Sedangkan kegiatan siswa meliputi :
mendengar penjelasan guru, menjawab pertanyaan motivasi dari guru, mendengarkan
informasi dari guru, menyusun kesimpulan, dan mengerjakan soal evaluasi.
2. Tes Hasil Belajar
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensia, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127).
Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban. Bentuk soal pilihan ganda digunakan karena bentuk soal tersebut dapat
mencakup seluruh materi pelajaran. Bentuk soal pilihan ganda berisi tentang pokok
permasalahan dan sejumlah alternatif yang berupa kemungkinan jawaban terhadap
permasalahan, pokok soal dapat berupa suatu pertanyaan atau pernyataan yang tidak
19
lengkap. Alternatif jawaban terdiri dari satu jawaban benar dan beberapa jawaban
salah yang disebut sebagai pengecoh.
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara individu selama
pembelajaran berlangsung, digunakan rumus persentase menurut Depdiknas (dalam
Alawiah, 2006) adalah:
Ketuntasan individu =jumla h jawabansoal yangbenar
jumlahsoal seluru h nya×100 %
3. Respon siswa terhadap penerapan model Think-Pair-Share (TPS)
Angket digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)
yang diberikan di akhir setelah proses belajar mengajar berlangsung. Kategori respon
yang diberikan meliputi: pendapat siswa mengenai materi pelajaran, penggunaan
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), penampilan guru dalam mengajar
dikelas, suasana kelas pada saat belajar, perbedaan antara belajar melalui model
Think-Pair-Share (TPS) dengan belajar seperti biasa. Adapun skala yang diberikan
adalah: Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, menurut
pendapat pribadi masing-masing siswa secara jujur dan objektif. Sementara data hasil
angket tentang respon siswa dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif
dengan persentase. Persentase dari setiap respon siswa:
Persen respon siswa
=
Jumlah respon siswa tiap a spek yang munculJumlah seluruh siswa
x 100 %
20
Respon siswa dikatakan efektif jika jawaban siswa terhadap pertanyaan
positif untuk setiap aspek yang direspon pada setiap komponen pembelajaran
diperoleh persentase ≥70%.
8.5.3 Analisis Data
Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan maka langkah selanjutnya dalam
penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh selama
penelitian. Tujuan analisis data adalah untuk menjawab permasalahan penelitian
yang telah dirumuskan.
Arikunto, (2008 : 143) Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data
yang tujuannya untuk melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat
atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Aqib (2008 : 41) adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, dengan menggunakan uji
persentase yaitu :
P= fN
x 100 %
Keterangan:
P = Nilai rata-rata
f = frekuensi siswa yang tuntas belajar
N = jumlah aktivitas keseluruhan siswa
Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi ketuntasan
hasil belajar siswa yaitu sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di
kelas tuntas belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 70. Adapun alat ukurnya adalah dengan
21
menganalisis persentase ketuntasan belajar siswa dari tes siklus yang telah mereka
kerja
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi ,dkk . 2009 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi. Jakarta:PusatKurikulum,Balitbang.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf,diakses1 November 2012).
__________. 2004. Matematika, Buku 3, Materi pelatihan terintegrasi. Jakarta:Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan pengendalian Program SLTP. (online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012).
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
H. Erman. 2003. Asesmen Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran Matematika.Bandung:Makalah.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012).
Ibrahim, R. dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Joko,P. 1995. Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui BelajarTuntas Dengan Sistem Pendekatan Keterampilan Proses. Purwokerto:Makalah.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012)
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali.
22
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Silberman, Mel. 2000. Active Learning: 101 Strategies To Teach Any Subject. Yogyakarta: Yappendes.
Sunoto. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar danMenengah. Jawa Tengah: Dinas Pendidikan dan kebudayaan. (online) (http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012)
Syah, Muhibuddin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syamsyuri, Istamar, dkk. 2007. IPA Biologi Jilid 1 untuk Kelas VII SMP. Erlangga.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.