Download - Asuhan Keperawatan Bayi Hmd
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI HMD (HYALINE MEMBRANE DISEASE)
A. Pengertian
Hyaline membrane disease merupakan keadaan akut yang terutama ditemukan pada bayi
prematur saat lahir atau segera setelah lahir, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi
dibawah 32 minggu yang mempunyai berat badan dibawah 1500 gram.
Hyaline membrane disease merupakan perkembangan yang imatur pada sistem pernapasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
Hyaline Membrane Disease (HMD) merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan
defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
Jadi, Hyaline membrane disease merupakan hal yang paling sering terjadi pada bayi premature
yang disebabkan karena defisiensi surfaktan akibat perkembangan imatur pada system
pernafasan.
B. Anatomi Fisiologi Paru-paru
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia
sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang
rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru
kanan yang memiliki tiga lobus dan paru-paru kiri
memiliki dua lobus.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan
gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang
disebut selaput pleura.
Fungsi Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital
bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem
Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR
(H2O).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida.
Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil
metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung
Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu bahan senyawa kimia yang memiliki sifat permukaan aktif ..
Surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Surfaktan biasanya
didapatkan pada paru yang matur. Surfaktan dibuat oleh sel alveolus tipe II yang mulai tumbuh
pada gestasi 22-24 minggu dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-26 minggu,yang
mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu. Produksi surfaktan pada janin dikontrol oleh
kortisol melalui reseptor kortisol yang terdapat pada sel alveolus. Pada bayi premature, produksi
surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse dan atelektasis sehingga
dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome (RDS).
C. Etiologi dan factor presipitasi.
Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu).
Gangguan atau defisiensi surfactan
Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar
Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau prematur.
D. Patofisiologi
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli
masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax
masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps
pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi
paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan
menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid
dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang.
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan
seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal
menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi
dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau
volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel
jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir.
Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses
penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang12 immatur dan mengalami sakit yang berat
dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karena
atelektasis,dan air bronchogram.
E. Manifestasi klinis
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel
dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat
fungsi surfaktan.
Gejala klinis yang timbul yaitu :
Adanya sesak napas pada bayi prematur segera setelah lahir yang ditandai dengan
Takipnea (> 60 x/menit).
Pernapasan cuping hidung
Grunting
Retraksi dinding dada
Sianosis
Gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir.
Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
Stadium 1. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara,
Stadium 2. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantung dengan penurunan aerasi paru.
Stadium 3. Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat
lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
Stadium 4. Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
F. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
1. Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk
dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv
seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat2 respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi
ada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi
mekanik
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yang tinggi
dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan
pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan
tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik,
adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy premature
Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa
gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
G. Tes Diagnostik
Kajian foto toraks
Analisa Gas Darah
Imaturs lecithin-sphingomiolin
Darah lengkap
Elektrolit : Kalium,calsium,Natrium dan lain-lain.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
Kondisi seperti perdarahan placenta
Tipe dan lamanya persalinan
Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan
Apgar score, apakah terjadi aspiksia
Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
Cardiovaskular
Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
Murmur sistolik
Denyut jantung dalam batas normal
Integumen
Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal
Pitting edema pada tangan dan kaki
Mottling
Neurologis
Immobilitas, kelemahan, flaciditas
Penurunan suhu tubuh
Pulmonary
Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
Nafas grunting
Nasal flaring
Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase
desaturasi hemoglobin
Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
II. STATUS BEHAVIORAL
Lethargy
III. STUDY DIAGNOSTIK
Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan
overdistensi duktus alveolar
Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data laboratorium
Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin
yang mempunyai predisposisi RDS)
Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio
2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru
Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
Tingkat phosphatydylinositol
o Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg,
saturasi oksigen 92% - 94%, pH 7,31 – 7,45
o Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang
rusak
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kolaboratif problem : Insufisiensi respiratory berhubungan dengan penurunan volume dan
komplians paru, perfusi paru dan vintilasi alveolar
Tujuan 1 : Tanda dan gejala disstres pernafasan, deviasi dari fungsi dan resiko infant terhadap
RDS dapat teridentifikasi
Intervensi Rasional
1. Kaji infant yang beresiko mengalami RDS yaitu :
Riwayat ibu dengan daibetes mellitus atau
perdarahan placenta
Prematuritas bayi
Hipoksia janin
Kelahiran melalui operasi caesar
Pengkajian diperlukan untuk menentukan
intervensi secepatnya bila bayi menunjukkan
adanya tanda disstres nafas dan terutama untuk
memperbaiki prognosa
2. Kaji perubahan status pernafasan termasuk :
3.
Takipnea (pernafasan diatas 60 x per menit,
mungkin 80 – 100 x)
Nafas grunting
Nasal flaring
Retraksi intercostal, suprasternal atau
substernal dengan penggunaan otot bantu
nafas
Cyanosis
Episode apnea, penurunan suara nafas dan
Perubahan tersebut mengindikasikan RDS telah
terjadi, panggil dokter untuk tindakan secepatnya
Pernafasan bayi meningkat karena peningkatan
kebutuhan oksigen
Suara ini merupakan suara keran penutupan glotis
untuk menghentikan ekhalasi udara dengan
menekan pita suara
Merupakan keadaan untuk menurunkan resistensi
dari respirasi dengan membuka lebar jalan nafas
Retraksi mengindikasikan ekspansi paru yang tidak
adekuat selama inspirasi
Cyanosis terjadi sebagai tanda lanjut dengan PO2
dibawah 40 mmHg
Episode apneu dan penurunan suara nafas
adanya crakles menandakan distress nafas semakin berat
Kaji tanda yang terkait dengan RDS
Pallor dan pitting edema pada tangan dan kaki
selama 24 jam
Kelemahan otot
Denyut jantung dibawah 100 x per menit pada
stadium lanjut
Nilai AGD dengan PO2 dibawah 40 mmHg,
pco2 diatas 65 mmHg, dan pH dibawah 7,15
Tanda-tanda tersebut terjadi pada RDS
Tanda ini terjadi karena vasokontriksi perifer dan
penurunan permeabilitas vaskuler
Tanda ini terjadi karena ekshaution yang
disebabkan kehilangan energi selama kesulitan
nafas
Bradikardia terjadi karena hipoksemia berat
Tanda ini mengindikasikan acidosis respiratory
dan acidosis metabolik jika bayi hipoksik
Monitor PO2 trancutan atau nilai pulse oksimetri
secara kontinyu setiap jam
Nilai PO2 traskutan dan pulse oksimetri non invasif
menunjukkan prosentase oksigen saat inspirasi
udara.
Tujuan 2. Mempertahankan dan memaksimalkan fungsi pulmonal
Intervensi Rasional
Berikan kehangatan dan oksigen sesuai dengan
sbb
Oksigen yang dihangatkan 31,7C – 33,9C
Humidifikasi 40% - 60%
Beri CPAP positif
Beri PEEP positif
Untuk mencegah terjadinya hipotermia dan
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh
Berikan pancuronium bromide (Pavulon) Obat ini berguna sebagai relaksan otot untuk
mencegah injury karena pergerakan bayi saat
ventilasi
Tempatkan bayi pada lingkungan dengan suhu
normal serta monitor temperatur aksila setiap jam
Lingkungan dengan suhu netral akan menurunkan
kebutuhan oksigen dan menurunkan produksi CO2.
Monitor vital signs secara kontinyu yaitu denyut
jantung, pernafasan, tekanan darah, serta
auskultasi suara nafas
Perubahan vital signs menandakan tingkat
keparahan atau penyembuhan
Observasi perubahan warna kulit, pergerakan dan
aktivitas
Karena perubahan warna kulit, pergerakan dan
aktivitas mengindikasikan peningkatan
metabolisme oksigen dan glukosa. Informasi yang
penting lainnya adalah perubahan kebutuhan
cairan, kalori dan kebutuhan oksigen.
Pertahankan energi pasien dengan melakukan
prosedur seefektif mungkin.
Mencegah penurunan tingkat energi infant
Monitor serial AGD seperti PaO2, PaCo2, HCO3
dan pH setiap hari atau bila dibutuhkan
Perubahan mengindikasikan terjadinya acidosis
respiratorik atau metabolik
Diagnosa keperawatan : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menghisap, penurunan motilitas usus.
Tujuan : Mempertahankan dan mendukung intake nutrisi
Intervensi Rasional
Berikan infus D 10% W sekitar 65 – 80 ml/kg bb/
hari
Untuk menggantikan kalori yang tidak didapat
secara oral
Pasang selang nasogastrik atau orogastrik untuk
dapat memasukkan makanan jika diindikasikan
atau untuk mengevaluasi isi lambung
Pilihan ini dilakukan jika masukan sudah tidak
mungkin dilakukan.
Cek lokasi selang NGT dengan cara :
Aspirasi isi lambung
Injeksikan sejumlah udara dan auskultasi
masuknya udara pada lambung
Letakkan ujung selang di air, bila masuk lambung,
selang tidak akan memproduksi gelembung
Untuk mencegah masuknya makanan ke saluran
pernafasan
Berikan makanan sesuai dengan prosedur berikut :
Elevasikan kepala bayi
Berikan ASI atau susu formula dengan prinsip
gravitasi dengan ketinggian 6 – 8 inchi dari kepala
bayi
Berikan makanan dengan suhu ruangan
Tengkurapkan bayi setelah makan sekitar 1 jam
Memberikan makanan tanpa menurunkan tingkat
energi bayi
Berikan TPN jika diindikasikan TPN merupakan metode alternatif untuk
mempertahankan nutrisi jika bowel sounds tidak
ada dan infants berada pada stadium akut.
Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
sensible dan insesible
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi Rasional
Pertahankan pemberian infus Dex 10% W 60 – 100
ml/kg bb/hari
Penggantian cairan secara adekuat untuk
mencegah ketidakseimbangan
Tingkatkan cairan infus 10 ml/kg/hari, tergantung
dari urine output, penggunaan pemanas dan
jumlah feedings
Mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan
pasien. Takipnea dan penggunaan pemanas tubuh
akan meningkatkan kebutuhan cairan
Pertahankan tetesan infus secara stabil, gunakan
infusion pump
Untuk mencegah kelebihan atau kekurangan
cairan. Kelebihan cairan dapat menjadi keadaan
fatal.
Monitor intake cairan dan output dengan cara :
Timbang berat badan bayi setiap 8 jam
Timbang popok bayi untuk menentukan urine
output
Tentukan jumlah BAB
Monitor jumlah asupan cairan infus setiap hari
Catatan intake dan output cairan penting untuk
menentukan ketidak seimbangan cairan sebagai
dasar untuk penggantian cairan
Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium
setiap 12 atau 24 jam
Peningkatan tingkat sodium dan potassium
mengindikasikan terjadinya dehidrasi dan potensial
ketidakseimbangan elektrolit
Diagnosa keperawatan : Koping keluarga inefektif berhubungan dengan ansietas, perasaan bersalah,
dan perpisahan dengan bayi sebagai akibat situasi krisis
Tujuan : Meminimalkan kecemasan dan rasa bersalah, dan mendukung bounding antara orangtua dan
infant
Intervensi Rasional
Kaji respon verbal dan non verbal orangtua
terhadap kecemasan dan penggunaan koping
mekanisme
Hal ini akan membantu mengidentifikasi dan
membangun strategi koping yang efektif
Bantu orangtua mengungkapkan perasaannya
secara verbal tentang kondisi sakit anaknya,
perawatan yang lama pada unit intensive, prosedur
dan pengobatan infant
Membuat orangtua bebas mengekpresikan
perasaannya sehingga membantu menjalin rasa
saling percaya, serta mengurangi tingkat
kecemasan
Berikan informasi yang akurat dan konsisten
tentang kondisi perkembangan infant
Informasi dapat mengurangi kecemasan
Bila mungkin, anjurkan orangtua untuk
mengunjungi dan ikut terlibat dalam perawatan
anaknya
Memfasilitasi proses bounding
Rujuk pasien pada perawat keluarga atau
komunitas
Rujukan untuk mempertahankan informasi yang
adekuat, serta membantu orangtua menghadapi
keadaan sakit kronis pada anaknya.
Daftar Pustaka
Melson, A. Kathryn & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Pennsylvania, 1994
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
http://cup35.blogspot.com/2010/10/asuhan-keperawatan-anak-dengan_18.html